12
Dasar-Dasar Kepemerintahan yang Baik
semakin menurunnya tingkat kepatuhan masyarakat, sulitnya menjalankan pemerintahan, yang akhirnya mengarah kepada
timbulnya kekacauan sosial…?” Dunsire, 1993: 22-23
Apapun yang terjadi, tuntutan bagi penyelenggaraan pemerintahan adalah melakukan perubahan untuk menyesuaikan diri terhadap
kecenderungan perkembangan kehidupan masyarakat yang semakin dinamis, kompleks, beranekaragam, dan kritis. Pertanyaan yang
diajukan oleh Kooiman 1993 tampaknya mewakili tuntutan realitas kehidupan masyarakat modern dewasa ini: “How can a dynamic,
complex and diverse socio-political world be governed in a dynamic, complex and diverse way ?”
Dalam hubungan itu, Dunsire dengan mengutip pernyataan Ashby 1957 mengungkapkan bahwa untuk menghadapi kondisi yang
kompleks, dinamis dan sangat beragam tersebut diperlukan model kepemerintahan yang beragam pula. Menurut Ashby Dunsire, 1993:
23 : “Hal ini tidak berarti bahwa kita harus memahami dinamika, kompleksitas, dan keragaman obyek yang harus diatur objects to be
governed dengan berbagai keterkaitannya, tetapi kita juga harus mengerti
bagaimana kualitas
kepemerintahan quality
of governance yang seharusnya.”
Pernyataan tersebut dikuatkan oleh Renate Mayntz 1993 yang mengungkapkan bahwa yang sebenarnya bukan hanya jenis
instrumen pemerintahan apa yang penting itu, tetapi adalah format kelembagaan proses penyusunan kebijakan yang mampu menjamin
bahwa dalam setiap proses pengambilan keputusan, informasi yang dipertimbangkan tidak terbatas kepada kebutuhan dan kekhawatiran
Modul Diklatpim Tingkat IV
13 mengenai siapa yang akan menjalankan kebijakan, tetapi yang lebih
penting adalah informasi mengenai indikasi efek sampingan, saling ketergantungan interdependensi, dan permasalahan lainnya yang
akan muncul. Untuk memahami bagaimana perkembangan interaksi sosio-politik
masyarakat yang semakin kompleks, dinamis dan bervariasi, berikut ini akan diuraikan bagaimana karakteristik dinamika, kompleksitas,
dan keanekaragaman tersebut secara konseptual, sebagaimana diungkapkan oleh Kooiman 1993: 36-41 sebagai berikut:
A. Dinamika Sistem Sosial Politik
Dinamika sosio-politik dapat dipandang sebagai suatu hubungan sebab akibat diantara berbagai variabel, baik yang bersifat non
linier maupun linier. Dalam kenyataan kehidupan, dinamika sistem sosio-politik adalah suatu kondisi dimana sistem tersebut
berubah dari satu kondisi ke kondisi yang lain karena adanya tekanan, dorongan, atau pengaruh dari faktor-faktor eksternal
seperti gejala alam, perkembangan teknologi, maupun kekuatan- kekuatan sosial politik lainnya. Pengaruh dari luar atau bahkan
dari dalam sistem itu sendiri dapat mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan disequilibrium sistem, yang kemudian
akan dan harus dikoreksi dengan berbagai upaya perbaikan dan penyempurnaan untuk memperoleh titik keseimbangan sosial-
politik yang baru.
14
Dasar-Dasar Kepemerintahan yang Baik
Dalam konteks pengalaman Indonesia, sebagai contoh, adalah bagaimana gerakan mahasiswa pada tahun 199798 telah
menjadi kekuatan sosial Reformasi Total, yang berhasil merubuhkan tatanan kekuasaan Orde Baru yang telah
membentuk tata kehidupan masyarakat selama lebih kurang 32 tahun. Dengan keberhasilan tersebut, dewasa ini kita lihat
bagaimana pola-pola interaksi antara pemerintah dengan masyarakat menjadi berubah. Kehidupan demokrasi telah
menunjukkan perkembangan yang sangat berarti, dengan semakin leluasanya masyarakat untuk menyampaikan pendapat
dan aspirasinya, kegiatan unjuk-rasa dan demonstrasi mahasiswa tidak lagi diberangus dengan pendekatan keamanan yang
represif sepanjang tidak bersifat anarkis atau mengganggu ketertiban umum.
Sementara itu, keberadaan partai politik tidak lagi dibatasi hanya kepada tiga partai seperti di jaman Orde Baru. Kini lebih dari
tiga puluh partai politik hadir dalam sistem demokrasi Indonesia. Kondisi tersebut tidak berhenti sampai disitu, melainkan terus
berlanjut dengan berbagai upaya penataan kembali sistem dan struktur-struktur, serta instrumen-instrumen penyelenggaraan
pemerintahan yang disesuaikan dengan tuntutan perkembangan sosio-politik nasional, yang juga tidak lepas dari pengaruh
perkembangan internasional maupun global. Kooiman 1993: 38 menyatakan bahwa dinamika sistem sosial-
politik tidak mungkin dapat dipahami tanpa memiliki wawasan yang cukup mengenai interaksinya. Interaksi sosial-politik tidak
Modul Diklatpim Tingkat IV
15 hanya menjelaskan proses makro yang berkaitan dengan
diferensiasi dan integrasi, tetapi juga proses kerjasama, kolaborasi, bahkan konflik-konflik sosial-politik pada tataran
mikro dan meso. Setiap interaksi sosial-politik yang merupakan kekuatan dinamika sosial masyarakat, pada dasarnya meliputi
unsur, yaitu tingkat aksi, struktural, dan tingkat dimana unit interaksi tersebut terjadi. Selanjutnya dijelaskan bahwa untuk
membangun teori mengenai kepemerintahan governance perlu dibedakan jenis-jenis interaksi sosial-politik yang mencakup:
interferences gangguan,
pemengaruhan, interplays
keterlibatan, dan interventions campur tangan. Interferensi atau saling mempengaruhi merupakan dinamika
yang sangat mendasar dalam alam dan kehidupan manusia. Dalam ruang lingkup kepemerintahan, interferensi tersebut dapat
dilihat terutama dalam skala primer, misalnya dalam kehidupan keluarga, sekolah, atau unit usaha perusahaan.
Sedangkan jenis interaksi dalam masyarakat modern yang berikutnya, yaitu interplays atau keterlibatan, pada umumnya
cenderung terjadi secara sangat terorganisir atau melembaga. Dilihat dari sudut pandang kepemerintahan dan penyelenggaraan
pemerintahan atau pengelolaan, tatanan kelembagaan tersebut sangat penting karena didalamnya telah mengandung unsur
dinamika tersendiri. Intervensi merupakan bentuk interaksi sosial politik yang ketiga
antara Pemerintah dengan masyarakat. Bentuk interaksi ini
16
Dasar-Dasar Kepemerintahan yang Baik
merupakan tindakan campur tangan biasanya dari pihak pemerintah dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, yang
diarahkan untuk terciptanya suatu keadaan tertentu sesuai dengan ketentuan atau keinginan pemerintah; bahkan mungkin
berdasarkan permintaan sebagian unsur masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, interaksi dalam bentuk intervensi ini biasanya
meskipun tidak selalu melibatkan banyak pelaku, baik dari lingkungan pemerintah sendiri maupun dari berbagai unsur
masyarakat swasta, LSM, individual, dan sebagainya Ketiga jenis interaksi tersebut pada dasarnya memiliki ciri yang
sama, yaitu adanya interaksi atau hubungan yang dinamis diantara dua atau lebih unsur pelaku. Sedangkan perbedaannya
terutama terletak pada format kelembagaan atau organisasi dan tingkat pengarahannya level of directions. Dalam rangka
kepemerintahan, sangat penting untuk mendapatkan gambaran teoritis maupun empiris mengenai berbagai bentuk interaksi
sosio-politik, karena dengan begitu sistem pemerintahan yang dibangun akan mampu mengimbangi dinamika proses interaksi
yang berkembang dalam masyarakat.
B. Kompleksitas Sistem Sosial Politik