Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai

Permasalahan lainnya adalah struktur organisasi instansi pemerintahan yang masih cenderung kaya struktur dan miskin fungsi. Artinya, pembentukan unit-unit kerja struktural cenderung kurang proporsional dan efisien, serta kurang memberi peluang diterapkannya jabatan-jabatan fungsional yang relevan. Terkait dengan masalah penyelenggaraan tugas-tugas instansi pemerintahan, masih dijumpai lemahnya sinkronisasi tata hubungan kerja antara kementerian lembaga dan instansi pemerintah daerah, lemahnya sistem dan prosedur dalam melaksanakan manajemen instansi pemerintahan, serta masih lemahnya pengelolaan dokumen dan kearsipan negara. Semua permasalahan tersebut terutama disebabkan oleh belum dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen di lingkungan instansi pemerintahan secara benar dan konsisten. Berbagai masalah di atas mengindikasikan masih belum terselenggaranya tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Untuk itu, pemerintah berusaha melakukan langkah-langkah penyelesaiannya sesuai dengan Agenda Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu KIB dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2004–2009.

II. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai

Langkah-langkah kebijakan dan hasil-hasil yang dicapai, sebagai pelaksanaan Agenda Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu KIB dan RPJMN 2004–2009, secara umum dapat diuraikan sebagai berikut. A. Langkah-Langkah Kebijakan Langkah-langkah kebijakan yang dilakukan diupayakan bersifat terobosan dan melanjutkan hal-hal yang relevan yang telah dilakukan. 1. Melanjutkan pemberantasan praktik korupsi melalui: a. penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan kegiatan instansi pemerintahan; 14 - 3 b. pemberian sanksi yang seberat-beratnya kepada pelaku korupsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku; c. peningkatan efektivitas pengawasan melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat serta tindak lanjut atas hasil pengawasan; d. pembangunan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif, dan bertanggung jawab; e. peningkatan pemberdayaan dan sinergi penyelenggara negara, dunia usaha, dan masyarakat dalam pemberantasan korupsi. 2. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi negara melalui: a. penataan kembali kelembagaan pemerintahan agar dapat berfungsi secara lebih efektif dan responsif dengan struktur yang lebih proporsional dan efisien; b. peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan, termasuk prosedur kerja pada tingkatan dan kegiatan instansi pemerintahan; c. penataan dan peningkatan kapasitas pegawai agar lebih profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat; d. peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi; dalam hal ini, terus dilakukan upaya peningkatan gaji pegawai secara proporsional, adil, dan layak; e. optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-government dan dokumenarsip negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan. 3. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan, antara lain, melalui: a. peningkatan kualitas pelayanan publik, terutama pelayanan dasar, pelayanan umum, dan pelayanan unggulan; 14 - 4 b. peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan, dan mengawasi pelaksanaan aparatur pemerintahan, termasuk kinerja pelayanan publik; c. peningkatan transparansi, partisipasi, dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi. B. Hasil-Hasil yang Dicapai Hasil-hasil yang dicapai dari berbagai langkah kebijakan di atas, dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Penerapan Tata Kepemerintahaan yang Baik Hasil yang dicapai melalui pelaksanaan program di atas, antara lain 1 terlaksananya survei mengenai pemahaman aparatur pemerintahan terhadap prinsip-prinsip good governance; 2 tersusunnya indikator pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik; 3 terlaksananya evaluasi atas penerapan prinsip-prinsip good coorporate governance di lingkungan badan usaha milik negaradaerah; 4 diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 5 tersusunnya Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi RAN-PK sesuai dengan perintah Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Terkait dengan penerapan tata pemerintahan yang baik, Pemerintah memandang penting peran dan fungsi arsip sebagai bukti akuntabilitas kinerja aparatur dan sebagai bukti sah di pengadilan yang autentik, akuntabel, dan kredibel dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk itu, telah diterbitkan a Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE07MPAN32005 tentang Pendataan, Penyelamatan, dan Pelestarian DokumenArsip Negara Periode Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Persatuan Nasional; dan b Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 07 Tahun 2005 tentang Pedoman Pendataan, Penyelamatan, dan Pelestarian Dokumen Arsip Negara Periode Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Persatuan Nasional. 14 - 5 2. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Untuk mewujudkan aparatur negara yang bersih bebas dari korupsi dan sekaligus untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan, telah dilaksanakan berbagai kegiatan di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara dan telah menghasilkan, antara lain 1 rancangan peraturan perundang- undangan mengenai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah AKIP sebagai penyempurnaan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 2 terlaksananya sosialisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi Sistem Akuntansi Keuangan DaerahPusat SAKDP dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAKIP; 3 terlaksananya audit atas pengadaan barangjasa di lingkungan instansi pemerintah dan BUMN BUMDBadan Usaha Lainnya BUL yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari APBN, APBD, dan kekayaan yang dipisahkan; 4 temuan hasil audit investigatif atas kasus berindikasi Tindak Pidana Korupsi TPK yang dilimpahkan ke instansi penyidik periode 1 Oktober 2004 sampai dengan 30 April 2005 sebanyak 84 kasus senilai Rp220.155.240.823,27 dan US 14,358,969.28 sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel IV; 5 temuan jumlah kerugian negara hasil perhitungan dalam rangka tugas perbantuan kepada instansi penyidik periode 1 Oktober 2004 sampai dengan April 2005 sebanyak 115 kasus dengan nilai sebesar Rp635.639.820,503 dan US 54,278,863.60, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel V; dan 6 tindak lanjut atas temuan hasil pengawasan dan pengaduan masyarakat mengenai tindakan korupsi di berbagai lembaga seperti yang saat ini sedang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi KPK, Tim tastipikor, dan aparat pengawasan yang lain. 3. Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Hasil-hasil yang dicapai dari upaya pelaksanaan untuk mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan, antara lain 1 diterbitkannya Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan 14 - 6 Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen LPND; 2 Peraturan Presiden No. 10 dan 12 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia dan LPND; 3 Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; 4 terlaksananya berbagai kajianevaluasi, antara lain, a standarisasi kompetensi pegawai; b mekanisme penyusunan dan pengundangan peraturan perundang-undangan; c naskah akademik dan RUU Administrasi Pemerintahan; 5 diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; 6 diterbitkannya Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2005 tentang Dewan Kebijakan Pertimbangan Otonomi Daerah; 7 terlaksananya evaluasi implikasi penerapan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; dan 8 telah diterbitkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No. 06 Tahun 2005 tentang Pedoman Perlindungan, Pengamanan, dan Penyelamatan DokumenArsip Vital Negara. 4. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur Hasil-hasil yang dicapai dari upaya untuk mewujudkan pengelolaan pegawai atau sumber daya manusia aparatur, antara lain 1 data PNS yang lebih akurat hasil dari pendataan ulang pegawai negeri sipil PUPNS; 2 rencana penerimaan PNS secara bertahap sampai dengan tahun 2007, yang untuk tahun 2004 telah dilakukan pengadaan CPNS secara nasional sebanyak 204.584 orang, sebagaimana terperinci dalam Tabel II; dan pada tahun 2005 ini akan dilakukan penanganan tenaga honorer melalui seleksi secara khusus bagi pegawai honorer dengan perhatian khusus kepada a guru dan dosen, b tenaga kesehatan, c penyuluh pertanian, perikanan, peternakan, dan d jabatan strategis lain; selain itu, Pemerintah juga akan melakukan pengadaan PNS secara khusus untuk mengganti PNS yang hilangmeninggal akibat terkena musibah gempa dan tsunami pada bulan Desember 2004 di wilayah Provinsi 14 - 7 Nanggroe Aceh Darussalam NAD dan Kabupaten Nias Sumatra Utara; 3 pembinaan profesionalisme dan remunerasi PNS; 4 terlaksananya akreditasi dan sertifikasi Lembaga Diklat PNS; 5 terselenggaranya a Diklatpim Tingkat I Khusus dan Reguler serta Diklatpim Tingkat II; b Diklat Prajabatan; dan c pelaksanaan berbagai diklat teknis dan fungsional. Lebih lanjut, pelaksanaan diklat dalam tahun 2004– 2005 tercermin dalam Tabel III. 5. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Upaya meningkatkan pelayanan publik yang cepat, tepat, murah, transparan, dan tidak diskriminatif untuk mendukung aktivitas masyarakat dan dunia usaha telah menghasilkan, antara lain 1 pengembangan sistem pelayanan publik yang berbasis pada kemampuan aplikasi nomor induk kependudukan; 2 penyempurnaan sistem pelayanan publik secara bertahap ke arah pemanfaatan teknologi informatika e-government untuk memperkecil peluang terjadinya korupsi; 3 evaluasi sistem dan prosedur pelayanan; 4 RUU Pelayanan Publik; 5 pelaksanaan berbagai kajian atau evaluasi yang relevan, antara lain, a manajemen wilayah perbatasan negara; b perbandingan pengelolaan BUMN di berbagai negara ASEAN; c Badan Hukum Milik Negara BHMN; d kebijakan pengawasan pengelolaan keuangan negara; dan e evaluasi penerapan standar pelayanan publik di kabupatenkota. 6. Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Upaya mendukung kelancaran tugas dan fungsi aparatur negara dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat sampai dengan pertengahan tahun pertama pelaksanaan RPJMN 2004–2009, Pemerintah berupaya meningkatkan prasarana dan sarana aparatur pemerintah di berbagai instansi pemerintah yang diupayakan secara proporsional, sesuai dengan keperluan nyata dan tetap mengacu kepada prinsip efisiensi dan efektivitas. 14 - 8

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan