Analisa Bilangan Iodin IV

40 pemurnian ini telah sesuai dengan syarat mutu sabun cuci piring cair yang ditetapkan SNI 06-532-1994 bahwa untuk kadar asam lemak bebas FFA 2,5 pada Tabel.3.3. Berdasarkan percobaan Cammarata Martin 1993, bahwa minyak goreng hasil pemurnian yang mengandung kadar asam lemak bebas 2,5 masih memiliki ± 25 gliserin yang berfungsi untuk melembabkan, melembutkan dan meminyaki kulit sehingga baik untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun cuci piring, sedangkan pada industri gliserinnya diambil untuk dijual terpisah karena harganya lebih mahal. Dari penelitian ini diperoleh bahwa analisa asam lemak bebas yang paling baik adalah minyak goreng hasil bleaching penggorengan 1 kali yaitu 0,27. Sedangkan asam lemak bebas berdasarkan SNI adalah 0,3.

4.2 Analisa Bilangan Iodin IV

Bilangan Iodin berpengaruh terhadap kejenuhan suatu trigliserida, karena trigliserida dengan tingkat tidak jenuh yang tinggi akan mengikat iod dalam jumlah yang tinggi pula. Bilangan Iodin yang diizinkan di dalam minyak goreng curah berdasarkan SNI yaitu 45 – 51 meq. Minyak goreng bekas akibat pemanasan yang berulang kali 1-4x seperti Gambar 4.3 maka bilangan iodin untuk setiap hasil penggorengan akan semakin rendah yaitu 29,12 ; 28,93 ; 28,61 ; 27,94. Asam lemak tidak jenuh yang Universitas Sumatera Utara 41 terdapat pada minyak bila semakin rendah maka akan mengikat iodin pun semakin rendah pula sehingga minyak tersebut tidak layak dalam pembuatan sabun. Gambar analisa Iodine Value ini dapat ditunjukkan seperti Gambar 4.3. y 50 -- 40 – 30 – 20 – 10 – x n Penggorengan 1 2 3 4 Gambar 4.3 Kurva Hubungan n Penggorengan Terhadap Iodine Value Setelah proses netralisasi dengan penambahan KOH 15 dan proses bleaching maka minyak goreng hasil bleaching bilangan iodinnya menjadi yaitu 46,47 ; 46,37 ; 46,16 ; 45,71. Trigliserida dinyatakan tidak jenuh apabila bilangan iodinnya berkisar 45 – 51, begitu sebaliknya apabila lebih kecil dari bilangan tersebut maka minyak dinyatakan jenuh. Dari hasil analisa gambar 4.3 setelah melalui proses pemurnian dengan menggunakan karbon aktif 240 mesh sebanyak 7,5 dari berat minyak goreng yang Universitas Sumatera Utara 42 digunakan, diperoleh kenaikan bilangan iodin pada minyak hasil pemurnian dari minyak bekas penggorengan 1, 2, 3, 4 kali masing – masing sebesar 46,47 meq ; 46,37 meq ; 46,16 meq ; 45,71 meq dan telah sesuai dengan standar mutu minyak goreng untuk bilangan minimum iodin sebesar 46 Tabel 2.2. Bilangan iodine 46 meg pada minyak goreng hasil pemurnian pada percobaan ini dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun yang menghasilkan sabun cair dan busa yang optimum. Menurut Djatmiko 1984 Ketaren 1986, bilangan iodine 45 meq sukar untuk membentuk sabun dan busa karena merupakan trigliserida yang mengandung asam lemak tidak jenuh yang rendah sehingga tidak digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun. Akibat banyak trigliserida yang terurai saat penggorengan kadar asam lemak tidak jenuh kecil maka asam lemak yang berikatan dengan larutan KOH ini agak sulit untuk membentuk sabun cuci piring cair dan busa dari proses penyabunan. Busa yang dihasilkan bergantung dari jumlah konsentrasi KOH yang digunakan lemak atau minyak dipanaskan dengan KOH sampai terhidrolisis sempurna. Ketaren, 1986, Morton dan Varela, 1988. Minyak dengan kandungan asam lemak rantai pendek dan ikatan tidak jenuh C12 – C18 akan menghasilkan sabun padat sedangkan rantai panjang dan ikatan jenuh C12 menghasilkan sabun tidak berbentuk padat Morton dan Varela, 1988. Dari penelitian ini diperoleh bahwa Iodin yang paling baik adalah minyak goreng hasil bleaching penggorengan 1 kali yaitu 46,47 meq. Penelitian ini telah Universitas Sumatera Utara 43 sesuai berdasarkan standar minyak goreng di Indonesia diatur dalam SNI 3741-1995 Tabel 2.2 sebesar 45 – 51.

4.3 Analisa Warna colour