BAB III
SEJARAH DAN GAMBARAN UMUM
3.1 Sejarah Singkat Kotamadya Tanjungbalai
Perjalanan Sultan Aceh Iskandar Muda ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapar dikatakan sebagai awal dari sejarah Asahan. Dalam perjalanan
tersebut rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di sebuah kawasan hulu sungai. Sehingga dinamakan Asahan. Perjalanan kemudian dilanjutkan ke sebuah
Tanjung yang merupakan pertemuan antara Sungai Asahan dengan Sungai Silau. Setelah sekian lama menetap di daerah tersebut atau sekitar memakan waktu 2
tahun lebih, rombongan Sultan Iskandar bertemu dengan seorang raja yang bernama Raja Simargolang.
Dalam catatan sejarah Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh delapan orang raja yang sejak raja pertama yaitu Raja Abdul Jalili Rahmadsyah pada tahun
1629 sampai dengan Kerajaan Sultan Syaibun Abdul Jalil pada tahun 1933. Ketika raja mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Kota Medan, jenazah Sultan
Syaiban Abdul Jalil dimakamkan di kompleks Masjid Raya Tanjungbalai. Pertumbuhan dan perkembangan Kotamadya Tanjungbalai sejak didirikan
sebagai Gementee berdasarkan Beshluit G.G pada tanggal 27 Juni 1917 dengan Stbl. 1917 No. 284 sebagai akibat dibukanya perkebunan-perkebunan di daerah
Sumatera Timur termasuk daerah Asahan seperti H.A.P.M, SIPEF, London Sumatera Indonesia Lonsum dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Kepala Daerah Walikota yang pernah memimpin kotamadya Tanjungbalai
Kepala daerah yang tercatat pernah memimpin Tanjungbalai sejak tahun 1946 sampai dengan sekarang adalah:
1. Abdul Eten
2. Rakoetta Sembiring
3. Datuk Edwarsyah Symasura
4. Wan Wasmayuddin
5. Zainal Abidin
6. Syaiful Alamsyah
7. Anwar Idris
8. Patuan Naga Nasution
9. Drs. H. Ibrahim Gani
10. H. Bahrun Damanik
11. Ir. H. Masyal Hutagalung
12. H. Badita Nizar Lubis
13. Drs. H. Abdul Muis Dalimunthe
14. Drs. H. Sutrisno Hadi
3.3 Keadaan Geografis Kotamadya Tanjungbalai
Sebelum Kotamadya Tanjungbalai diperluas dari 199 ha 2 km² hingga menjadi 60 km², kota ini pernah menjadi Kotamadya terpadat di Asia Tenggara
dengan jumlah penduduk lebih kurang 40.000 jiwa, dengan kepadatan penduduk
Universitas Sumatera Utara
masing masing 20.000 jiwa per km². Oleh karena itu atas persetujuan pemerintah pusat melalui pemerintah daerah Kotamadya Tanjungbalai diperluas menjadi 112
km² dengan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 1987 tentang perubahan batas Wilayah Kotamadya Tanjungbalai dan Kabupaten
Asahan. Kotamadya Tanjungbalai terletak pada posisi khatulistiwa 2° 58’ LU DAN 98 ° LS, dengan luas wilayah 60. 529 km². Kotamadya Tanjungbalai
dikelilingi oleh wilayah Kabupaten Asahan dengan batasan sebagai berikut : a.
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat, b.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Air Joman, c.
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sei Kepayang, dan d.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Simpang Empat. Letak dan posisi khatulistiwa Kotamadya Tanjungbalai berada diantara 2°
58’ LU dan 99°48’ LS. Sehingga menjadikan keadaan alamnya cenderung tropis hujan dan berawan.
Potensi curah hujan sepanjang tahunnya cukup stabil yaitu lebih kurang 0,5 mm pertahunnya. Curah hujan terjadi dengan maksimal pada akhir
penghujung tahun yang dimulai dari bulan September, Oktober, November, dan Desember. Umumnya pada bulan-bulan ini ditandai dengan proses masa awal
penanaman tumbuhan tanaman di perkebunan-perkebunan seperti tanaman kelapa, karet, kelapa sawit, padi dan juga cokelat.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Kependudukan