Gambar 5 Habitat potensial larva Anopheles kolong di Kecamatan Gerunggang. Kolong di Desa Kacang Pedang A-C.
Gambar 6 Habitat potensial larva Anopheles kolong di Kecamatan Gabek, Desa Selindung.
4.3. Karakteristik Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva Anopheles
spp.
Habitat perkembangbiakan larva Anopheles memiliki karakteristik yang beragam. Beberapa spesies Anopheles hidup dengan kondisi lingkungan yang
berbeda. Hal ini disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti luas habitat, pH, salinitas, kedalaman, predator, curah hujan, dan suhu.
4.3.1 Umur, Luas, Kekeruhan, Kedalaman, dan Dasar Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva
Anopheles spp.
Habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Kota Pangkalpinang memiliki umur yang bervariasi, yaitu dari satu tahun sampai
dengan 29 tahun Gambar 4B, 4H. Seiring dengan bertambahnya umur, kondisi A
B
C
kolong berubah menjadi hampir menyerupai habitat alami yang dapat menjadi tempat kehidupan organisme air, termasuk larva nyamuk Anopheles, sehingga
berpotensi menjadi habitat perkembangbiakan. Luasan habitat potensial perkembangbiakan larva Anopheles spp. yang
diperiksa antara 100–6000 m
2
. Habitat perkembangbiakan yang paling luas terletak di kecamatan Bukit Intan Gambar 4E. Selain itu luasan dapat
berpengaruh terhadap kelembapan dan masa waktu genangan. Semakin luas genangan maka potensi menjadi habitat potensial semakin lama. Suwito 2010
menemukan larva Anopheles spp. dengan variasi luas habitat yang berbeda di Kabupaten Lampung Selatan dan Pesawaran. Penelitian Amirullah 2012 di Desa
Saketa, Halmahera Selatan juga menemukan An. farauti pada habitat dengan luas yang bervariasi mulai dari 5 m
2
- 250 m
2
, sedangkan An. indefinitus ditemukan di habitat dengan luas 1–35 m
2
. Kolong yang terdapat di Kota Pangkalpinang sebagian besar mempunyai
dasar perairan berupa pasir. Habitat dengan dasar berupa pasir bercampur lumpur juga ditemukan di Kecamatan Gerunggang. Perairan dengan dasar lumpur banyak
terdapat tumbuhan air yang tumbuh sehingga dapat digunakan sebagai tempat persembunyian larva Anopheles dari serangan hewan predator. Selain itu,
tumbuhan air juga menyediakan mikroflora dan mikrofauna yang penting untuk kehidupan larva Anopheles. Soekirno et al. 1983 menyatakan larva Anopheles
lebih suka pada dasar perairan yang cenderung berpasir. Larva Anopheles juga dapat berkembangbiak di habitat dengan dasar lumpur seperti yang dilaporkan
oleh Suwito 2010 di Kecamatan Rajabasa dan Padangcermin, Lampung Selatan. Sebagian besar larva Anopheles ditemukan pada perairan dengan dasar lumpur,
yaitu larva An. sundaicus, An. subpictus, An. kochi, An. annularis, An. vagus, An. aconitus
, An. barbitoris, An. maculatus, An. minimus, dan An. tesselatus. Selain itu, larva Anopheles sp. juga ditemukan di habitat dengan dasar tanah di Mayong,
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah Mardiana et al. 2005 dalam Suwito 2010.
Tabel 1 Umur, luas, kekeruhan, kedalaman, dan dasar habitat potensial
perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Kota Pangkalpinang
Keterangan - tidak dijumpai larva Anopheles, + dijumpai larva Anopheles jenis An. letifer
Tingkat kekeruhan air pada habitat dapat ditentukan dengan melihat keadaan air yang jernih, kuning keruh atau coklat sangat keruh. Kekeruhan
dapat disebabkan oleh zat yang tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun anorganik. Zat organik merupakan makanan bagi bakteri atau mikroorganisme
yang ada dalam air dan mendukung perkembangbiakannya. Saleh 2002 menemukan larva Anopheles spp. dapat hidup dan berkembangbiak di air yang
jernih, keruh bahkan sangat keruh di Dusun Mataram Lengkong, Kabupaten Sukabumi. Larva An. sundaicus di daerah pasang surut Asahan Sumatera Utara
lebih banyak ditemukan pada habitat air keruh Sembiring 2005. Adapun beberapa spesies dari An. farauti, An. punctulatus, An. vagus, dan An. kochi juga
ditemukan di habitat air keruh Mulyadi 2010. Habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Kota Pangkalpinang
mempunyai kedalaman antara 0.5–10 m. Pada beberapa tempat, nyamuk Anopheles
spp. dapat bertahan hidup dan berkembang dengan kedalaman air yang
Lokasi Umur tahun
Luas m
2
Dasar Kekeruhan Kedalaman
m Larva
Kecamatan Bukit Intan
Situs 1 5
500 Lumpur
Kuning ±6
- Situs 2
29 3000
Pasir Jernih
±10 -
Situs 3 6
200 Tanah
Jernih 0.50
- Situs 4
6 2000
Pasir Kuning
±7 -
Situs 5 15
6000 Pasir
Jernih 7
- Situs 6
6 200
Tanah Jernih
0.50 -
Situs 7 29
3000 Pasir
Jernih ±10
- Situs 8
5 420
Pasir dan lumpur Jernih
4 -
Situs 9 1
200 Pasir
Kuning 0.5
- Situs 10
1 100
Pasir Coklat
0.5 -
Kecamatan Gerunggang
Situs 11 11
2000 Pasir dan lumpur
Coklat 8
- Situs 12
11 1500
Pasir dan lumpur Coklat
0.5 -
Situs 13 1
100 Pasir dan lumpur
Coklat 8
-
Kecamatan Gabek
Situs 14 1
100 Pasir
Jernih 0.5
+
berbeda-beda. Larva Anopheles biasanya ditemukan di perairan yang dangkal. Hal ini dikarenakan kandungan oksigen yang lebih banyak di perairan yang dangkal
sehingga produktivitas makhluk air lebih besar, termasuk larva Anopheles. Grieco et al
. 2007 menyatakan bahwa larva Anopheles ditemukan pada air dengan kedalaman 30-50 cm. Suwito 2010 menemukan larva Anopheles di Kecamatan
Padangcermin pada kedalaman air yang bervariasi, An. tesselatus 5 cm, An. maculatus
50-150 cm, An. indefinitus 20-150 cm, An. aconitus 10-15 cm, dan An. subpictus
20-200 cm, sedangkan di Kecamatan Rajabasa ditemukan An. tesselatus
100-200 cm, An. indefinitus 10 cm, An. aconitus 10-200 cm dan An. subpictus
10-200 cm. Mardiana et al. 2007 menemukan larva Anopheles pada perairan dangkal di Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Jawa Barat,
yaitu larva A. sundaicus pada perairan dengan kedalaman air 15 cm, larva A. vagus
dan A. kochi pada kedalaman air 10 cm.
4.3.2. Derajat Keasaman, Suhu, Salinitas, Predator, dan Tanaman air Habitat Potensial Perkembangbiakan Larva
Anopheles spp.
Derajat keasaman pH habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. di Kecamatan Bukit Intan adalah 5-7. Sedangkan di Kecamatan Gerunggang dan
Gabek mempunyai pH yang lebih rendah, yaitu 4-5. Derajat keasaman air yang kondusif bagi hewan air untuk bereproduksi adalah 6.5-9 Swingle 1961 diacu
dalam Boyd 1990. Derajat Keasaman memiliki pengaruh terhadap keberadaan larva Anopheles. Larva nyamuk Anopheles spp. dapat hidup pada berbagai kondisi
pH, seperti An. letifer yang dapat bertahan hidup pada pH rendah Takken et al 1990. Larva An. culicifacies ditemukan hidup pada kisaran pH 5.4-9.8, An.
plumbeus pH 4.4-9.3, sedangkan An. stephensi dan An. varuna ditemukan pada
pH air 6-11 Clements 1999. Pada pH kurang dari empat dan lebih dari delapan jarang ditemukan larva Anopheles Kengluecha et al. 2005 diacu dalam Suwito
2010. Hal ini dikarenakan pH kurang dari empat merupakan titik kematian asam dan pH lebih dari delapan merupakan titik kematian basa. Namun karena adanya
perubahan pH dalam setiap tahunnya mengakibatkan larva Anopheles beradaptasi dengan kadar pH yang selalu berubah. Kebanyakan habitat memiliki pH dengan
sifat asam Gambar 4A-F, 4J, 5, 6. Di beberapa tempat menunujukan kisaran pH air yang netral, seperti larva An. farauti di Desa Doro, Halmahera Selatan, Maluku
Utara ditemukan pada pH air yang yang netral 6.8-7.1 Mulyadi 2010. Demikian juga di Desa Hargotirto, Kabupaten Kulonprogo ditemukan larva Anopheles pada
pH yang netral pada sungai berkisar antara 6.78-7.12, sedangkan pada pada mata air berkisar antara pH 6.7–7.24 Santoso 2002.
Suhu air mempengaruhi kehidupan larva Anopheles. Suhu mempengaruhi kadar oksigen terlarut dalam air. Semakin tinggi suhu maka kadar oksigen dalam
air semakin sedikit. Suhu air dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan paparan sinar matahari pada habitat. Adanya paparan sinar matahari mempengaruhi jenis larva
Anopheles yang hidup di habitat tersebut. Rata-rata habitat memiliki suhu diantara
28–31 °C. Beberapa tempat menunjukan larva Anopheles spp. dapat hidup dan
berkembangbiak pada suhu yang bervariasi. Suhu habitat larva Anopheles spp. yang ditemukan di Desa Way Muli, Kecamatan Rajabasa lebih tinggi, yaitu 33.5
°C Setyaningrum et al. 2007. Adapun larva Anopheles spp. yang ditemukan di Dusun Mataram Lengkong, Kabupaten Sukabumi menunjukan kisaran suhu
optimal air di ketiga kolam antara 22.9-31.2 ⁰C Saleh 2002. Larva An. farauti di
Desa Doro, Halmahera Selatan ditemukan pada habitat dengan suhu 20-35 °C, sedangkan larva An. vagus dan An. punctulatus pada suhu 25-28 °C, An. kochi 26-
28 °C, dan An. minimus pada suhu 25-26 °C Mulyadi 2010. Habitat perkembangbiakan larva Anopheles spp. semuanya memiliki nilai
salinitas 0‰. Hal ini dikarenakan tidak adanya kandungan garam pada semua habitat tersebut.
Beberapa jenis larva Anopheles mampu hidup pada salinitas 0‰, misalnya An.kochi di Desa Saketa, Halmahera Selatan Amirullah 2012. Hasil ini
didukung oleh penelitian Setyaningrum et al. 2007 di Desa Way Muli, Lampung Selatan yang menemukan larva Anopheles di selokan air mengalir dengan salinitas
0‰, begitu juga di rawa-rawa dan selokan air tergenang. An.sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya 12-18‰ dan tidak dapat
berkembang pada kadar garam 40‰ ke atas. Namun di Sumatera Utara ditemukan pula tempat perindukan An. sundaicus pada air tawar Harijanto 2000. Begitu
juga An. punctulatus, An. vagus, An. kochi dan An. minimus di Desa Doro, Halmahera Selatan yang berkembangbiak pada habitat air tawar dengan salinitas
0‰. Adapun An. farauti ditemukan pada air tawar maupun air payau dengan dengan salinitas antara 0-7‰ Mulyadi 2010.
Tabel 2 Nilai pH, suhu, salinitas, predator, dan tanaman air habitat potensial
perkembangbiakan Larva Anopheles spp. di Kota Pangkalpinang pada periode Juli 2011-Mei 2012
Lokasi pH Suhu
°C Salinitas
‰ Predator Tanaman
air
Kecamatan Bukit Intan
Situs 1 6.55
29 Larva capung
Rumput Situs 2
6.67 29.7
Ikan, udang Tumbuhan paku, alga,
rumput Situs 3
6.28 30.1
Ikan, udang Rumput, alga
Situs 4 5.58
28.9 Larva capung
Rumput Situs 5
6.05 30.3
Ikan Rumput
Situs 6 6.55
30.3 Ikan, udang
Rumput Situs 7
7.18 30.3
Ikan, larva capung
Rumput, alga Situs 8
7.15 30.3
Ikan, larva capung
Rumput, alga Situs 9
7.04 30.1
Ikan, larva capung
Rumput, paku Situs 10
6.74 29.9
Ikan, larva capung
Rumput, paku
Kecamatan Gerunggang
Situs 11 5.52
29.9 Ikan,larva
capung, berudu Enceng gondok, talas,
rumput Situs 12
4.59 29.7
Ikan -
Situs 13 4.04
30.4 Ikan, larva
capung Enceng gondok,
rumput
Kecamatan Gabek
Situs 14 4.5
30.1 Ikan
Rumput, alga
Predator larva ditemukan di semua habitat, seperti ikan, larva capung, dan berudu. Keberadaan predator pada suatu habitat dapat mengurangi populasi larva
nyamuk vektor. Keberadaan predator tersebut memungkinkan menjadi penyebab sulitnya menemukan larva Anopheles spp. Hal ini mengakibatkan berkurangnya
jumlah larva sehingga tidak ditemukannya larva saat dilakukan pemeriksaan di kolong. Ikan-ikan kecil juga terdapat terdapat pada habitat larva An. sundaicus di
pantai Asahan Sumatera Utara yang diduga sebagai predator Sembiring 2005.
Gambar 7 Tanaman air pada habitat kolong larva di Desa Kacangpedang, Kecamatan Gerunggang
Tanaman air ditemukan pada semua habitat perkembangbiakan larva Anopheles
spp. yang diperiksa. Jenis tanaman air yang ditemukan yaitu rumput, alga, tumbuhan paku, enceng gondok dan talas Gambar 7. Tanaman air dapat
mempengaruhi keberadaan larva Anopheles spp. pada suatu tempat. Larva Anopheles
menggunakan tanaman sebagai tempat berlindung dari predator. Beberapa nyamuk Anopheles menyukai habitat air yang ada tanaman air. Larva
Anopheles spp. hidup mengambang di permukaan air. Larva ini memerlukan
tanaman air atau benda lain yang digunakan untuk menempel atau berlindung sehingga bisa ditemukan di pinggir maupun di tengah perairan. Namun demikian
pada umumnya larva Anopheles lebih banyak ditemukan di pinggir. Selain itu keberadaan tanaman air juga dapat menyediakan makanan bagi larva Anopheles
berupa mikroflora dan mikrofauna yang berkumpul di sekitar tanaman.
4.4. Kejadian Penyakit Malaria