53 selama 1 minggu karena peneliti memerlukan waktu untuk melakukan pendekatan
kembali dengan responden. Setelah dilakukan pendekatan kembali dengan responden, akhirnya responden yang mengikuti kegiatan senam bertambah
kembali jumlahnya menjadi 9 orang. Dan oleh karena adanya kesepakatan kepada pihak panti untuk melaksanakan pada pagi hari dan adanya ketidaksesuaian teknis
pelaksanaan dengan waktu yang telah ditentukan, maka akhirnya ketika memasuki bulan kedua kegiatan senam otak hanya dilakukan selama 2 kali dalam seminggu.
Oleh sebab itu, untuk mencapai jumlah sebanyak 24 kali senam, maka diperlukan penambahan waktu dimana seharusnya kegiatan senam otak hanya dilakukan
selama 2 bulan akhirnya kegiatan ini berlangsung selama 3 bulan. Kegiatan senam otak ini dilakukan di salah satu ruangan yang ada di Panti Werdha Karya Kasih.
Di hari terakhir penelitian yaitu pada minggu yang terakhir, peneliti memberikan kembali kuesioner Mini-Mental State Examination MMSE. Melalui kuesioner
yang kedua ini dilihat pengaruh senam otak yang telah dilakukan selama 3 bulan terhadap peningkatan daya ingat lansia.
8. Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data, maka dilakukan analisa data. Data yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil
wawancara peneliti kepada lansia yang mengalami penurunan daya ingat dan data hasil pengukuran daya ingat yang diperoleh dari lembar tes ingatan responden
yang diberikan sebelum dilakukan intervensi senam otak dan sesudah dilakukan senam otak selama 3 bulan. Hasil penelitian dibandingkan dengan menguji
54 hipotesa penelitian sehingga diketahui pengaruh senam otak terhadap peningkatan
daya ingat lansia. Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan komputer
SPSS versi 17. Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data demografi responden di mana data tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan persentase. Sedangkan statistik inferensial yang digunakan untuk menganalisis perbedaan daya ingat antara pre dan post senam otak adalah uji
statistik Paired T-Test . Paired t-test digunakan untuk membandingkan daya ingat lansia sebelum dan sesudah dilakukan senam otak pada responden. Uji ini
biasanya melibatkan pengukuran pada suatu variabel atas pengaruh atau perlakuan tertentu Trihendradi, 2005. Sebelum dan sesudah pelatihan diberikan, variabel
tersebut daya ingat lansia diukur, apakah terjadi perubahan yang signifikan atau tidak pada variabel dependen daya ingat lansia. Uji paired t-test digunakan
apabila data berdistribusi normal, namun bila datanya tidak terdistribusi normal maka dilakukan uji Wilcoxon Dahlan, 2008.
Menurut Dahlan 2008 dari kedua uji tersebut akan diperoleh nilai p, yaitu nilai yang menyatakan besarnya peluang hasil penelitian. Peluang hasil
penelitian selanjutnya akan dianalisa dengan membandingkannya dengan nilai alpha =0.05. Maka kesimpulan hasilnya diinterpretasikan dengan
membandingkan nilai p dan nilai alpha = 0.05, maka ketentuannya: - bila nilai p
, maka keputusannya adalah Ho ditolak - bila nilai p , maka keputusannya adalah Ho gagal ditolak
55
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN