BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

(1)

BAB 14

PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

Sejalan dengan upaya reformasi di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, Pemerintah juga berupaya melaksanakan reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang lebih dikenal dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan agenda pemerintah. Permasalahan birokrasi yang dihadapi selama ini merupakan permasalahan yang rumit dan saling terkait, mulai dari aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan pengawasan hingga aspek sumber daya manusianya. Keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi akan berdampak positif untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan, termasuk dalam pengelolaan sumber daya publik secara lebih akurat dan bermanfaat bagi kepentingan bangsa. Pada akhirnya, hal itu dapat mendukung terwujudnya wibawa dan kehormatan bangsa Indonesia di tengah-tengah komunitas internasional.

Berdasarkan hal itu, reformasi birokrasi merupakan suatu tuntutan yang perlu dilakukan secara selektif, konsisten, dan berkelanjutan. Dalam wacana yang berkembang selama ini disebutkan


(2)

bahwa ada tiga pilar yang terkait dan diharapkan dapat bersinergi dalam melaksanakan reformasi birokrasi untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik itu, yaitu penyelenggara negara -- termasuk Pemerintah -- pelaku bisnis, dan masyarakat. Diharapkan dengan sinergi ketiga pilar tersebut, permasalahan birokrasi yang selama ini dihadapi dapat ditangani dengan baik.

Secara lebih terperinci, permasalahan utama yang dihadapi, langkah-langkah kebijakan, hasil-hasil yang dicapai, dan tindak lanjut yang diperlukan yang berkaitan dengan penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa diuraikan di bawah ini.

I. Permasalahan yang Dihadapi

Dari sisi birokrasi pemerintahan, permasalahan utama yang dihadapi, antara lain, masih terjadinya korupsi, rendahnya disiplin dan kinerja pegawai, rendahnya kinerja pelayanan publik, serta belum tertatanya kelembagaan dan ketalaksanaan pemerintahan dengan baik. Permasalahan itu saling terkait dan memengaruhi.

Korupsi serta rendahnya disiplin dan kinerja pegawai, antara lain, disebabkan oleh masih lemahnya fungsi pengawasan terhadap kinerja aparatur pemerintahan, belum sepenuhnya diterapkan sistem karier berdasarkan prestasi kerja, gaji yang belum memadai untuk hidup layak, penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan kualifikasi pendidikan yang diperlukan. Selain itu, pendidikan dan pelatihan (diklat) belum sepenuhnya dapat meningkatkan mutu kinerja. Sementara itu, rendahnya kinerja pelayanan publik, antara lain, disebabkan oleh belum diterapkannya standar mutu pelayanan publik secara konsisten, belum memadainya sarana dan prasarana/fasilitas pelayanan, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (e-government) dalam pemberian pelayanan, dan belum sepenuhnya diterapkan akuntabilitas kinerja. Hal itu tentunya tidak sesuai dengan harapan masyarakat yang menginginkan aparatur pemerintahan dapat memberikan pelayanan publik yang cepat, tepat, murah, transparan, dan tidak diskriminatif.


(3)

Permasalahan lainnya adalah struktur organisasi instansi pemerintahan yang masih cenderung kaya struktur dan miskin fungsi. Artinya, pembentukan unit-unit kerja struktural cenderung kurang proporsional dan efisien, serta kurang memberi peluang diterapkannya jabatan-jabatan fungsional yang relevan. Terkait dengan masalah penyelenggaraan tugas-tugas instansi pemerintahan, masih dijumpai lemahnya sinkronisasi tata hubungan kerja antara kementerian/ lembaga dan instansi pemerintah daerah, lemahnya sistem dan prosedur dalam melaksanakan manajemen instansi pemerintahan, serta masih lemahnya pengelolaan dokumen dan kearsipan negara. Semua permasalahan tersebut terutama disebabkan oleh belum dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen di lingkungan instansi pemerintahan secara benar dan konsisten.

Berbagai masalah di atas mengindikasikan masih belum terselenggaranya tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Untuk itu, pemerintah berusaha melakukan langkah-langkah penyelesaiannya sesuai dengan Agenda Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004–2009.

II. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai

Langkah-langkah kebijakan dan hasil-hasil yang dicapai, sebagai pelaksanaan Agenda Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dan RPJMN 2004–2009, secara umum dapat diuraikan sebagai berikut.

A.

Langkah-Langkah Kebijakan

Langkah-langkah kebijakan yang dilakukan diupayakan bersifat terobosan dan melanjutkan hal-hal yang relevan yang telah dilakukan.

1.

Melanjutkan pemberantasan praktik korupsi melalui:

a.

penerapan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik pada semua tingkat dan kegiatan instansi pemerintahan;


(4)

b.

pemberian sanksi yang seberat-beratnya kepada pelaku korupsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

c.

peningkatan efektivitas pengawasan melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat serta tindak lanjut atas hasil pengawasan;

d.

pembangunan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif, dan bertanggung jawab;

e.

peningkatan pemberdayaan dan sinergi penyelenggara negara, dunia usaha, dan masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

2.

Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi negara melalui:

a.

penataan kembali kelembagaan pemerintahan agar dapat berfungsi secara lebih efektif dan responsif dengan struktur yang lebih proporsional dan efisien;

b.

peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan, termasuk prosedur kerja pada tingkatan dan kegiatan instansi pemerintahan;

c.

penataan dan peningkatan kapasitas pegawai agar lebih profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;

d.

peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi; dalam hal ini, terus dilakukan upaya peningkatan gaji pegawai secara proporsional, adil, dan layak;

e.

optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-government dan dokumen/arsip negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan.

3.

Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan, antara lain, melalui:

a.

peningkatan kualitas pelayanan publik, terutama pelayanan dasar, pelayanan umum, dan pelayanan unggulan;


(5)

b.

peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan, dan mengawasi pelaksanaan aparatur pemerintahan, termasuk kinerja pelayanan publik;

c.

peningkatan transparansi, partisipasi, dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi.

B.

Hasil-Hasil yang Dicapai

Hasil-hasil yang dicapai dari berbagai langkah kebijakan di atas, dapat diuraikan sebagai berikut.

1.

Penerapan Tata Kepemerintahaan yang Baik

Hasil yang dicapai melalui pelaksanaan program di atas, antara lain (1) terlaksananya survei mengenai pemahaman aparatur pemerintahan terhadap prinsip-prinsip good governance; (2) tersusunnya indikator pelaksanaan prinsip-prinsip tata kepemerintahan yang baik; (3) terlaksananya evaluasi atas penerapan prinsip-prinsip good coorporate governance di lingkungan badan usaha milik negara/daerah; (4) diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; (5) tersusunnya Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK) sesuai dengan perintah Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Terkait dengan penerapan tata pemerintahan yang baik, Pemerintah memandang penting peran dan fungsi arsip sebagai bukti akuntabilitas kinerja aparatur dan sebagai bukti sah di pengadilan yang autentik, akuntabel, dan kredibel dalam penyelenggaraan pemerintahan. Untuk itu, telah diterbitkan (a) Surat Edaran Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/07/MPAN/3/2005 tentang Pendataan, Penyelamatan, dan Pelestarian Dokumen/Arsip Negara Periode Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Persatuan Nasional; dan (b) Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 07 Tahun 2005 tentang Pedoman Pendataan, Penyelamatan, dan Pelestarian Dokumen/ Arsip Negara Periode Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Persatuan Nasional.


(6)

2.

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Untuk mewujudkan aparatur negara yang bersih bebas dari korupsi dan sekaligus untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan, telah dilaksanakan berbagai kegiatan di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara dan telah menghasilkan, antara lain (1) rancangan peraturan perundang-undangan mengenai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) sebagai penyempurnaan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (2) terlaksananya sosialisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah/Pusat (SAKD/P) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP); (3) terlaksananya audit atas pengadaan barang/jasa di lingkungan instansi pemerintah dan BUMN/ BUMD/Badan Usaha Lainnya (BUL) yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari APBN, APBD, dan kekayaan yang dipisahkan; (4) temuan hasil audit investigatif atas kasus berindikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) yang dilimpahkan ke instansi penyidik periode 1 Oktober 2004 sampai dengan 30 April 2005 sebanyak 84 kasus senilai Rp220.155.240.823,27 dan US$ 14,358,969.28 sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel IV; (5) temuan jumlah kerugian negara hasil perhitungan dalam rangka tugas perbantuan kepada instansi penyidik periode 1 Oktober 2004 sampai dengan April 2005 sebanyak 115 kasus dengan nilai sebesar Rp635.639.820,503 dan US$ 54,278,863.60, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel V; dan (6) tindak lanjut atas temuan hasil pengawasan dan pengaduan masyarakat mengenai tindakan korupsi di berbagai lembaga seperti yang saat ini sedang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tim tastipikor, dan aparat pengawasan yang lain.

3.

Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

Hasil-hasil yang dicapai dari upaya pelaksanaan untuk mewujudkan kelembagaan dan ketatalaksanaan, antara lain (1) diterbitkannya Peraturan Presiden No. 11 Tahun 2005 tentang Perubahan Kelima atas Keputusan Presiden No. 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan


(7)

Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND); (2) Peraturan Presiden No. 10 dan 12 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia dan LPND; (3) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; (4) terlaksananya berbagai kajian/evaluasi, antara lain, (a) standarisasi kompetensi pegawai; (b) mekanisme penyusunan dan pengundangan peraturan perundang-undangan; (c) naskah akademik dan RUU Administrasi Pemerintahan; (5) diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; (6) diterbitkannya Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2005 tentang Dewan Kebijakan Pertimbangan Otonomi Daerah; (7) terlaksananya evaluasi implikasi penerapan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; dan (8) telah diterbitkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No. 06 Tahun 2005 tentang Pedoman Perlindungan, Pengamanan, dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara.

4.

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur

Hasil-hasil yang dicapai dari upaya untuk mewujudkan pengelolaan pegawai atau sumber daya manusia aparatur, antara lain (1) data PNS yang lebih akurat hasil dari pendataan ulang pegawai negeri sipil (PUPNS); (2) rencana penerimaan PNS secara bertahap sampai dengan tahun 2007, yang untuk tahun 2004 telah dilakukan pengadaan CPNS secara nasional sebanyak 204.584 orang, sebagaimana terperinci dalam Tabel II; dan pada tahun 2005 ini akan dilakukan penanganan tenaga honorer melalui seleksi secara khusus bagi pegawai honorer dengan perhatian khusus kepada (a) guru dan dosen, (b) tenaga kesehatan, (c) penyuluh pertanian, perikanan, peternakan, dan (d) jabatan strategis lain; selain itu, Pemerintah juga akan melakukan pengadaan PNS secara khusus untuk mengganti PNS yang hilang/meninggal akibat terkena musibah gempa dan tsunami pada bulan Desember 2004 di wilayah Provinsi


(8)

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kabupaten Nias Sumatra Utara; (3) pembinaan profesionalisme dan remunerasi PNS; (4) terlaksananya akreditasi dan sertifikasi Lembaga Diklat PNS; (5) terselenggaranya (a) Diklatpim Tingkat I Khusus dan Reguler serta Diklatpim Tingkat II; (b) Diklat Prajabatan; dan (c) pelaksanaan berbagai diklat teknis dan fungsional. Lebih lanjut, pelaksanaan diklat dalam tahun 2004– 2005 tercermin dalam Tabel III.

5.

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Upaya meningkatkan pelayanan publik yang cepat, tepat, murah, transparan, dan tidak diskriminatif untuk mendukung aktivitas masyarakat dan dunia usaha telah menghasilkan, antara lain (1) pengembangan sistem pelayanan publik yang berbasis pada kemampuan aplikasi nomor induk kependudukan; (2) penyempurnaan sistem pelayanan publik secara bertahap ke arah pemanfaatan teknologi informatika (e-government) untuk memperkecil peluang terjadinya korupsi; (3) evaluasi sistem dan prosedur pelayanan; (4) RUU Pelayanan Publik; (5) pelaksanaan berbagai kajian atau evaluasi yang relevan, antara lain, (a) manajemen wilayah perbatasan negara; (b) perbandingan pengelolaan BUMN di berbagai negara ASEAN; (c) Badan Hukum Milik Negara (BHMN); (d) kebijakan pengawasan pengelolaan keuangan negara; dan (e) evaluasi penerapan standar pelayanan publik di kabupaten/kota.

6.

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Upaya mendukung kelancaran tugas dan fungsi aparatur negara dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat sampai dengan pertengahan tahun pertama pelaksanaan RPJMN 2004–2009, Pemerintah berupaya meningkatkan prasarana dan sarana aparatur pemerintah di berbagai instansi pemerintah yang diupayakan secara proporsional, sesuai dengan keperluan nyata dan tetap mengacu kepada prinsip efisiensi dan efektivitas.


(9)

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Upaya mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang telah dilaksanakan selama ini perlu ditingkatkan. Untuk itu, Pemerintah sedang dan akan terus melanjutkan upaya-upaya tersebut, antara lain (1) pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi secara transparan, konsisten, dan berkelanjutan; (2) penerapan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada setiap tingkat dan kegiatan instansi pemerintahan; (3) penerapan manajemen instansi pemerintahan secara benar dan konsisten serta berorientasi pada peningkatan kinerja dan dapat memperkecil peluang terjadinya korupsi sejalan dengan pengembangan dan penerapan sistem akuntabilitas kinerja pada seluruh instansi pemerintahan; (4) peningkatan intensitas, kualitas, dan sinergi pengawasan dan pemantauan tindak lanjut atas hasil pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dan hasil pemeriksaan ekstern (BPK); (5) penerapan nilai-nilai etika aparatur dalam rangka pemberian pelayanan umum; (6) penyempurnakan sistem kelembagaan pemerintahan yang proporsional dan efektif; (7) penyempurnaan manajemen kepegawaian atau sumber daya manusia aparatur berbasis kompetensi dan kinerja; (8) peningkatan netralitas dan disiplin PNS; (9) penyelesaian pelaksanaan National Civil Service Information System (NCSIS) dalam membangun pangkalan data untuk perencanaan PNS; (10) penegakan aturan hukum bagi aparatur pemerintahan; (11) optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan publik; (12) penyelesaian RUU Administrasi Pemerintahan untuk menjadi UU Administrasi Pemerintahan; (13) pengembangan pelayanan publik di bidang kependudukan; serta (14) akuisisi dan pengelolaan dokumen/arsip negara secara profesional.


(10)

Tabel I Komposisi PNS 2003–2005

No. Uraian (Data PUPNS)2003 2004 2005 (*) 1. Jumlah PNS 3.648.005 3.587.337 3.716.967 2. Menurut Jenis Kelamin

a. Pria b. Wanita 2.172.285 1.475.720 2.130.299 1.457.038 2.179.636 1.537.331 3. Menurut Kepangkatan

a. Golongan I b. Golongan II c. Golongan III d. Golongan IV

88.676 981.061 2.129.381 448.887 82.445 923.604 2.100.900 480.388 72.748 946.710 2.131.875 565.634 4. Menurut Pendidikan

a. Sampai dengan SD b. SLTP

c. SLTA/D-I d. Sarmud/D-II/D-III e. Sarjana (S-1, S-2, S-3)

125.584 103.191 1.450.720 875.010 1.093.500 115.557 99.076 1.425.043 867.388 1.080.273 115.592 121.479 1.420.640 914.094 1.145.162 5. Menurut Jenis

Kepagawaian a. PNS Pusat b. PNS Daerah

840.018 2.807.987 824.644 2.762.693 871.940 2.845.027

6. Menurut Usia

a. 18– 20 Tahun b. 21– 25 Tahun c. 26– 30 Tahun d. 31– 35 Tahun e. 36– 40 Tahun f. 41– 45 Tahun g. 46– 50 Tahun h. 51– 56 Tahun i. 57– 60 Tahun j. 61– 65 Tahun k. 66– 70 Tahun 10.802 74.280 190.765 458.692 793.762 875.670 644.346 514.663 79.965 4.554 506 7.097 59.427 166.763 412.401 752.088 897.251 663.117 529.237 95.018 4.441 497 6.313 89.052 194.956 397.640 700.403 913.195 698.615 603.084 107.588 5.656 465 Catatan:

(*) Keadaan Juli 2005, termasuk CPNS Tahun 2004

Tabel II


(11)

No Kualifikasi Jumlah

1. Tenaga Kesehatan 28.021

2. Guru dan Dosen di Bawah Pembinaan Depdiknas 76.563 3. Guru/Dosen dan Tenaga Teknis Lain di Bawah Pembinaan Depag 50.000

4. Jabatan Strategis Lain 50.000

Jumlah CPNS Tahun 2004 204.584 Tabel III

Rekapitulasi Diklat PNS 2004–2005

Jenis Diklat 2004 2005*

a. Diklat Prajabatan 1) Golongan I 2) Golongan II 3) Golongan III

859 12.383 23.003

7 6.445 5.421 b. Diklat dalam Jabatan

1) Diklatpim I ** 2) Diklatpim II 3) Diklatpim III 4) Diklatpim IV

54 2.270 5.261 9.973

20 706 939 1.696 c. Diklat Teknis dan Fungsional

1) Teknis

2) Widyaiswara 1.82981 463946

Catatan:

* Sampai dengan bulan Juni 2005 ** Diklatpim I Pola Khusus dan Reguler

Tabel IV

Temuan Hasil Audit Investigatif atas Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi

Oktober 2004–April 2005

No. Penyidik Instansi Kasus Nilai Kerugian Keuangan Negara Rupiah Valas (US$) 1. Kejaksaan 30 49.582.024.240,37 48,840.09 2. Kepolisian 39 71.609.045.966,90 7,870,397.00 3. KPK 15 98.964.170.616,00 6,439,732.19 Jumlah 84 220.155.240.823,27 14,358,969.28 (Data BPKP)

Tabel V

Bantuan BPKP Mengenai Perhitungan Kerugian Keuangan Negara kepada Instansi Penyidik

Oktober 2004–April 2005


(12)

Instansi

Penyidik Kasus Rp. US$

1. Kejaksaan 51 460.137.453.982 2,433,156.60 2. Kepolisian 62 155.152.366.521 - 3. KPK 2 20.350.000.000 51,845,707.00 TOTAL 115 635.639.820.503 54,278,863.60 (Data BPKP)


(1)

Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND); (2) Peraturan Presiden No. 10 dan 12 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia dan LPND; (3) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; (4) terlaksananya berbagai kajian/evaluasi, antara lain, (a) standarisasi kompetensi pegawai; (b) mekanisme penyusunan dan pengundangan peraturan perundang-undangan; (c) naskah akademik dan RUU Administrasi Pemerintahan; (5) diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; (6) diterbitkannya Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2005 tentang Dewan Kebijakan Pertimbangan Otonomi Daerah; (7) terlaksananya evaluasi implikasi penerapan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; dan (8) telah diterbitkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No. 06 Tahun 2005 tentang Pedoman Perlindungan, Pengamanan, dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara.

4.

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur

Hasil-hasil yang dicapai dari upaya untuk mewujudkan pengelolaan pegawai atau sumber daya manusia aparatur, antara lain (1) data PNS yang lebih akurat hasil dari pendataan ulang pegawai negeri sipil (PUPNS); (2) rencana penerimaan PNS secara bertahap sampai dengan tahun 2007, yang untuk tahun 2004 telah dilakukan pengadaan CPNS secara nasional sebanyak 204.584 orang, sebagaimana terperinci dalam Tabel II; dan pada tahun 2005 ini akan dilakukan penanganan tenaga honorer melalui seleksi secara khusus bagi pegawai honorer dengan perhatian khusus kepada (a) guru dan dosen, (b) tenaga kesehatan, (c) penyuluh pertanian, perikanan, peternakan, dan (d) jabatan strategis lain; selain itu, Pemerintah juga akan melakukan pengadaan PNS secara khusus untuk mengganti PNS yang hilang/meninggal akibat terkena musibah gempa dan tsunami pada bulan Desember 2004 di wilayah Provinsi


(2)

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kabupaten Nias Sumatra Utara; (3) pembinaan profesionalisme dan remunerasi PNS; (4) terlaksananya akreditasi dan sertifikasi Lembaga Diklat PNS; (5) terselenggaranya (a) Diklatpim Tingkat I Khusus dan Reguler serta Diklatpim Tingkat II; (b) Diklat Prajabatan; dan (c) pelaksanaan berbagai diklat teknis dan fungsional. Lebih lanjut, pelaksanaan diklat dalam tahun 2004– 2005 tercermin dalam Tabel III.

5.

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Upaya meningkatkan pelayanan publik yang cepat, tepat, murah, transparan, dan tidak diskriminatif untuk mendukung aktivitas masyarakat dan dunia usaha telah menghasilkan, antara lain (1) pengembangan sistem pelayanan publik yang berbasis pada kemampuan aplikasi nomor induk kependudukan; (2) penyempurnaan sistem pelayanan publik secara bertahap ke arah pemanfaatan teknologi informatika (e-government) untuk memperkecil peluang terjadinya korupsi; (3) evaluasi sistem dan prosedur pelayanan; (4) RUU Pelayanan Publik; (5) pelaksanaan berbagai kajian atau evaluasi yang relevan, antara lain, (a) manajemen wilayah perbatasan negara; (b) perbandingan pengelolaan BUMN di berbagai negara ASEAN; (c) Badan Hukum Milik Negara (BHMN); (d) kebijakan pengawasan pengelolaan keuangan negara; dan (e) evaluasi penerapan standar pelayanan publik di kabupaten/kota.

6.

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

Upaya mendukung kelancaran tugas dan fungsi aparatur negara dalam memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat sampai dengan pertengahan tahun pertama pelaksanaan RPJMN 2004–2009, Pemerintah berupaya meningkatkan prasarana dan sarana aparatur pemerintah di berbagai instansi pemerintah yang diupayakan secara proporsional, sesuai dengan keperluan nyata dan tetap mengacu kepada prinsip efisiensi dan efektivitas.


(3)

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan

Upaya mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa yang telah dilaksanakan selama ini perlu ditingkatkan. Untuk itu, Pemerintah sedang dan akan terus melanjutkan upaya-upaya tersebut, antara lain (1) pemberantasan terhadap tindak pidana korupsi secara transparan, konsisten, dan berkelanjutan; (2) penerapan prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang baik pada setiap tingkat dan kegiatan instansi pemerintahan; (3) penerapan manajemen instansi pemerintahan secara benar dan konsisten serta berorientasi pada peningkatan kinerja dan dapat memperkecil peluang terjadinya korupsi sejalan dengan pengembangan dan penerapan sistem akuntabilitas kinerja pada seluruh instansi pemerintahan; (4) peningkatan intensitas, kualitas, dan sinergi pengawasan dan pemantauan tindak lanjut atas hasil pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dan hasil pemeriksaan ekstern (BPK); (5) penerapan nilai-nilai etika aparatur dalam rangka pemberian pelayanan umum; (6) penyempurnakan sistem kelembagaan pemerintahan yang proporsional dan efektif; (7) penyempurnaan manajemen kepegawaian atau sumber daya manusia aparatur berbasis kompetensi dan kinerja; (8) peningkatan netralitas dan disiplin PNS; (9) penyelesaian pelaksanaan National Civil Service Information System (NCSIS) dalam membangun pangkalan data untuk perencanaan PNS; (10) penegakan aturan hukum bagi aparatur pemerintahan; (11) optimalisasi pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan publik; (12) penyelesaian RUU Administrasi Pemerintahan untuk menjadi UU Administrasi Pemerintahan; (13) pengembangan pelayanan publik di bidang kependudukan; serta (14) akuisisi dan pengelolaan dokumen/arsip negara secara profesional.


(4)

Tabel I Komposisi PNS 2003–2005

No. Uraian (Data PUPNS)2003 2004 2005 (*) 1. Jumlah PNS 3.648.005 3.587.337 3.716.967 2. Menurut Jenis Kelamin

a. Pria b. Wanita 2.172.285 1.475.720 2.130.299 1.457.038 2.179.636 1.537.331 3. Menurut Kepangkatan

a. Golongan I b. Golongan II c. Golongan III d. Golongan IV

88.676 981.061 2.129.381 448.887 82.445 923.604 2.100.900 480.388 72.748 946.710 2.131.875 565.634 4. Menurut Pendidikan

a. Sampai dengan SD b. SLTP

c. SLTA/D-I d. Sarmud/D-II/D-III e. Sarjana (S-1, S-2, S-3)

125.584 103.191 1.450.720 875.010 1.093.500 115.557 99.076 1.425.043 867.388 1.080.273 115.592 121.479 1.420.640 914.094 1.145.162 5. Menurut Jenis

Kepagawaian a. PNS Pusat b. PNS Daerah

840.018 2.807.987 824.644 2.762.693 871.940 2.845.027 6. Menurut Usia

a. 18– 20 Tahun b. 21– 25 Tahun c. 26– 30 Tahun d. 31– 35 Tahun e. 36– 40 Tahun f. 41– 45 Tahun g. 46– 50 Tahun h. 51– 56 Tahun i. 57– 60 Tahun j. 61– 65 Tahun k. 66– 70 Tahun 10.802 74.280 190.765 458.692 793.762 875.670 644.346 514.663 79.965 4.554 506 7.097 59.427 166.763 412.401 752.088 897.251 663.117 529.237 95.018 4.441 497 6.313 89.052 194.956 397.640 700.403 913.195 698.615 603.084 107.588 5.656 465 Catatan:

(*) Keadaan Juli 2005, termasuk CPNS Tahun 2004 Tabel II


(5)

No Kualifikasi Jumlah

1. Tenaga Kesehatan 28.021

2. Guru dan Dosen di Bawah Pembinaan Depdiknas 76.563 3. Guru/Dosen dan Tenaga Teknis Lain di Bawah Pembinaan Depag 50.000

4. Jabatan Strategis Lain 50.000

Jumlah CPNS Tahun 2004 204.584 Tabel III

Rekapitulasi Diklat PNS 2004–2005

Jenis Diklat 2004 2005*

a. Diklat Prajabatan 1) Golongan I 2) Golongan II 3) Golongan III

859 12.383 23.003

7 6.445 5.421 b. Diklat dalam Jabatan

1) Diklatpim I ** 2) Diklatpim II 3) Diklatpim III 4) Diklatpim IV

54 2.270 5.261 9.973

20 706 939 1.696 c. Diklat Teknis dan Fungsional

1) Teknis

2) Widyaiswara 1.82981 463946

Catatan:

* Sampai dengan bulan Juni 2005 ** Diklatpim I Pola Khusus dan Reguler

Tabel IV

Temuan Hasil Audit Investigatif atas Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi

Oktober 2004–April 2005

No. Penyidik Instansi Kasus Nilai Kerugian Keuangan Negara Rupiah Valas (US$) 1. Kejaksaan 30 49.582.024.240,37 48,840.09 2. Kepolisian 39 71.609.045.966,90 7,870,397.00 3. KPK 15 98.964.170.616,00 6,439,732.19 Jumlah 84 220.155.240.823,27 14,358,969.28 (Data BPKP)

Tabel V

Bantuan BPKP Mengenai Perhitungan Kerugian Keuangan Negara kepada Instansi Penyidik

Oktober 2004–April 2005


(6)

Instansi

Penyidik Kasus Rp. US$

1. Kejaksaan 51 460.137.453.982 2,433,156.60 2. Kepolisian 62 155.152.366.521 - 3. KPK 2 20.350.000.000 51,845,707.00 TOTAL 115 635.639.820.503 54,278,863.60 (Data BPKP)