xxxix banyak menteri dan hulubalang raja dianugerahi nama marga dan oleh sang
kaisar. Tetapi amat jarang seorang kasim seperti Cheng Ho yang dianugerahi nama marga oleh kaisar kecuali kasim itu memang berjasa besar dan menjadi
kasim kesayangan kaisar. Kemudian Cheng Ho diangkat sebagai kepala kasim intern, tugasnya
membangun istana, menyediakan alat-alat istana, mengurus gudang es, dan lain-lain. pada awal abad ke-15 kaisar Yong Le Zhu Di memerintahkan
supaya melakukan pelayaran-pelayaran ke samudra barat demi memajukan persahabatan dan memelihara perdamaian antara Tiongkok dengan negara-
negara asing. Akhirnya Cheng Ho yang dipilih sebagai laksamana untuk memimpin pelayaran ke Samudra Barat, melintasi Asia-Afrika.
B. Masuknya Cheng Ho di Semarang
Ada beberapa pendapat mengenai kedatangan Cheng Ho di Semarang
,
Terlepas dari pendapat-pendapat yang berbeda mengenai tahun kedatangan Cheng Ho di Semarang, riwayat Semarang selalu dikaitkan orang dengan
cerita kedatangan Cheng Ho di kota itu. Menurut catatan Liem Thian Joe dalam bukunya Riwayat Semarang 1933, keturunan Tionghoa di Indonesia
telah bekerja dengan penuh susah payah bersama pribumi setempat dalam membangun kota Semarang sejak beberapa abad yang lalu.
Perselisihan pendapat mengenai tahun kedatangan Cheng Ho di Semarang tidak akan mengurangi rasa hormat orang kepada Cheng Ho,
bahariwan besar yang amat berjasa dalam memajukan persahabatan antara bangsa Tionghoa dengan bangsa Indonesia.
xl Di kalangan keturunan Tionghoa di Indonesia, khususnya di Semarang,
tersiar cerita mengenai kedatangan armada Cheng Ho di Semarang, Jawa Tengah. Pada pertengahan pertama abad ke-15, Kaisar Zhu Di Dinasti Ming
Tiongkok mengutus suatu armada raksasa untuk mengadakan kunjungan muhibah ke laut selatan. Armada itu dipimpin oleh laksamana Cheng Ho Sam
Po Kong dibantu oleh Wang Jinghong Ong King Hong sebagai orang kedua.
Ketika armada berlayar di muka Pantai Utara Jawa, Wang Jinghong mendadak sakit keras. Menurut perintah Cheng Ho, armada itu singgah di
pelabuhan Simongan kemudian bernama Mangkang, Semarang. Setelah mendarat, Cheng Ho dan awak kapalnya menemukan sebuah gua. Gua itulah
dijadikan tangsi untuk sementara. Dan dibuatlah sebuah pondok kecil di luar gua sebagai tempat peristirahtan dan pengobatan bagi Wang. Cheng Ho
sendiri yang merebus obat tradisional untuk Wang. Wang mulai membaik sakitnya. Sepuluh hari kemudian Cheng Ho melanjutkan pelayarannya ke
Barat dengan ditinggalkannya 10 awak kapal untuk menjaga kesehatan Wang di samping sebuah kapal dan perbekalan-perbekalan. Akan tetapi sesudah
sembuh Wang Jinghong menjadi betah tinggal di Semarang. Dipimpinnya 10 awak kapal untuk membuka lahan dan membangun rumah. Dimanfaatkannya
pula kapal yang disediakan Cheng Ho untuk mereka bila hendak menyusul armadanya.
Di Simongan Wang merasa kerasan tinggal disitu, bahkan kemudian ia menikahi perempuan setempat. Sebagai tanda terima kasih kepada Cheng Ho,
Wang mendirikan patung Cheng Ho di gua Simongan. Itulah awal legenda
xli patung Sam Po Kong yang kemudian menjadi asal muasal Kelenteng Sam Po
Kong Semarang. Wang, oleh masyarakat Semarang sekarang lebih dikenal dengan sebutan Kiai Jurumudi Dampo Awang. Sedangkan untuk Cheng Ho
mereka memberikan gelar Mbah Ledakar Juragan Dampo Awang Sam Po Kong.
17
Kapal itu digunakan Wang untuk usaha perdagangan di sepanjang pantai. Kemudian setelah Wang menikah, awak kapalnya berturut-turut
menikah dengan wanita setempat. Berkat jerih payah Wang dan anak buahnya, kawasan sekitar gua tersebut berangsur-angsur menjadi ramai dan makmur,
sehingga semakin banyak orang Tionghoa yang datang dan bertempat tinggal serta bercocok tanam di sana.
C. Klenteng Sam Po Kong Semarang dan Perayaan Cheng Ho