Manifestasi klinis dari anemia defisiensi besi sangat bervariasi, bisa hampir tanpa gejala, bisa juga gejala-gejala penyakit dsarnya yang
menonjol, ataupun bisa ditemukan gejala aneia bersama-sama dengan gejala penyakit dasarnya. Gejala-gejala dapat berupa kepala pusing,
palpitasi, berkunang-kunang, perubahan jaringan epitel kuku, gangguan system neuro muscular, lesu, lemah, lelah, disphagia dan pembesaran
kelenjar limpha. Bila kadar Hb 7 grdl maka gejala-gejala dan tanda- tanda anemia akan jelas.
Nilai ambang batas yang digunakan untuk menentukan status anemia didasarkan pada criteria WHO tahun 1972 ditetapkan 3 kategori
yaitu : normal 11 grdL, ringan 8-11 grdL, berat 8 grdL.
6 Dampak Anemia Defisiensi Zat Besi pada Kehamilan
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko menurut penelitian, tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi lahir rendah dan
angka kematian perinatal meningkat. Perdarahan antepartum dan post partum lebih sering dijumpai pada wanita yang anemis tidak dapat
mentolerir kehilangan darah. Dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang
sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan abortus, Partus premature, gangguan proses persalianan inertia, atonia,
gangguan pada masa nifas sub involusi, produksi ASI rendah dan gangguan pada janin PJT, kematian perinatal, dll.
b. Hyperemisis Gravidarum
1 Definisi
Wiknjosastro 2005 mengatakan bahwa Hyperemisis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada ibu hamil. Seorang ibu menderita
Hyperemisis gravidarum jika seorang ibu memuntahkan segala yang dimakan dan diminumnya hingga berat badan ibu sangat turun, turgor kulit
kurang, diurese kurang dan timbul aseton dalam air kencing.
[ Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan]
Page 7
Hiperemisis gravidarum juga dapat diartikan keluhan mual muntah yang dikategorikan berat jika ibu hamil selalu muntah setiap kali minum
ataupun makan. Akibatnya, tubuh sangat lemas, muka pucat dan frekuensi buang air kecil menurun drastis, aktivitas sehari-hari menjadi terganggu
dan keadaan umum menurun. Meski begitu tidak sedikit ibu hamil yang masih mengalami mual muntah sampai trimester III Cuningham, 2005.
Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan yang bisa meningkatkan derajat kesakitan adalah terjadinya gestosis pada masa
kehamilan, dan salah satu gestosis pada masa kehamilan adalah Hiperemisis gravidarum Sastrawinata, 2004.
2 Etiologi
Penyebab hiperemisis gravidarum belum diketahui secara pasti.Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak
ditemukan kelainan biokimia, perubahan-perubahan anatomis yang terjadi pada otak, jantung, hati dan susunan saraf. Beberapa faktor predisposisi
dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa sebagai berikut: a Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida,
mola hidatidosa dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hydatidosa dan kehamilan ganda menimbulkan dugaan bahwa
faktor hormon memegang peranan penting karena pada kedua keadaan tersebut hormone korionik gonadotropin dibentuk berlebihan
Wiknjosastro, 2005. b Masuknya villi khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini merupakan faktor organic Wiknjosastro,
2005. c Alergi, sebagai salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organik Wiknjosastro, 2005. d Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini,
rumah tangga yang rentak, kehilangan pekerjaan, takut akan kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat
menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi
[ Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan]
Page 8
hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup Wiknjosastro, 2005. Kurangnya penerimaan terhadap kehamilan dinilai memicu perasaan
mual dan muntah ini. Pada waktu hamil muda, kehamilan dinilai tidak diharapkan, apakah karena kegagalan kontrasepsi ataupun karena
hubungan di luar nikah. Hal ini bisa memicu penolakan ibu terhadap kehamilannya tersebut cuningham, 2005.
e Faktor adaptasi dan hormonal. Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemisis gravidarum. Wanita primi gravid
dan over distensi rahim pada hamil ganda dan mola hydatidosa, jumlah hormone yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadinya
hiperemisis gravidarum manuaba, 1998. Peningkatan hormone estrogen dan hormone chorionic gonadotropin HCG. Pada kehamilan
dinilai terjadi perubahan juga pada system endokrinologi, terutama untuk hormone esterogen dan HCG yang dinilai mengalami
peningkatan. Sejalan dengan yang diungkapkan pada poin pertama, bahwa pada kehamilan Mola hydatidosa dan kehamilan ganda,
memang terjadi pembentukan hormone yang berlebihan Cuningham, 2005.
3 Patologis
Menurut Prawirohardjo 2005 bedah mayat pada wanita yang meninggal karena hiperemisis gravidarum menunjukan kelainan-kelainan pada
berbagai alat dalam tubuh, yang juga dapat ditemukan pada malnutrisi oleh beberapa macam sebab adalah :
a Pada hati tampak degenerasi lemak tanpa nekrosis yang terletak sentrilobuler , kelainan ini nampaknya tidak menyebabkan kematian
dan dianggap sebagai akibat muntah yang terus-menerus. Tetapi separuh penderita yang meninggal karena hiperemisis gravidarum
menunjukan gambaran mikroskopik hati yang normal. b Pada jantung menjadi tampak lebih kecil dari biasanya dan beratnya
atrofi jaringan dan sejalan dengan lamanya penyakit, kadang-kadang dtemukan perdarahan sub-endokardial.
[ Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan]
Page 9
c D otak dapat ditemukan ensefalopati Wernicke yaitu dilatasi kapiler dan perdarahan kecil-kecil didaerah corpora mamilaria ventrikel ketiga
dan keempat. d Ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubuli kontorti.
4 Patofisiologis
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar hormone esterogen, oleh karena keluhan ini terjadi
pada trimester pertama. Pengaruh fisiologik hormone esterogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari system saraf pusat akibat berkurangnya
pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan Wiknjosastro, 2005. Hiperemisis gravidarum yang merupakan komplikasi mual muntah pada hamil muda, bila terjadi terus-menerus
dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-gejala ini hanya
terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastic dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih
berat Wiknjosastro, 2005. Hiperemisis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-
asetik, asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan yang
dimuntahkan menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun demikian pula
khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemekonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang.. Hal ini menyebabkan
jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang dan tertibunnya zat metabolic yang toksik. Disamping dehidrasi dan terganggunya
[ Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan]
Page 10
keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lender esofagus dan lambung Sindrom Mallory-Weiss dengan akibat perdarahan
gastro intestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang samapi diperlukan transfuse atau tindkan oeratif
Wiknjosastro, 2005.
5 Tanda dan Gejala
Batas antara mual dan muntah dalam kehamilan yang masih fisiologik dengan hiperemisis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntahyang
menimbulkan gangguan pada kehidupan atau aktvitas sehari-hari dan dehidrasi memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan
perawatan yang intensif. Menurut Winkjosastro 2005, hiperemisis gravidarum berdasarkan berat
ringannya gejala dapat dibag ke dalam tiga tingkatan. a Tingkat I. Ringan. Ditandai dengan muntah terus menerus yang
mempengaruhi keadaan umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan nyeri epigastrium, Nadi
meningkat sekitar 100 per menit, tekanan darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang, lidah mengering dan mata cekung.
b Tingkat II. Sedang. Penderita terlihat lebih lemah dan apatis, turgor kulit lebih mengurang, lidah mongering dan tampak kotor, nadi kecil
dan cepat, suhu kadang-kadang naik dan mata sedikit ikteris. Berat badan turun dan mata cekung, tensi tururn, hemokonsentrasi, oliguria
dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing. c Tingkat III. Berat. Keadaa umum lebih parah, muntah berhenti,
kesadaran menurun dari somnolen samapai koma, nadi kecil dan cepat, suhu tubuh meningkat dan tensi menurun. Komplikasi fatal terjadi
pada susunan saraf yang dikenal dengan ensefalopati wernicke, dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan mental. Keadaan ini akibat
sangat kekurangan zat makanan, terasuk vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukan adanya payah hati.
6 Diagnosis
[ Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan]
Page 11
Umumnya tidak sukar untuk menegakan diagnose Hiperemisis Gravidarum. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dengan mual dan
muntah yang terus menerus, sehingga berpengaruh terhadap keadaan umum dan juga dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat
mempengaruhi perkembangan janin sehingga pengobatan perlu segera diberikan. Juga bisa dilihat dari hasil pemeriksaan laboratorium yang
menunjukan adanya keton dalam urine Winkjosastro, 2005. Namun harus dipikirkan juga kemungkinan kehamilan muda dengan penyakit
Pielonefritis, Hepatitis, Ulkus Ventrikulli dan Tumor Serebri yang bisa memberika gejala muntah Cuningham, 2005.
7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada ibu dengan hiperemisis gravidarum dimulai dengan:
a Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemisis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan memberikan penerangan tentang kehamilan dan
persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah merupakan gejala
yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan bebetapa bulan, menganjurkan mengubah makanan sehari-
hari dengan makanan dalam jumlah kecil, tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, dianjurkan untuk
makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berbinyak dan berlemak sebaiknya dihindarkan.
Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau dingin. Defekasi yang teratur harusnya dapat dijamin, menghindarkan
kekurangan karbohidrat merupakan faktor yang penting, oleh karenanya dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
b Obat-obatan
Apabila dengan gejala tersebut di atas keluhan dan gejala tidak berkurang maka doerlukan pengobatan. Sedativa yang sering diberikan
adalah Phenobarbital, vitamin yang dianjurkan yaitu vitamin B1 dan B2 yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan syaraf, jantung,
[ Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan]
Page 12
otot serta meningkatkan Pertumbuhan dan perbaikan sel dan B6 berfungsi menurunkan keluhan atau gangguan mual muntah bagi ibu
hamil dan juga membantu dalam sintesa lemak untuk pembentukan sel darah merah, antihistaminika juga dianjurkan. Pad akeadaan lebih
berat diberikan antimimetik seperti disklomin, hidokloride, Avomin Wiknjosastro, 2005.
c Isolasi
Isolasi dilakukan dalam kamar yang tenang cerah dan peredaran udara yang baik hanya dokter dan perawat yang boleh keluar masuk kamar
sampai muntah berhenti dan pasien mau makan. Kadang-kadang dengan isolasi saja gejala-gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
d Terapi psikologik
Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik, yang kiranya menjadi latar belakang penyakit ini Winkjosastro, 2005. Bantuan
positif dalam mengatasi permasalahan psikologis dan social dinilai cukup signifikan memberikan kemajuan keadaan umum .
e Diet
Ciri diet hyperemisis adalah penekanan karbohidrat kompleks terutama pada pagi hari, serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng-
gorengan untuk menekan rasa mual dan muntah. Diet pada hiperemisis bertujuan untuk mengganti persediaan glikogen tubuh dan mengontrol
asidosis secara berangsur memberi makanan berenergi dan zat gizi yang cukup Dinar, 2008. Diet hiperemisis gravidarum memiliki
beberapa syarat, diantaranya adalah karbohidrat yang tinggi, yaitu 75- 80 dari kebutuhan energy total, lemak rendah, yaitu 10 dari
kebutuhan energy total, protein sedang yaitu 10-15 dari kebutuhan energy total, makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian
cairan disesuaikan dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelashari, makanan mudah dicerna, tidak merangsang saluran pencernaan dan
diberikan sering dalam porsi kecil, bila makan pagi sulit diterima,
[ Deteksi Dini Kelainan, Komplikasi dan Penyakit Masa Kehamilan]
Page 13
pemberian dioptimalkan pada makan malam dan selingan malam, makanan secara berangsur ditingkatkan dalm porsi dan nilai gizi sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien Dinar, 2008.
c. Abortus 1 Definisi