52
iritasi pada kulit tangan terasa gatal. Dengan kata lain dalam proses penyabunan dapat menggunakan KOH 50 akan menghasilkan sabun keras dan busa yang
banyak. Busa yang dihasilkan merupakan hasil hidrolisis minyak dengan KOH 50 yang mempunyai panjang rantai atom karbon yang lebih dari 18 C18 sehingga
fungsinya untuk membersihkan daya cuci lebih efektif namun sebagai pelembab pada kulit tidak dapat digunakan karena gliserin yang terdapat pada minyak goreng
hasil pemurnian dikalahkan dengan jumlah KOH yang digunakan sebagai pembentuk sabun sehingga membuat kulit terasa gatal.
Oleh sebab itu pada penelitian ini, peneliti hanya menganalisa sabun yang tidak membuat iritasi bagi kulit, yaitu sabun dengan KOH 30.
Dari Grafik 4.9 menunjukkan bahwa semakin sering pemakaian minyak hasil penggorengan, maka busa yang diperolehpun akan semakin rendah. Karena bilangan
penyabunan akan berhubungan dengan kadar busa. Bila angka penyabunan tinggi maka busa yang dihasilkan dari sabun tersebut akan kuat untuk menurunkan tegangan
permukaan dan cepat meresap ke bahan yang akan dicuci. Molekul busa akan mengelilingi kotoran dengan ekornya dan mengikat molekul kotoran tersebut.
Sedangkan bagian kepala molekul busa didalam air pada saat pembilasan menarik molekul kotoran keluar dari bahan yang akan dicuci sehingga menjadi bersih.
4.7 Uji Daya Cuci
Uji daya cuci dilakukan dengan cara:
Universitas Sumatera Utara
53
Peneliti mengambil contoh piring dan gelas yang mengandung lemak santan dan minyak. Lalu sabun hasil penelitian diambil 10 ml dan dicampur dengan sedikit
air ±20 ml. Kemudian dilakukan pencucian dengan masing – masing sabun dengan konsentrasi yang berbeda. Dibilas dan diamati. Diamati daya cuci dari sabun tersebut,
serta diamati pengaruh sabun tersebut terhadap tangan. Pada penelitian ini, sabun yang dihasilkan semuanya dapat berfungsi sebagai
pembersih pada penggorengan 1 – 4 kali dengan suhu dan konsentrasi yang berbeda. Tetapi masalahnya terdapat pada konsentrasi KOH yang digunakan. Akibat
penggunaan KOH yang terlalu tinggi kosentrasinya maka dapat menyebabkan terasa panas bagi kulit, ataupun iritasi pada kulit bagi pemakai yang menderita iritasi sabun.
Konsentrasi penggunaan KOH yang menyebabkan terasa panas di kulit antara KOH 40
- 50.
Daya cuci dari sabun ini selain bersifat membersihkan karena mempunyai struktur bipolar yaitu bagian kepala bersifat hidrofilik dan bagian ekor bersifat
hidrofobik sehingga sabun mampu mengangkat kotoran biasanya lemak dari badan dan pakaian Lehninger, 1982. Tetapi juga memiliki keuntungan yaitu juga bisa
melembabkan kulit, melembutkan kulit, menyejukkan dan meminyaki sel – sel kulit karena mengandung gliserin sebanyak 25. Gambar bagian kepala dan ekor sabun
Universitas Sumatera Utara
54
yang bersifat membersihkan dapat dilihat pada Gambar 4.10.
Gambar 4.10 Struktur Kepala dan Ekor Sabun 4.8 Uji Kualitas Warna Sabun Cuci Piring Cair Dengan Penambahan
Pewarna Alami pandan, sirih, kunyit
Pewarna yang digunakan adalah apple green extra nomor 2093, pewarna ini adalah pewarna yang biasa digunakan pada makanan. Zat pewarna ini merupakan
pewarna sintesis, zat pewarna buatan manusia yang telah melalui suatu pengujian secara intensif untuk menjamin keamanannya. Karakteristik dari zat pewarna sintetis
adalah warnanya lebih cerah, lebih homogen dan memiliki variasi warna yang lebih banyak bila dibandingkan dengan zat pewarna alami. Sedangkan kelemahannya
adalah pewarna natural ini tidak stabil selama penyimpanan. Untuk mempertahankan warna agar tetap cerah, maka sering digunakan bahan pelapis untuk melindunginya
dari pengaruh suhu, cahaya dan kondisi lingkungan lainnya. Untuk itu peneliti mencoba melakukan penambahan pewarna alami seperti
pandan, sirih dan kunyit pada sabun konsentrasi 30 saja, apakah pewarna yang
Universitas Sumatera Utara
55
digunakan dapat bertahan jika ditambahakan pada sabun yang biasanya menggunakan pewarna sintesis.
Pandan adalah bahan yang mengandung warna hijau, selain itu pandan juga dapat berperan sebagai bahan yang memiliki kemampuan untuk menghaluskan kulit,
tetapi jika pandan digunakan sebagai bahan utama pemberi warna dalam sabun ternyata pandan kurang tepat karena pandan hanya dapat bertahan ± 3 jam, setelah itu
pandan akan turun membentuk 2 lapisan dari campuran minyak tersebut. Begitu juga dengan kunyit, yang hanya dapat bertahan ± 2 jam 30 menit. Sedangkan sirih sendiri
tidah dapat bertahan, ia langsung membentuk 2 lapisan antara sabun dan sirih tersebut. Hasil daya tahan pewarna alami dalam sabun cuci piring cair ini dapat
dilihat seperti tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Daya Tahan Pewarna Alami Dalam Sabun Cuci Piring Cair
Nama Pewarna Alami Daya Tahan
Pandan ± 3
jam Sirih
Langsung membentuk 2 lapisan tanpa ada perubahan warna pada sabun
Kunyit ± 2 jam 30 menit
4.9 Uji Parameter Dengan Metode Minitab 15
Uji parameter dengan Metode Minitab 15 dapat dilihat pada Lampiran C. Pada Lampiran ini dapat dijelaskan beberapa komponen, diantaranya adalah:
P menjelaskan bahwa bila diperoleh P ≤ 0,001 maka variabel dari penelitian
berpengaruh terhadap jalannya proses penelitian. Bila P ≥ 0,001 maka variabel dari
penelitian tidak berpengaruh, sehingga tidak dibutuhkan sebagai variabel. Dari penelitian ini diperoleh nilai P
≤ 0,001, sehingga variabel Konsentrasi KOH
Universitas Sumatera Utara
56
Versus Temperatur Proses C, Konsentrasi KOH Versus n Penggorengan,
Temperatur Proses C Versus n Penggorengan, Konsentrasi KOH Versus
Temperatur Proses C Versus n Penggorengan dibutuhkan sebagai variabel.
S menjelaskan semakin kecil nilai S mendekati 0 maka hasil penelitian dapat diterima. Sedangkan R – Sqadj menjelaskan bahwa semakin besar nilai R-Sqadj
mendekati 100 maka hasil penelitian dapat diterima. Minitab 15
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan