Sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke nusantara pada tahun 1405-1433.

(1)

ABSTRAK

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Oleh: Lilik Hermawanto Universitas Sanata Dharma

2015

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: (1) Latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (2) Proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (3) Dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantara.

Makalah ini disusun berdasarkan metode penelitian sejarah dengan tahapan: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial-budaya. Model penulisannya bersifat deskriptif analitis.

Hasil penulisan ini adalah: (1) Latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho adalah untuk mengembalikan kejayaan Cina dan memberitakan terjadinya pergantian kekuasaan di Cina terutama pada masa kekuasaan Dinasti Ming, serta untuk menjalin kerjasama, perdagangan dan keamanan dengan negeri-negeri di Samudera Selatan. (2) Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali pada masa Dinasti Ming dan sekaligus mengunjungi Nusantara untuk menjalin kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Wafatnya Laksamana Cheng Ho dan tidak adanya penerus maka berakhir pula ekspedisi Dinasti Ming di Nusantara. (3) Dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho adalah terjadinya akulturasi dalam bidang budaya, agama, dan arsitektur yang hingga saat ini masih dapat ditemui, salah satunya adalah Klenteng Sam Po Kong di Semarang.


(2)

ABSTRACT

THE HISTORY OF ADMIRAL CHENG HO’S EXPEDITION FROM CHINA TO NUSANTARA IN 1405 - 1433

By:

Lilik Hermawanto Sanata Dharma University

2015

This paper aims to describe three basic problems, namely: (1) The expeditions background of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (2) The process and the end of the expeditions of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (3) The Impact of the expeditions Admiral Cheng Ho's from Nusantara.

This paper was prepared by the method of historical research with the following stages: heuristics, verification, interpretation, and historiography. The approach used is a socio-cultural approach. Analytical descriptive writing is the report.

The results of this paper are: (1) The background of the expeditions of Admiral Cheng Ho is to restore the glory of China and to proclaim the change of power in China, especially during the reign of the Ming Dynasty, as well as to establish cooperation, trade and security with the countries in the Southern Ocean. (2) Admiral Cheng Ho undertook an expedition as much as seven times during the Ming Dynasty and once visited the Nusantara to collaborate with the kingdoms in the Nusantara. The death of Admiral Cheng Ho resulted in the absence of a successor, and the end of the expedition of the Ming Dynasty in the Nusantara. (3) Impact of Admiral Cheng Ho is acculturation in the fields of culture, religion, and architecture which are still to be found, one of them is Sam Po Kong in Semarang.


(3)

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI

CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405 – 1433

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

LILIK HERMAWANTO NIM: 101314009

PROGRAM STUDI PENDIDIIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

i

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI

CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405 – 1433

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh:

LILIK HERMAWANTO NIM: 101314009

PROGRAM STUDI PENDIDIIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(5)

27」attuttE 2015

SttARAtt EttPEDISI LttA計

IANA C菫菫

NG HO DARICINA

■【E NttSANTA∬しへPADA TAIIliN 1405‐ 1433

Pettbiinbttg,

ギ :

聖r_R.Sib【盤ti,


(6)

PIAKALAll

SEJAほ

H EKttEDl創

LAKSAMぶ

A CI‐

IENG HO DARICINA

KE NUSANTARA PADA TA嘉

ビN1405-1433

E}ipersiapkan datt ditulis oleh: Li:ik tte■llattiattto

NIヽ4:101314009

27∼ lei 2fl1 5

Ketua

5e kretaris .\nggota

触 g80ta l

Yogyakarta.

l7

N{r: i 2015

Fakultas Keguruan dan Iln"ru Pendidikan


(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Makalah ini saya persembahkan kepada:

Kedua orang tua Bapak Siyamto dan Ibu Mariyamti, yang telah membesarkan dan mendidik saya dalam keluarga yang penuh cinta kasih dan kebahagiaan. Serta adik tercinta Habi Ardiyanto yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada


(8)

v

MOTTO

Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya.

Kenyataan bahwa sejarah terus ditulis orang, di semua peradaban dan di sepanjang waktu, sebenarnya cukup menjadi bukti bahwa sejarah itu perlu.

(Prof.Dr.Kuntowijoyo,MA)

Guru adalah seseorang yang dengan baik serta lembut membimbing dan mengajar sesuatu kepadanya. Ia mengajari untuk mengembangkan diri dengan membaca buku,

sehingga kemudian dapat mengendlikan diri dengan perbuatan baik.

(Confusius)

Ingatlah bahwa kesuksesan selalu disertai dengan kegagalan dan kita akan sukses jika belajar dari kegagalan.

(Lilik Hermawanto)

Jangan sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah).


(9)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya mcny漬よan dcngan sesllnggllhnya bttwa makalah yang saya tulis ini tidak mcmuat karya´atau bagian kalya orang lain, kecuali yang telall disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka,scbagaimana layakllya karya illlliall.


(10)

LIKASIKARYAILMIAHIIEUK KEEttGAN AKADEMS

Yangbmnda tt diban ini,saya mahriswa UmvEltas Sanam Dh― a:

N観 l Lilik Hcrmaw試o

Nomor Mahesis、va l 101314009

Deni p〕ngembangan ilmu peng鏡ふlEIll,Saya mcmbeHb雌 kepada Pcrputtakaan

Un市ersitas Sanata Dhal11la katta ilmiah saya yang bcttudul:

SLIARAH EKSPEDISILAKSAMANA CHENG

ⅡO DARICINA

KE NUttNTARA PADA TAH■

IN 1405‐1433

Bcserta pcran3kat yan_q dipedtan(blia山 ).Der感 額 demikian saya lnclnbe五 kan kepada PeruStakaan Universitas Sanata Dhanma hak unttlk menyilnpan, Incngalih山m dalarnbentuk hユ mCngolahnva dalaFn bCntuk pangkalanぬ

a

mcndistl■buskan secara tcrbatas dan lnempublikasikannya di intcmet atau media hin untuk akadclnis tanpa pcriu rneminta ttin stta,mauplln nlcmberikall roplti 建

ぬ Saya selama tctap lnentttumkan llama stta sebagtt penulis. Dcmkian perrlyataan ini yang saya buat dcngan scbellarnya.

Dibuat di Yogyttkatta

Lilik Hcman・ anto

P血

軸 ggal:27 Mei 2f115


(11)

viii

ABSTRAK

SEJARAH EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Oleh: Lilik Hermawanto Universitas Sanata Dharma

2015

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan tiga permasalahan pokok, yaitu: (1) Latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (2) Proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara 1405-1433, (3) Dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantara.

Makalah ini disusun berdasarkan metode penelitian sejarah dengan tahapan: heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sosial-budaya. Model penulisannya bersifat deskriptif analitis.

Hasil penulisan ini adalah: (1) Latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho adalah untuk mengembalikan kejayaan Cina dan memberitakan terjadinya pergantian kekuasaan di Cina terutama pada masa kekuasaan Dinasti Ming, serta untuk menjalin kerjasama, perdagangan dan keamanan dengan negeri-negeri di Samudera Selatan. (2) Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi sebanyak tujuh kali pada masa Dinasti Ming dan sekaligus mengunjungi Nusantara untuk menjalin kerjasama dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara. Wafatnya Laksamana Cheng Ho dan tidak adanya penerus maka berakhir pula ekspedisi Dinasti Ming di Nusantara. (3) Dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho adalah terjadinya akulturasi dalam bidang budaya, agama, dan arsitektur yang hingga saat ini masih dapat ditemui, salah satunya adalah Klenteng Sam Po Kong di Semarang.


(12)

ix

ABSTRACT

THE HISTORY OF ADMIRAL CHENG HO’S EXPEDITION FROM CHINA TO NUSANTARA IN 1405 - 1433

By:

Lilik Hermawanto Sanata Dharma University

2015

This paper aims to describe three basic problems, namely: (1) The expeditions background of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (2) The process and the end of the expeditions of Admiral Cheng Ho's from China to Nusantara in 1405-1433, (3) The Impact of the expeditions Admiral Cheng Ho's from Nusantara.

This paper was prepared by the method of historical research with the following stages: heuristics, verification, interpretation, and historiography. The approach used is a socio-cultural approach. Analytical descriptive writing is the report.

The results of this paper are: (1) The background of the expeditions of Admiral Cheng Ho is to restore the glory of China and to proclaim the change of power in China, especially during the reign of the Ming Dynasty, as well as to establish cooperation, trade and security with the countries in the Southern Ocean. (2) Admiral Cheng Ho undertook an expedition as much as seven times during the Ming Dynasty and once visited the Nusantara to collaborate with the kingdoms in the Nusantara. The death of Admiral Cheng Ho resulted in the absence of a successor, and the end of the expedition of the Ming Dynasty in the Nusantara. (3) Impact of Admiral Cheng Ho is acculturation in the fields of culture, religion, and architecture which are still to be found, one of them is Sam Po Kong in Semarang.


(13)

KATA PENGANTAR.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena

atas berkat rahmat dan restu-Nya sehingga makalah yang berjudul "Sejarah Ekspedisi Laksamana Cheng Ho Dari Cina ke Nusantara Pada Tahun 1405-1433" pada akhimya bisa terselesaikan. Makalah ini di susun untuk memenuhi syarat untuk meraih gelar sarjana, Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2.

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma.

3.

Bapak Drs.Y.R. Subakti, M.Pd. selaku dosen pembimbing.

4.

Seluruh dosen dan pihak sekretariat Program Studi Pendidikan Sejarah.

5.

Ika Dewi Kurniawati yang selalu memotifasi dan memberi semangat.

6.

Serta seluruh pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang turut

membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi makalah

ini. Semoga hasil karya ini berguna bagi pengguna dan pembacarya.

Yogyakarta ,27 .Mei 2015


(14)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA... vii

ABSTRAK... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 10

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan... 10

1. Tujuan Penulisan... 10

2. Manfaat Penulisan... 11

D. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II: LATAR BELAKANG TERJADINYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433 A. Menjalin Hubungan Persahabatan Kekaisaran Cina Dengan Kerajaan-Kerajaan di Nusantara ... 19

B. Hubungan Perdagangan Antara Cina Dengan Nusantara ... 22

C. Mengamankan Jalur Pelayaran Perdagangan Cina Dengan NusantaraDari Para Bajak Laut ... 26


(15)

xii

BAB III: PROSES DAN BERAKHIRNYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

A. Proses Ekspedisi Laksamana Cheng Ho Ke Nusantara... 34

1. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Samusera Pasai. 34 2. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Lambri Aceh .... 39

3. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Palembang... 41

4. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Malaka ... 43

5. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Majapahit ... 47

6. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Semarang... 52

B. Berakhirnya Ekspedisi Laksamana Cheng Ho ... 54

BAB IV: DAMPAK EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO BAGI NUSANTARA A. Dampak Budaya Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Nusantara . 58 1. Peringatan Pelayaran Cheng Ho (Sam Po Tay Jien)... 60

2. Seni dan sastra... 61

B. Dampak Dalam Bidang Agama Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Nusantara... 62

1. Masuknya Islam di Cina... 62

2. Penyebaran Agama Islam di Nusantara ... 64

3. Pemujaan Terhadap Laksamana Cheng Ho ... 66

C. Dampak Arsitektur Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Nusantara ... 68

BAB V: KESIMPULAN... 71

DAFTAR PUSTAKA... 74


(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ... 77

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 80

Lampiran 3 : Ringkasan Materi ... 90


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Cina merupakan salah satu bangsa yang paling awal memasuki zaman sejarah di Asia Timur. Cina juga secara bertahap berhasil mengembangkan kebudayaan mereka menjadi terkemuka di antara bangsa-bangsa lain di Asia Timur. Hal ini membuat berbagai bangsa lain di sekitar Cina tertarik dan mengadopsi berbagai unsur kebudayaan Cina, bahkan kebudayaan Cina menyebar ke barat dan mencapai Eropa.1 Cina juga merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur seperti Korea, Jepang, dan Vietnam yang berada dalam lingkaran budaya Cina.2 Tingginya kebudayaan Cina menunjukkan bahwa peradaban Cina merupakan peradaban yang tinggi di Asia Timur.

Sebelum dipersatukan sebagai suatu negara, Cina masih dikuasai oleh berbagai dinasti yang memimpin Cina. Dinasti-dinasti di Cina silih berganti memimpin Cina dan salah satu dinasti yang berkuasa di Cina adalah Dinasti Ming. Dinasti Ming merupakan dinasti yang didirikan oleh pemberontak petani yang dipimpin oleh Chu Yuan Chang yang berasal dari keluarga miskin Suku Han.3Chu Yuan Chang melakukan perjuangan yang gigih selama sepuluh tahun

1

Purwanta, Sejarah Cina Klasik, Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, 2009, hlm. 1

2

Ivan Taniputra, History Of China, Yogyakarta, AR-Ruzz Media, 2013, hlm. 21

3

Suku Han sebuah suku mayoritas di Cina. Suku ini mendapat namanya dari Dinasti Han dan telah mempunyai sejarah yang panjang sejak 2200 tahun yang lalu.


(18)

lebih, sehingga dapat melengserkan Dinasti Yuan4 yang telah berkuasa selama kurang lebih 160 tahun. Chu Yuan Chang kemudian mendirikan Dinasti Ming di Cina pada tahun 1368 M.5

Setelah naik tahta Chu Yuan Chang menobatkan dirinya sebagai kaisar dengan gelar Ming Taizu pada tahun 1368-1398 M. Selain itu, tahun pemerintahannya dikenal dengan nama Hongwu, dengan Nanking sebagai pusat pemerintahannya. Pada masa awal pemerintahan Kaisar Chu Yuan Chang mengambil tindakan-tindakan untuk mengatasi masalah-masalah dalam negeri, antara lain dengan pembaharuan ketertiban, keamanan, pertanian, memperkuat pertahanan dalam negeri, dan mengembalikan tradisi Cina yang mengutamakan kerukun, kedamai, keharmonis dengan memulihkan tatanan hubungan masyarakat dalam negeri.6

Pada masa pemerintahannya Kaisar Chu Yuan Chang dapat menentramkan negeri dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi di Cina.7 Kaisar Chu Yuan Chang juga menjalankan tindakan kebijakan luar negeri Dinasti Ming. Pokok-pokok kebijakan luar negeri Cina pada awal zaman Dinasti Ming masa pemerintahan Chu Yuan Chang yaitu:

1. Cina tidak punya ambisi untuk mengekspansi dan menjajah negeri lain. 2. Cina tidak akan menyerang negeri lain kalau tidak diserang terlebih dahulu.

4

Dunasti Yuan merupakan salah satu dinasti yang pernah memimpin Cina pada tahun 1279-1368. Didirikan oleh Genghis Khan, yang merupakan orang Mongol, setelah berhasil menyatukan Bangsa Mongol Gengis Khan mulai melakukan penaklukan kepada daerah-daerah yang ada di Asia Timur dan berhasil menaklukan Dinasti Song.

5

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 101

6

Ivan Taniputera, History Of China, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2009, hlm. 461

7


(19)

3. Cina tidak boleh menjurus ke militerisme dan hegemonisme.

4. Cina membina tentara untuk pertahan negara dari kemungkinan ageresi militer luar negeri.

Pada awal kekuasaan Dinasti Ming di Cina, Kaisar Chu Yuan Chang masih disibukkan oleh urusan dalam negeri untuk mempersatukan dan menjamin keamanan negeri. Oleh sebab itu, urusan luar negeri Dinasti Ming masih belum diprioritasakan.8 Hal yang paling menonjol pada masa Kaisar Chu Yuan Cheng yaitu kemajuan pertanian dan kerajinan yang menunjukan bahwa keadaan ekonomi pada masa Dinasti Ming sudah berkembang. Selain itu, juga adanya kebutuhan dalam negeri Dinasti Ming seperti wangi-wangian, rempah-rempah, zat pewarna dan lain-lain yang harus dipenuhi dari luar negeri Cina, khususnya negara-negara penghasil yang ada di Asia dan Afrika. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan perdagangan yang telah terjadi antara Cina dengan negeri-negeri Asia-Afrika.9

Pada masa pemerintahan Kaisar Chu Yuan Chang, kaisar mengadakan perubahan adminstrasi Dinasti Ming. Tidak hanya itu saja kaisar kemudian membagi kerajaan menjadi propinsi-propinsi kecil.10 Selain itu, kaisar juga mengadakan ujian negara untuk menyeleksi masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk menjadi pegawai di kekaisaran. Pada masa kekuasaan Kaisar Chu Yuan Chang juga memperhatikan dalam bidang keagamaan sehingga Kaisar

8

Ibid., hlm. 103

9

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 11

10

Propinsi-propinsi masa Dinasti Ming Liaoyang, Jingshi, Shandong, Shanxi, Shaanxi, Henan, Nanjing, Chejing, Sichuan, Huguang, Jiangxi, Fujian, Guizhou, Guangzhou, Guangxi, Yunnan.


(20)

Chu Yuan Chang pernah menjadi pendiri Agama Budha di Cina, dan Confusianisme menjadi kepercayaan resmi pada masa kepemimpinan Kaisar Chu Yuan Chang.

Setelah wafatnya Kaisar Chu Yuan Chang di gantikan oleh Chu Yunwen11 yang merupakan cucu dari Kaisar Chu Yuan Chang.12 Pada masa pemerintahan kaisar Chu Yunwen menggunakan gelar Jianwen selama pemerintahnya pada tahun 1399 M. Masa pemerintahan Kaisar Chu Yunwen adanya kekhawatiran terjadi terhadap pengaruh pemimpin Propinsi-propinsi Dinasti Ming yang merupakan paman dari Kaisar Chu Yunwen makin menyudutkan kekaisaran. Akhirnya Kaisar Chu Yunwen mengambil keputusan untuk memperkecil kekuasaan propinsi-propinsi Dinasti Ming dengan harapan dapat mengendalikan panaman-pamannya yang merupakan putra dari Chu Yuan Chang. Tindakan yang dilakukan oleh Kaisar Chu Yunwen menyebabkan terjadinya perang saudara selama empat tahun antara Kaisar Chu Yunwen dengan paman-pamannya. Segi kepandaian dan kemempuan, Kaisar Chu Yunwen bukanlah tandingan pamannya yang bernama Chu Ti, yang merupakan putera keempat Chu Yuan Chang. Gubernur Chu Ti sebelumnya bergelar Pangeran Yan yang memerintah di Peking, melakukan penyerangan terhadap Kaisar Chu Yunwen di Nanking dan berhasil menguasainya. Kota Nanking jatuh ketangan Chu Ti pada tahun 1402 M, akan

11

Kaisar Chu Yunwen merupakan kaisar kedua Dinasti Ming pada tahun 1399-1402 M dengan gelar Jianwen, Chu Yunwen merupkan Cucu dari Chu Yuan Chang. Chu Yunwen menjadi kaisar setelah putera sulung Chu Yuan Chang yang merupakan putra mahkota (Chu Biao) meninggal pada usia yang muda, kemudian Chu Yuan Chang mengangkat anak dari puteranya mahkota yang merupakan cucunya menjadi putra mahkota. Pada saat Chu Yuanwen menjadi kaisar baru berusia 16 tahun, untuk menjalankan tugas pemerintahan Chu Yuanwen dibantu oleh para mentri-mentri yang memiliki peranan utama di pemerintahan Dinasti Ming.

12


(21)

tetapi Kaisar Chu Yunwen dapat melarikan diri pada saat terjadinya penyerangan yang dilakukan oleh Gubernur Chu Ti, dan Kaisar Chu Yunwen tidak diketahui keberadaannya ada yang mengatakan bahwa Kaisar Chu Yunwen melarikan diri dengan menyamar sebagai seorang biksu.13

Setalah berhasil menaklukan Kaisar Chu Yunwen kemudian Chu Ti mengankat dirinya sebagai Kaisar Yongle14 dengan gelar Ming Cheng Tsu pada tahun 1403. Kaisar Chu Ti lebih terkenal dengan nama Yungle nama tahun pemerintahannya. Pada tahun 1421 M Kaisar Yongle memindahkan ibu kota kekaisaran Dinasti Ming dari Nanking ke Peking, yang dulunya dijadikan ibu kota Bangsa Mongol dengan nama Cambaluc. Pertama kalinya Peking menjadi ibu kota kerajaan asli Cina sesudah beberapa kota lainya dan Peking menjadi ibu kota sampai tahun 1926. Pada masa pemerintahan kaisar-kaisar Cina sebelumnya, pemindahan ibu kota disebabkan karena menghindari bahaya yang mengancam kekaisaran Dinasti Ming. Pemindahan kekaisaran Dinasti Ming dari Nanking ke Peking disebabkan karena menghindari dari bahaya yang mengancam baik acaman dari Utara dan Timur. Ancaman terhadap Dinasti Ming yang berasal dari Utara adalah dari pihak Bangsa Mongol dan Manchu. Ancaman terhadap Dinasti Ming yang berasal dari Timur yaitu Bangsa Jepang. Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle ancaman dari Bangsa Mongol maupun Jepang dapat berhasil diusir dan diatasi.15

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, kaisar menjalankan kebijakan pembaharuan dalam hal ketertiban dan keamanan dalam negeri serta pemulihan

13

Ivan Taniputra, History Of China, Yogyakarta, AR-Ruzz Media, 2013, hlm. 461

14

Kaisar Yongle juga deikenal dengan nama Yongle, Yung Lo, Chu Ti, Zhu Di.

15


(22)

ekonomi yang berlangsung selama tiga puluh tahun. Tujuan dari perubahan kebijakan tersebut bertujuan untuk merubah keadaan dalam negeri Dinasti Ming kerah yang lebih baik dan maju. Kekuasaan Dinasti Ming pada masa Kaisar Yongle bertambah besar dan ancaman Bangsa Mongol di Utara sudah tidak dikawatirkan lagi. Selanjutnya, Kaisar Yongle menetapkan kedudukannya sebagai kaisar Dinasti Ming yang sah dengan memperluas pengaruh Dinasti Ming ke negeri-negeri di Asia-Afrika. Perluasan pengaruh Dinasti Ming dilakukan supaya Kaisar Yongle diakui sebagai kaisar sejagat dan semua negeri tunduk kepadanya.16 Pada masa Kaisar Yongle, kaisar merupakan kaisar yang feodal. Kebijakan luar negeri Dinasti Ming tidak luput dari pandangan feodalisme. Kaisar Yongle membuat kebijakan untuk memperluas pengaruh Dinasti Ming ke negeri-negeri di Asia-Afrika, dengan melakukan ekspedisi-ekspedisi pelayaran besar Dinasti Ming Cina.

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, beliau melaksanakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan hubungan luar negeri. Kegiatan-kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Kaisar Yung Lo diantaranya:

a. Pada tahun 1403 pemulihkan tiga Shi Bo Sa (Jawatan Urusan Dagang Pelabuhan) yang berada di Guangzhou, Quanzhou dan Ningbo.

b. Pada tahun 1405 dibangun tiga pelabuhan untuk menampung utusan-utusan yang datang dari luar negeri.

Kaisar Yongle secara besar-besaran mengirim misi ekspedisi pelayaran ke negeri-negeri di Asia-Afrika. Misi Ekspedisi dilakukan untuk memberitahukan

16

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 105


(23)

perintah kaisar bahwa Kaisar Yongle telah menjadi kaisar Cina dan negeri di sekitar Cina datang untuk menghadap dan mempersembahkan upeti sebagai tanda tunduk dan taat kepada kekaisaran Cina. Ekspedisi pelayaran yang Kaisar Yongle lakukan menyebabkan dimulainya sejarah pelayaran ke Samudera Selatan17 pada awal abad ke 15 dan pada masa Dinasti Ming.18

Kaisar Yongle mencari seorang laksamana yang memiliki sifat setia, berani, dan cerdas untuk melaksanakan tugas ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan pada abad ke 15. Pada abad ke 15 Agama Islam telah tersebar ke berbagai wilayah di penjuru dunia. Oleh sebab itu, laksamana yang akan melakukan ekspediasi harus mamahami tentang Agama Islam dan memahami agama lainnya. Cheng Ho19 ditunjuk menjadi laksamana oleh Kaisar Cina masa Dinasti Ming untuk melakukan ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan.

Masa kekuasaan Dinasti Ming merupakan masa memperluas kekuasaan dan mempertahankan apa yang telah dicapai. Dinasti Ming menjalin hubungan perdagangan luar negeri dengan negeri-negeri yang ada di Asia-Afrika dan juga yang ada di Nusantara.20 Ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan yang dilakukan pada masa Dinasti Ming yang dipimpin oleh Lakamana Cheng Ho menunjukan betapa besarnya prestasi pada kekuasaan Dinasti Ming pada masa Kaisar Yongle, yang telah mampu mengirimkan armada laut besar hingga ke

17

Samudera Selatan menunjukan daerah-daerah yang ada di Asia-Afika dan berada di Selatan Cina, yang merupakan tujuan dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlayar hingga ke Afrika.

18

Liang Liji,Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm.106

19

Laksamana Cheng Ho juga dikenal dengan nama Zheng He, Haji Sam Po Bo.

20

Willem G.j. Remmelink, Sejarah Cina Ikhtisar Sejarah dan Kebudayaan Cina Dari Zman Prasejarah Sampai Masa kini, hlm. 65


(24)

Afrika.21 Ekspedisi pelayaran oleh Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan pada tahun 1405-1433 lebih dahulu jika dibandingkan dengan pelayaran oleh Bangsa Eropa seperti Christoforus Columbus yang pada tahun 1451-1506 berlayar ke Amerika, pelayaran Fasco De Gama pada tahun 1460-1524 berlayar dari Portugis ke India, maupun Ferdinand Magellans 1480-1521 yang merintis pelayaran mengelilingi bumi.22 Pada tahun 1405-1433, Kaisar Yongle mengutus Laksamana Cheng Ho sebagai duta kekaisaran Cina ke Samudera Selatan. Perjalanan Laksamana Cheng Ho dilakukan dengan membawa 62 buah kapal di lengkapi 17.800 orang anak buah dan membawa sejumlah emas, sutera, porselin, kerajinan dan barang lainnya yang akan digunakan untuk hadiah kepada raja-raja di negeri yang dikunjungi oleh Laksamana Cheng Ho.

Pada masa kehidupan Laksamana Cheng Ho telah tujuh kali diutus untuk memimpin misi ekspedisi pelayaran kekaisaran Dinasti Ming Cina mengunjungi negeri-negeri di Samudera Selatan. Selama enam kali oleh Kaisar Yongle, dan ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang terakhir oleh Kaisar Chu Chanji dengan gelar Ming Hsuan Tsung pada tahun 1426 M. Kaisar mengutus Laksamana Cheng Ho untuk berlayar ke Samudra Selatan untuk menjalin kerjasama dengan negeri-negeri yang ada di Asia-Afrika. Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan menyebabkan terjadinya hubungan baik dengan negeri-negeri yang menjadi persinggahan armada Laksamana Cheng Ho demikian juga hubungan baik antara orang-orang Cina dengan penduduk yang ada di Nusantara. Hubungan antara orang-orang Cina dengan penduduk Nusantara sudah terjalin

21

Amen Budiman, Semarang Riwayatmu Dulu, Semarang, Tanjung Sari, 1978 , hlm. 9

22

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Musling Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Pustaka Obor Indonesia, 2013, Jakarta, hlm. 3


(25)

sebelum kedatangan Laksamana Cheng Ho yang diutus oleh kekaisaran Dinasti Ming. Dalam ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho mengungkapkan bahwa orang-orang Cina telah sejak lama menetap di banyak negara terutama yang ada di daerah kerajaan-kerajaan Nusantara.23

Pada perkembangan abad ke 15, kawasan Nusantara menjadi daerah yang banyak dikunjungi banyak pedagang di seluruh dunia, terutama oleh para pedagang yang berasal dari Cina. Adanya hubungan perdagangan antara Cina dan Nusantara ini dapat dibuktikan dengan adanya orang-orang Cina yang pernah singgah dan menetap di Nusantara. Menetapnya orang-orang Cina di Nusantara menimbulkan munculnya pecinan di berbagai daerah Nusantara.24 Adanya pemukiman orang-orang Cina di Nusantara membuat terjadinya interaksi antara orang Cina dengan masyarakat lokal sehingga terjadinya perpaduan kebudayaan antara orang-orang Cina dengan masyarakat lokal di Nusantara.

Kedatangan orang-orang Cina ke Nusantara, tidak lepas dari peranan perdagangan antara Cina dengan Nusantara. Adanya daerah-daerah yang menjadi pusat perekonomian maupun perdagangan orang-orang Cina di Nusantara, dapat dipastikan bahwa Nusantara memiliki peranan penting bagi perdagangan yang ada di dunia. Letak yang setrategis dan penghasil rempah-rempah dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi kedatangan para pedagang dari mancanegara. Datangnya para pedagang dari Cina pada masa Dinasti Ming ke Nusantara juga dipengaruhi kedatangan Laksamana Cheng Ho ke berbagai negeri di Asia- Afrika. Dalam persinggahannya ke Nusantara, Laksamana Cheng Ho membuat kedamaian di

23

Rickleft, lockhart Bruce dkk, Sejarah Asia Tenggara Dari Masa Prasejarah Sampai Kontemporer, Jakarta, Komunitas Bambu, 2010, hlm. 179

24


(26)

jalur perdagangan antara Cina dengan Nusantara dengan penumpasan para perompak di Laut Cina Selatan. Apa yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho menjadikan semakin ramainya Nusantara yang merupakan salah satu pusat perdagangan di Dunia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang diajukan dalam makalah sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433 adalah sebagai berikut:

1. Apakah latar belakang ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433?

2. Bagaimana proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433?

3. Apakah dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantar?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Penulisan ini secara umum untuk menjawab permasalahan yang telah diuraikan pada rumusan masalah, yang berkaitan dengan sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433. Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah: a. Mendeskripsikan latar belakang terjadinya ekspedisi Laksamana Cheng Ho


(27)

b. Mendeskripsikan proses dan berakhirnya ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433.

c. Mendeskripsikan dampak ekspedisi Laksamana Cheng Ho bagi Nusantara.

2. Manfaat Penulisan

Ada berbagai manfaat dari Penulisan sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara Pada tahun 1405-1433 ini adalah sebagai berikut: a. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi referensi bagi ilmu pengetahuan dan pengembangan sejarah khususnya pada pendidikan Sejarah karena penulisan penelitian ini berjudul sejarah Ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara Pada tahun 1405-1433.

b. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penulisan ini, diharapkan menambah koleksi bahan bacaan koleksi kepustakaan khususnya karya ilmiah dan dapat juga menjadi bahan referensi mahasiswa dan dapat memberikan informasi yang berguna bagi pembaca baik yang berada di Universitas Sanata Dharma, maupun bagi pembaca yang berada di luar Universitas Sanata Dharma. Khususnya yang berjudul tentang sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara Pada Tahun 1405-1433.

c. Bagi penulis

Penulisan ini menjadi suatu makna yang berharga bagi penulis, dalam meningkatkan pengetahuan dan pemehaman mengenai ekspedisi yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho juga pengaruh Cina yang masuk ke


(28)

Nusantara. Hasil penulisan ini diharapkan bisa berguna dalam penulisan karya ilmiah selanjutnya tentang sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara.

d. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah

Makalah ini diharapkan mampu menarik minat mahasiswa pendidikan Sejarah untuk mempelajari mengenai sejarah ekspedisi Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1403-1433, hal ini di maksudkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan yang berjudul sejarah ekspedisi Laksaman Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada Tahun 1405-1433 ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Bab ini menjelaskan apakah latar belakang terjadinya ekspedisi Laksaman Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1405-1433. BAB III : Bab ini menjelaskan bagaimana proses dan berakhirnya ekspedisi

Laksamana Cheng Ho dari Cina ke Nusantara pada tahun 1403-1433.


(29)

BAB IV : Bab ini menjelaskan bagaimana dampak ekspedisi Laksaman Cheng Ho bagi Nusantara.

BAB V : Bab V ini berupa kesimpulan dari penulisan permasalahan yang diuraikan pada bab II, III, dan IV.


(30)

14 BAB II

LATAR BELAKANG TERJADINYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle,25 sekitar tahun 1403 M Dinasti Ming mengalami kemajuan yang pesat. Kaisar Yongle merupakan pemimpin Cina yang berusaha mempersatukan seluruh Cina di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat. Kaisar menerapkan kebijakan pembaharuan dalam hal ketertiban dan keamanan dalam negeri, serta pemulihan ekonomi dalam negeri pada masa pemerintahannya. Selain kebijakan tersebut, Kaisar Yongle ingin menetapkan dan mengumumkan kedudukannya sebagai Kaisar Dinasti Ming dengan mengirim utusan-utusan ke berbagai kerajaan yang ada di luar Cina, juga memperluas pengaruh Dinasti Ming ke negeri-negeri di Samudera Selatan.26 Perluasan pengaruh Dinasti Ming ke Samudera Selatan bertujuan supaya semua negeri diluar Cina menjalin kerjasama kepada pemerintahan Dinasti Ming dan mengakui Kaisar Yongle sebagai kaisar Dinasti Ming yang sah memimpin Cina.27

25

Kaisar Yongle juga deikenal dengan nama Yung Lo, Yongle, Chu Ti, Zhu Di. Kaisar Youngle merupakan Kaisar ke tiga Dinasti Ming, dan merupakan anak ke empat dari Kaisar Chu Yuan Chang yang merupakan kaisar pertama Dinasti Ming. Kaisar Yongle menjadi kaisar Dinasti Ming yang ke tiga, setelah melakukan penyerangan ke kota Nanking sebagai ibu kota Dinasti Ming dan menggulingkan kekuasaan Kaisar Chu Yunwen yang merupakan kaisar Dinasti Ming yang ke dua dan juga keponakkannya, setelah menggulingan Kaisar Chu Yunwen kemudian Yongle menobatkan dirinya sebagai kaisar Dinasti Ming yang ketiga.

26

Samudera Selatan menunjukan daerah-daerah yang ada di Asia-Afika dan berada di Selatan Cina, yang merupakan tujuan dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlayar hingga ke Afrika.

27

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 105


(31)

Dalam menjalankan kebijakan luar negeri Dinasti Ming, Kaisar Yongle menerapkan kebijakan untuk melakukan misi ekspedisi pelayaran besar ke negeri-negeri ke Samudera Selatan. Kebijakan ekspedisi pelayaran yang dilakukan Kaisar Yongle, menyebabkan dimulainya sejarah pelayaran ke Samudera Selatan pada awal abad ke 15 M pada masa Dinasti Ming di Cina.28 Dalam ekspedisi pelayaran pada masa Dinasti Ming, Cheng Ho dipilih sebagai utusan Kaisar Cina dan sebagai pemimpin dalam melakukan ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan.

Cheng Ho (Ma He nama kecil Cheng Ho) dilahirkan tahun 1371 M, di Distrik Kunyang, Provinsi Yunnan yang masih dikuasai sisa-sisa dari kekuatan Dinasti Yuan.29Wilayah Yunnan merupakan daerah yang sudah lama dihuni oleh pemeluk Agama Islam. Ma He (Cheng Ho) dilahirkan dari keluarga miskin Suku Hui di Yunnan yang merupakan suku minoritas di Cina.30 Ayahnya bernama Ma Hazhi (Haji Ma) seorang pelaut yang berasal dari Suku Hui. Ibunya bernama marga Wen. Pada waktu Ma He (Cheng Ho) berusia 12 tahun, Provinsi Yunnan direbut oleh tentara Dinasti Ming yang menggantikan Dinasti Yuan (1206-1368). Saat itu Ma He (Cheng Ho) dan sejumlah anak muda lainnya ditawan dan dikebiri

28

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 106

29

Dinasti Yuan merupakan salah satu dinasti yang pernah memimpin Cina pada tahun 1279-1368. Didirikan oleh Genghis Khan, yang merupakan orang Mongol, setelah berhasil menyatukan Bangsa Mongol Gengis Khan mulai melakukan penaklukan kepada daerah-daerah yang ada di Asia Timur dan berhasil menaklukan Dinasti Song.

30

Suku Hui merupakan keturunan dari suku Han dengan bangsa Persia dan Arab sejak zaman Dinasti Tang. Sekitar abad ke-7, para pedagang Persia dan Arab mulai memenuhi kantung-kantung perdagangan Cina. Yang datang melalui Jalan Sutra, biasanya menetap di Chang'an dan sekitarnya, sedangkan yang datang melalui jalan laut menetap di daerah Quanzhou dan Changzhou di pesisir Fujian. Mereka inilah kemudian berasimilasi dengan suku Han dan menurunkan suku Hui yang sekarang tersebar di seluruh Cina.


(32)

oleh tentara Ming.31 Ma He (Cheng Ho) dibawa ke Nanjing sebagai kasim atau pelayan intern di istana. Sebelum menjadi utusan kaisar Dinasti Ming untuk melakukan ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan, Ma He (Cheng Ho) tidak banyak dikenal oleh orang hal ini dikarenakan Ma He (Cheng Ho) merupakan seorang kasim32 dan seorang kasim tidak dihargai pada masa Cina dahulu.33 Kemudian Cheng Ho ditunjuk sebagai pengiring pangeran Chu Ti (putra ke-4 Kaisar Chu Yuan Chang) oleh Kaisar Chu Yuan Chang, (merupakan kaisar pertama Kaisar pertama Dinasti Ming). Sejak berbakti kepada Pangeran Chu Ti, putera ke-4 Kaisar Chu Yuan Chang, selama menjadi pengiring Pangeran Chu Ti, Ma He (Cheng Ho) memanfaatkan segala fasilitas istana dengan banyak membaca dan ikut bertempur bersama dengan Pangeran Chu Ti.34

Berkat keberanian dan kecerdasan Ma He (Cheng Ho) yang turut andil dalam serangan militer menggulingkan Kaisar Chu Yunwen, membuat Pangeran Chu Ti menjadi kagum padanya kepada Cheng Ho. Sejak itu dia dianugerahi nama marga Cheng kepada Ma He (nama kecil Cheng Ho) sejak itu mulai nama Cheng Ho di gunakan dan juga Cheng Ho diberinya jabatan sebagai kepala kasim intern di Istana, yang bertugas membangun istana, menyediakan alat-alat istana, mengurus gudang es, dan lain sebagainya. Pada awal abad ke-15 M, Kaisar Yongle memerintahkan Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi pelayaran ke Samudera Selatan dalam rangka menjalin kerjasama, persahabatan dan

31

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 31

32

Kasim merupakan seorang pegawai istana yang bekerja sebagai pelayan pemaisuri maupun istri kaisar lainnya dan juga melayani keluarga kaisar.

33

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 19

34


(33)

memelihara perdamaian antara Kekaisaran Cina dengan negeri-negeri di luar Cina. Cheng Ho pun diangkat sebagai laksamana dalam memimpin ekspedisi pelayaran Dinasti Ming ke Samudera Selatan.

Pada tahun 1405 M Kaisar Yongle, mengutus Laksamana Cheng Ho sebagai duta kekaisaran Cina ke Samudera Selatan. Hal ini, menjadi ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho yang pertama. Dimasa hidupnya, Laksamana Cheng Ho telah tujuh kali memimpin Ekspedisi pelayaran besar Dinasti Ming ke Samudera Selatan selama 28 tahun. Dalam setiap ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho, ia membawa serta 62 buah kapal yang disebut dengan kapal harta, yang paling besar berukuran panjang 132 meter dan lebar 54 meter. Dengan jumlah kapal lebih dari 200 buah kapal, baik ukuran besar maupun kecil, serta di lengkapi 27.800 orang pasukan. Laksamana Cheng Ho juga membawa sejumlah barang berharga berupa kerajinan, porselin, emas dan sutera dan lain sebagainya. Barang berharaga yang dibawa oleh Laksamana Cheng Ho akan digunakan untuk hadiah kepada kerajaan-kerajaan yang dikunjungi oleh Laksamana Cheng Ho dalam perjalanaannya ke Samudera Selatan.

Dengan membawa hadiah dari kekaisaran Cina menjadikan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan selalu mendapat sambutan baik dari kerajaan-kerajaan yang di kunjunginya. Pada saat melakukan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho selalu mengunjungi Nusantara karena letak dari Nusantara yang strategis berada di tengah-tengah jalur tujuan pelayaran Laksamana Cheng ho dari Cina ke Afrika. Pada saat mengunjungi Nusantara Laksamana Cheng Ho secara resmi menyerahkan hadiah yang dianugrahkan


(34)

Kekaisaran Cina kepada raja-raja di Nusantara. Selain itu, Laksamana Cheng Ho membacakan surat perintah Kaisar Cina bahwa Kaisar Yungle telah menjadi kaisar Dinasti Ming Cina yang sah kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Hal tersebut sebagai tanda itikad baik untuk bersahabat sehingga nantinya akan terjalin hubungan baik antara Cina dan Nusantara.

Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Nusantara membuat banyak kebijakan yang dapat memberikan ketentraman dan kesejahteraan bagi negeri yang dikunjunginya. Disamping itu, pengutusan Laksamana Cheng Ho dalam ekspedisi pelayaran juga untuk mencari jejak Kaisar Chu Yunwen yang telah berhasil ditaklukan oleh Kaisar Yongle dari singgasananya, akan tetapi Kaisar Chu Yunwen dapat melarikan diri ke luar negeri. Oleh karena itu, Kaisar Yongle ingin menangkap kembali Chu Yunwen, akan tetapi pencarian Chu Yunwen bukan merupakan tujuan utama ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan.35

Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan, di latar belakang oleh Dinasti Ming untuk menjalin persahabatan, perdagangan dengan negeri-negeri di Asia-Afrika, dan juga untuk mengamankan jalur perdagangan dari perompakan bajak laut yang sangat mengganggu para pedagang-pedagang dan pengiriman upeti yang dilakukan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina, hal ini juga untuk mempromosikan kejayaan Cina masa Dinasti Ming di

35


(35)

negeri-negeri yang ada di Samudera Selatan.36 Berikut merupakan latar belakang ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho:

A. Menjalin Hubungan Persahabatan Kekaisaran Cina Dengan Kerajaan-Kerajaan di Nusantara

Hubungan persahabatan antara Cina dengan Nusantara telah lama terjalin dengan adanya kunjungan para pedagang-pedagang Cina ke Nusantara untuk melakukan perdagangan dengan pedagang-pedagang di Nusantara. Disamping itu juga, pedagang-pedagang Cina juga mencari rempah-rempah yang menjadi barang dagangan yang dibutuhkan bagi Dunia. Hubungan persahabatan antara Cina dengan Nusantara mengalami kemunduran pada masa kekuasaan Dinasti Yuan di Cina. Pada masa itu Dinasti Yuan dipemerintahan Kubilai Khan tepatnya pada tahun 1280. Pada tahun itu juga dikirim utusan Cina ke Jawa agar mengakui kekuasaan Bangsa Mongol. Kerajaan Jawa yang dikuasai oleh Kerajaan Singosari dengan Kertanegara sebagai rajanya tidak mempedulikan perintah Kubilai Khan yang disampaikan oleh utusan Cina dan melukai utusan Cina serta mengirimnya pulang kembali ke Cina. Hal ini membuat Kubilai Khan menjadi marah karena merasa terhina atas tindakan Kerajaan Singosari. Kemudian Kubilai Khan mengirim tentara untuk menyerang Kerajaan Singosari dengan seribu kapal berisikan 20.000 prajurit untuk menyerang Jawa pada tahun 1292 M. Sesampainya tentara Mongol di Nusantara, mereka mendaratkan pasukan di Tuban pada tahun 1294 M. Akan tetapi, Raja Kertanegara telah tewas dibunuh

36


(36)

oleh Jayakatwang dari Kediri yang merupakan seorang pemberontak Kerajaan Singosari.

Kedatangan tentara Mongol dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk membalas dendam kematian Raja Kertanegara terhadap Jayakatwang. Setelah berhasil mengalahkan Jayakatwang dengan dibantu tentara tentara Mongol, Raden Wijaya kemudian menyerang tentara Mongol dan berhasil mengusir tentara Mongol kembali ke Cina, konflik yang terjadi antara Cina dengan Nusantara tidak berlangsung lama. Pada tahun 1297 datanglah utusan kerajaan Jawa ke Cina sehingga munculnya perdamaian dan persahabatan antara Cina dengan Nusantara.37

Setelah runtuhnya kekuasaan Dinasti Yuan di Cina, kemudian digantikan oleh Dinasti Ming. Pada masa kekuasaan Dinasti Ming berusaha memperbaiki hubungan persahabatan Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina juga kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa kekuasaan Dinasti Ming dibawah kepemimpinan Kaisar Yongle, terjadi hubungan kerjasama Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, kekaisaran Cina ingin menjalin persahabatan dengan negara-negara kerajaan yang ada disekitar Cina. Hal tersebut dilakukan karena pada masa itu negeri-negeri yang ada di seberang lautan Cina merupakan kerajaan-kerajaan yang dikuasai oleh para raja lokal. Maka, Cheng Ho diutus oleh Kaisar Yongle untuk melakukan

37


(37)

ekspedisi yang bertujuan untuk menjalin hubungan persahabatan antara Cina dengan negara-negara yang ada di sekitar Cina.38

Kunjungan armada Laksamana Cheng Ho ke negeri-negeri Asia-Afrika selama tujuh kali merupakan kunjungan persahabatan dan itikat baik kekaisaran Cina masa Dinasti Ming juga untuk menyampaikan pesan dari kekaisaran Cina bahwa Kaisar Yongle telah menjadi Kaisar Dinasti Ming Cina, hal ini membawa pengaruh yang sangat besar bagi Cina maupun bagi kerajaan-kerajaan yang menjadi persinggahan Laksamana Cheng Ho. Kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara dengan membawa hadiah yang berupa sutra, emas dan hasil lainnya, sebagai hadiah dari Dinasti Ming kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.39 Ekspedisi Laksamana Cheng Ho ke Nusantara selalu disambut baik oleh kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Sebagai utusan kaisar pada masa kekuasaan Dinasti Ming ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho telah berjasa besar bagi Dinasti Ming dalam upaya mempererat hubungan antara kekaisaran Cina dan kerajaan-kerajaan Nusantara yang sebelumnya sempat terjadinya konflik pada masa kekuasaan Dinasti Yuan di Cina.

Dalam setiap persinggahan Laksamana Cheng Ho di kerajaan-kerajaan Nusantara selalu meninggalkan bukti terjadinya hubungan kerjasama yang erat antara kerajaan di Nusantara dengan Cina. Hal tersebut memunculkan kolonialisasi Cina di Nusantara.40 Ekspedisi pelayaran Lakasaman Cheng Ho ke Samudera Selatan sempat terhenti pada masa pemerintahan Kaisar Ming Hongxi

38

Van Den Berg, Dari Penanggung Peristiwa Sejarah Dunia, Jakarta, Groningen, 1952, hlm. 259

39

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 9

40


(38)

yang merupakan kaisar Dinasti Ming yang ke empat. Akan tetapi, dalam ekspedisi yang ke tujuh dilakukan Laksamana Cheng Ho masa Dinasti Ming diperintah oleh Kaisar Chu Chanji yang merupakan kaisar ke lima Dinasti Ming, dengan memiliki gelar Kaisar Ming Hsuan Tsung. Pada masa kekuasaan Kaisar Chu Chanji mengutus Laksamana Cheng Ho untuk berlayar keseberang lautan, yang sempat dihentikan pada masa kaisar sebelumnya. Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho masa Kaisar Chu Chanji bertujuan menjalin persahabatan antara kekaisaran Cina dengan negeri-negeri di Samudera Selatan dan juga Nusantara.

Ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan pada masa pemerintahan Kaisar Chu Chanji41 merupakan kelanjutan ekspedisi-ekspedisi besar Dinasti Ming pada masa pemerintahan Kaisar Yongle. Dengan adanya ekspedisi yang dilakukan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara membuat terjalinnya hubungan baik antara Cina dengan Nusantara. Adanya hubungan baik ini akan mempengaruhi perdagangan yang ada anatara Cina dengan Nusantara.

B. Hubungan Perdagangan Antara Cina Dengan Nusantara

Orang-orang Cina mulai berdatangan ke Nusantara pada abad ke 9 M yaitu pada zaman Dinasti Tang42 untuk berdagang dengan membawa barang-barang

41

Kaisar Chu Chanji merupakan Kaisar Dinasti Ming 1426-1435 yang ke lima, Ia merupakan Cucu dari Kaisar Yongle (kaisar ketiga Dinasti Ming), Kaisar Chu Chanji menjadi kaisar setelah menggantikan ayahnya Hongki 1425 (pada masa Kaisar Hongki ekspedisi pelayaran Cheng Ho dihentikan) Kaisar Hongki merupakan kaisar ke empat setelah wafat digantikan putranya. Masa Kaisar Chu Chanji diperintahkannya Laksamana Cheng Ho untuk berlayar ke Samudera Selatan, yang pernah di hentikan ayahnya yaitu Kaisar Hongki. Ekspedisi pelayaran yang dilakaukan Laksamana Cheng Ho pada masa Kaisar Chu Chanji merupakan ekspedisi pelayaran yang ke tujuh dan merupakan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho yang terakhir.

42

Dinasti Tang (618-906) merupakan Dinasti yang didirikan oleh Li Yuan yang pada saat itu merupakan Kepala Negara Adipati dibawah pemerintahaan Dinasti Sui. Dinasti Tang berhasil


(39)

kerajinan seperti barang-barang porselen, sutera, teh, alat-alat pertukangan, pertanian dan lain sebagainya untuk ditukar dengan hasil-hasil pertanian terutama rempah-rempah, sarang burung walet, gambir, bahan obat-obatan. Mereka yang sebelumnya hanya menunggu pedagang-pedagang asing yang datang ke Canton,43 dengan menggunakan kapal-kapal Persia kemudian tertarik untuk melakukan perdagangan sendiri ke negara-negara Samudera Selatan.44

Mereka datang dengan jung-jung (perahu) melalui perjalanan panjang menghadapi gelombang laut dan perompak yang ganas. Mereka harus tinggal berbulan-bulan menunggu bergantinya musim dan angin yang akan membawa mereka kembali ke daratan Cina. Sudah tentu yang datang ketika itu hanya laki-laki saja karena perjalanan tersebut sangat berbahaya. Tertarik akan keindahan dan kesuburan daerah-daerah yang mereka kunjungi dan keramahan penduduk setempat, sebagian dari orang-orang Cina menetap dan menikahi perempuan-perempuan setempat. Mereka pada umumnya menjadi petani, tukang dan pedagang pengumpul hasil-hasil pertanian dan hasil hutan untuk ditukar dengan barang-barang dari daratan Cina. Akhirnya mereka memiliki keturunan dan membaur dengan penduduk setempat dan saling mempengaruhi dalam proses percampuran budaya, tradisi dan kebiasaan-kebiasaan lainnya termasuk dalam hal bahasa, kesenian, makanan, dan lain sebagainya.45

membawa China menjadi sebuah Negara yang makmur dan sejahtera dengan perekonomian yang kuat dan menjadi salah satu Dinasti yang paling berpengaruh sepanjang sejarah China.

43

Canton merupakan kota pelabuhan Internasional di Cina dan sebagai kota perdagangaan di Cina, sehingga tidak heran bahwa banyaknya para pedagang dari mancanegara tertarik untuk datang berkunjung ke kota ini.

44

Samudera Selatan menunjukan daerah-daerah yang ada di Asia-Afika dan berada di Selatan Cina, yang merupakan tujuan dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlayar hingga ke Afrika.

45


(40)

Hubungan perdagangan antara Cina ke Asia Tenggara sudah lama terjadi. Hal tersebut ditunjukan dengan adanya daerah-daerah di Asia Tenggara yang menjadi pusat perdagangan bagi para pedagang-pedagang mancanegara seperti di daerah Malaysia, Siam, Filipina dan Nusantara. Para pedagang Cina masuk kedaerah-daerah Asia Tenggara terutama pada masa negara-negara kerajaan masih diperintah oleh para raja-raja lokal.46 Pada masa itu para pedagang Cina masih berjumlah sedikit yang sampai di Asia Tenggara. Sedikitnya pedagang yang sampai di Asia Tenggara disebabkan karena keadaan Laut Selatan Cina yang tidak aman. Ketidak amanan jalur perdagangan tersebut mengganggu perdagangan yang terjadi antara Cina dengan Asia Tenggara. Meskipun demikian, dengan kedatangnya pedagang Cina ke Asia Tenggara membuat terjalinnya hubungan perdagangan yang baik antara bangsa Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Asia Tenggara.

Pada abad ke 13 hubungan perdagangan antara Cina dengan Nusantara semakin baik ketika Cina pada masa Dinasti Ming dipimpin oleh Kaisar Yongle dengan mengirim ekspedisi pelayaran. Sedangkan pada awal Dinasti Ming masa kekuasaan Kaisar Chu Yuan Chang belum adanya ekspedisi pelayaran besar Dinasti Ming, disebabkan karena keadaan Cina masa awal Dinasti Ming yang masih kacau dan juga keadaan jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang tidak aman, membuat kaisar lebih mementingkan kesetabilan dalam negeri Dinasti Ming dari pada hubungan luar negeri dengan negeri-negeri di Samudera Selatan.

46


(41)

Sehingga Kaisar Chu Yuan Chang menerapkan kebijakan dengan melarang perdagangan-pedagang Cina untuk berlayar ke negeri-negeri di luar Cina.

Pada masa pemeritahan Kaisar Yongle beliau mengutus Laksamana Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi pelayaran dari Cina ke negeri-negeri di Samudera Selatan. Ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh Laksamana Cheng Ho ke Nusantara, bertujuan untuk menjalin perdagangan antara kekaisaran Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Pada masa kepemimpinan Dinasti Ming berkembangnya hubungan perdagangan antara Cina dengan Nusantara, banyaknya pedagang dari Cina yang menempati daerah-daerah yang ada di Nusantara memperjelas adanya hubungan baik antara kekaisaran Cina dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara.47 Dengan adanya ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Nusantara semakin mempererat perdagangan antara Cina dengan Nusantara. Selain itu, banyaknya pedagang Cina yang datang ke Nusantara untuk berdagang dan mencari rempah-rempah merupakan barang yang dibutuhkan bagi masyarakat Cina. Pada tahun 1407 M, Laksamana Cheng Ho melakukan penangkapan perompak yang ada di Sumatera yang kemudian diadili oleh kaisar Cina. Tindakan penangkapan perompak yang dilakukan Laksamaana Cheng Ho merupakan cara memperlancar hubungan perdagangan baik dari Cina maupun Nusantara.

47


(42)

C. Mengamankan Jalur Pelayaran Perdagangan Cina Dengan Nusantara Dari Para Bajak Laut

Semakin berkambangnya perdagangan antara Negeri Cina dengan Nusantara, membuat semakin ramainya jalur-jalur perdagangan laut yang ada di Asia Tenggara. Pada masa awal Dinasti Ming perdagangan antara Cina dengan negeri-negeri di Asia-Afrika semakin berkembang baik. Hal ini membuat daerah-daerah yang menjadi jalur perdagangan semakin ramai dikunjungi oleh para pedagang dari mancanegara. Akan tetapi, Laut Cina Selatan yang menjadi pusat jalur perdagangan antara Cina dengan negeri-negeri lain tidaklah aman, dikaranakan adanya bajak laut yang merampok para pedagang-pedagang Cina maupun para pedagang-pedagang lainnya yang melintas di Laut Cina Selatan. Di samping itu juga terganggunya pengiriman upeti yang diberikan oleh para kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina kepada kekaisaran Dinasti Ming. Mengatasi masalah bajak laut yang merugikan kekaisaran Cina maupun para pedagang, pemerintahan Dinasti Ming menindak tegas para bajak laut yang ada di Laut Cina Selatan.

Pada masa Kaisar Yongle pada tahun 1407 M, mengutus Laksamana Cheng Ho untuk melakuakan ekspedisi ke Samudera Selatan untuk menangkap para bajak laut yang meresahkan kekaisaran Dinasti Ming dan pedagang yang ada di Laut Cina Selatan. Ekspedisi pelayaran Dinasti Ming yang dipimpin Laksamana Cheng Ho, untuk mengamankan jalur pelayaran niaga dari bajak laut di Laut Cina Selatan. Jalur perdagangan di Laut Cina Selatan yang menjadi jalur perdagangan sering diganggu oleh para bajak laut yang dipimpin oleh Lin Tao


(43)

Chien yang telah menguasi Pattani.48Serta seorang pemimpin bajak laut lain yang berasal dari Guangzhou yang bernama Chen Chuyi (Tan Tjo Gi)49 yang memiliki daerah kekuasaan di Palembang, dari sinilah dilakukannya perompakan terhadap kapal-kapal yang melalui Selat Malaka. Hal ini disebabkan pemerintahan Kerajaan Sriwijaya di Palembang yang lemah, hal ini dikarenakan berkali-kali mendapatkan serangan dari kerajaan Jawa (Kerajaan Majapahit), dan ketidak berdayaan Kerajaan Sriwijaya mengatasi para bajak Laut, sehingga mengakibatkan Kota Palembang berhasil dikuasai oleh para bajak laut Chen Chuyi (Tan Tjo Gi) ini sebelum kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Nusantara.50

Dalam ekspedisinya pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan, telah tujuh kali melakukan persinggahan ke Nusantara dalam perjalanannya dari Cina menuju Afrika. Pada Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho pada tahun 1407 M Ia singgah di Palembang. Ketika berada di Palembang Laksamana Cheng Ho mendapat serangan para bajak laut yang dipimpin oleh Chen Chuyi yang merupak gembong bajak laut.51 Penyerangan yang dilakukan oleh bajak laut Chen Chuyi kepada Laksamana Cheng Ho, yang bertujuan untuk menjarah kapal Laksamana Cheng Ho yang merupakan kapal

48

Lin Tao Chien merupakan pemimpin bajak laut yang terkenal kekejamannya yang telah menguasai Pattani. Ia melarikan diri dari propinsi Hokkian ke Siam bersama dua ribu orang pengikutnya, dan Pattani sebagai markas dan pusat para bajak laut asal Hokkian untuk beroperasi mengganggu dan merampok kapal-kapal dagang di pesisir Cina.

Pattani merupakan kota pelabuhan di selatan Siam (Thailand) dan Kukang (Palembang).

49

Chen Chuyi (Tan Tjo Gi) merupakan seorang yang berasal dari Chaozhou (Teochiu) Propinsi Guangdong. Karena melanggar hukum di Cina, Chen Chuyi melarikan diri beserta keluarganya ke Palembang. Mula mula Chen Chuyi bekerja untuk raja Sriwijaya dan kemudia Ia menggerakkan bajak laut yang ada di Pelembang dan mengangkat dirinya sebagai gembong bajak laut setelah raja Sriwijaya mangkat. Ia berbuat sewenang-wenang antara lain merampok kapal-kapal yang memlalui Selat Malaka.

50

Benny G. Setiono, Tionghoa Dalam Pusaran Politik, Jakarta, Elkasa, 2002, hlm. 25

51

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 94


(44)

harta kekaisaran Dinasti Ming Cina. Penyerangan yang dilakukan oleh bajak laut yang ada di Palembang ini dapat di taklukan oleh Laksamana Cheng Ho dan pengikutnya. Kesiapan Laksamana Cheng Ho dalam menghadapi para bajak laut Chen Chuyi, sehingga berhasil mengalahkan lebih dari 5000 orang, membakar 10 kapal dan menahan 7 kapal bajak laut Chen Chuyi, dismping itu juga berhasil menahan dua slempel bajak laut Chen Chuyi, yang merupakan simbol kekuasaan bajak laut di daerah tersebut. Chen Chuyi yang merupakan pimpinan bajak laut tersebut dibawa ke Cina untuk mendapat hukuman dari Kaisar Dinasti Ming Cina dan pada akhirnya gembong bajak laut Chen Chuyi mendapatkan hukuman mati oleh Kaisar Cina.52

Tindakan tegas Laksamana Cheng Ho memberantas bajak laut yang ada Laut Cina Selatan tersebut membuat Laut Cina Selatan menjadi aman dan tentram. Hubungan perdagangan dan perjalanan upeti antara kekaisaran Cina dan kerajaan Nusantara dapat berjalan dengan lancar. Selain itu, kondisi aman di sekitar laut di Asia Tenggara juga berdampak pada pelabuhan di selatan Cina menjadi makmur dan ramai dikunjungi para pedagang dari luar Cina. Di samping itu, dengan pemberantasaan bajak laut yang dilakuakan oleh Laksamana Cheng Ho, menimbulkan terjadinya hubungan baik antara kekaisaran Cina dengan Kerajaan Palembang. Hubungan baik tersebut dapat dibuktikan dengan adanya pengiriman utusan yang dilakukan oleh Kerajaan Palembang ke Kekaisaran Dinasti Ming Cina.53

52

Ibid., hlm. 95

53

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 120


(45)

Tindakan Laksamana Cheng Ho untuk memberantas bajak laut yang ada di Nusantara, juga memberikan dampak yang baik bagi kerjasama dalam perdagangan antara Cina dengan Nusantara. Kondisi jalur perdagangan yang aman membuat semakin ramainya jalur perdagangan di Selat Malaka, hal ini membuat semakin banyaknya para pedagang-pedagang Cina maupun pedagang dari mancanegara yang mengunjungi Nusantara. Amannya jalur prlayaran laut yang ada di Laut Cina Selatan membuat pengiriman upeti yang diberikan oleh kerajaan-kerajaan yang ada di luar Cina menjadi lancar tanpa harus kawatir terhadap ancaman para bajak laut yang ingin merompak kapal-kapal yang mengirimkan upeti ke kaisaran Dinasti Ming Cina.


(46)

30 BAB III

PROSES DAN BERAKHIRNYA EKSPEDISI LAKSAMANA CHENG HO DARI CINA KE NUSANTARA PADA TAHUN 1405-1433

Pada saat Negeri Cina diperintah oleh Dinasti Ming, Cina mengalami kemajuan yang sangat pesat pada masa kekuasaan Kaisar Yongle,54 dengan gelar Ming Cheng Tsu pada tahun 1403 M.55 Kaisar berusaha mempersatukan seluruh Cina di bawah satu pemerintahan pusat yang kuat setelah berhasil mengatasi masalah-masalah yang ada dalam negeri Dinasti Ming. Kaisar Yongle kemudian memerintahkan untuk melakukan ekspedisi-ekspedisi pelayaran besar ke Samudera Selatan.56 Ekspedisi pelayaran yang dilakukan oleh Kaisar Yongle belum pernah dilakukan oleh kaisar-kaisar sebelumnya pada masa kekuasaan Dinasti Ming di Cina. Ekspedisi pelayaran ini bertujuan untuk memberitahukan kepada kerajaan-kerajaan yang ada di sekitar Cina bahwa Kaisar Yongle sebagai kaisar yang memerintah di Cina. Selain itu kaisar juga menjalin persahabatan dan perdagangan dengan negeri-negeri yang ada di mancanegara. Pada masa pemerintahannya, Kaisar Yongle juga melakukan pengamanan pada jalur pelayaran niaga Cina yang ada di Laut Cina Selatan dari bajak laut. Tindakan

54

Kaisar Yongle juga deikenal dengan nama Yongle, Yung Lo, Chu Ti, Zhu Di. Kaisar Youngle merupakan Kaisar ke tiga Dinasti Ming, dan merupakan anak ke empat dari Kaisar Chu Yuan Cang yang merupakan kaisar pertama Dinasti Ming. Kaisar Yongle menjadi kaisar Dinasti Ming yang ke tiga, setelah melakukan penyerangan ke kota Nanking sebagai ibu kota Dinasti Ming dan menggulingkan kekuasaan Kaisar Chu Yunwen yang merupakan kaisar Dinasti Ming yang ke dua dan juga keponakkannya, setelah menggulingan Kaisar Chu Yunwen kemudian Yongle menobatkan dirinya sebagai kaisar Dinasti Ming yang ketiga.

55

Ivan Taniputra, History Of China, Yogyakarta, Ar-Ruzz Media, 2009, hlm. 461

56

Samudera Selatan menunjukan daerah-daerah yang ada di Asia-Afika dan berada di Selatan Cina, yang merupakan tujuan dari ekspedisi Laksamana Cheng Ho yang berlayar hingga ke Afrika.


(47)

tegas Kaisar Yongle menumpas para bajak laut yang selalu mengganggu kapal-kapal upeti kerajaan-kerajaan disekitar Cina dan kapal-kapal-kapal-kapal para pedagangan yang melintas di Laut Cina Selatan membuat kawasan tersebut menjadi aman dan ramai dikunjungi para pedagangan yang ada di Laut Cina Selatan dari para bajak laut.57

Pada saat menjalankan kebijakan ekspedisi pelayaran tersebut, Kaisar Yongle mengutus Laksamana Cheng Ho untuk memimpin ekspedisi pelayaran ke negeri-negeri di Samudera Selatan. Tidak banyak yang mengetahui tentang kehidupan Laksamana Cheng Ho pada masa silam di Cina dikarenakan Laksamana Cheng Ho yang sebagai seorang kasim58 tidak dianggap pada masa Cina silam. Akan tetapi, Laksaman Cheng Ho merupakan pelaut besar dalam sejarah Cina. Selama 28 tahun Laksamana Cheng Ho memimpin ekspedisi pelayaran besar Dinasti Ming. Laksamana Cheng Ho telah mengunjungi lebih dari 30 negeri59 dengan menggunakan 62 buah kapal besar berukuran panjang 132 m dengan tingginya 54 m dan sejumlah 200 buah kapal baik ukuran sedang maupun kecil, serta dilengkapi 17.800 orang anak buah yang mengikuti ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan. Disamping itu, Laksamana Cheng Ho juga membawa sejumlah barang berharga berupa emas, sutera, mutiara, batu permata, kerajinan dan lain sebagainya yang akan digunakan sebagai hadiah

57

Benny Setiono, Tiongkok Dalam Pusaran Politik, Jakarta, Elkasa, 2002, hlm. 24

58

Kasim merupakan seorang pegawai istana yang bekerja sebagai pelayan pemaisuri maupun istri kaisar lainnya dan juga melayani keluarga kaisar.

59

Negeri-negeri yang menjadi kunjungan Laksamana Cheng Ho diantaranya Chan-ch’en(Anam), Chao-wa (Jawa), Sun-la (Sunda), San-fo-ch’i (Palembang), A-lu (Sumatera), Peng-h’eng (Pahang), Man-la-kia (Malaka), Chi-lan-tan (Kelantan), Hsien-lo (Siam), Ku-li (Calicut, India), Hsi-lan-shan (Sailan), Hu-li-mo-ssu (Ormuz), A-tan (Aden) dan Mu-ku-tu-shu (Mogadisiu, Somalia)


(48)

dari kaisar Cina kepada kerajaan-kerajaan yang dikunjungi oleh Laksamana Cheng Ho dalam perjalanaannya ke Samudera Selatan.60

Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle, beliau mengutus Laksamana Cheng Ho untuk melakukan ekspedisi pelayaran sebanyak 6 kali dan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho yang terakhir dilakukan pada masa pemerintahan Kaisar Chu Chanji.61 Beliau merupakan kaisar ke lima Dinasti Ming Cina. Pada pemerintahan Kaisar Hongki yang merupakan kaisar ke empat Dinasti Ming, beliau menghentikan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudera Selatan dikarenakan terlalu besarnya biaya ekspedisi tersebut. Selama melakukan ekspedisi pelayaran sebanyak 7 kali atas perintah kekaisaran Dinasti Ming di Cina, Laksamana Cheng Ho juga mengunjungi Nusantara untuk menyampaikan pesan dari kaisar Dinasti Ming di Nusantara. Dalam ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho dapat dijelaskan sebagai berikut:62

1. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1405 M sampai tahun 1407 M masa pemerintahan Kaisar Yongle.

2. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1407 M sampai tahun 1409 M masa pemerintahan Kaisar Yongle.

3. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1409 M sampai tahun 1411 M masa pemerintahan Kaisar Yongle.

4. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1413 M sampai tahun 1415 M masa pemerintahan Kaisar Yongle.

60

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 115

61

Kaisar Chu Chanji merupakan Kaisar Dinasti Ming 1426-1435 M yang ke lima, Ia merupakan Cucu dari Kaisar Yongle (kaisar ketiga Dinasti Ming), Kaisar Chu Chanji menjadi kaisar setelah menggantikan ayahnya Hongki 1425 (pada masa Kaisar Hongki ekspedisi pelayaran Cheng Ho dihentikan) Kaisar Hongki merupakan kaisar ke empat setelah wafat digantikan putranya. Masa Kaisar Chu Chanji diperintahkannya Laksamana Cheng Ho untuk berlayar ke Samudera Selatan, yang pernah di hentikan ayahnya yaitu Kaisar Hongki. Ekspedisi pelayaran yang dilakaukan Laksamana Cheng Ho pada masa Kaisar Chu Chanji merupakan ekspedisi pelayaran yang ke tujuh dan merupakan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho yang terakhir.

62

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 60


(49)

5. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1417 M sampai tahun 1419 M masa pemerintahan Kaisar Yongle.

6. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1421 M sampai tahun 1422 M masa pemerintahan Kaisar Yongle.

7. Pelayaran ekspedisi dari tahun 1431 M sampai tahun 1433 M masa pemerintahan Kaisar Chu Chanji.63

Tabel 1. Kawasan-kawasaan yang dikunjungi Laksamana Cheng Ho dalan tujuh kali pelayaran ke Samudera Selatan

No Tahun keberangkatan Kawasan-kawasan Yang Dikunjungi A 1405-1407 M Campa, Jawa, Aceh, Lamuri, Malaka, Calicut,

Palembang, Malabar, Ceylon.

B 1407-1409 M Campa, Jawa, Siam, Malaka, Lamuri, Aceh, Cail, Cochin, Cambay, Ahmedabad, Calicut,

Ceylon, Sambilan dan lain-lain

C 1409-1411 M Campa, Jawa, Siam, Malaka, Lamuri, Aceh, Ceylon, Quilon, Cochin, Calicut, Ahmedabad,

Malabar.

D 1413-1415 M Campa, Jawa, Siam, Malaka, Lamuri, Aceh, Cail, Cochin, Cambay, Ahmedabad, Calicut,

Ceylon, Sambilan.

E 1417-1419 M Campa, Jawa, Palembang, Malaka, Pahang, Aceh, Lambri, Ceylon, Cochin, Rasa, Aden, Mogedoxu, Kepulauan Maldeve, Ormus. F 1421-1422 M Campa, Siam, Malaka, Lamuri, Aru, Aceh,

Cail, Cochin, Cambay, Bengal, Ormuz, Aden, Jofar, Rasa, Brawa, Mogedoxu, Calicut, Cail,

Ceylon, Kepulauan Maldeve. G 1431-1433 M Campa, Jawa, Palembang,Lamuri, Malaka,

Siam, Aru, Lide, Banggal, Maldiv, Quilon, Aceh, Cail, Cochin, Cambay, Ahmedabad, Mekah, Ormus, Jofar, Aden, Mogedoxu,

Brawa, Calicut,64

Dalam ekspedisi pelayaran tersebut, Laksamana Cheng Ho juga mengunjungi kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara. Hal ini membuat terjadinya hubungan baik antara kerajaan yang ada di Nusantara dengan

63

Ibid., hlm. 60

64

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 218


(50)

kekaisaran Dinasti Ming Cina. Kunjungan ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Nusantara antara lain ke Kerajaan Samudera Pasai, Kerajaan Lambri, Kerajaan Malaka, Kerajaan Majapahit, Palembang, Semarang, dan juga berakhirnya ekspedisi pelayaran Laksanana Cheng Ho ke Samudera Selatan dapat dijelaskan sebagai berikut:

A. Proses Ekspedisi Laksamana Cheng Ho ke Nusantara

1. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan kecil yang terletak di sebelah timur Lhokseumawe, Aceh. Kerajaan Samudera Pasai didirikan pada tahun 1275 M atau diperkirakan pada pertengahan abad ke 13 M. Raja pertama yang memimpin yaitu Sultan Malik as-Shalih yang wafat pada tahun 1297 M. Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang ada di Nusantara. Hal ini dipengaruhi oleh letak geografis dari kerajaan yang selalu menjadi jalur pelayaran dan juga sebagai tempat persinggahan para pedagang mancanegara yang melalui Selat Malaka.65

Terjadinya perdagangan antara negeri-negeri mancanegara membuat munculnya kerjasama antara Kerajaan Samudra Pasai dengan negeri-negeri di mancanegara. Hubungan kerjasama dengan Negeri Cina diawali dengan adanya hubungan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak dan dengan adanya pengiriman utusan Kerajaan Samudra Pasai maupun utusan dari Kaisaran

65

Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia III Zaman Pertumbuhan Dan Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia,Jakarta, Balai Pustaka, 2011, hlm. 21


(51)

Cina membuat baiknya kerjasama antar negeri tersebut.66 Pada masa pemerintahan Sultan Malik as-Shalih, sudah terjadi hubungan kerajaan Samudra Pasai dengan Cina dan pada tahun 1282 M masa Dinasti Yuan telah mengirimkan utusannya ke Kerajaan Samudra Pasai dan utusan Cina tersebut bertemu dengan menteri kerajaan Samudra Pasai dan menghimbau agar Raja Kerajaan Samudra Pasai untuk mengirimkan utusannya ke Cina.67

Pada masa kekuasaan Dinasti Ming di Cina, Kerajaan Samudra Pasai juga telah memilik kerjasama dan hubungan baik. Kerja sama tersebut bahkan telah terjadi semenjak Dinasti Yuan berkuasa di Cina sebelum Dinasti Ming berdiri.68 Kerajaan Samudra Pasai memiliki pengaruh yang besar dalam perdagangan yang ada di Asia Tenggara dan juga perdagangan dengan Dinasti Ming Cina. Pada masa pemerintahan Kaisar Yongle pada tahun 1404 M, kaisar mengutus Wen Liang Fu69 untuk datang ke Kerajaan Samudra Pasai. Pengutusan Wen Liang Fu ke Kerajaan Samudera Pasai bertujuan mengantarkan hadiah berupa sutra sulaman benang emas, sutra, kerajinan, dan menyampaikan himbauan kepada Kerajaan Samudra Pasai untuk datang menghadap kaisar Dinasti Ming Cina.

Pada tahun 1405 M, dimulainya ekspedisi pelayaran besar yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho atas perintah Kaisar Yongle Dinasti Ming. Dalam ekspedisi pelayaran ke Samudra Selatan, Laksamana Cheng Ho juga mengunjungi

66

Mohammad Said, Atjeh Sepandjang Abad,Medan, Harian Waspada Medan, 2007, hlm.62

67

Marwati Djoened Poesponegoro, op.cit.,hlm. 23

68

Brian Harrison, Asia Tenggara Suatu Sejarah Ringkas, Kuala Lumpur, Badan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pelajaran Malaysia, 1966, hlm. 67

69

Wen Liang Fu merupakan utusan dari Kaisar Yongle pada tahun 1404, untuk datang ke Kerajaan Samudera pasai untuk memberikan hadiah dari kaisar Cina yang berupa emas, satin, kerajinan dan lain sebagainya. Disamping itu kedatangan Wen Liang Fu ke Kerajaan Samudera pasai untuk menghimbau kepada kerajaan untuk datang menghadap Kekaisaran Cina.


(52)

Kerajaan Samudra Pasai. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk membuka hubungan politik, perdagangan, persahabatan serta mengambil upeti Kerajaan Samudra Pasai yang akan diserahkan kepada kekaisaran Dinasti Ming Cina. Akan tetapi, Raja Zainul Abiddin70yang merupakan raja Samudra Pasai telah mengirim utusannya untuk memberikan upeti kepada ke kekaisaran Cina.71

Terjadinya konflik antara Kerajaan Samudra Pasai dengan Kerajaan Nakur (Kerajaan Batak) membuat hubungan antara Kerajaan Samudra Pasai dengan Cina terganggu. Konflik antara kedua kerajaan tersebut terjadi karena terbunuhnya raja Samudra Pasai dalam pertempuran melawan Raja Nakur di Batak. Konflik tersebut membuat sebagian besar wilayah Kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Kerajaan Nakur. Untuk merebut kembali kekuasaan Kerajaan Samudra Pasai, pemaisuri raja Samudera Pasai yang telah wafat berjanji di depan umum akan menikahi siapa saja yang dapat mengalahkan Kerajaan Nakur dan menjadikannya Raja Samudra Pasai. Hal ini dilakukan sebab putra mahkota Zainul Abidin yang masih kecil tidak dapat membalaskan dendam dan memimpin Kerajaan Samudra Pasai. Kemudian, ada seorang nelayan yang menggerakkan pasukan Samudra Pasai untuk melawan Kerajaan Nakur dan berhasil merebut kembali wilayah Kerajaan Samudra Pasai yang dikuasai oleh Kerajaan Nakur. Oleh karena keberhasilan itu nelayan tersebut dapat menjadi raja dan menikahi pemaisuri raja Samudra Pasai yang telah wafat dan menjadi Raja Samudra Pasai yang dikenal

70

Zainul Abiddin adalah sultan Samudera Pasai yang ke-5. Beliau memerintah sampai dengan wafatnya pada tahun 841 H/1438 M. Nama lengkapnya adalah Zainul Abidin bin Ahmad bin Ahmad bin Muhammad bin Al-Malik Ash-Shalih. Secara garis keturunan, Zainul Abidin merupakan putra dari paman Ratu Nahrasyiyah yang bernama Ahmad. Pada masa dialah Kerajaan Samudra Pasai diperkirakan mencapai masa kejayaannya.

71

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 225


(53)

sebagai Raja Tua. Akan tetapi, Raja Tua kemudian dibunuh oleh Zainul Abidin yang merupakan anak angkatnya.72

Setelah merebut kekuasaan dari Raja Tua, Zainul Abiddin memerintahan Kerajaan Samudra Pasai dan hubungan antara Kerajaan Samudra Pasai dengan Dinasti Ming di Cina terjalin dengan baik dan Kerajaan Samudra Pasai setiap tahun mempersembahkan upeti yang tidak pernah putus selama pemerintahan Kaisar Yongle. Pada tahun 1415 M Laksamana Cheng Ho kembali mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai. Kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Kerajaan Samudra Pasai menimbulkan terjadinya perselisihan antara Zainul Abidin dengan anak Raja Tua yang bernama Iskandar.73 Perselisihan tersebut terjadi karena Laksamana Cheng Ho tidak memberi Iskandar hadiah dari Kaisar Cina. Kejadian ini menimbulkan terjadinya penyerangan yang dilakukan Iskandar kepada Laksamana Cheng Ho. Penyerangan yang dilakukan Iskandar tersebut dapat dikalahkan oleh Laksamana Cheng Ho. Akan tetapi, Iskandar dapat melarikan diri ke Kerajaan Lambri. Dalam pengejaran tersebut Laksamana Cheng Ho akhirnya dapat menangkap Iskandar yang kemudian dibawanya Iskandar ke Kerajaan Samudra Pasai untuk diadili.

Atas jasa Laksamana Cheng Ho yang telah memadamkan konflik di Kerajaan Samudra Pasai, kemudian Raja Zainul Abiddin mengirim utusannya

72

Kerajaan Nakur merupakan salah satu kerajaan di Sumatera Utara yang berlokasi di Simalungun, penguasa ataupun pemerintahnya adalah Dinasti Damanik (Suku Simalugun).

73

Iskandar merupakan anak dari Raja Tua (Raja Tua merupakan seorang nelayan yang memimpin pasukan Samudra Pasai, untuk merebut kembali wilayah Kerajan Samudra Pasai yg telah di kuasai Kerajaan Nakur, setelah berhasil Raja Tua menikahi pemaisuri raja samudra pasai yang telah wafat (yang merupakan ayah Zainul Abidin), sejak saat itu menjadi raja Samudra Pasai yang dikenal sebagai Raja Tua, yang kemudian dibunuh oleh Zainul Abidin yang merupakan putra mah kota) setelah mengetahui ayahnya terbunuh iskandar melarikan diri ke pegunungan beserta anak buahnya dan berusaha memperbesar kekuatannya untuk melawan Zainul Abidin.


(54)

untuk menghadap dan menyampaikan ucapan terima kasih kepada kaisar Cina.74 Pada tahun 1426 M, Kerajaan Samudra Pasai mengirim utusannya untuk menyampaikan selamat atas penobatan Kaisar Chu Chanji. Tidak hanya itu saja, pada tahun 1430 M Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi pelayaran untuk mengunjungi negeri-negeri di Samudera Selatan untuk menyampaikan surat perintah Kaisar bahwa Kaisar Chu Chanji telah menjadi Kaisar Dinasti Ming dan menggantikan kaisar sebelumnya.75

Pada tahun 1430 M, Dinasti Ming mulai mengalami kemunduran sehingga mengakibatkan negeri-negeri di wilayah Samudra Selatan tidak lagi mengirimkan upeti kepada kekaisaran Dinasti Ming Cina. Karena hal tersebut Kaisar Cina kembali mengutus Laksamana Cheng Ho dengan tugas untuk menyampaikan perintah kepada kerajaan-kerajaan di Samudera untuk memberikan upeti kepada kekaisaran Cina. Pada tahun 1431 M Kerajaan Samudra Pasai mengirimkan utusannya ke Cina untuk memberikan upeti kepada kekaisaran Cina dan pada tahun 1433 M utusan Samudra Pasai kembali datang ke Cina untuk memberikan upeti kepada kekaisaran Cina. Selanjutnya, pada tahun 1434 raja Kerajaan Samudra Pasai Raja Zainul Abidin mengutus adiknya ke Cina. Sesampainya di Cina, adik dari raja Samudra Pasai meninggal dunia di kota Nanking karena sakit keras.76

Hubungan baik antara Kerajaan Samudra Pasai dengan Dinasti Ming terjadi pada masa Raja Zainul Adiddin dengan Kaisar Yongle. Ekspedisi

74

Liang Liji,Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 237

75

Mohammad Said, Aceh Sepanjang Abad, Medan, Harian Waspada Medan, 2007, hlm. 95

76

Kong Yuanzhi, Cheng Ho Muslim Tionghoa Misteri Perjalanan Muhibah di Nusantara, Jakarta, Pusaka Obor, 2013, hlm. 112


(55)

pelayaran masa Dinasti Ming pada pemerintahan Kaisar Yongle yang dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho telah tiga kali mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai dan Kerajaan Samudra Pasai sangat penting bagi Dinasti Ming baik dalam hubungan perdagangan maupun hubungan upeti yang ditujukan kepada Kekaisaran Cina. Pada waktu itu, Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam yang ada di Pulau Sumatra. Ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Kerajaan Samudra Pasai memberikan perhatian terhadap perkembangan Agama Islam yang ada di Kerajaan Samudra Pasai dan Samudra Pasai juga merupakan kerajaan yang bercorak Islam pertama yang ada di Nusantara.77

2. Ekspedisi Laksamana Cheng Ho di Lambri Aceh

Kerajaan Lambri merupakan sebuah kerajaan yang terletak di daerah Aceh Besar dengan pusatnya di Lam Reh, kecamatan Mesjid Raya. Kerajaan ini adalah kerajaan yang lebih dahulu muncul sebelum berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam.78 Pada saat kekuasaan Kerajaan Lambri telah mendapat serangan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Chola. Pada tahun 943 M, Kerajaan Lambri mendapat serangan dari Kerajaan Sriwijaya sehingga mengalami kekalahan, hal ini membuat Kerajaan Lambri Patunduk di bawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Meskipun dibawah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Lambri tetap mendapatkan haknya sebagai kerajaan. Akan tetapi, Kerajaan Lambri memiliki kewajiban untuk mempersembahkan upeti, memberikan bantuan jika diperlukan, dan juga datang melapor ke Kerajaan Sriwijaya jika memang diperlukan. Pada

77

Liang Liji, Dari Relasi Upeti Ke Mitra Strategi 2000 Tahun Perjalanan Hubungan Tiongkok-Indonesia, Jakarta, Buku Kompas, 2012, hlm. 248

78


(56)

tahun 1030 M, Kerajaan Lamuri pernah diserang oleh Kerajaan Chola di bawah kepemimpinan Raja Rayendracoladewa I.79Pada akhirnya, Kerajaan Lambri dapat dikalahkan oleh Kerajaan Chola, meskipun telah memberikan perlawanan yang sangat hebat. Bukti perlawanan tersebut menunjukan bahwa Kerajaan Lambri bukan kerajaan kecil karena terbukti sanggup memberikan perlawanan yang tangguh terhadap kerajaan besar, seperti Kerajaan Chola.

Dalam ekspedisi pelayaran Laksamana Cheng Ho ke Samudra Selatan, kemudian beliau singgah di Kerajaan Lambri pada tahun 1414 M. Kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Kerajaan Lambri bersamaan dengan terjadinya konflik yang ada di Kerajaan Samudera Pasai. Konflik yang terjadi di Kerajaan Samudera Pasai, disebabkan karena Iskandar memberontak kepada Kerajaan Samudra Pasai dan terdesak melarikan diri ke Kerajaan Lambri. Kedatangan Laksamana Cheng Ho ke Kerajaan Lambri beserta dengan pengikutnya, mendapatkan perlawanan dari Kerajaan Lambri yang melindungi Iskandar. Perlawanan Kerajaan Lambri tersebut membuat Laksamana Cheng Ho terpaksa menggunakan peperangan untuk menangkap Iskandar. Iskandar yang melarikan diri ke Kerajaan Lambri kemudian berhasil ditaklukan oleh Laksamana Cheng Ho dan setelah tertangkap dibawanya kembali ke Kerajaan Samudera Pasai untuk diadili. Akibat mendapat serangan dari Laksamana Cheng Ho membuat Kerajaan Lambri menjadi lemah dan dalam perkembangannya setelah mendapat serangan dari berbagai kerajaan dan serangan Laksamana Cheng Ho membuat runtuhnya Kerajaan Lamuri.80

79

Kerajaan Chola merupakan kerajaan kuat di wilayah India Selatan.

80


(1)

94 Lampiran 4

Perbandingan Kapal ekspedisi pelayaran armada Laksamana Cheng Ho pada masa Dinasti Ming dengan kapal pelayaran armada Eropa.

http://daulahislam.com/unique/sejarah-unique/biografi-dan-expedisi-laksamana-muslim-tjeng-ho.html

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

95 Lampiran 4

Klenteng Sam po kong yang berada di Semarang merupakan peninggalan Laksamana Cheng Ho yang awalnya berupa masjid yang kemudian diubah

menjadi klenteng sebagai pemujaan kepada Laksamana Cheng Ho bagi masyarakat Cina di Semarang

(Dokumen Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

96 Lampiran 4

Patung Laksamana Cheng Ho yang berada di Klenteng Sam Po Kong

di Semarang.

(Dokumen Pribadi)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

97 Lampiran 4

Makam Laksamana Cheng Ho yang beradi di bukit Niushou, Nanjing. Pada tahun 1984 dipugar oleh Kota Praja Nanjing dalam rangka memperingati ulang tahun ke 580 dimulinya pelayaran Laksamana Cheng Ho. Dibuka untuk umum

pada tahun 1985.

http://www.xuezhengdao.com/539/sam-po-kong-laksamana-ceng-he/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

98 Lampiran 4

Patung Laksamna Cheng Ho Yang Ada di Kuil 'San Pao Kung' atau 'Sam Po Bo', di Bukit Cina, Melaka

http://wangtepus.blogspot.com/2013/01/laksamana-cheng-ho-bentuk-baba-nyonya.html

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

99 Lampiran 4

Lonceng Cakra Donya Peninggalan Laksamana Cheng Ho di Aceh, lonceng ini dibawa oleh Laksamana Cheng Ho ke Kerajaan Samudera Pasai pada tahun 1409

M, yang saat ini berada di museum Aceh.

http://id.wikipedia.org/wiki/Cheng_Ho

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI