I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penanaman padi dengan metode SRI System of Rice Intensification berkembang di Indonesia sejak awal tahun 2000-an. Metode SRI sangat berbeda
dengan penanaman padi secara konvensional sawah, tetapi memberikan hasil yang jauh lebih banyak. Pada SRI, penambahan bahan organik lebih banyak
daripada penanaman konvensional, pemberian air minimum, dan bibit ditanam secara tunggal ketika bibit berumur 7 – 15 hari.
Dalam perkembangannya, aplikasi SRI di berbagai daerah dilaporkan memberikan hasil yang jauh lebih tinggi dari penanaman konvensional dengan
produksi rata-rata mencapai 8 – 15 tonha. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darmawan dan Sastiono 2007, aplikasi SRI di Sindang
Barang dan Cihideung, Bogor, memberikan hasil yang berbeda-beda. Ketika padi ditanam di akhir musim hujan menuju musim kemarau, tanaman tumbuh dengan
baik dan memberikan hasil yang memuaskan. Tetapi, ketika padi ditanam di awal musim hujan, produksi yang dihasilkan relatif sama dengan sistem konvensional;
dan pada masa tanamnya, tanaman menunjukkan gejala berupa daun tanaman berwarna kuning kemerahan.
Beberapa ahli penyakit tanaman menyatakan bahwa tanaman tersebut terserang penyakit tungro, tetapi pendapat tersebut tidak terbukti karena gejala ini
hanya muncul pada tanaman yang ditanam pada lahan dengan dosis bahan organik tinggi dan tidak menulari tanaman lain yang ditanam pada lahan dengan dosis
bahan organik rendah.
Secara ilmu tanah, gejala tersebut sangat mirip dengan gejala keracunan mangan pada tanaman padi. Setelah dilakukan analisis kimia, kadar mangan yang
terdapat di dalam tanah tidak melebihi batas kritis kadar mangan yang dapat meracuni tanaman. Akan tetapi, berdasarkan gejala yang muncul, tetap diyakini
bahwa tanaman mengalami keracunan mangan. Mangan di dalam tanah memiliki karakteristik yang unik, kelarutannya sangat dipengaruhi oleh nilai potensial
redoks E
h
, bentuk mangan dalam tanah dan penambahan bahan organik.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara potensial redoks dengan perilaku Mn dan Fe sebagai upaya mencari tolok ukur potensi
keracunan Mn pada tanaman padi pada tanah-tanah sawah yang diperkaya bahan organik.
II. TINJAUAN PUSTAKA