IMPLEMENTASI PERATURAN PERBANKAN SYARIAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MUSYARAKAH (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu) Oleh
PRODUK PEMBIAYAANMUSYARAKAH (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu)
Oleh Cicha Deswari
Perbankan syariah tidak membebankan bunga (riba) kepada para nasabahnya, melainkan dengan mengajak berpartisipasi dalam bidang usaha yang didanai sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara Bank Syariah dan Pihak lain untuk menyimpan dana dan/atau pembiayaan atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, salah satu produknya adalah pembiayaanmusyarakahyang menggunakan sistem bagi hasil. Pembiayaan musyarakah ini lebih menguntungkan pihak Nasabah karena bagi hasil yang digunakan didasarkan pada tingkat keuntungan usaha dari kesepakatan awal. Berkaitan dengan hal ini, yang menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini adalah pertama, bagaimana pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada BMI KCP Pringsewu. Kedua, syarat dan prosedur pembiayaan musyarakah. Ketiga, kesesuaian pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu dengan prinsip syariah.
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif-empiris dengan tipe penelitian adalah penelitian hukum deskriptif. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan normatif-terapan. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara kepada pimpinan serta karyawan Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu dan data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder serta bahan hukum tersier, kemudian analisis data dilakukan secara kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada BMI KCP Pringsewu adalah dengan terus memperhatikan norma-norma Islami yang telah ditetapkan, keadilan dan persaudaraan menyeluruh tanpa membedakan, keadilan distribusi pendapatan antara pihak bank dan mitra kerja, kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial tanpa membandingkan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Syarat dan prosedur
(2)
pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu adalah adanya ketentuan umum, ketentuan khusus dan syarat legalitas. Sedangkan prosedur dari Pembiayaaan Musyarakah adalah pemeriksaan syarat-syarat pembiayaan yang diajukan oleh Calon Mudharib, Inisiasi. Solisitasi, proses analisa proposal pembiayaan, analisa dan support pembiayaan, standar dokumen pengikatan pembiayaan, proses persetujuan setelah proses analisa, proses realisasi pembiayaan, dan terakhir pembinaan pembiayaan. Kesesuaian peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu dengan prinsip syariah telah cukup sesuai dengan melihat tolak ukur dari pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada BMI KCP Pringsewu dan prosedur pelaksanaan pembiayaan musyarakah serta berdasarkan bagi hasil pada pembiayaan musyarakahyang dalam pelaksanaannya berlandaskan kejujuran dan tidak melakukan penipuan proses negosiasi tanpa mengesampingkan asas persaudaraan serta memperhatikan keadilan bagi nasabah, semuanya sesuai dengan kesepakatan awal yang dibuat antara Pihak Bank dan Nasabah.
(3)
1.1 Latar Belakang
Perbankan yang bebas dari bunga merupakan konsep yang masih relatif baru. Gagasan untuk mendirikan Bank Islam lahir dari keadaan belum adanya kesatuan pendapat dikalangan Islam sendiri mengenai apakah bunga yang dipungut oleh Bank Konvensional atau tradisional adalah sesuatu yang haram atau halal. Bagi mereka yang berpendapat bahwa bunga yang dipungut oleh Bank Konvensional merupakan riba yang dilarang oleh Islam, membutuhkan dan menginginkan lahirnya suatu lembaga yang dapat memberikan jasa-jasa penyimpanan dana dan pemberian fasilitas pembiayaan yang tidak berdasarkan bunga dan beroperasi sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah Islam karena mereka berpendapat bahwa kebutuhan mengenai hal itu ada di dalam masyarakat.1
Saat ini dalam praktiknya, pertumbuhan perbankan syariah di tanah air belum maksimal. Misalnya jumlah dana, pembiayaan dan aset perbankan syariah masing-masingnya belum mencapai satu persen. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan produk-produk syariah yang ditawarkan oleh Bank Syariah. Bila dibandingkan dengan perbankan konvensional yang mengedepankan bunga
1
Wati Rahmi Ria,Hukum Islam dan Islamologi, (Bandar Lampung: Sinar Sakti, 2011), hlm 183.
(4)
sebagai nafas kehidupannya, sedangkan dalam Al-Qur’an menyebutnya riba dan ribatersebut diharamkan.
Adanya perbankan syariah ini adalah dengan tujuan untuk memberikan layanan jasa perbankan khususnya umat Islam yang merupakan mayoritas dari penduduk di Indonesia yang mana dalam hal ini menolak adanya sistem bunga (riba) pada perbankan konvensional di Indonesia. Perbankan syariah di Indonesia pertama kali berdiri pada tahun 1991 yaitu dengan didirikannya Bank Muamalat Indonesia yang selanjutnya disingkat dengan BMI, dan perbankan syariah mulai meningkat dengan pesat dengan berdirinya perbankan syariah yang antara lain seperti Bank Syariah Mandiri yang selanjutnya disingkat dengan BSM, Bank IFI, BNI Syariah, BRI Syariah, dan lain-lain. Pendirian perbankan syariah tersebut diatur pada Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, dan dispesifikan lagi dengan Peraturan Bank Indonesia (PBI) serta Surat Keputusan Direksi BI.
Perbankan syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslim menarik atau membayar bunga (riba). Pelarangan inilah yang merupakan salah satu dari beberapa hal yang membedakan sistem perbankan syariah dengan sistem perbankan konvensional disamping sistem transaksi dan sistem operasionalnya.
Ide dasar sistem perbankan syariah sebenarnya dapat dikemukakan dengan sederhana. Operasional institusi keuangan Islam terutama berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Losss Sharing-bagi untung dan rugi). Bank Syariah tidak
(5)
membebankan bunga, melainkan mengajak berpartisipasi dalam bidang usaha yang didanai. Para Peminjam juga sama-sama mendapat keuntungan sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan sebelumnya. Sistem ini berbeda dengan Bank Konvensional yang pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga pada satu sisi neraca dan memberikan pinjaman dana dengan menarik bunga pada sisi lainnya. Kompleksitas perbankan syariah tampak dari keragaman (dari penanaman) instrumen-instrumen yang digunakan serta pemahaman atas dalil-dalil hukum Islamnya.
Perbankan syariah antara lain menawarkan simpanan amanah, tabungan dan deposito wadi’ah (titipan), tabungan dan deposito mudharabah (bagi hasil suatu proyek), pembiayaan mudharabah, pembiayaan musyarakah (pembiayaan bersama), pembiayaan jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtisna). Bentuk umum dari produk atau jasa setiap perbankan syariah di Indonesia tidak selalu sama, karena jenis usahanya ditentukan oleh Bank Syariah itu sendiri, namun harus tetap mengacu pada peraturan yang ada dan tentunya pada prinsip syariah itu juga.
Pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sistem bagi hasil inilah yang digunakan oleh Bank Syariah dalam menyalurkan pembiayaan musyarakah kepada nasabahnya. Sistem
(6)
bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Syariah ini mempunyai banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sistem bunga pada Bank Konvensional yang hanya dIdasarkan pada suku bunga bank yang berlaku pada saat itu, sedangkan besarnya porsi bagi hasil yang diterapkan oleh Bank Syariah didasarkan pada besarnya laba usaha yang mereka biayai. Pada dasarnya pembiayaan musyarakah merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil di mana dua orang atau lebih menyumbangkan pembiayaan dan manajemen usaha, dengan proporsi bisa sama atau tidak. Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan antara para mitra, dan kerugian akan dibagikan menurut proporsi modal. Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama dengan memadukan seluruh sumber daya.
Di Kabupaten Pringsewu, dari berbagai produk perbankan syariah yang paling banyak diminati oleh masyarakat adalah pembiayaan musyarakah dibandingkan dengan pembiayaan murabahah. Berdasarkan Data, pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan yang paling banyak diminati oleh masyarakat dengan presentase 60% dan sisanya adalah produk yang lainnya. Karena sebagian besar masyarakat di Kabupaten Pringsewu bekerja sebagai petani sehingga digunakan produk pembiayaan musyarakah dengan maksud mendapat bagi hasil dari kesepakatan dengan Bank Syariah. Melihat fenomena tersebut dapat kita simpulkan bahwa ada yang menarik dari pembiayaan ini, sehingga membuat penulis beralih dari yang awalnya menulis tentang pembiayaan murabahah menjadi tertarik menulis tentang pembiayaan musyarakah serta adanya rasa keingintahuan yang besar dari diri penulis untuk mengkaji peraturan perbankan syariah dan prinsip syariah yang sesungguhnya serta bagaimana mekanisme
(7)
pelaksanaan dari pembiayaan musyarakah tersebut dalam perbankan syariah. Maka penulis tertarik untuk menulis skripsi dengan judul “Implementasi
Peraturan Perbankan Syariah Pada Produk Pembiayaan Musyarakah (Studi
Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu)”.
1.2 Permasalahan dan Pokok Bahasan 1.2.1 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi fokus permasalahan skripsi ini adalah Bagaimana implementasi peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu.
1.2.2 Pokok Bahasan
Berdasarkan permasalahan diatas, maka yang menjadi pokok bahasan dalam penulisan ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu;
2. Syarat dan prosedur pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu;
3. Kesesuaian pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu dengan prinsip syariah.
(8)
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah implementasi peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah, dari pelaksanaan peraturan perbankan syariah lalu syarat dan prosedur pembiayaan musyarakah serta kesesuaian dengan penerapan prinsip syariahnya. Lingkup bidang ilmu dalam penelitian ini adalah hukum keperdataan (ekonomi), khususnya hukum perbankan yang dispesifikasikan pada hukum perbankan syariah (pembiayaanmusyarakah).
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai, yaitu sebagai berikut :
a. Untuk memahami dan menganalisis pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu;
b. Untuk memahami dan menganalisis syarat dan prosedur pembiayaan musyarakahpada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu;
c. Untuk memahami dan menganalisis pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu dengan kesesuaian prinsip syariah.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis
Penelitian ini dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran dan perkembangan pengetahuan ilmu hukum ekonomi mengenai perbankan khususnya perbankan syariah.
(9)
2. Kegunaan Praktis
a. Untuk Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai perbankan syariah dalam penerapan prinsip syariah dalam menjalankan kegiatan usahanya; b. Untuk Menambah bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan
referensi yang dapat digunakan untuk penelitian lanjutan yang berkaitan dengan permasalahan dan pokok bahasan perbankan syariah;
c. Sebagai pemenuhan salah satu syarat akademik bagi peneliti untuk menyelasaikan studi pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.
(10)
2.1 Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah 2.1.1 Pengertian Bank Syariah
Kehadiran Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (selanjutnya disebut UU No.21 Tahun 2008) pada tanggal 16 Juli 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 94), Bank Syariah adalah bank yang menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Bank Syariah terdiri atas dua kata, yaitu bank dan syariah. Kata bank bermakna suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan dari dua pihak, yaitu pihak yang berkelebihan dana dan pihak yang kekurangan dana. Kata syariah dalam versi Bank Syariah di Indonesia adalah aturan perjanjian berdasarkan yang dilakukan oleh pihak bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Jadi Bank Syariah adalah suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan lainnya sesuai dengan hukum Islam. Selain itu, Bank Syariah biasa disebut Islamic banking atau interest fee banking, yaitu suatu sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak
(11)
menggunakan sistem bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan (gharar).2
Bank Syariah adalah juga suatu lembaga intermediasi (intermediary institution) seperti halnya bank konvensional, bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga (interest free) tetapi berdasarkan prinsip syariah Islam, yaitu prinsip pembagian keuntungan dan kerugian (profit and loss sharingatauPLS Principle).3
Secara umum pengertian Bank Islam (Islamic Bank) adalah bank yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam. Saat ini banyak istilah yang diberikan untuk menyebut entitas Bank Islam selain istilah Bank Islam itu sendiri, yakni Bank Tanpa Bunga (Interest-Free Bank), Bank Tanpa Riba (Lariba Bank), dan Bank Syari’ah (Shari’a Bank). Sebagaimana akan dibahas kemudian, di Indonesia secara teknis yuridis penyebutan Bank Islam mempergunakan istilah resmi “Bank Syariah”, atau yang secara lengkap disebut “Bank Berdasarkan Prinsip Syariah”.
2.1.2 Produk-Produk Bank Syariah
Dalam rangka melayani masyarakat, terutama masyarakat muslim, Bank Syariah menyediakan berbagai macam produk perbankan. Produk-produk yang ditawarkan sudah tentu sangat Islami, termasuk dalam memberikan pelayanan kepada nasabahnya.4
2
Zainuddin Ali,Hukum Perbankan Syariah, ( Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm 1.
3
Wati Rahmi Ria,Op. Cit, hlm 183.
4
(12)
Menurut Pasal 36 Peraturan BI Nomor: 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Bank Syariah memiliki beberapa produk pembiayaan seperti:
a. Melakukan penghimpunan dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan investasi, antara lain:
1. giro berdasarkan prinsipwadi’ah;
2. tabungan berdasarkan prinsipwadi’ahdan/ataumudharabah;atau 3. deposito berjangka berdasarkan prinsipmudharabah.
b. Melakukan penyaluran dana melalui:
1. prinsip jual beli berdasarkan akad antara lain: a)murabahah;
b)istishna; c)salam.
2. prinsip bagi hasil berdasarkan akad antara lain: a)mudharabah;
b)musyarakah;
3. prinsip sewa menyewa berdasarkan akad antara lain: a)ijarah;
b)ijarah munthiya bittmlik.
4. prinsip pinjam meminjam berdasarkan akadqardh.
c. Melakukan pemberian jasa pelayanan perbankan berdasarkan akad antara lain: 1.wakalah;
2.hawalah; 3.kafalah;
(13)
4.rahn.
d. Membeli, menjual, dan/atau menjamin atas resiko sendiri surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlying transaction) berdasarkan prinsip syariah;
e. Membeli surat berharga berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
f. Menerbitkan surat berharga berdasarkan prinsip syariah;
g. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasarkan prinsip syariah;
h. Menerima pembayaran tagihan atas surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip syariah;
i. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga berdasarkan prinsipwadi’ah yad amanah;
j. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsipwakalah;
k. Memberikan fasilitasletter of credit(L/C) berdasarkan prinsip syariah; l. Memberikan fasilitas garansi berdasarkan prinsip syariah;
m. Melakukan usaha kartu debet,charge card berdasarkan prinsip syariah; n. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan akadwakalah;
o. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang disetujui oleh Bank Indonesia dan mendapat Fatwa Dewan Syariah Nasional.5
5
Peraturan BI Nomor: 6/24/PBI/2004 Pasal 36 Tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.
(14)
Khusus dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah mengenai pelaksanaan pembiayaanmusyarakah.
2.2 Tinjauan Umum Tentang Prinsip Syariah 2.2.1 Pengertian Syariah
Secara bahasa syariah (syari’ah) berarti “jalan yang lurus”. Para ahli fikih memaknai katasyariahini sebagai nama bagi hukum yang ditetapkan Allah untuk para hamba-Nya dengan perantaraan Rasulullah SAW supaya para hamba tersebut melaksanakannya dengan dasar Iman. Hukum itu mencakup segala aspek kehidupan manusia.6Allah berfirman:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu”. (QS. Al-Ma’idah: 48)
Syariat adalah hukum atau peraturan yang ditentukan Allah SWT untuk hamba-Nya sebagaimana yang terkandung dalam Al-Qur’an dan diterangkan oleh Rasul SAW dalam bentuk sunnah Rasul.7 Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT dalam QS. Al-Jaatsiyah : 18 artinya:
“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat dari urusan itu, maka ikutilahsyariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui”.
Menurut fuqaha’ (para ahli hukum Islam), syariah atau syari’at berarti hukum yang ditetapkan oleh Allah melalui rasul-nya untuk hambanya, agar mereka
6
Wati Rahmi Ria,Op. Cit, hlm 13.
7
Wirdyaningsih, et.al., Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2005), hlm 5.
(15)
menaati hukum itu atas dasar iman, baik yang berkaitan dengan aqidah,amaliyah (ibadah danmuamalah), dan yang berkaitan dengan akhlak.8
2.2.2 Pengertian Prinsip Syariah
Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana/atau pembiayaan kegiatan usaha dan/atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan dengan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau adanya pilihan pemindahan pemilikan atau barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtima).9
Pada dasarnya prinsip syariah antara lain menjauhkan diri dari adanya unsur riba, yaitu:
a. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka suatu hasil usaha, seperti penetapan bunga simpanan atau bunga pinjaman yang dilakukan pada bank konvensional.
b. Menghindari penggunaan sistem presentase biaya terhadap utang atau imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipatgandakan secara otomatis utang/simpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu.
c. Menghindari penggunaan sistem perdagangan/penyewaan barang ribawi menghindari penggunaan sistem yang menetapkan di muka tambahan atas
8
Nunung Rodliyah, Pokok-Pokok Hukum Islam di Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam, (Bandar Lampung: Gunung Pesagi, 2009), hlm 3.
9
(16)
utang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai secara sukarela, seperti penetapan bunga pada bank konvensional.
d. Dengan imbalan barang ribawi lainnya (barang yang sama dan sejenis, seperti uang rupiah dengan uang rupiah yang masih berlaku) dengan memperolah kelebihan baik kuantitas maupun kualitas.10
Jadi dapat disimpulkan bahwa prinsip syariah Islam adalah prinsip yang didasari dengan hukum Islam atau berlandaskan kepada Al-Qur’an maupun sunah Rasul ataupun ketentuan lain yang menjadi dasar aturan dalam agama Islam yang dengan tujuan menciptakan keadilan dan kesejahteraan bagi umat.
2.2.3 Landasan Prinsip Syariah
Seperti yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya bahwa prinsip syariah adalah aturan perjanjian yang berdasarkan hukum Islam yang itu artinya berdasarkan kepadaAl-Qur’anmaupunAl-haditssertaIjtihad. Oleh karena itu ada baiknya diketahui landasan dasar dari prinsip syariah tersebut terutama yang menyangkut mengenai kerjasama dalam pembiayaanmusyarakah.
1. Dasar Al-Qur’an
Adapun beberapa dalil Al-Qur’an yang menyebutkan tentang kegiatan kerjasama dalam suatu usaha adalah sebagai berikut :
ِإَو
...
....
“…Dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang yang bersyarikat itu sebagian dari mereka berbuat zalim kepada sebagian lain, kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh; dan amat sedikitlah mereka ini….” (QS. Al-Shad: 24)
10
(17)
....
“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar harta manusia bertambah, maka tidak bertambah dalam pandangan Allah…”(QS. Ar-rum: 39)
....
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu….”(QS. Al-Ma’idah: 1)
2. Dasar Al-Hadits Beberapa diantaranya :
“Allah SWT. berfirman: “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat, Aku keluar dari mereka.” (HR. Abu Daud, yang dishahihkan oleh al-Hakim, dari Abu Hurairah).
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” (HR. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
“Anas bin Malik juga meriwayatkan, Nabi bersabda : “Jika seseorang member pinjaman pada orang lain, hendaklah dia tidak memberikan hadiah, (yakni hendaknya dia tidak menerima pemberian dari si pengutang pada saat pinjaman belum lunas tetapi boleh melakukannya sesudah utang dilunasi).” (Bukhari)
3. Dasar Ijtihad
Dasar ijtihad yang merupakan pendapat dari ulama adalah salah satu yang menjadi dasar landasan dalam prinsip syariah, yang pendapat tersebut antara lain :
Syaikh Abu Syujak berkata: “Sah hukumnya menjamin hutang yang telah tetap, jika diketahui kadarnya (banyak sedikitnya). Orang yang mempunyai hak dapat menagih pembayaran kepada dhamin (penjamin) dan dapat pula menagih madhmun” anhu (orang yang dijamin), apabila jaminan itu sesuai dengan apa yang telah diterangkan.
(18)
Menurut pendapat Imam Rafi’I dan Imam Nawawi “Sah menjamin hutang yang berupa manfaat yang telah tetap menjadi tanggungan, sebagaimana sahnya menjamin harta benda.”
“Menjual barang yang masih samar adalah terlarang, namun semua yang samar itu terlarang. Kalau kesamaran itu tidak seberapa dan dasarnya ialah urfiah, maka tidaklah haram. Begitulah menurut mahzab Malik yang membolehkan menjual semua yang sangat membutuhkan yang kiranya kesamarannya itu tidak banyak dan memberatkan pada waktu terjadi akad.”
2.2.4 Riba Dalam Pandangan Islam
Prinsip umum hukum Islam yang berdasarkan pada sejumlah surah dalam Al-Qur’an, menyatakan bahwa perbuatan memperkaya diri dengan cara yang tidak benar, atau menerima keuntungan tanpa memberikan nilai imbangan, secara etika dan mutlak dilarang oleh Al-Qur’an, demikian juga dalam beberapa hadits dan ijtihad.
MenurutEnsiklopedia Islam Indonesiayang disusun oleh Tim Penulis UIN Syarif Hidayatullah, ar-riba atau ar-rima makna asalnya ialah tambah, tumbuh, dan subur. Adapun pengertian tambah dalam konteks riba ialah tambahan uang atas modal yang diperoleh dengan cara yang tidak dibenarkan syara’, apakah tambahan itu berjumlah sedikit maupun berjumlah banyak, seperti yang diisyaratkan dalam Al-Qur’an.11
Secara umum menegaskan bahwaribaadalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam-meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip syariah dalam Islam.12
11
Ibid, hlm 21.
12
(19)
Macam-macam riba antara lain, Riba Qardh adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan tertentu yang diisyaratkan terhadap yang berhutang. Riba Jahiliyyah adalah utang yang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak mampu membayar utang pada waktu yang telah ditetapkan.Riba Fadhladalah pertukaran antar barang sejenis dengan kadar atau takaran berbeda, sedangkan barang yang dipertukarkan itu termasuk dalam jenis barang ribawi. Riba Nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barangribawiyang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya. Riba Nasi’ah muncul karena adanya perbedaan, perubahan, atau penambahan antara yang diserahkan saat ini dan yang diserahkan kemudian.13
Keuntungan atas berbagai macam pinjaman semua merupakan riba yang diharamkan. Tak ada bedanya antara yang dinamakan pinjaman konsumsi maupun pinjaman produksi, baik yang bunganya banyak maupun yang bunganya sedikit. Semuanya sama saja haramnya. Pinjaman denganribaitu hukumnya haram, tidak dibenarkan, walaupun dengan alasan karena kebutuhan mendesak atau dalam keadaan darurat. Perhitungan berjangka, meminta kredit dengan bunga, dan segala macam kredit yang berbunga, semua termasuk praktik riba yang diharamkan dalam kegiatan ekonomi syariah.
2.3 PembiayaanMusyarakah
Dalam perjanjian pembiayaan musyarakah berdasarkan prinsip syariah, bank syariah bekerja sama dengan nasabah pengusaha untuk membiayai suatu usaha berdasarkan prinsip penyertaan modal. Bank syariah berfungsi sebagai penyedia
13
(20)
dana sekaligus sebagai mitra usaha nasabah pengusaha. Apabila usaha itu memperoleh keuntungan, keuntungan itu dibagi sesuai dengan kesepakatan antara Bank Syariah dan Nasabah pengusaha, yang tidak harus sama dengan bagian modal masing-masing pihak. Sebaliknya, apabila usaha itu mengalami kerugian, pembagian kerugian dilakukan sesuai dengan bagian modal masing-masing. Prinsip musyarakah merupakan konsep dasar bank syariah. Pada sistem konvensional, perjanjian pembiayaan ini setara dengan “perjanjian patungan” atau “penyertaan modal” (joint venture, venture capital).14
Pembiayaanmusyarakah, yaitu pembiayaan sebagian kebutuhan modal pada suatu usaha untuk jangka waktu terbatas sesuai kesepakatan. Hasil usaha bersih dibagi antara Bank sebagai penyandang dana (Shahibul mal) dengan Pengelola usaha (Mudharib) sesuai dengan kesepakatan. Umumnya, porsi bagi hasil ditetapkan sesuai dengan presentase kontribusi masing-masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan dikembalikan kepada bank.15
Sedangkan menurut Irma Devita Purnamasari, musyarakahadalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk melakukan suatu usaha tertentu. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana. Keuntungan atau kerugian akan ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah disepakati sejak awal. Modal yang disertakan semua pihak tidak harus dalam bentuk uang tunai, tetapi dapat juga berupa aset. Aset yang disetorkan dalam kerja sama adalah aset yang akan mendukung keberhasilan pelaksanaan usaha bersama, misalnya alat berat. Selain itu, aset yang disertakan dalam skema kerja sama secaramusyarakah harus
14
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, ( Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993), hlm 260-261.
15
(21)
dikonversi dalam bentuk nilai tunainya berdasarkan harga pasar yang wajar pada saat pembiayaanmusyarakahdisepakati.16
Pada dasarnya pembiayaan musyarakah merupakan akad kerjasama patungan antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha yang halal. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Dalam perbankan biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek, baik nasabah pengelola dana dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek. Modal ini dapat berupa uang, barang perdagangan (trading asset), properti, mesin-mesin (equipment) atau aset lainnya seperti hak paten dan goodwill (intangible asset) yang dapat dinilai dengan uang. Semua modal dicampur untuk dijadikan modal proyek pembiayaan musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
2.4 Profil Bank Muamalat Indonesia
PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian
16
Irma Devita Purnamasari,Panduan Lengkap Hukum Praktis Populer Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah,,(Bandung: Kaifa, 2011), hlm 92.
(22)
Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat Indonesia berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai Bank Syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.
Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporak-porandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat Indonesia mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat Indonesia berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat,
(23)
ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat Indonesia berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat Indonesia kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada (i) tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, (ii) tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, (iii) pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, (iv) peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan (v) pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat Indonesia pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.17 Saat ini Bank Muamalat Indonesia telah memiliki puluhan cabang di Indonesia yang tersebar di beberapa kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Makasar dan kota-kota lainnya termasuk di Provinsi Lampung.
2.4.1 Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu
Kehadiran Bank Muamalat Indonesia yang selanjutnya disingkat BMI di Provinsi Lampung diawali dengan membuka kantor perwakilan PT Bank Muamalat
17
www.bankmuamalatindonesia.com diakses pada tanggal 3 Juni 2012, pukul 05.40 WIB.
(24)
Indonesia pada tanggal 1 Maret 2002 sebagai kantor kas yang berlokasi di Jalan Kotaraja No. 12 Bandar Lampung. Kemudian tanggal 11 September 2003 didirikan Kantor Cabang Utama BMI Cabang Bandar Lampung, setelah itu BMI melebarkan sayap dengan membuka Kantor Cabang Pembantu yang selanjutnya disingkat KCP di Pringsewu. Pada tanggal 21 Oktober 2010, BMI KCP Pringsewu ini didirikan dengan Nomor Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) : 00012/ 18-10/ D.05/ PB/ X/ 2010 dan berkedudukan di Jalan Ahmad Yani No.189 Pringsewu Timur, Kabupaten Pringsewu. Pada saat itu jumlah karyawan hanya 12 orang. Peresmian BMI KCP Pringsewu tersebut dilakukan oleh Pimpinan BMI Cabang Bandar Lampung Kadar Budiman. BMI KCP Pringsewu melayani transaksi tabungan, deposito, giro, pengajuan kredit, dengan jumlah total sebanyak 14 produk. Saat ini jumlah karyawan pada BMI KCP Pringsewu berjumlah 16 orang.
Tanggal 10 Desember 2010 BMI KCP Pringsewu memulai operasinya dengan memberikan layanan perbankan syariah kepada Nasabah. Pada akhir 2011, laba operasional BMI meningkat sangat signifikan dari Rp 238,2 miliar menjadi Rp 364,8 miliar. Sehingga, saat ini asset BMI mencapai Rp 32,5 Triliun dan menjadikannya sebagai Bank Syariah kepercayaaan masyarakat Indonesia. Jaringan BMI didukung juga oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh Indonesia. 32 000 ATM, serta 95.000 merchant debet. BMI saat ini juga merupakan satu-satunya Bank Syariah yang telah membuka cabang di luar negeri.
Susunan pengurus BMI KCP Pringsewu untuk saat ini adalah : Sub Branch Manager (PIC) : Beni Oktavian, S.E.
(25)
Relationship Manager Financing : Herman Baten, S.A.N.
Staf : 1. Habibi
2. Erlangga 3. Sukmawati
LegaldanSupport : 1. Seruni Widyawati, S.H. 2. Yeni Aprilia, S.H. Customer Service : Dwi Yulianti, A.md
2.5 Kerangka Pikir
Untuk memperjelas dari pembahasan ini, maka penulis membuat kerangka pikir sebagai berikut:
PRINSIP SYARIAH
BANK SYARIAH
PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH NASABAH
SYARAT DAN PROSEDUR PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH
PELAKSANAAN
(26)
Untuk mempermudah pembahasan permasalahan mengenai pelaksanaan pembiayaanmusyarakah pada Bank Syariah, maka akan diuraikan secara ringkas sebagai berikut :
Setiap Bank Syariah dalam menjalankan aktivitasnya selalu berpegang teguh pada prinsip syariah sesuai dengan peraturan yang berlaku, salah satu produk dari Bank Syariah itu sendiri adalah pembiayaan musyarakah. Pembiayaan musyarakah dalam hal akad pembiayaannya ataupun dari sisi pelayanannya harus sesuai dengan prinsip syariah juga. Pembiayaan musyarakah ini banyak diminati oleh Nasabah terutama kalangan pengusaha yang akan melakukan suatu usaha karena Nasabah dapat memperoleh pinjaman modal dari bank dapat berupa uang ataupun barang yang telah disepakati bersama dan dalam kesepakatan itu juga disepakati bagi hasil yang akan diterima oleh Bank Syariah itu sendiri dan nasabah. Dengan memilih produk pembiayaan musyarakah, Nasabah harus mengikuti syarat dan prosedur yang berlaku serta pelaksanaannya pada Bank Syariah.
(27)
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif-empiris, yaitu penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (in abstracto) dalam hal ini ketentuan peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu. Fokus penelitian hukum normatif-terapan adalah pada “penerapan hukum atau implementasi” ketentuan hukum normatif (in absracto) pada peristiwa hukum tertentu (in concreto).
3.2 Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif. Menurut Abdulkadir Muhammad, penelitian hukum deskriptif bersifat pemaparan dan bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskripsi) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi dalam masyarakat.18 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara jelas dan rinci dalam memaparkan dan menggambarkan mengenai implementasi pembiayaanmusyarakahpada bank syariah, khususnya yang berada di Kabupaten Pringsewu.
18
Abdulkadir Muhammad, Hukum Dan Penelitian Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), hlm 50.
(28)
3.3 Pendekatan Masalah
Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif-terapan (applied law approach) yaitu penerapan ketentuan hukum normatif dari peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu.
3.4 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: 3.4.1 Data Primer
Data primer yang didapat dari lokasi penelitian yang terkait dengan perbankan syariah, yaitu pimpinan dan 2 orang karyawan bank yang menangani langsung terkait produk pembiayaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu. Sumber data yang ada di lokasi penelitian yaitu berdasarkan dokumen dan wawancara. Data primer diperoleh melalui wawancara yang terstruktur dari pimpinan dan karyawan bank.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan, dengan cara mengumpulkan dari berbagai sumber bacaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data sekunder terdiri dari:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mengikat seperti peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain: 1. Al-Qur’an
2. Al-Hadist 3. Ijtihad
(29)
4. Buku ke-III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
6. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 7. Peraturan BI Nomor: 6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
8. Peraturan BI Nomor: 9/19/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
9. Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/ DSN-MUI/ VI/ 2000 Tentang PembiayaanMusyarakah.
b. Bahan hukum sekunder yaitu, bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer berupa literatur-literatur mengenai penelitian ini, meliputi buku-buku ilmu hukum, hasil karya dari kalangan hukum dan lainnya.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang melengkapi bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, diperoleh dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil penelitian,insiklopedia of law, dan jurnal ilmiah.
(30)
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan diperoleh dengan menggunakan metode pengumpulan data:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, menelaah dan mengutip peraturan perundang-undangan, buku-buku dan literatur yang berkaitan dengan masalah pembiayaanmusyarakah.
2. Studi Dokumen
Studi dokumen adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum, tetapi dapat diketahui oleh pihak tertentu. Pengkajian dan analisis informasi tertulis mengenai hukum yang tidak dipublikasikan secara umum berupa dokumen yang berkaitan dengan pembiayaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu.19 Dokumennya yaitu formulir permohonan pembiayaan, panduan produk, brosur-brosur terkait dengan pembiayaan, surat izin pemberian usaha, dan profil lokasi penelitian.
3. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang bersumber langsung dari responden penelitian ini di lapangan (lokasi). Wawancara sebagai data penunjang terhadap data yang diperoleh, dilakukan secara tatap muka langsung dengan informan dan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Daftar pertanyaan tersebut digunakan sebagai pedoman dan dikembangkan saat wawancara dengan menggunakan pertanyaan terbuka. Wawancara dilakukan dengan:
19
(31)
a. Beni Oktavian, S.E.
Sub Branch Manager(PIC) Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu. b. Herman Baten, S.A.N.
Relationship Manager FinancingBank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu.
3.6 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data umumnya dilakukan melalui tahap-tahap berikut ini: a. Pemeriksaan data (editing) / Identifikasi data
Pembenaran apakah data yang terkumpul melalui studi pustaka, dokumen, wawancara sudah dianggap lengkap, relevan, jelas, tidak berlebihan, tanpa kesalahan.
b. Penyusunan/ sistematisasi data (constructing/systematizing)
Kegiatan menabulasi secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda dalam bentuk tabel-tabel yang berisi angka-angka dan presentase bila data itu kuantitatif, mengelompokkan secara sistematis data yang sudah diedit dan diberi tanda menurut klasifikasi data dan urutan masalah bila data itu kualitatif. Penyusunan/ sistematisasi data akan memudahkan analisis data.20
3.7 Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, komprehensif dan lengkap, artinya secara kualitatif adalah penjelasan dipertanggungjawabkan dengan disusun secara sistematis, ilmiah kemudian di interpretasikan/ ditafsirkan terhadap data yang diperoleh dari penelitian, selanjutnya data diuraikan secara
20
(32)
teratur, runtun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif, sehingga memudahkan pembahasan dan pemahaman. Komprehensif artinya luas dan lengkap tentang isi dari pembahasan dalam penelitian ini dilakukan secara mendalam dari berbagai aspek sesuai dengan lingkup penelitian. Lengkap artinya tidak kurang, genap, segala sesuatunya tersiapkan, segala sesuatunya tersedia dan semua terpenuhi dengan mudah dalam pembahasan.21
21
(33)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada BMI KCP Pringsewu adalah dengan mengacu pada UU No. 10 tahun 1998 perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, dan Peraturan Bank Indonesia No 9/19/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, ketiga peraturan tersebut yang menjadi tolak ukur utama dan peraturan lain yang terkait. Lalu, dengan memperhatikan norma-norma Islami yang telah ditetapkan, keadilan dan persaudaraan menyeluruh tanpa membedakan, keadilan distribusi pendapatan antara pihak bank dan mitra kerja, kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial tanpa membandingkan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya. 2. Syarat dan prosedur pembiayaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu
adalah ketentuan umum, ketentuan khusus dan syarat legalitas. Sedangkan prosedur dari pembiayaaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu adalah pemeriksaan syarat-syarat pembiayaan yang diajukan oleh Calon Mudharib, Inisiasi. Solisitasi, proses analisa proposal pembiayaan, analisa dan support pembiayaan, standar dokumen pengikatan pembiayaan, proses persetujuan
(34)
setelah proses analisa, proses realisasi pembiayaan, dan terakhir pembinaan pembiayaan. Pelaksanaan prosedur pembiayaan musyarakahpada BMI KCP Pringsewu telah sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan, sehingga dalam pelaksanaan tersebut dapat berjalan dengan baik.
3. Kesesuaian pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada produk pembiayaan musyarakah pada BMI KCP Pringsewu dengan prinsip syariah, jika melihat dari pelaksanaan peraturan perbankan syariah pada BMI KCP Pringsewu adalah dengan mengacu pada UU No. 10 tahun 1998 perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, UU No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, dan Peraturan Bank Indonesia No 9/19/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah, ketiga peraturan tersebut yang menjadi tolak ukur utama dan peraturan lain yang terkait. Lalu, terus memperhatikan norma-norma Islami yang telah ditetapkan, keadilan dan persaudaraan menyeluruh tanpa membedakan, keadilan distribusi pendapatan antara pihak bank dan mitra kerja, kebebasan individu dalam konteks kesejahteraan sosial tanpa membandingkan antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya serta dari kedua tolak ukur yang dibahas dalam bab sebelumnya terkait pelaksanaan syarat dan prosedur pembiayaan musyarakah dan penerapan prinsip bagi hasil dalam pelaksanaan peraturan perbankan syariah di BMI KCP Pringsewu dengan laporan setiap 6 bulan sekali dari pihak nasabah kepada pihak bank. Maka telah cukup sesuai BMI KCP Pringsewu menerapkan prinsip syariah. Dalam hal ini BMI KCP Pringsewu telah berupaya melaksanakan dan mengimplementasikan peraturan perbankan
(35)
syariah sesuai dengan prinsip syariah dalam konteks syariah Islam dengan sebenarnya walaupun dari kalangan lain masih menilai BMI KCP Pringsewu khususnya dan perbankan syariah lain pada umumnya masih menerapkan sistem ribawi atau tidak sesuai dengan peraturan perbankan syariah yang berlaku, padahal pada dasarnya tidak menggunakan bunga untuk setiap pembiayaannya. Pada setiap pembiayaannya khususnya pembiayaan musyarakah, BMI KCP Pringsewu menerapkan sistem bagi hasil sesuai dengan kesepakatan awal yang dibuat antara Pihak Bank dan Nasabah, dan pihak bank telah menghindari bentuk kecurangan, karena memang sesuai prinsip syariah bahwa setiap aktivitas kerjasama atau kemitraan harus berlandaskan kejujuran dan tidak melakukan penipuan saat proses negosiasi.
(36)
Oleh
CICHA DESWARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM
Pada
Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(37)
(Skripsi)
Oleh
CICHA DESWARI
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(38)
ABSTRAK JUDUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP
MOTTO
PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Masalah dan Pokok Bahasan ... 5
1.2.1 Permasalahan ... 5
1.2.2 Pokok Bahasan ... 5
1.3 Ruang Lingkup ... 6
1.4 Tujuan Penelitian ... 6
1.5 Kegunaan Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Bank Syariah ... 8
2.1.1 Pengertian Bank Syariah ... 7
2.1.2 Produk-Produk Bank Syariah ... 9
2.2 Tinjauan Umum Tentang Pinsip Syariah ...12
2.2.1 Pengertian Syariah ...12
2.2.2 Pengertian Prinsip Syariah ...13
2.2.3 Landasan Prinsip Syariah ...14
2.2.4 Riba Dalam Pandangan Islam ...16
2.3 PembiayaanMusyarakah ...17
2.4 Profil Bank Muamalat Indonesia ...19
2.4.1 Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu ...21
(39)
3.2 Tipe Penelitian ...25
3.3 Pendekatan Masalah ...26
3.4 Data dan Sumber Data ...26
3.5 Metode Pengumpulan Data ...28
3.6 Metode Pengolahan Data ...29
3.7 Analisis Data ...29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Peraturan perbankan syariah Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu ...31
4.2 Syarat dan Prosedur Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu ...36
4.2.1 Syarat-syarat PembiayaanMusyarakah ...37
4.2.2 Prosedur PembiayaanMusyarakah ...43
4.3 Implementasi Peraturan Perbankan Syariah Pada Produk Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu Dengan Prinsip Syariah ...47
V. KESIMPULAN...53 DAFTAR PUSTAKA
(40)
1. Buku-buku
Kitab Suci Al-Qur’an dan Terjemahannya
Antonio, Muhammad Syafi’I, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.
Ali, Zainuddin, 2008,Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta. Kamisa, 1997,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kartika, Surabaya. Kasmir. 2002,Dasar-Dasar Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Muhammad, Abdulkadir, 1993, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
__________, 2004,Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. Purnamasari, Irma Devita dan Suswinarno, 2011, Panduan Lengkap Hukum
Praktis Populer Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah,Kaifa, Bandung.
Ria, Wati Rahmi, 2011, Hukum Islam dan Islamologi, Sinar Sakti, Bandar Lampung.
Rodliyah, Nunung, 2009, Pokok-Pokok Hukum Islam di Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam, Gunung Pesagi, Bandar Lampung.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet 39, Pradyna Paramita, Jakarta.
Universitas Lampung, 2011, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Wirdyaningsih,et.al, 2005, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, Kencana Prenada Media, Jakarta.
(41)
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/ 24/ PBI/ 2004 Tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/19/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 08/DSN-MUI/VI/2000 Tentang PembiayaanMusyarakah.
3. Sumber lain
Al-Hadits Ijtihad
Bank Muamalat Indonesia Cabang Serang, 2011, Materi Pelatihan Proses Pembiayaan Jilid 2, Serang.
Bank Muamalat Indonesia, http://id.bankmuamalatindonesia.com Sistem Ekonomi Syariah, http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah
(42)
Indonesia KCP Pringsewu)
Nama Mahasiswa : Cicha Deswari No. Pokok Mahasiswa : 0912011016
Bagian : Hukum Keperdataan
Fakultas : Hukum
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A. Kasmawati, S.H., M.Hum.
NIP 196008071992032001 NIP 197607052009122001
2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H. NIP 195805271984031001
(43)
1. Tim Penguji
Ketua :Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A. ………
Sekretaris/ Anggota :Kasmawati, S.H., M.Hum. ………
Penguji
Bukan Pembimbing :Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.H. ………
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109987031003
(44)
Segala puji hanya bagi Allah SWT
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
( Surat Al 'Alaq 1- 5)
Karya ilmiah ini ku dedikasikan kepada:
Bapak & Ibuku tercinta, yang tiada henti mencurahkan kasih sayang dan doanya. Kakakku Aji Saktiyanto, S.I.Kom dan Mbakku Berly Waryanti, S.A.N tersayang, yang telah memberi dukungan dan masukannya serta restu yang tiada henti hingga
terselesaikan pada waktunya. Serta kepada Almamaterku tercinta.
(1)
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ...25
3.2 Tipe Penelitian ...25
3.3 Pendekatan Masalah ...26
3.4 Data dan Sumber Data ...26
3.5 Metode Pengumpulan Data ...28
3.6 Metode Pengolahan Data ...29
3.7 Analisis Data ...29
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Peraturan perbankan syariah Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu ...31
4.2 Syarat dan Prosedur Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu ...36
4.2.1 Syarat-syarat PembiayaanMusyarakah ...37
4.2.2 Prosedur PembiayaanMusyarakah ...43
4.3 Implementasi Peraturan Perbankan Syariah Pada Produk Pembiayaan Musyarakah Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu Dengan Prinsip Syariah ...47
V. KESIMPULAN...53 DAFTAR PUSTAKA
(2)
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku-buku
Kitab Suci Al-Qur’an dan Terjemahannya
Antonio, Muhammad Syafi’I, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.
Ali, Zainuddin, 2008,Hukum Perbankan Syariah, Sinar Grafika, Jakarta. Kamisa, 1997,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kartika, Surabaya. Kasmir. 2002,Dasar-Dasar Perbankan, Raja Grafindo Persada, Jakarta
Muhammad, Abdulkadir, 1993, Hukum Perusahaan Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.
__________, 2004,Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung. Purnamasari, Irma Devita dan Suswinarno, 2011, Panduan Lengkap Hukum
Praktis Populer Kiat-Kiat Cerdas, Mudah, Dan Bijak Memahami Masalah Akad Syariah,Kaifa, Bandung.
Ria, Wati Rahmi, 2011, Hukum Islam dan Islamologi, Sinar Sakti, Bandar Lampung.
Rodliyah, Nunung, 2009, Pokok-Pokok Hukum Islam di Indonesia dan Kompilasi Hukum Islam, Gunung Pesagi, Bandar Lampung.
Subekti dan R. Tjitrosudibio, 2008, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Cet 39, Pradyna Paramita, Jakarta.
Universitas Lampung, 2011, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Universitas Lampung, Bandar Lampung.
Wirdyaningsih,et.al, 2005, Bank dan Asuransi Islam Di Indonesia, Kencana Prenada Media, Jakarta.
(3)
2. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 6/ 24/ PBI/ 2004 Tentang Bank Umum yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
Peraturan Bank Indonesia Nomor: 9/19/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah Dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana Serta Pelayanan Jasa Bank Syariah
Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 08/DSN-MUI/VI/2000 Tentang PembiayaanMusyarakah.
3. Sumber lain
Al-Hadits Ijtihad
Bank Muamalat Indonesia Cabang Serang, 2011, Materi Pelatihan Proses Pembiayaan Jilid 2, Serang.
Bank Muamalat Indonesia, http://id.bankmuamalatindonesia.com Sistem Ekonomi Syariah, http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_syariah
(4)
Judul Skripsi : IMPLEMENTASI PERATURAN PERBANKAN SYARIAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN MUSYARAKAH (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia KCP Pringsewu)
Nama Mahasiswa : Cicha Deswari No. Pokok Mahasiswa : 0912011016
Bagian : Hukum Keperdataan
Fakultas : Hukum
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A. Kasmawati, S.H., M.Hum.
NIP 196008071992032001 NIP 197607052009122001
2. Ketua Bagian Hukum Keperdataan
Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.H. NIP 195805271984031001
(5)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Dr. Hj. Nunung Rodliyah, M.A. ………
Sekretaris/ Anggota :Kasmawati, S.H., M.Hum. ………
Penguji
Bukan Pembimbing :Hj. Wati Rahmi Ria, S.H., M.H. ………
2. Dekan Fakultas Hukum
Dr. Heryandi, S.H., M.S. NIP 19621109987031003
(6)
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya bagi Allah SWT
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
( Surat Al 'Alaq 1- 5)
Karya ilmiah ini ku dedikasikan kepada:
Bapak & Ibuku tercinta, yang tiada henti mencurahkan kasih sayang dan doanya. Kakakku Aji Saktiyanto, S.I.Kom dan Mbakku Berly Waryanti, S.A.N tersayang, yang telah memberi dukungan dan masukannya serta restu yang tiada henti hingga
terselesaikan pada waktunya. Serta kepada Almamaterku tercinta.