Kependudukan Kebudayaan Sarana Pariwisata Alam Kotamadya Tanjungbalai Sebagai Kota Lintas Wisatawan Mancanegara

3.4 Kependudukan

Berdasarkan sensus penduduk Kotamadya Tanjungbalai pada tahun 2004- 2009, diperoleh data seperti tabel 3.1. namun dapat dikatakan, peningkatan angka penduduk terjadi pada tahun 2003. Pada tahun 2003 tingkat perekonomian masyarakat Tanjungbalai meningkat, sehingga para pendatang dari berbagai wilayah berdatangan dengan tujuan berdagang, sebagai nelayan, bahkan ada juga yang berprofesi kerja buruh dengan upah yang tinggi. Berdasarkan data sensus penduduk dari Kantor Imigrasi dan Kependudukan Kotamadya Tanjungbalai, berikut ini dapat dilihat angka persentase kependudukan Kotamadya Tanjungbalai. Data Sensus Penduduk 2004-2009 Sumber: Kantor Imigrasi Tanjungbalai No TAHUN PRIA WANITA 1 2004 33 45 2 2005 36 55 3 2006 38 57 4 2007 39 65 5 2008 40 60 6 2009 45 65 Tabel 3.1 Letak dan posisi Kotamadya Tanjungbalai cukup strategis yakni berada di pesisir pantai dan dikelilingi oleh kawasan-kawasan yang perekonomiannya rata- Universitas Sumatera Utara rata stabil sepanjang tahunnya. Batasan-batasan kawasan Kotamadya Tanjungbalai merupakan daerah-daerah areal perkebunan seperti sebagai berikut: a. Perkebunan kelapa kopra seperti di daerah Sei Kepayang, b. Perkebunan kelapa sawit terdapat di daerah Labuhan Batu, c. Perkebunan karet terdapat di daerah Simpang Empat, dan d. Perikanan terdapat di daerah Tanjungbalai.

3.5 Kebudayaan

Adat istiadat Kotamadya Tanjungbalai terutama dalam hal perkawinan masyarakat lebih mengenal adat Melayu yaitu dengan cara meminang seorang mempelai atau lazimnya disebut pinangan. Pria melakukan pinangan terhadap yang dipelai biasanya disertai dengan mahar, yakni berupa uang atau barang- barang perhiasan. Kebudayaan masyarakat Kotamadya Tanjungbalai hampir dapat dikatakan lebih dominan ke arah kebudayaan Melayu. Universitas Sumatera Utara BAB IV PARIWISATA ALAM KOTAMADYA TANJUNGBALAI SEBAGAI KOTA LINTAS WISATAWAN MANCANEGARA

4.1 Sarana

Potensi wisata alam Kotamadya Tanjungbalai jika dipandang dari sisi panorama alam dan lingkungannya adalah sangat strategis dan signifikan jika dijadikan lokasi tempat wisata. Anggaran Pendapatan Asli Daerah PAD masyarakat Tanjungbalai pada tahun 2002 hingga tahun 2005 hanya memperoleh kenaikan beberapa persen saja yakni sekitar 46. Sedangkan pada tahun 2006 sampai tahun 2009 meningkat dan mencapai angka menjadi 55. Hal ini dikarenakan sumber Pendapatan Anggaran Daerah hanya dapat diperoleh dari pendapatan pajak bangunan saja, pajak kendaraan bermotor dan bea cukai. Sedangkan pendapatan dari kepariwisataan Kotamadya Tanjungbalai masih belum bisa memadai atau belum diperoleh secara maksimal. Pemerintah setempat belum melakukan pengembangan terhadap potensi wisata alam yang sudah ada sejak dahulunya padahal disini terdapat potensi untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara . Pemerintah daerah selaku kepala daerah atau disebut Walikota Kotamadya Tanjungbalai yaitu Drs. H. Sutrisno Hadi Sp.OG mencoba mencanangkan atau lebih tepat disebut memrioritaskan objek wisata yang dikembangkan telah sejak lama ada di daerah tersebut. Seperti objek – objek wisata yang mendukung dunia kepariwisataan yakni Pulau Leibos, Panton, Bagan Asahan , Jembatan Patembo Universitas Sumatera Utara yang menghubungkan kecamatan Seikepayang dengan Kotamadya Tanjungbalai, Beting kopah, serta juga Sungai Asahan. Jika potensi dimaksimalkan dalam beberapa tahun saja mungkin wisata Alam di Kotamadya Tanjungbalai akan semakin berkembang pesat. Pulau Leibos terletak tepat di tengah sungai Asahan. Pulau ini dahulunya memang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Keindahan dan panorama dari pulau Leibos berupa tumbuhan bakaunya yang hingga sekarang masih subur dan alami dan menutupi sungai tersebut. Banyak sekali anak remaja berwisata ke pulau tersebut. Namun hingga sekarang masih juga belum ada perkembangan untuk dijadikan tempat lokasi wisata yang sebenarnya, yang layak untuk diperkenalkan ke dunia Internasional. Sementara itu, Pulau Simardan letaknya juga persis di tengah tengah Sungai Asahan, luas wilayah pulau ini ± 12 Km ditumbuhi tumbuhan bakau di pinggiran sungai tersebut. Bagan Asahan atau masyarakat Tanjungbalai umumnya lebih sering menyebut Bagan Asahan ini dengan sebutan “ Panton “, letak bagan ini adalah di pinggiran Sungai Asahan yang sungainya sudah tidak tawar lagi, karena sebagian besar air sungai ini sudah berbaur dengan air laut. Lebih jelasnya letaknya persis berada di penyeberangan kapal kapal besar. Pangkalan ini telah lama dibangun oleh pemerintah daerah. Pangkalan ini memiliki panjang ± 450 meter, dengan jalan berupa aspal. Banyak sekali para pemancing berdatangan ke tempat ini, baik dari kalangan masyarakat atas, menengah bahkan juga masyarakat bawah. Angin yang sejuk sepoi ditambah disediakannya tempat tempat peristirahatan berupa pondok pondok kecil membuat tempat ini sangat nyaman sebagai tempat Universitas Sumatera Utara beristirahat. Ada juga penjual berbagai makanan ringan dan minuman mineral yang telah disediakan. Pemerintah daerah berencana ingin membangun lagi pangkalan ini atau panton ini menjadi pangkalan bertaraf Internasional. Potensi yang dimiliki Kotamadya Tanjungbalai sebagai kota lintas wisatawan mancanegara dapat dikategorikan ke dalam Pariwisata Alam. Menurut Yoeti 2000 Pariwisata Alam adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan wisata alam yang dalam hal ini termasuk pengusahaan objek dan daya tarik ODTW alam serta usaha-usaha yang terkait dengan bidang tersebut. ODTW Wisata Alam adalah sumber daya alam dan tata lingkungan yang menjadi sasaran wisata di taman nasional, taman hutan raya, taman wisata alam, taman buru, taman wisata laut, serta kawasan hutan lainnya. Objek Wisata Alam merupakan objek wisata dengan daya tarik bersumber pada keindahan dan kekayaan alam. Menurut Nuryanti 1995 peran penting alam sebagai sumber daya alam dalam industri kepariwisataan adalah sangat besar dan penting. Di berbagai ODTW di dunia memperlihatkan klasifikasi Wisata Alam tersebut sebagai ODTW potensial dan memiliki prosentase minat yang cukup tinggi. Di Indonesia, motivasi utama wisatawan adalah karena sumber daya lam. Indonesia memiliki 52,24 sumber daya alam sebagai dasar asetnya dan bandingkan dengan Australia yang memiliki 55,8 aset wisata jenis Wisata Alam Weiler dalam Nuryanti, 1995 Indonesia yang merupakan negara kepulauan terdiri atas banyak pulau besar dan pulau kecil terbentang di sepanjang katulistiwa memiliki sumber daya Wisata AlamAlam Hayati berupa hutan pantai, hutan bakau, hutan dataran Universitas Sumatera Utara rendah, pegunungan dengan berbagai floranya, dan beragam fauna dengan kekhususan kebudayaannya Joyosuharto, 1995.

4.2 Sarana Pendukung Pariwisata Kotamadya Tanjungbalai