lxxxiv kehidupan rakyat Tionghoa. Antara lain pemujaan kepada Tuhan atau
moyang, promosi, penyampaian laporan kepada kaisar, jamuan kenegaraan, pengiriman utusan ke luar negeri, cara bercocok tanam, pembangunan
rumah, irigasi, peternakan, perburuan, pengobatan termasuk tusuk jarum atau akupunktur, penjahitan, dan lain-lain. Pendeknya, almanak itu seperti
suatu ensiklopedia Tiongkok yang mencakup keadaan politik, sosial, kebudayaan, dan ekonomi Tiongkok masa itu.
Pakaian kebesaran Tiongkok dihadiahkan juga kepada negara-negara yang dikunjungi Cheng Ho dengan maksud agar negara-negara itu dapat
meniru tata krama orang Tionghoa yang maju. Menurut catatan literatur sejarah, pakaian kebesaran Tiongkok pernah disampaikan oleh Cheng Ho
kepada daerah-daerah di Nusantara termasuk Jawa. Cheng Ho memberikan peninggalan-peninggalan kepada daerah-daerah yang dikunjunginya berupa
bingkisan atau tanda mata berupa alat penimbang dan buku antara lain Gu Jin Li Yu Zhuan Hikayat Wanita Tabah Sepanjang Masa. Dan alat
penimbang dari Tiongkok yang cukup maju pada waktu itu amat dibutuhkan oleh mereka.
4. Seni, Sastra dan Drama Klasik Tionghoa
Pelayaran Cheng Ho pun telah mendorong pertukaran seni dan sastra antara Tiongkok dengan negara-negara Asia Tenggara, antara lain, dongeng
Cina diceritakan oleh anak buah Cheng Ho untuk anak-anak di kerajaan yang dikunjunginya, dan sebaliknya dongeng dari kerajaan yang dikunjungi
dibawa pulang dan diceritakan kembali di Cina. Seperti dongeng Joko Tarub sama dengan dongeng di Cina yang disebut dongeng Peacock
lxxxv Maiden Dara Merak yang populer di Provinsi Yunnan. Hal ini bisa
menjadi kebalikannya, dongeng Joko Tarub di Jawa yang berasal dari dongeng Peacock Maiden di Yunnan Tiongkok. Namun dapat
dipastikan ialah Cheng Ho dan sejumlah awak kapalnya berasal dari Provinsi Yunnan. Persamaan antara kedua dongeng tersebut merupakan
suatu contoh yang tipikal sebagai hasil dari pertukaran kebudayaan antara Tiongkok dengan Indonesia berkat pelayaran Cheng Ho ke Asia. Novel
atau drama mengenai pelayaran Cheng Ho bermunculan pula baik di Tiongkok maupun di negara-negara Asia Tenggara.
Pada tahun 1885 di Batavia kini Jakarta pernah diterbitkan buku Sam Po Kai Gang Sam Po Membina Bandar. Buku Xi Yang Ji Catatan tentang
Samudra Barat dan Cerita Sam Po Toa Lang Tuan Besar Sam Po berhasil diterbitkan di Batavia pula masing-masing pada tahun 1903 dan tahun 1924.
Dua buku yang bertema sama Sam Po diterbitkan di Semarang, masing- masing disusun oleh Yayasan Kelenteng Sam Po Semarang 1939, dan Kam
Seng Kioe Toko Buku Liong, 1955. Pada awal tahun 1950-an P.T. Sari Pustaka di Jakarta telah menerbitkan buku Xi Yang Ji Catatan tentang
Samudra Barat sebagai hasil terjemahan bebas dari “Cerita Populer tentang Kasim San Bao ke Samudra Barat”, karya Luo Modeng Tiongkok. Buku
Riwayat Sam Po Toa Lang 15 jilid, 1956, brosur Riwayat Singkat Sam Poo Tay Djien Yayasan Kelenteng Sam Po Kong, Gedong Batu, Semarang,
1982, dan Merpati Terbang ke Selatan: Kisah Perjalanan Muhibah Laksamana Haji Cheng Ho yang ditulis oleh Tartila Tartusi Jakarta, PT. Bina
Rena Pariwara, 1992, dan lain-lain diterbitkan pula di Indonesia. Xi Yang Ji
lxxxvi Catatan tentang Samudra Barat yang judul lengkapnya San Bao Tai Jian Xi
Yang Ji Tong Shu Yan N Cerita Populer tentang Kasim San Bao ke Samudra Barat, ditulis oleh Luo Modeng pada masa Dinasti Qing 1616-1911 adalah
karya sastra dari Tiongkok yang berisi pelayaran Cheng Ho ke Asia-Afrika. Novel ini telah tersebar luas ke luar Tiongkok, yang tak kalah menariknya
ialah wayang beber Jawa yang diperkenalkan oleh Ma Huan dalam bukunya Ying Ya Sheng Lan Pemandangan Indah di Seberang Samudra. Menurut Ma
Huan, wayang beber itu begitu bagus sehingga penontonnya tertawa geli ketika melihat atau mendengar sesuatu yang lucu, dan kemudian mereka
menangis penuh haru sewaktu si dalang membawakan suatu adegan yang menyedihkan. Di samping itu wayang beber Jawa dibandingkan oleh Ma Huan
dengan pertunjukan Ping Hua di Tiongkok.
44
Sedangkan warisan drama klasik Tiongkok mulai diperkenalkan armada Cheng Ho kepada masyarakat pribumi Jawa ketika diadakan
pertunjukan-pertunjukan yang semula bersifat hiburan. Namun dalam perkembangannya dalam pementasan drama klasik selalu di selingi dengan
pesan-pesan moral kebajikan dalam kehidupan manusia.
5. Penyebaran Agama Islam