Evaluasi lahan dilakukan sesuai dengan faktor pembatas dan tingkat keberhasilan yang dimiliki masing-masing lahan, lahan kelas sangat sesuai S1
dinilai sebesar 80 – 100, kelas sasuai S2 dinilai sebesar 60 – 79 dan kelas tidak sesuai N dinilai sebesar 60. Langkah selanjutnya adalah
membandingkan nilai lahan dengan nilai masing-masing kelas lahan, Dengan demikian akan diperoleh masing-masing kelas kesesuaian lahan untuk
peruntukan.
3.4.2. Analisis Daya Dukung Lingkungan
Analisis daya dukung lingkungan dilakukan untuk mengestimasi jumlah unit budidaya yang dapat didukung pada arel yang berpotensi yang telah
ditentukan sebelumnya. Analisis daya dukung lingkungan ini menggunakan persamaan yang dikemukakan oleh Soselisa 2006, yang diformulasikan
sebagai berikut :
Daya dukung = Lkl Lub
Keterangan Lkl
: Luas Kapasitas Lahan Lub
: Luasan Unit Budidaya
3.4.3. Analisis Kelayakan Usaha
Keberhasilan usaha pengembangan dalam hal produksi pada akhirnya akan dinilai dari besarnya pendapatan benefit yang akan diperoleh, dengan
demikian selain melakukan analisis tingkat kesesuaian lahan untuk peruntukan pemanfaatan sumberdaya perikanan, selanjutnya dilakukan analisis terhadap
biaya dan manfaat. Analisis dilakukan untuk memberikan gambaran kelayakan
usaha pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu dari perspektif ekonomis. Dengan demikian pelaku pengembangan usaha akan mengetahui
untung rugi usaha yang akan dikembangkan dan waktu pengembalian modal usaha Prianto, 2003. Dengan demikian dapat ditentukan kelayakan usaha
budidaya laut dan hasil analisis ini akan membantu dan memberikan gambaran besaran modal investasi, waktu pengembalian modal, dan mekanisme
pemberian bantuan modal usaha pada tiap-tiap usaha budidaya laut yang akan dikembangkan dan selanjutnya menjadi input dalam perumusan strategi
pengembangan budidaya rumput laut dan ikan kerapu di Pulau Lingayan.
Analisis kelayakan usaha budidaya rumput laut mencakup perhitungan biaya investasi, biaya produksi dan penerimaan yang akan didapat dalam usaha
budidayanya. Karena budadaya rumput laut tergolong usaha musiman, maka akan dianalisis dengan mengukur hubungan antara manfaat dan biaya dari
usaha budidaya laut, yakni revenue Cost Analisis RC Usaha budidaya ikan kerapu yang tergolong usaha tahunan, selain
dilakukan analisis dengan mengukur hubungan antara manfaat dan biayanya, juga dianalisis melalui investment criteria, yaitu : revenue cost ratio RC, net
present value NPV, net benefit-cost ratio Net BC, dan Internal rate of return IRR. Berikut penjelasan masing-masing criteria investmen yang digunakan
dalam analisis ini : 1
Revenue Cost Ratio RC, Analisis digunakan untuk melihat layak tidaknya suatu usaha yang dilakukan dangan membandingkan penerimaan
selama 1 satu tahun dengan biaya produksi selama 1 tahun. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :
RC = TRTC
Keterangan : R : Revenue
C : Cost
TR : Total Revenue
TC : Total Cost
Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut: bila RC 1, maka usaha tidak layak; RC = 1, maka usaha impas; dan RC 1, maka
usaha layak dilaksanakan. 2
Net presen value NPV, kriteria ini digunakan untuk menilai manfaat investasi yang merupakan jumlah nilai dari manfaat bersih dan dinyatakan
dalam rupiah. Rumus persamaan tersebut dinyatakan sebagai berikut :
∑
=
+ −
=
n t
t t
t
i C
B NPV
1
1
Keterangan : B
t
: Benefit kotor pada tahun t C
t
: Cost kotor pada tahun t n
: Umur ekonomis dari proyek i
: discount rate t
: periode
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut: Bila NPV 0 berarti investasi dinyatakan menguntungkan dan layak, apabila NPV 0
maka investasi dinyatakan tidak menguntungkan yang berarti proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Pada keadaan ini NPV = 0, maka
investasi pada proyek tersebut hanya mengembalikan manfaat yang posisi sama dengan tingkat social opportunity cost of capital.
3 Net benefit-cost ratio Net BC, kriteria ini merupakan perbandingan
dimana sebagai pembilang terdiri atas nilai total dari manfaat bersih yang bersifat positif, sedangkan sebagai penyebut terdiri atas present value total
yang bernilai negatif atau pada keadaan biaya kotor lebih besar dari manfaat kotor. Persamaan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut :
∑ ∑
= =
+ −
+ −
=
n t
t t
t n
t t
t t
i B
C i
C B
C NetB
1
1 1
………… −
− Ct
Bt Ct
Bt
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Dari persamaan tersebut tampak bahwa nilai Net BC, paling sedikit ada
satu nilai B
t
– C
t
yang bernilai positif. Jika Net BC memberikan nilai 1, maka keadaan tersebut menunjukan bahwa NPV 0. Apabila Net BC 1
merupakan tanda layak untuk sesuatu proyek, sedangkan bila Net BC 1 merupakan tanda tidak layak untuk sesuatu proyek.
4 Internal rate of return IRR, IRR dapat juga dianggap sebagai tingkat
keuntungan atas investasi bersih dalam suatu proyek. Setiap benefit bersih yang diwujudkan secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya
dan mendapatkan tingkat keuntungan yang diberi bunga selama sisa umur proyek. Dengan demikian IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
1 2
2 1
1 1
i i
NPV NPV
NPV i
IRR −
⎟⎟ ⎠
⎞ ⎜⎜
⎝ ⎛
− +
=
Kriteria pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : Proyek dikatakan “layak” bila IRR dari tingkat bunga berlaku. Sehingga
bila IRR ternyata sama dengan tingkat bunga yang berlaku, maka NPV dari proyek tersebut sama dengan nol. Jika IRR dari tingkat bunga yang
berlaku, maka berarti bahwa nilai NPV 0, berarti proyek tidak layak.
3.4.4. Perumusan Strategi Pengelolaan Dan Pengembangan Budidaya Rumput Laut dan Ikan Kerapu