Mahkamah Agung. Mahkamah Konstitusi. Komisi Yudisial.

akan datang, misalnya, kalau ada perkembangan badan- badan peradilan lain yang tidak termasuk dalam kategori keempat lingkungan peradilan yang sudah ada diatur dalam undang- undang.

1. Mahkamah Agung.

Perubahan ketentuan yang mengatur tentang tugas dan wewenang mahkamah agung dalam undang- undang dasar dilakukan atas pertimbangan untuk memberikan jaminan konstitusional yang lebih kuat terhadap kewenangan dan kinerja MA. Sesuai dengan pasal 24A ayat 1 , MA mempunyai wewenang : - Mengadili pada tingkat kasasi - Menguji peraturan perundang- undangan dibawah undang- undang terhadap undang- undang. - Wewenang lainnya yang diberikan oleh undang- undang.

2. Mahkamah Konstitusi.

Perubahan UUD 1945 juga melahirkan sebuah negara baru dibidang kekuasaan kehakiman sesuai dengan pasal 24C ayat 1 , yaitu mahkamah konstitusi dengan wewenang sebagai berikut : - Menguji undang- undang terhadap undang- undang dasar. - Memutuska sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh undang- undang dasar. - Memutus pembubaran partai politik. - Memutus perselisihan tentang hasil pemilu. Lembaga ini merupakan bagian kekuasaan kehakiman yang mempunyai peranan penting dalam usaha menegakkan konstitusi dan prinsip negara hukum sesuai dengan tugas dan kewenangannya yang ditentukan dalam UUD 1945. Pembentukan mahkamah konstitusi adalah sejalan dengan dianutnya paham negara hukum dalam UUD 1945. Dalam negara hukum harus dijaga paham konstitusional. Artinya, tidak boleh ada undang- undang dan peraturan perundang- undangan lainnya yang bertentangan dengan undang- undang dasar sebagai puncak dalam tata urutan peraturan perundang- undangan di Indonesia. Pengujian undang- undang terhadap UUD 1945 membutuhkan sebuah mahkamah dalam rangka menjaga prinsip konstitusionalitas hukum.

3. Komisi Yudisial.

12 Untuk menjaga dan meningkatkan integritas hakim agung, dalam undang- undang dasar dibentuk lembaga baru yaitu komisi yudisial. Melalui lembaga komisi yudisial ini, diharapkan dapat diwujudkan lembaga peradilan yang sesuai dengan harapan rakyat sekaligus dapat diwujudkan penegakan hukum dan pencapaian keadilan yang diputus oleh hakim yang terjaga kehormatan dan keluhuran martabat serta perilakunya. Wewenang komisi yudisial menurut ketentuan UUD adalah mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perlaku hakim. Dalam proses rekruitmen hakim agung, calon hakim agung diusulkan komisi yudisial kepada DPR untuk mendapat persetujuan dan untuk selanjutnya ditetapkan sebagai hakim agung oleh presiden. Pasal 24B UUD 1945 menyebutkan komisi yudisial merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dan berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim. Dengan demikian komisi yudisial memiliki dua kewenangan, yaitu : mengusulkan pengangkatan calon hakim agung di mahkamah agung dan menegakkan kehormatan dan keruhuran martabat serta menjaga martabat dan perilaku hakim di mahkamah konstitusi. Anggota komisi yudisial berdasarkan ketentuan undang- undang berjumlah 7 tujuh orang dan berstatus sebagai pejabat negara yang terdiri atas mantan hakim, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Keanggotaan komisi yudisial diajukan presiden kepada DPR, dengan terlebih dahulu presiden membantu panitia seleksi yang terdiri dari unsur pemerintah, praktisi hukum, akademisi hukum, dan anggota masyarakat. Komisi ini dibentuk atas respon terhadap upaya penegakan dan reformasi di institusi peradilan yang selama ini dianggap kurang memuaskan. Selain itu untuk meminimalisasi interes politik dari angggota DPR di dalam memilih dan menentukan hakim agung di mahkamah agung. MA adalah institusi peradilan yang independen dan seharusnya terlepas dari campur tangan, obyektif, dan dapat dipertanggungjawabkan. Komisi yudisial juga dibentuk untuk memberikan pengawasan terhadap perilaku hakim. Pengawasan dilakukan secara internal, 13 peradilan terhadap para hakim yang apabila terbukti kurang efektif dapat dilakukan penindakan secara tegas terhadap hakim yang melakukan pelanggaran.

F. Badan Pemeriksa Keuangan.