Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia

(1)

i

STRATEGI MITIGASI RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

BANK MUAMALAT INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh :

MUTIA SARAYATI NIM. 1111046100030

K O N S E N T R A S I P E R B A N K A N S Y A R I A H PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A 1436 H/2015 M


(2)

(3)

ii


(4)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Juli 2015


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kewajiban studinya. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW. beserta para keluarga dan sahabatnya.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih atas segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan, baik berupa sapaan moril, kritik, masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis secara khusus mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M. Hasan Ali, M.A, selaku ketua Pogram Studi Muamalat (Hukum Ekonomi Islam)

3. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag., MH., dosen pembimbing akademik yang telah memberikan masukan saran mengenai proposal penelitian skripsi. 4. Ibu Ir. Rr. Tini Anggraeni, ST, M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah

banyak membantu meluangkan waktu, pikiran dan tenaga serta kesabarannya untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan nasihat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(6)

5. Seluruh dosen serta civitas akademika Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Segenap pimpinan dan karyawan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, serta Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Bapak Amin Syafi’i selaku Commercial Financing Risk Manager, Risk

Management Division, Bank Muamalat Indonesia, serta pimpinan dan karyawan Perpustakaan Muamalat Institute yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian dan membantu memperoleh data

8. Kedua orang tua penulis, yaitu bapak Yosep Hermawan Mustopa dan Ibu Neneng Badriah, yang telah memberikan banyak motivasi bagi penulis untuk secepatnya menyelesaikan skripsi ini. Setiap pesan dan nasihat yang disampaikan selalu memberikan inspirasi serta motivasi bagi penulis. Tak lupa juga, kakak dan adik penulis yang merupakan anugerah yang telah Allah SWT. berikan, yaitu Tiara Saraya dan Mustika Dianaty.

9. Kru Mass Banking Division, KPO Bank Muamalat Indonesia, yaitu Ibu Oktaviani Moersalin, Ibu Hafni, Mba Riasti, Mba Elok, dan yang lain yang tidak dapat disebutkan semua, serta Mba Puput dan Mba Anggi dari Small and Medium Enterprise (SME Division). Mereka yang telah memberikan banyak ilmu dan


(7)

vi

pengalaman selama 3 bulan penulis melakukan praktek magang di Kantor Pusat Bank Muamalat Indonesia.

10.Sahabat-sahabat penulis yang selalu mendukung dan memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini, yaitu Imam Syuhada, Elsa Nissa Afifah, Suci Hanifa, dan Elis Sri Ramdhani, dan sahabat lainnya dari PS A 2011.

11.Teman-teman seperjuangan di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya mahasiswa/i Perbankan Syariah angkatan 2011 yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam skripsi ini. Terima kasih atas semua kenangan yang tidak terlupakan, semoga silaturahim kita dapat tetap terjalin sampai kapanpun.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu selesainya skripsi ini, penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal dan membalasnya dengan yang lebih baik. Selain itu, penulis akui bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, besar harapan penulis munculnya saran untuk menunjang kesempurnaan atas skripsi ini di waktu mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua kalangan. Aamiin.

Jakarta, Juli 2015

Mutia Sarayati


(8)

vii ABSTRAK

MUTIA SARAYATI, NIM 1111046100030, Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia, Strata Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program studi Muamalat, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) dengan tujuan untuk mengetahui strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah yang diterapkan Bank Muamalat. Pembiayaan musyarakah merupakan salah satu pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang memiliki risiko tinggi karena termasuk kedalam Natural Uncertainty Contract (NUC) dan sering munculnya permasalahan principal-agent, sehingga diperlukan pengelolaan risiko guna meminimalisir risiko pembiayaan yang melekat pada pembiayaan musyarakah.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh berasal dari hasil penelitian melalui wawancara langsung dengan pihak Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan serta sumber lainnya yang berhubungan dengan penelitian.

Hasil penelitian pertama menunjukkan bahwa penerapan pembiayaan musyarakah pada pembiayaan produktif BMI menggunakan dua jenis akad yaitu musyarakah permanen dan musyarakah mutanaqisah. Kedua, risiko pembiayaan musyarakah yang dihadapi Bank Muamalat antara lain risiko investasi, risiko operasional, dan risiko kepatuhan. Dan strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah BMI diantaranya terdapat penetapan limit segmen pembiayaan dan syarat tertentu dalam pemberian pembiayaan, evaluasi mendalam pada usaha dan karakter nasabah yang dibiayai, pengikatan jaminan utama berupa fixed asset dan personal guarantee, menggunakan sistem bagi hasil revenue sharing; monitoring berkala, meningkatkan kompetensi karyawan, dan penggunaan risk tools berupa Muamalat Early Warning System (MEWS) dan Internal Customer Rating.


(9)

viii ABSTRACT

MUTIA SARAYATI, NIM 1111046100030, Risk Mitigation Strategy of

Musharakah Financing on PT. Bank Indonesia, Bachelor’s Degree (BA), Department

of Sharia Banking, Study Program of Muamalat, Faculty of Law and Sharia, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2015.

This research conducted in PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI) with purpose to determine how risk mitigation strategy of musharakah financing conducted by Bank Muamalat. Musharakah financing is a form of partnership which is based on profit and loss sharing has high risk because it comes under Natural Uncertainty Contract (NUC) and related with principal-agent problem, so that required the risk management in order to minimalizing the financing risk that stick on musharakah financing.

This research used qualitative descriptive analysis technique. Source of data that used are primary data and secondary data. The primary data obtained from research result by direct interview with the side of Bank Muamalat Indonesia. Meanwhile the secondary data obtained from the company documents and other sources that related with the research.

The first research result shows that the application of musharakah financing in Bank Muamalat productive financing using two types of contract which is Musharakah and Diminishing of Musharakah. Second, the risks of musharakah financing that faced by Bank Muamalat such as investment risk, operational risk, and compliance risk. And then, the risk mitigation strategy of musharakah financing in Bank Muamalat there are defining the segmentation limit of financing and certain terms, in-depth evaluation on business and client characteristics, first collateral binding in form of fixed asset and personal guarantee, using revenue sharing system, periodic monitoring, upgrade employee competence, and utilization of risk tools that are Muamalat Early Warning System (MEWS) and Internal Costumer Rating.


(10)

ix DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

D. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Manajemen Risiko Bank Syariah ... 13

1. Pengertian Risiko ... 13

2. Jenis-jenis Risiko ... 13

3. Manajemen Risiko ... 16

B. Pembiayaan Musyarakah... 20

1. Pengertian Pembiayaan ... 20

2. Pengertian Musyarakah ... 21

3. Jenis-jenis Musyarakah ... 22

4. Pembiayaan Musyarakah ... 25

C. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah ... 28

1. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah ... 28


(11)

x

D. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 33

E. Review Studi Terdahulu ... 34

BAB III METODE PENELITIAN ... 38

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 38

B. Jenis Penelitian ... 38

C. Sumber Data Penelitian ... 39

D. Teknik Pengumpulan Data ... 39

E. Metode Analisis Data ... 41

G. Kerangka Konsep ... 42

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 44

A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia ... 44

B. Penerapan akad Musyarakah pada Pembiayaan Produktif Bank Muamalat Indonesia ... 57

1. Implementasi Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia ... 57

2. Proses Pembiayaan Musyarakah ... 61

3. Kendala Penerapan Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia .... 69

C. Analisis Risiko Pembiayaan Musyarakah ... 70

D. Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia ... 75

E. Proses Manajemen Risiko Bank Muamalat Indonesia ... 81

F. Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat ... 88

BAB V PENUTUP ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 108


(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan BUS dan UUS berdasarkan Akad Tahun 2008- September 2014 ... 4 Tabel 1.2 Komposisi Pembiayaan berdasarkan Akad pada BMI, BSM, dan BRIS

Tahun 2011-2013 ... 6 Tabel 2.1 Perbandingan Studi Terdahulu ... 34 Tabel 4.1 Penggunaan Akad-akad Pembiayaan secara Umum ... 51 Tabel 4.2 Jumlah Penyaluran Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia Tahun

2010-2014 ... 52 Tabel 4.3 Pendapatan Penyaluran Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia Tahun

2010- 2014 ... 54 Tabel 4.4 Penggunaan Akad Pembiayaan Musyarakah dan Musyarakah

Mutanaqisah ... 59 Tabel 4.5 Sumber Data dan Informasi yang Diperlukan pada Pelaksanaan OTS... 64 Tabel 4.6 Aspek Penilaian Internal Rating Nasabah ... 102


(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko ...18

Gambar 2.2 Skema Pembiayaan Musyarakah ...28

Gambar 3.1 Kerangka Konsep ...42


(14)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Komposisi Pembiayaan Murabahah dan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia Tahun 2013-2014 ... 56 Grafik 4. 2 Non Performing Financing (NPF) Pembiayaan Musyarakah ... 71 Grafik 4. 3 Kualitas Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Periode 2011-2014 . 72 Grafik 4. 4 Pendapatan Bagi Hasil Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Periode


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dengan mayoritas penduduk muslim kini semakin mengenal ekonomi syariah. Semakin banyak masyarakat menyadari bahwa perlunya lembaga keuangan yang beroperasi sesuai dengan syariah sebagai alternatif terhadap sistem konvensional. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan, berperan dalam kegiatan perekonomian masyarakat yang berfungsi sebagai fasilitas penunjang dalam melakukan transaksi keuangan. Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/7/PBI/2007 Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

Perbankan syariah mulai dikenal masyarakat sejak berdirinya bank syariah pertama di Indonesia yang dipelopori oleh Bank Muamalat Indonesia pada tahun 1991. Keterpurukan ekonomi Indonesia akibat krisis ekonomi pada tahun 1997 membuat perbankan syariah semakin berkembang. Pasca krisis, perbankan syariah masih dapat berdiri sedangkan sebagian besar bank konvensional dilikuidasi akibat sistem konvensional yang menerapkan suku bunga.1 Nilai suku bunga melonjak membuat nasabah peminjam tak mampu

1 http://ekonomisyariah.blog.gunadarma.ac.id/2012/12/03/economic-and-life-style, diakses pada 27 November 2014


(16)

mengembalikan pinjaman dan menimbulkan terjadinya negative spread. Hal tersebut menunjukkan bahwa sistem bank konvensional belum menunjukkan performan yang baik dalam memacu pertumbuhan sektor riil di Indonesia.

Secara formal berdirinya bank syariah baru diatur dengan UU No. 10 Tahun 1998 amandemen dari UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang pengelolaannya berdasarkan prinsip bagi hasil. Dalam UU No. 10 Tahun 1998 secara tegas membedakan bank yang pengelolaannya secara konvensional

dengan secara syari’ah. Lalu disempurnakan dengan Undang-undang

tersendiri dengan lahirnya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Tujuan perbankan syariah identik dengan sistem ekonomi Islam. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil dan seksama serta berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya pada satu kelompok saja, tetapi tersebar kepada seluruh masyarakat.2 Bank syariah memiliki perbedaan dengan bank konvensional khususnya dalam aktivitas pembiayaan. Bank syariah memiliki beberapa metode yang berbeda yang penerapannya tergantung pada tujuan dari pihak yang mengajukan pembiayaan itu sendiri.

Sistem pembiayaan bank syariah berdasarkan prinsip syariah terbagi menjadi tiga yaitu pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah dan musyarakah, pembiayaan jual beli berdasarkan prinsip murabahah,

istishna’, dan as-salam, dan pembiayaan sewa-menyewa berdasarkan prinsip


(17)

3

ijarah (sewa murni) dan ijarah muntahiya bit-tamlik (sewa beli atau dengan hak opsi.3

Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Secara syariah, prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip ini, bank Islam berfungsi sebagai mitra, baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana.4

Dalam pembiayaan bank syariah, bagi hasil adalah akad kerjasama antara bank sebagai pemilik modal dengan nasabah sebagai pengelola modal untuk memperoleh keuntungan yang diperoleh berdasarkan nisbah yang disepakati.5

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan

3 Ikatan Bankir Indonesia, Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. 160

4Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani), h. 137


(18)

yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.6

Namun demikian, dari sisi bank syariah, menurut data BI menunjukkan per September 2014 pembiayaan perbankan syariah berakad murabahah tercatat Rp 112,288 triliun atau 59,76% dari total pembiayaan. Sementara pembiayaan berakad mudharabah dan musyarakah porsinya masing-masing hanya 7,35% dan 23,4% atau senilai Rp13,802 triliun dan Rp 42,83 triliun.

Tabel 1.1

Komposisi Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Akad Tahun 2008-September 2014

(dalam Milyar Rupiah)

Akad 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sept

2014

Mudharabah 6.205 6.597 8.631 10.229 12.023 13.625 13.802

Musyarakah 7.411 10.412 14.624 18.960 27.667 39.874 42.830

Murabahah 22.486 26.321 37.508 56.365 88.044 110.565 112.288

Sumber : Statistika Perbankan Syariah September 2014, diolah

Pada tabel 1.1 terlihat bahwa pembiayaan dengan prinsip bagi hasil masih rendah, jauh dibawah pembiayaan murabahah. Hingga bulan September 2014, terjadi perbedaan yang sangat besar antara komposisi pembiayaan yang diberikan dengan akad mudharabah ataupun musyarakah dengan akad murabahah. Total pembiayaan bagi hasil tidak pernah lebih dari setengah total pembiayaan dengan jual beli dengan akad murabahah. Hal ini menunjukkan bahwa banyak bank syariah yang belum siap untuk menyalurkan pembiayaan dalam bentuk akad pembiayaan bagi hasil.


(19)

5

Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah memang memiliki risiko yang relatif tinggi dari jenis akad pembiayaan lainnya. Kedua pembiayaan tersebut merupakan bagi dari kontrak NUC (Natural Uncertainty Contracts) yakni akad dalam bisnis yang tidsk memberikan kepastin pendapatan (return), baik dari segi jumlah(amount)dan waktunya (timing) bergantung pada hasil investasi.

Pada kontrak mudharabah dan musyarakah terdapat hubungan antara pihak pemilik modal (principal/bank) dan pengelola usaha (agent/nasabah) dimana kedua pihak tersebut melakukan kerjasama saling mencampurkan asetnya menjadi satu kesatuan dan menanggung risiko bersama-sama untuk mendapatkan keuntungan. Dengan demikian, dalam kontrak ini terdapat hubungan keagenan atau kemitraan.

Dalam hubungan kemitraan, menuntut adanya transparansi bagi kedua belah pihak dan adanya saling percaya yang tinggi antar nasabah dengan bank. Namun bank tidak dapat menyalurkan pembiayaan begitu saja kepada nasabah atas dasar kepercayaan, karena selalu ada risiko bahwa pembiayaan tidak digunakan sebagaimana mestinya untuk memaksimalkan keuntungan kedua pihak. Jika salah satu pihak (terutama nasabah) tidak menyampaikan secara transaparan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendapatan usaha maka akan muncul permasalahan asymmetric information dimana akses informasi bank syariah terhadap usaha nasabah terbatas, sedangkan nasabah


(20)

sebagai pengelola usaha mengetahui segala informasi yang tidak diketahui bank.

Asymmetric information yang terjadi dalam kontrak keuangan biasanya berbentuk adverse selection dan moral hazard. Sadr dan Iqbal mengatakan adverse selection terjadi pada kontrak utang ketika peminjam memiliki kualitas yang tidak baik atas kredit diluar batas ketentuan keuntungan tertentu dan moral hazard terjadi ketika melakukan penyimpangan atau menimbulkan risiko yang lebih besar dalam kontrak.7 Adverse selection merupakan

permasalahan ex ante yang terjadi sebelum pembiayaan diberikan dan timbul ketika pemilik dana (bank syariah) memilih entrepreneur yang akan diberikan pembiayaan.8 Sedangkan moral hazard merupakan permasalahan yang timbul ketika mudharib menggunakan pembiayaan yang diterimanya tidak sesuai dengan yang diperjanjikan.9

Tabel 1.2

Komposisi Penyaluran Pembiayaan berdasarkan Akad pada BMI, BSM, dan BRIS (Tahun 2011-2013)

Akad BMI BSM BRIS

2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013

Murabahah 45.72% 49.68% 47.61% 53.84% 61.56% 65.81% 58.52% 60.89% 61.90%

Mudharabah 6.96% 6.21% 5.41% 12.72% 9.55% 7.75% 6.65% 8.06% 7.06%

Musyarakah 37.16% 39.58% 45.44% 14.78% 14.16% 14.54% 12.52% 16.36% 22.78%

Sumber: Laporan Tahunan Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan BRI Syariah, diolah

7 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h. 367 8 Tarsidin, Bagi Hasil: Konsep dan Analisis, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi, 2010), h. 43


(21)

7

Berdasarkan data tabel diatas, menunjukkan bahwa dari ketiga bank syariah yang memiliki aset terbesar seperti Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan Bank Muamalat Indonesia dari tahun 2011 hingga 2013 masih didominasi oleh pembiayaan murabahah. Akan tetapi, pembiayaan musyarakah yang berbasis bagi hasil sudah mulai cukup banyak digunakan oleh ketiga bank tersebut dan rata-rata mengalami peningkatan tiap tahunnya. Adapun data tersebut menunjukkan Bank Muamalat Indonesia (BMI) memiliki komposisi pembiayaan musyarakah yang lebih besar dibandingkan dengan BUS lainnya. Besarnya komposisi pembiayaan musyarakah BMI tiap tahunnya tidak jauh berbeda dengan pembiayaan murabahah yang disalurkannya. Pada tahun 2011 BMI memiliki komposisi pembiayaan musyarakah sebesar 37.16%, tahun 2012 sebesar 39.58%, dan 2013 sebesar 45.44%. Sedangkan BUS lainnya, komposisi pembiayaan musyarakah hanya mencapai 14-23%. Hal ini menunjukkan bahwa BMI mampu menyalurkan pembiayaan musyarakah lebih banyak dan mampu menghadapi risiko yang melekat pada pembiayaan tersebut. Karena semakin banyak dana yang disalurkan, maka semakin tinggi pula risiko yang dihadapi bank, khususnya pada risiko kredit/ pembiayaan musyarakah.

Pengelolaan risiko pembiayaan merupakan hal utama yang paling penting dalam keberlangsungan usaha Bank Syariah. Risiko pembiayaan yang dihadapi oleh bank syariah perlu dikelola secara tepat karena kesalahan dalam


(22)

pengelolaannya dapat berdampak pada peningkatan NPF (Non Performing Financing). Tingginya tingkat NPF akan berpengaruh pada menurunnya pendapatan yang diterima oleh bank dan bagi hasil yang diterima oleh para deposan bank syariah tersebut.

Dengan demikian, berdasarkan uraian permasalahan tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti mitigasi risiko pembiayaan musyarakah pada usaha produktif yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia tersebut dengan judul Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa identifikasi masalah pada penelitian ini antara lain :

1. Bagaimana penerapan pembiayaan musyarakah yang sudah diterapkan bank syariah selama ini?

2. Apa saja faktor-faktor yang menjadi kendala penerapan pembiayaan musyarakah?

3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi risiko pembiayaan musyarakah?

4. Risiko apa saja yang dihadapi dalam penerapan pembiayaan dengan akad musyarakah?


(23)

9

5. Apa yang menjadi risiko utama pada pembiayaan dengan akad musyarakah?

6. Bagaimana manajemen risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat Indonesia?

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dalam penelitian ini, terdapat pembatasan masalah pada tingginya tingkat risiko pembiayaan musyarakah karena erat kaitannya dengan hubungan kemitraan dan pentingnya pengelolaan risiko pembiayaan tersebut yang akan berpengaruh pada keberlangsungan usaha Bank Syariah.

Fokus masalah yang dikaji terletak pada risiko kredit/pembiayaan musyarakah dan strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia (BMI). Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan pembiayaan Musyarakah pada pembiayaan produktif Bank Muamalat Indonesia?

2. Apa saja risiko-risiko yang dihadapi Bank Muamalat dalam pembiayaan Musyarakah?

3. Bagaimana strategi mitigasi risiko pembiayaan Musyarakah yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia?


(24)

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui penerapan pembiayaan musyarakah pada pembiayaan produktif Bank Muamalat Indonesia

b. Mengidentifikasi risiko pembiayaan Musyarakah yang dihadapi Bank Muamalat Indonesia

c. Mengetahui strategi mitigasi risiko pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia

2. Manfaat penelitian a. Bagi Penulis

Memberikan wawasan pengetahuan mengenai implementasi dan upaya meminimalisir risiko pembiayaan Musyarakah pada penyaluran pembiayaan produktif bank syariah

b. Bagi Akademisi

Menambah literatur mengenai manajemen risiko pembiayaan musyarakah ataupun pembiayaan lainnya yang menggunakan prinsip bagi hasil pada Bank Umum Syariah maupun Lembaga Keuangan Syariah lainnya.

c. Bagi Lembaga/ Perusahaan

Diharapkan dapat menjadi referensi bagi lembaga keuangan syariah lainnya dalam menerapkan pembiayaan musyarakah dan manajemen


(25)

11

risiko yang tepat dalam pengelolaannya. Serta dapat memberikan alternatif sistem lembaga keuangan yang menjunjung tinggi aspek keadilan dan mampu menggerakan perekonomian sektor riil di Indonesia.

d. Bagi Masyarakat

Dapat membantu masyarakat dalam memahami konsep dan penerapan pembiayaan syariah terutama pada pembiayaan musyarakah.

E. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini disajikan teori terkait tinjauan literatur dan teori-teori yang berkaitan dengan Manajemen Risiko Bank Syariah, pembiayaan Musyarakah, Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah, dan Teori Keagenan.

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan mengenai ruang lingkup penelitian, jenis penelitian, sumber data penelitian, teknik pengumpulan data dan metode analisis data


(26)

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang hasil analisa data, pembahasan hasil analisa dan jawaban-jawaban atas perumusan masalah yang terdiri dari penerapan pembiayaan musyarakah Bank Muamalat Indonesia, kendala penerapan pembiayaan musyarakah, analisis risiko pembiayaan musyarakah, analisis risiko pembiayaan musyarakah, risiko-risiko yang dihadapi Bank Muamalat dalam pembiayaan musyarakah, dan strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat.

BAB V PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan permasalahan yang telah dibahas sebelumnya dan saran.


(27)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Risiko Bank Syariah

1. Pengertian Risiko

Risiko didefinisikan sebagai peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan, sehingga risiko hanya terkait dengan situasi yang memungkinkan munculnya hasil negatif serta berkaitan dengan kemampuan memperkirakan terjadinya hasil negatif.

Kejadian risiko merupakan kejadian yang memunculkan peluang kerugian atau peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan. Sementara itu, kerugian risiko memiliki arti kerugian yang diakibatkan kejadian risiko baik secara langsung maupun tidak langsung. Kerugian sendiri dapat berupa kerugian financial dan non financial.10

Dan menurut Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 menyatakan bahwa yang dimaksud risiko adalah potensi terjadinya suatu peristiwa (event) yang dapat menimbulkan kerugian bank. 2. Jenis-jenis Risiko

Berikut adalah jenis-jenis risiko yang ada pada bank syariah. Risiko kegiatan usaha bank syariah mencakup risiko kredit (risiko pembiayaan), risiko pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko operasional, risiko


(28)

hukum, risiko reputasi, risiko strategik, risiko kepatuhan, risiko imbal hasil (rate of return risk), dan risiko investasi (equity investment risk).11 a. Risiko Kredit

Adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai dengan perjanjian yang disepakati

b. Risiko Pasar

Adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain risiko berupa perubahan nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan

c. Risiko Likuiditas

Adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank

d. Risiko Operasional

Adalah risiko kerugian yang diakibatkan oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank


(29)

15

e. Risiko Hukum

Adalah risiko akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis f. Risiko Reputasi

Adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank

g. Risiko Strategik

Adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan strategik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis

h. Risiko Kepatuhan

Adalah risiko akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah.

i. Risiko Imbal Hasil (rate of return risk)

Adalah risiko akibat perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi perilaku nasabah dana pihak ketiga bank


(30)

j. Risiko Investasi (equity investment risk)

Adalah risiko akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang dibiayai dalam pembiayaan bagi hasil berbasis profit and loss sharing

3. Manajemen Risiko

a. Pengertian Manajemen Risiko

Menurut James A.F Stoner, manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen juga merupakan suatu ilmu pengetahuan ataupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain, seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan, dan pelajaran, serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.12

Risiko merupakan ketidakpastian yang akan muncul pada setiap aktivitas organisasi. Dalam hal ini suatu organisasi memerlukan pengelolaan risiko yang baik melalui manajemen rsiko agar dapat mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Manajemen risiko adalah serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk


(31)

17

mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.13

Menurut PBI No. 5/8/PBI/2003 tentang Penerapan Manajemen Risiko Bank Indonesia, bank wajib menerapkan manajemen risiko secara efektif. Penerapan manajemen risikosekurang-kurangnya mencakup :

1) Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi 2) Kecukupan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit

3) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko, serta sistem informasi manajemen risiko 4) Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

b. Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko adalah tahapan-tahapan melalui mana sebuah perusahaan memastikan bahwa risiko yang dihadapinya adalah sesuai dengan risiko yang diinginkan, dibutuhkan, atau direncanakan supaya terjadi.


(32)

Gambar 2.1

Proses Manajemen Risiko

Pada gambar 2.1, tahapan manajemen risiko dimulai dari (1) Identifikasi risiko dan penentuan besarnya toleransi terhadap risiko, (2) Pengukuran risiko, (3) Memantau dan melaporkan risiko, (4) Mengendalikan risiko, (5) dan akhirnnya mengkaji ulang, mengaudit, menstel, dan meluruskan kembali, kemudian kembali kepada tahapan (1) dan seterusnya secara berkesinambungan ibarat cincin yang tidak pernah putus.14

14 Hinsa Siahaan, Manajemen Risiko: Konsep, Kasus, dan Implementasi, (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 59-60

Identify risk and determine

tolerance

Measure Risk

Monitor anad report risk Control

risk

Overseas, audit tune,

and re-align


(33)

19

Sebagai sebuah proses, kerangka kerja manajemen risiko pada dasarnya terbagi dalam tiga tahapan kerja.15

1) Identifikasi risiko, adalah rangkaian proses pengenalan yang seksama atas risiko dan komponen risiko yang melekat pada suatu aktivitas atau transaksi yang diarahkan kepada proses pengukuran dan pengelolaan risiko yang tepat. Identifikasi risiko adalah pondasi dimana tahapan lainnya dalam proses manajemen risiko dibangun

2) Pengukuran risiko, adalah rangkaian proses yang dilakukan dengan tujuan untuk memahami signifikansi dari akibat yang ditimbulkan suatu risiko, baik secara individual maupun portofolio, terhadap tingkat kesehattan dan kelangsungan usaha. Pemahaman yang akurat tentang signifikansi tersebut akan menjadi dasar bagi pengelolaan risiko yang terarah dan berhasil guna

3) Pengelolaan risiko, pada dasarnya adalah rangkaian proses yang dilakukan untuk meminimalisasi tingkat risiko yang dihadapi sampai pada batas yang dapat diterima. Secara kuantitatif untuk meminimalisasi risiko ini dilakukan dengan

15 Veithzal Rivai, Islamic Risk Management for Islamic Bank, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), h. 131-132


(34)

menerapkan langkah-langkah yang diarahkan pada turunnnya hasil ukur yang diperoleh dari proses pengukuuran risiko.

B. Pembiayaan Musyarakah

1. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan atau financing ialah pendanaan yang diberikan oleh satu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga.16 Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.

Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat terbagi menjadi dua yaitu pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif. 17

a. Pembiayaan produktif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk meningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.

b. Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan.

16 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.15 17Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, h. 160-161


(35)

21

2. Pengertian Musyarakah

Menurut Afzalur Rahman, seorang Deputy Secretary General in The Muslim School Trust, secara bahasa al-syirkah berarti al-ihktilath (percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan. Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah atau kemitraan.18

Musyarakah merupakan akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.19 Dalam Musyarakah, para mitra sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu dan bekerja sama mengelola usaha tersebut. Modal yang ada harus digunakan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama sehingga tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi atau dipinjamkan pada pihak lain tanpa seizin mitra lainnya.20

Rukun dari akad yang harus dipenuhi dalam musyarakah, ada beberapa, yaitu :21

18

Sri Nurhayati, Akuntansi Syariah di Indonesia, (Jakarta: Salemba Empat, 2013), Edisi 3, h. 150

19Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009, Ed.1), h. 79

20Sri Nurhayati, loc. cit., h. 150


(36)

a. Pelaku akad, yaitu para mitra usaha

b. Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh); dan

c. Sighah, yaitu Ijab dan Qabul 3. Jenis-jenis Musyarakah

Dalam terminologi fiqih Islam, syirkah terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

a. Syirkah al-milk atau syirkah amlak atau syirkah kepemilikan, yaitu kepemilikan bersama dua pihak atau lebih, dari suatu properti.22 Syirkah al-milk mengandung arti kepemilikan bersama (co-ownership) yang keberadaannya muncul apabila dua orang atau lebih memperoleh kepemilikan bersama atas suatu kekayaan (aset). Misalnya dua orang atau lebih menerima warisan/hibah/wasiat sebidang tanah atau harta kekayaan atau perusahaan baik yang dapat dibagi atau tidak dapat dibagi-bagi.23

b. Syirkah al-‘aqd atau syirkah akad, yang berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak bersama, atau usaha komersial bersama.24 Setiap mitra dapat berkontribusi modal/dana dan atau dengan bekerja, serta berbagi keuntungan dan kerugian. Syirkah jenis ini dapat dianggap kemitraan yang sesungguhnya, karena pihak yang

22 Ibid., h. 49

23 Sri Nurhayati, op.cit., h. 151 24 Ascarya, op.cit., h. 49-50


(37)

23

bersangkutan secara sukarela berkeinginan untuk membuat suatu kerjasama investasi dan berbagi keuntungan dan risiko. Berbeda dengan syirkah al-milk, dalam kerja sama jenis ini setiap mitra dapat bertindak setbagai wakil dari pihak lainnya. Syirkah Al-‘Uqud dapat dibagi menjadi sebagai berikut :25

1) Syirkah Abdan

Syirkah Abdan (Syirkah fisik), disebut juga syirkah ‘amal (syirkah kerja) atau syirkah shanaa’i (syirkah para tukang) atau syirkah taqabbul (syirkah penerimaan). Syirkah abdan adalah bentuk kerja sama antara dua pihak atau lebih dari kalangan pekerja/professional dimana mereka sepakat untuk bekerjasama mengerjakan suatu pekerjaan dan berbagi penghasilan yang diterima.

2) Syirkah Wujuh

Syirkah Wujuh adalah kerjasama antara dua pihak dimana masing-masing pihak sama sekali tidak menyertakan modal dan menjalankan usahanya berdasarkan kepercayaan pihak ketiga. Masing-masing mitra menyumbangkan nama baik, reputasi, credit worthiness, tanpa menyetorkan modal


(38)

3) Syirkah ‘Inan

Adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya adalah tidak sama, baik dalam modal maupun pekerjaan. Setiap mitra bertindak sebagai kuasa dari kemitraan tersebut, tetapi bukan merupakan penjamin bagi mitra usaha lainnya. Keuntungan yang diperoleh akan dibagi pada para mitra sesuai kesepakatan sedangkan kerugian akan dibagi secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal.

4) Syirkah Muwafadhah

Syirkah Muwafadhah adalah bentuk kerjasama dimana posisi dan komposisi pihak-pihak yang terlibat didalamnya harus sama, baik dalam hal modal, pekerjaan, agama, keuntungan maupun resiko kerugian. Konsekuensinya, setiap mitra sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan-tindakan hukum dan komitmen dari para mitra lainnya dalam segala hal yang menyangkut kemitraan

Adapun bentuk-bentuk musyarakah antara lain: a. Musyarakah Permanen

Musyarakah permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad


(39)

25

b. Musyarakah Menurun/MusyarakahMutanaqisah

Musyarakah Menurun adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada saat akhir masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah tersebut.

4. Pembiayaan Musyarakah

Pembiayaan bagi hasil dalam bentuk musyarakah diatur dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Dalam ketentuan Pasal 1 ayat (13) secara eksplisit disebutkan bahwa musyarakah merupakan salah satu dari produk pembiayaan pada perbankan syariah.

Musyarakah juga telah diatur dalam ketentuan Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000. Intinya Fatwa DSN tersebut menyebutkan bahwa kebutuhan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan dan usaha terkadang memerlukan dana dari pihak lain, antara lain melalui pembiayaan musyarakah yaitu pembiayaan berdasarkan akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan


(40)

ketentuan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung sesuai dengan kesepakatan.26

Ketentuan secara teknis mengenai aplikasi akad musyarakah ini telah diatur dalam PBI No. 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha berdasarkan Prinsip Syariah. Dalam kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan musyarakah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:

a. Bank dan nasabah masing-masing bertindak sebagai mitra usaha dengan bersama-sama menyediakan dana dan/atau barang untuk membiayai suatu kegiatan usaha tertentu

b. Nasabah bertindak sebagai pengelola usaha dan Bank sebagai mitra usaha dapat ikut serta dalam pengelolaan usaha sesuai dengan tuga dan wewenang yang disepakati

c. Bank berdasarkan kesepakatan dengan nasabah dapat menunjuk nasabah untuk mengelola usaha

d. Pembiayaan diberikan dalam bentuk tunai dan/atau barang

e. Dalam hal pembiayaan diberikan dalam bentuk barang, maka barang yang diserahkan harus dinilai secara tunai berdasarkan kesepakatan

26 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), h. 128


(41)

27

f. Jangka waktu pembiayaan, pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara Bank dan nasabah

g. Biaya operasional dibebankan pada modal bersama sesuai kesepakatan h. Pembagian keuntungan dari pengelolaan dana dinyatakan dalam

bentuk nisbah yang disepakati

i. Bank dan nasabah menanggung kerugian secara proporsional menurut porsi modal masing-masing, kecuali jika terjadi kecurangan, lalai, atau menyalahi perjanjian dari salah satu pihak

j. Nisbah bagi hasil yang disepakati tidak dapat diubah sepanjang jangka waktu investasi, kecuali atas dasar kesepakatan para pihak dan tidak berlaku surut

k. Nisbah bagi hasil dapat ditetapkan secara berjenjang (tiering) yang besarnya berbeda-beda berdasarkan kesepakatan pada awal akad l. Pembagian keuntungan dapat dilakukan dengan metode bagi untung

atau rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing)

m. Pembagian keuntungan berdasarkan hasil usaha sesuai dengan laporan keuangan nasabah


(42)

Nisbah X% Nisbah Y% Modal A%

Modal B%

n. Pengembalian pokok pembiayaan dilakukan pada akhir periode akad atau dilakukan secara angsuran berdasarkan aliran kas masuk (cash in flow) usaha

o. Bank dapat meminta jaminan atau agunan untuk mengantisipasi risiko apabila nasabah tidak dapat memenuhi kewajiban sebagaimana dimuat dalam akad karena kelalaian dan atau kecurangan

Gambar 2.2

Skema Pembiayaan Musyarakah27

C. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah

1. Manajemen Risiko Pembiayaan Bank Syariah

Investasi atau bisnis yang dijalankan melalui aktivitas pembiayaan adalah aktivitas yang selalu berkaitan dengan risiko. Persoalannya adalah

27 Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 216

Pembiayaan Musyarakah

Bank Syariah Nasabah

Proyek/Usaha

Pembagian Hasil Usaha Pengembalian Modal Usaha


(43)

29

bagaimana investasi atau bisnis dalam pembiayaan tersebut mengandung risiko yang minimal. Risiko tersebut dapat diminimalkan dengan melakukan manajemen risiko secara baik. Manajemen risiko ini dapat diawali dengan melakukan penyaringan (screening) terhadap calon nasabah dan proyek yang akan dibiayai. Jika pembiayaan telah direalisasikan, pengendalian risiko pembiayaan dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan (treatment) yang sesuai dengan karakter nasabah maupun proyek.

Manajemen risiko pembiayaan di bank syariah sangat berkaitan dengan risiko karakter nasabah dan risiko proyek. Risiko karakter berkaitan dengan hal-hal yang berkaitan dengan karakter nasabah. Sementara risiko proyek berkaitan dengan karakter proyek yang dibiayai.28

Risiko karakter nasabah dapat dilihat dari aspek skill, reputations, dan origins. Ketiga faktor tersebut dapat dianalisis menjadi sub faktor sebagai berikut : 29

1) Faktor skill (keterampilan), meliputi kefamiliaran terhadap pasar, mampu mengoreksi risiko bisnis, mampu melakukan usaha yang berkelanjutan, mampu mengartikulasikan bahasa bisnis

28 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2005), h.365 29Ibid., h.365-366


(44)

2) Faktor reputasi (reputation), meliputi track record sebagai karyawan, memiliki track record sebagai pengusaha, direkomendasikan oleh sumber terpercaya, dapat dipercaya, memiliki jaminan usaha

3) Faktor asal-usul (origins), meliputi memiliki hubungan keluarga atau persahabatan dengan investor, sebagai pebisnis yang sukses, berasal dari kelas sosial terpandang

Sementara risiko proyek yang dibiayai dapat dilihat dari ciri-ciri atau atribut proyek. Ciri-ciri atau atribut proyek yang harus diperhatikan untuk meminimalkan risiko adalah : 1) Sistem informasi akuntansi (pelaporan); (2) Tingkat return proyek; (3)Tingkat risiko proyek; (4) Biaya pengawasan; (5) Kepastian hasil dari proyek; (6) Klausul kesepakatan proyek; (7) Jangka waktu kontrak; (8) Arus kas perusahaan; (9) Jaminan yang disediakan; (10) Tingkat kesehatan proyek; dan (11) Prospek proyek 2. Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah

Risiko terkait pembiayaan Berbasis Natural Uncertainty Contracts (NUC) adalah mengindentifikasi dan menganalisis dampak dari seluruh risiko nasabah sehingga keputusan pembiayaan yang diambil sudah memperhitungkan risiko yang ada dari pembiayaan berbasis Natural Uncertainty Contracts, seperti mudharabah dan musyarakah.


(45)

31

Penilaian risiko ini mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu (a) Business Risk (risiko bisnis yang dibiayai,(b) Shrinking Risk (risiko berkurangnya nilai pembiayaan mudharabah/musyarakah), dan (c) Character Risk (risiko karakter buruk mudharib).30

a. Business Risk adalah risiko yang terjadi pada First Way Out yang dipengaruhi oleh :31

1) Industry risk yaitu risiko yang terjadi pada jenis usaha yang ditentukan oleh karakteristik masing-masing jenis usaha yang bersangkutan dan kinerja keuangan jenis usaha yang bersangkutan (industry financial standard)

2) Faktor negatif lainnya yang mempengaruhi perusahaan nasabah, seperti kondisi grup usaha, keadaan force majeure, permasalahan hukum, pemogokan, kewajiban off balance sheet (L/C import, bank garansi), market risk (forex risk, interest risk, security risk), riwayat pembayaran (tunggakan kewajiban), dan restrukturisasi pembiayaan.

b. Shrinking risk adalah risiko yang terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh :

30 https://sharianomics.wordpress.com/2010/12/09/risiko-terkait-pembiayaan-berbasis-natural-uncertainty-contracts-nuc/, diakses pada 17 Februari 2015

31Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013, Ed.5, Cet.9), h. 265-266


(46)

1) Unusual Business Risk yaitu risiko bisnis yang luar biasa yang ditentukan oleh penurunan drastis pada tingkat penjualan bisnis yang dibiayai, harga jual barang/jasa dari bisnis yang dibiayai, dan harga barang/jasa dari bisnis yang dibiayai

2) Jenis bagi hasil yang dilakukan, apakah profit and loss sharing atau revenue sharing

3) Disaster risk yaitu keadaan force majeure yang dampaknya sangan besar terhadap bisnis nasabah yang dibiayai bank. c. Character risk yaitu risiko yang terjadi pada third way out yang

dipengaruhi oleh hal berikut

1) Kelalaian nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank.

2) Pelanggaran ketentuan yang telah disepakati sehingga nasabah dalam menjalankan bisnis yang dibiayai bank tidak lagi sesuai dengan kesepakatan.

3) Pengelolaan internal perusahaan seperti manajemen, organisasi, teknis produksi, dan keuangan, yang tidak dilakukan secara professional sesuai standar pengelolaan yang disepakati antara bank dan nasabah.


(47)

33

D. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan dibangun sebagai upaya untuk memahami dan memecahkan masalah yang muncul manakala ada ketidaklengkapan informasi pada saat melakukan kontrak (perikatan). Teori keagenan meramalkan jika agen memiliki keunggulan informasi dibandingkan prinsipal (information asymmetry) dan kepentingan agen dan prnsipal berbeda, maka akan terjadi principal-agent problem dimana agen akan melakukan tindakan yang menguntungkan dirinya namun merugikan prinsipal.

Ada dua macam bentuk masalah keagenan terdapat dalam hubungan antara principal dan agen, yaitu :32

1. Pilihan buruk (adverse selection). Pilihan buruk terjadi manakala principal tidak mengetahui mengenai kemampuan agen, dan oleh sebab itu mereka bisa terjerumus membuat pilihan yang buruk mengenai agen

2. Bencana moral (moral hazard). Bencana moral terjadi manakala kontrak sudah disetujui oleh principal dan agen, namun pihak agen yang sadar memiliki keunggulan (informasi) tidak memenuh persyaratan (term) kontrak tersebut.


(48)

E. Review Studi Terdahulu

Berdasarkan telaah yang telah dilakukan, terdapat beberapa jurnal maupun skripsi yang berkaitan dengan manajemen risiko pembiayaan. Adapun hasil studi review terdahulu yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diantaranya:

Tabel 2.1

Perbandingan Studi Terdahulu

Review 1 Review 2 Review 3

Skripsi Penulis Judul/ Penulis Manajemen Risiko Pembiayaan Mudharabah (Studi Kasus Bank Muamalat Indonesia

Cabang Malang), Jurnal Ilmiah, Khoiriyah

Trianti, FEB, Universitas Brawijaya, 2014

Strategi Manajemen Risiko PT. BPRS Kota Bekasi, Skripsi, Asma Azzahroh,

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013 Implementasi Manajemen Risiko Pembiayaan dalam Upaya Menjaga

Likuiditas Bank Syariah (Studi pada PT Bank Syariah

Mandiri Cabang Malang),

Skripsi, oleh Sri Mulyani,

Fakultas

Ekonomi, UIN Malang, 2009 Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia, Mutia Sarayati, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tujuan Penelitian Merumuskan manajemen risiko dalam pembiayaan mudharabah Mengetahui peringkat manajemen risiko BPRS Kota Bekasi, Tingkat Untuk mendeskripsi-kan pengelolaan manajemen risiko Mengetahui penerapan pembiayaan Musyarakah pada Bank Muamalat


(49)

35

kesehatan BPRS Kota Bekasi, dan faktor yang mempengaruhi-nya

pembiayaan yang dilakukan

PT. Bank

Syariah Mandiri

Cabang Malang dalam upaya menjaga

likuiditasnya

Indonesia, Mengidentifik asi risiko-risiko yang dihadapi dalam pembiayaan musyarakah, serta mengidentifik

asi dan

menganalisis strategi

mitigasi risiko pembiayaan Musyarakah BMI Metode Penelitian Metode

penelitian yang digunakan adalah deskriptif

kualitatif

Metode

penelitian berupa kualitatif

deskriptif menggunakan analisis SWOT dengan populasi karyawan bagian pembiayaan sebagai

responden guna mengetahui prosedur penilaian

pembiayaan dan manajemen risiko BPRS, dan metode

kuantitatif dalam

Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif


(50)

menilai tingkat kesehatan BPRS Kota Bekasi Hasil

Penelitian

Manajemen risiko di BMI Cabang Malang adalah upaya untuk

meminimalisir risiko yang terjadi, baik yang dilakukan pada pra akad maupun pasca akad

Profil manajemen risiko BPRS berada pada tingkat medium, dimana dampak yang dimiliki berupa dampak sedang pada biaya, waktu, dan kualitas. Dan berdasarkan analisis SWOT, faktor yang paling

mempengaruhi adalah faktor eksternal dengan ancaman terbesar pada

ketidaktepatan pengembalian pembiayaan.

Hasil analisis tersebut diperoleh gambaran bahwa pengelolaan risiko pembiayaan berjalan secara efektif sesuai dengan arahan, pedoman dan kebijakan dari BSM Pusat. Kebijakan tersebut

dikemas dalam Enterprise Risk Management (ERM)

Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dengan penelitian terdahulu yaitu pada segi jenis pembiayaan dan obyek penelitian. Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi Bank Syariah dalam meminimalisir risiko pembiayaan musyarakah, dengan studi pada Bank Muamalat Indonesia (BMI), dimana BMI merupakan salah satu Bank Umum Syariah (BUS) yang


(51)

37

menyalurkan pembiayaan musyarakah lebih banyak dibandingkan dengan BUS lainnya.

Selain itu, dalam penelitian ini membahas mengenai penerapan pembiayaan musyarakah, risiko pembiayaan musyarakah yang dihadapi bank dan strategi mitigasi risiko pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia.


(52)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Objek penelitian ini adalah pembiayaan musyarakah PT. Bank Muamalat Indonesia, yang terletak di Gedung Arthaloka, Jalan Jenderal Sudirman Kav.2, Jakarta. Penelitian ini difokuskan kepada risiko kredit/pembiayaan dan upaya mitigasi risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat Indonesia (BMI).

B. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (1992:21-22) meyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.33

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi obyek yang alami. Disini peneliti merupakan instrumen kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan. Data yang dihasilkan bersifat deskriptif dan analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian ini lebih menekankan makna daripada generalisasi.34

33 Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 1


(53)

39

C. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1) Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan dengan melalui wawancara langsung antara peneliti dengan pihak Bank Syariah.

2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan dengan pembahasan, literatur, serta sumber lainnya yang berkaitan dengan objek penelitian.

Dalam penelitian ini, sumber data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak yang terkait pada manajemen risiko

pembiayaan, yakni Bapak Amin Syafi’i sebagai Commercial Financing Risk

Manager, KPO Bank Muamalat Indonesia. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari arsip dokumen yang didapat dari hasil saat wawancara, saat penulis melakukan magang di Bank Muamalat Indonesia, laporan tahunan Bank Muamalat, serta studi literatur lainnya. Data yang diperoleh berupa data komposisi penyaluran pembiayaan musyarakah, produk-produk pembiayaan yang ada pada Bank Muamalat Indonesia, prosedur penerapan pembiayaan musyarakah, dan data penyaluran dana pembiayaan Bank Muamalat

D. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa metode pengumpulan data yang dikenal dalam penelitian kualitatif, walaupun demikian bisa dikatakan bahwa metode yang paling


(54)

pokok adalah pengamatan atau observasi dan wawancara mendalam atau in-depth interview.35Pengumpulan data dapat ditempuh dengan berbagai metode diantaranya yaitu, penggunaan bahan dokumen, observasi/pengamatan, wawancara, penggunaan pengalaman individu, kuesioner (angket), dan penggunaan projective test.36 Adapun penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Dokumentasi

Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang diteiti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah, dan buka perkiraan.37 Pada studi dokumentasi, dokumen-dokumen yang diperoleh penulis dari Bank Muamalat Indonesia dan studi kepustakaaan untuk memperoleh pengetahuan dan memahami teori mengenai pembiayaan musyarakah, manajemen risiko pembiayaan musyarakah, serta upaya mitigasi risiko untuk meminimalisir risiko pembiayaan Musyarakah. 2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) sebagai pengaju/pemberi pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) sebagai pemberi

35 Bagong Suryanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 172 36 Afifi Fauzi Abbas, Metode Penelitian, (Jakarta: Adelina Bersaudara, 2010), h. 82 37 Basrowi dan Suwandi, op. cit., h. 158


(55)

41

jawaban atas pertanyaan.38 Tujuan wawancara ialah untuk mengetahui apa

yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi.39

Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada narasumber dari Bank Muamalat Indonesia yang kompeten dan berwenang dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Kemudian jawaban dari narasumber atas pertanyaan yang diajukan dicatat dan direkam yang kemudian didokumentasikan apa yang didapat dari hasil wawancara tersebut.

E. Metode Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif. Dengan metode analisis deskriptif kualitatif, data yang diperoleh baik dari wawancara maupun studi dokumen akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan mengkaji, memaparkan, menelaah dan menjelaskan data-data yang diperoleh mengenai prosedur pembiayaan musyarakah, risiko yang dihadapi dalam pembiayaan musyarakah, serta mitigasi risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat Indonesia (BMI).

38 Ibid, h. 127


(56)

F. Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Bank Syariah memiliki aktivitas pembiayaan yang berbeda dengan Bank Konvensional. Prinsip bagi hasil (profit sharing) merupakan karakteristik umum dan landasan bagi operasional bank Islam secara keseluruhan. Namun data perbankan syariah yang menunjukkan masih rendahnya komposisi pembiayaan dengan prinsip bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah. Hingga September 2014, pembiayaan dengan prinsip bagi hasil selalu

Rendahnya Komposisi Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil di Perbankan Syariah Indonesia

Pembiayaan Musyarakah

Risiko Pembiayaan Musyarakah

Termasuk kategori NUC dan muncul permasalahan

Principal Agent

Strategi Mitigasi Risiko Pembiayaan Musyarakah Bank Muamalat Indonesia

Bank Muamalat Indonesia


(57)

43

dibawah 50% pembiayaan murabahah (jual beli). Hal ini dikarenakan pembiayaan tersebut memiliki risiko yang tinggi karena pembiayaan bersifat Natural Uncertainty Contracts (NUC) dan terkait dengan masalah principal agent. Adapun salah satu bank syariah yang memiliki komposisi pembiayaan musyarakah yang berbasis bagi hasil dengan komposisi yang lebih banyak dibandingkan dengan bank syariah lainnya yaitu Bank Muamalat Indonesia.

Banyaknya pembiayaan yang disalurkan, menggambarkan bahwa BMI berani menerima risiko pembiayaan yang melekat pada pembiayaan musyarakah. Pengelolaan risiko kredit/pembiayaan ini sangat penting untuk dikelola dengan baik, karena akan mempengaruhi pada tingkat pembiayaan bermasalah dan bagi hasil yang akan dibagikan kepada para deposan. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui strategi mitigasi risiko pembiayaan musyarakah Bank Muamalat Indonesia (BMI).


(58)

BAB IV

ANALISA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Bank Muamalat Indonesia

1. Sejarah Singkat Bank Muamalat Indonesia

Gagasan pendirian Bank Muamalat berawal dari lokakarya Bunga Bank dan Perbankan yang diselenggarakan Majelis Ulama Indonesia pada 18-20 Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Ide ini berlanjut dalam Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia di HOTEL Sahid Jaya, Jakarta, pada 22-25 Agustus 1990 yang diteruskan dengan pembentukan kelompok kerja untuk mendirikan bank murni syariah pertama di Indonesia.

Realisasinya dilakukan pada 1 November 1991 yang ditandai dengan penandatanganan akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia, Tbk di Hotel Sahid Jaya berdasarkan Akte Notaris Nomor 1 Tanggal 1 November yang dibuat di Notaris Yudo Paripurno, S.H. dengan izin Menteri Kehakiman Nomor C2.2413.T..01.01 Tanggal 21 Maret 1992/Berita Negara Republik Indonesia Tanggal 28 April 1992 Nomor 34.

Pada saat penandatanganan akte pendirian ini diperoleh komitmen dari berbagai pihak untuk membeli saham sebanyak Rp 84 miliar. Kemudian dalam acara silaturahmi pendirian di Istana Bogor diperoleh tambahan


(59)

45

dana dari masyarakat Jawa Barat senilai Rp 106 miliar sebagai wujud dukungan mereka.

Dengan modal awal tersebut dan berdasarkan surat Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 1223/MK.013/1991 tanggal 5 November 1991 serta izin usaha yang berupa Keputusan Mernteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 430/kmk.013/1992 Tanggal 24 April 1992, Bank Muamalat mulai beroperasi pada 1 Mei 1992 bertepatan dengan 27 Syawal 1412 H. Pada 27 Oktober 1994, Bank Muamalat mendapat keprcayaan dari Bank Indonesia sebagai Bank Devisa.

Beberapa tahun yang lalu Indonesia dan beberapa negara di Asia Tenggara pernah mengalami krisis moneter yang berdampak terhadap perbankan nasional yang menyebabkan timbulnya kredit macet pada segmen korporasi. Bank Muamalat pun ikut terimbas dampak tersebut. Tahun 1998, angka Non Performing financing (NPF) Bank Muamalat sempat mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat kerugian sebesar Rp 105 miliar dan ekuitas mencapai titik terendah hingga Rp 39,3 miliar atau kurang dari sepertiga modal awal.

Kondisi tersebut telah mengantarkan Bank Muamalat memasuki era baru dengan keikutsertaan Islamic Development Bank (IDB), yang berkedudukan di Jeddah Saudi Arabia, sebagai salah satu pemegang saham luar negeri yang resmi diputuskan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada 21 Juni 1999.


(60)

Dalam kurun waktu 1999-2002 Bank Muamalat terus berupaya dan berhasil memperbaiki kinerja dari rugi menjadi laba. Hasil tersebut tidak lepas dari upaya dan dedikasi segenap karyawan dengan dukungan kepemimpinan yang kuat, strategi usaha yang tepat, serta kepatuhan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Pada tahun 2009 Bank Muamalat memulai proses transformasi salah satunya dengan membuka kantor cabang internasional pertamanya di Kuala Lumpur, Malaysia dan tercatat sebagai bank pertama dan satu-satunya dari Indonesia yang membuka jaringan bisnis di Malaysia. Dan pada tahun 2012 tepat pada milad yang ke-20 tahun, Bank Muamalat meluncurkan logobaru (rebranding) dengan tujuan menjadi bank syariah yang Islamic, Modern, dan Profesional.

Proses transformasi yang dijalankan Bank Muamalat membawa hasil yang positif dan signifikan terlihat dari aset Bank Muamalat yang tumbuh dari tahun 2008 sebesar Rp 12,6 triliun menjadi Rp 54,6 triliun di tahun 2013.

2. Visi dan Misi a. Visi

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional


(61)

47

b. Misi

Menjadi role model lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

3. Produk Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia a. Konsumen

1) KPR Muamalat iB

KPR Muamalat iB adalah produk pembiayaan yang akan membantu Anda untuk memiliki rumah (ready stock/bekas), apartemen, ruko, rukan, kios maupun pengalihan take-over KPR dari bank lain.

2) Auto Muamalat

Automuamalat adalah produk pembiayaan yang akan membantu Anda untuk memiliki kendaraan bermotor. Produk ini adalah kerjasama Bank Muamalat dengan Al-Ijarah Indonesia Finance (ALIF).

3) Pembiayaan Umroh Muamalat

Pembiayaan Umroh Muamalat adalah produk pembiayaan yang akan membantu mewujudkan impian Anda untuk beribadah Umroh dalam waktu yang segera.


(62)

4) Pembiayaan Anggota Koperasi

Pembiayaan konsumtif yang diperuntukkan bagi beragam jenis pembelian konsumtif kepada karyawan/guru/PNS (selaku end user) melalui koperasi

b. Pembiayaan Modal Kerja

1) Pembiayaan iB Modal Kerja Muamalat

Pembiayaan iB Modal Kerja Muamalat adalah fasilitas pembiayaan jangka pendek yang diberikan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti :

i. Pembelian barang persediaan;

ii. Kebutuhan dana untuk menutup kebutuhan dana tertanam (Asset Convention Cycle);

iii. Kebutuhan Modal Kerja Pelaksanaan Proyek yang didapat calon nasabah dari Pemberi Pekerjaan/Proyek (bowheer) 2) Pembiayaan iB Buyer Supplier Financing

Pembiayaan iB Buyer-Supplier Financing merupakan Pembiayaan khusus untuk memperluas target akuisisi dari Unit Bisnis BMI dengan meng-capture potensi bisnis dari nasabah existing pembiayaan, baik ditingkat pembeli produk/pengguna jasa usaha (buyer) nasabah maupun supplier (penyedia/penyuplai bahan baku kepada nasabah). Tujuan dari pembiayaan ini antara lain :


(63)

49

i. Modal Kerja Pembelian Barang/Pemakaian Jasa dari nasabah existing oleh Recommended Buyer

ii. Investasi Pembelian barang dari nasabah existing oleh Recommended Buyer yang merupakan Mitra Usaha nasabah iii. Talangan Pembayaran Tagihan Recommended Supplier atas

pengiriman dan/atau pembelian barang/bahan baku oleh nasabah existing

3) Pembiayaan Modal Kerja Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

Pembiayaan Modal Kerja LKMS adalah produk pembiayaan yang ditujukan untuk LKM Syariah (BPRS/BMT/Koperasi) yang hendak meningkatkan pendapatan dengan memperbesar portfolio pembiayaannya kepada Nasabah atau anggotanya (end-user). Pembiayaan dilakukan berdasarkan prinsip syariah dengan akad mudharabah atau musyarakah yang digunakan untuk memperbesar modal dalam menyalurkan pembiayaan kepada Nasabah atau Anggota dengan pola executing (bank terlepas dari perikatan kepada end-user). Skema yang dapat digunakan berupa revolving maupun non-revolving, bergantung pada karakteristik BPRS/BMT/Koperasi


(64)

4) Pembiayaan Jangka Pendek BPRS iB

Pembiayaan Jangka Pendek BPRS iB adalah produk pembiayaan yang ditujukan kepada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) untuk memenuhi kebutuhan modal kerja BPRS yang bersifat sementara (jangka pendek) dan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja yang akan disalurkan oleh BPRS ke end-user dengan pola executing. Jangka waktu pembiayaan maksimum 6 bulan dengan skema revolving.

c. Pembiayaan Investasi

1) Pembiayaan iB Investasi

Pembiayaan iB Investasi adalah fasilitas pembiayaan jangka panjang yang diberikan kepada Nasabah untuk digunakan membiayai pembelian barang-barang modal (capital expenditure) dan / atau tambahan investasi dalam angka peremajaan, perluasan, peningkatan kapasitas usaha, atau pendirian unit usaha baru. Pembiayaan iB Investasi digunakan untuk:

i. Pembelian dengan tujuan investasi seperti mesin, alat berat, kendaraan bermotor serta infrastructure lainnya;

ii. Pembiayaan untuk sewa tempat usaha yang bersifat jangka panjang;


(65)

51

2) Pembiayaan iB Properti Bisnis Muamalat

Pembiayaan iB Properti Bisnis Muamalat adalah Pembiayaan yang disediakan kepada nasabah untuk memenuhi kebutuhan akan pembelian Asset/Properti Bisnis sebagai tambahan investasi ataupun untuk Peremajaan/Renovasi dan Pembangunan Properti Bisnis baru diatas lahan milik nasabah. Jenis properti yang dapat dibeli antara lain ruko, kios, loss, gedung, dan gudang.

Tabel 4.1

Penggunaan Akad-Akad Pembiayaan Secara Umum

KEGUNAAN AKAD M UD HA RABA H M USYARAKAH M USYARAKAH M UTAN AQ ISA H M UR ABAH AH ISTISH N A IJ ARAH IJ ARAH M UNT AH IYAH BI T T AM L IK (I M BT )

Modal Kerja √ √ √

Modal Kerja Koperasi/ Multifinance

√ √

Modal Kerja Regular √ √ √

Pembelian Properti √ √

Pembelian Barang/ Transportasi

Pembelian Paket Jasa √

Pemesanan Pembuatan Properti/ Barang/ Alat/

Transportasi

Sewa dengan Opsi Kepemilikan Properti/ Barang/ Alat/ Transportasi


(66)

4. Data Deskriptif Pembiayaan Bank Muamalat Indonesia

Jumlah aset Bank Muamalat di posisi akhir tahun 2014 sebesar Rp62,41 triliun. Aset bank mengalami peningkatan sebesar 16,17% dari Rp53,72 triliun di tahun 2013. Meningkatnya aset Bank Muamalat, memicu pula peningkatan jumlah penyaluran dana Bank. Pada akhir tahun 2014, total penyaluran dana mencapai Rp43,09 triliun. Jumlah tersebut mencerminkan pertumbuhan sebesar 3,11% dari jumlah pembiayaan pada tahun sebelumnya sebesar Rp41,79 triliun. Bank Muamalat menyalurkan fasilitas pembiayaan kepada nasabah untuk keperluan produktif maupun konsumtif, yang dibukukan berdasarkan akad atau skema yang dipakai yaitu Murabahah, Istishna’, Qardh, Ijarah, Mudharabah, dan Musyarakah. Adapun perkembangan penyaluran pembiayaan Bank Muamalat berdasarkan akad dari tahun 2010-2014, sebagai berikut:

Tabel 4.2

Jumlah Penyaluran Pembiayaan pada Bank Muamalat Indonesia Tahun 2010-2014

dalam jutaan rupiah

Akad 2010 2011 2012 2013 2014

Murabahah 6.444.227 10.112.862 15.995.343 19.366.213 20.172.146

Istishna’ 46.666 74.993 19.782 22.036 14.571

Ijarah 747,771 2.505 436,489 14.151 26.303

Qardh 1.183.738 1.993.610 1.275.670 420.636 127.455

Mudharabah 1.364.534 1.498.297 1.985.586 2.170.219 1.723.619 Musyarakah 5.979.044 8.176.819 12.819.798 17.855.906 19.549.525


(1)

Untuk risiko yang disebabkan dari internal bank sendiri bagaimana ya pak? Kita membuat aturan jika kita tidak memahami usaha yang diajukan nasabah, jangan memasuki sesuatu yang tidak kita pahami. Misal lagi boom-ing usaha batu bara dan kita tidak memahami usaha tersebut, ya kita pelajari dulu, jika tidak kita bisa dikibulin. Bank juga ada cadangan biaya untuk meng-upgrade karyawannya.

3. Bagaimana strategi BMI dalam menghadapi risiko asymmetric information seperti adverse selection dan moral hazard yang terjadi pada pembiayaan musyarakah ini?

Pembiayaan melibatkan banyak pihak tidak hanya marketing, ada unit support pembiayaan dan divisi lainnya, tujuannya adalah untuk mencegah asymmetric information tersebut. Contohnya BI checking, disitu dilihat apakah karakter nasabah baik atau tidak lewat raport nasabah di perbankan lain atau DHN (Daftar Hitam Nasabah). Kemudian kita juga lakukan trade checking, ada bagian kredit investigasi yang melakukan penelitian terhadap supplier atau buyernya. Misal si A ditanya pembayarannya bagus atau tidak, benar tidak melakukan pembelian ditempat ini setiap bulan. Kemudian ada pula Bank checking yang dilihat rekeningnya palsu atau tidak, kemudian dicocokan dengan laporan keuangan nasabah.

Disamping itu juga ada tinjau lapangan langsung, kemudian usaha itu pasti ada SIUP, ada macam-macam dokumen lainnya, dokumen tersebut harus dipastikan legal. Namun terkadang aturan-aturan tersebut tidak jalan sehingga jebol atau memang ada indikasi fraud (sudah ada maksud dari pihak tertentu, marketing dan nasabah yang bekerja sama agar bobol). Untuk mencegah itu kita ada TAF (Tim Anti Fraud) yang mengamati tingkah laku karyawan

4. Apakah mitigasi risiko pembiayaan pada setiap segmen pembiayaan berbeda?


(2)

Iya ada perbedaannya. Karena semakin besar pembiayaannya semakin banyak risikonya. Untuk retail, consumer, dan mikro, dikuatkan pada pengikatan jaminan, karena pembukuan saja terkadang tidak ada ya kita lihat jaminannya. Pada pembiayaan besar, jaminannya besar juga namun tidak mudah (tidak likuid) juga menjual jaminan yang nilainya besar. Semakin tinggi maka mitigasinya semakin tinggi. Untuk korporat yang dikuatkan adalah monitoring dan analisa yang dilakukan harus benar, termasuk untuk masalah tata administrasi.

Selain itu, FAL (Financing Allocation limit) adalah untuk membuat segmen, pada segmen tersebut ada batas plafondnya, misalnya pembiayaan rumah sakit dibatasi hanya 50 miliar, hal tersebut untuk menghindari risiko konsentrasi (risiko yang terjadi karena kita terlalu focus pada pembiayaan tersebut). Contohnya misal pada sektor batubara saat ini bagus namun tiba-tiba terjadi penurunan, jika terfokus pada sektor tersebut maka kredit macet akan langsung tinggi. FAL digunakan agar risiko tersebar dan menciptakan pertumbuhan yang wajar.

5. Bagaimana penanganan pembiayaan bermasalah pada pembiayaan

musyarakah?

Prosesnya pertama adalah masalah apa yang terjadi pada nasabah kita diskusikan. Proyek/ usaha masih bisa jalan atau tidak, kalau misalnya masih bisa jalan ya kita lakukan restrukturisasi untuk deteksi dini. Terkadang nasabah kol 1 (lancar) juga bisa direstruktur, hal itu bisa terlihat ketika monitoring atau nasabah yang proaktif. Misalnya omset ada namun rekening tidak aktif kemudian nasabah ditanyakan kenapa bisa terjadi, disebabkan oleh apa, ternyata pada nunggak dan nasabah belum bisa membayar yang akhirnya pembiayaan direstruktur. Restrukturisasi itu ada pedomannya sendiri. Ada Rescheduling (perubahan jadwal saja), reconditioning (jadwal angsur ditambah, jangka waktu ditambah, diubah jadwal, diubah syarat-syarat,


(3)

ditambah pembiayaannya). Jika restrukturisasi, rescheduling, recoonditioning sudah tidak bisa dilakukan, kemudian di write off/ disita/ litigasi/ penyelesaian lewat jaminan (second way out). Penyelesaian jaminan tidak hanya saat nasabah pada kol 5, bisa dilakukan ketika nasabah kabur atau meninggal yang tidak memiliki asuransi jiwa.

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Bapak Amin Syafi’i

Jabatan : Commercial Financing Risk Manager

Interviewer : Mutia Sarayati

Tanggal : Jumat, 11 Mei 2015

1. Aspek penilaian apa saja yang ada pada credit rating/internal costumer rating BMI?dan bagaimana sistem credit rating pada setiap segmen (retail, komersial, dan corporate)

Jawaban

Apsek penilaian secara umum sama yaitu aspek 5 C (caracter, capability,capital, collateral, condition) + aspek syariah

2. Rasio-rasio keuangan apa saja yang digunakan untuk menganalisa

pembiayaan? Jawaban

Ratio likuiditas, ratio rentabilitas, ratio solvabilitas, ratio pertumbuhan (growth) dan ratio leverage.

3. Bagaimana penetapan jalur pelaporan dan pemisahan fungsi manajemen risiko

terhadap sistem pengendalian intern BMI? Jawaban

Tidak bisa menjawab karena bukan kapaistas saya untuk menjawab.

4. Apa sistem bagi hasil yang digunakan BMI pada pembiayaan musyarakah? Apakah revenue sharing atau profit and loss sharing?dan apa alasannya? Jawaban

Saat ini menggunakan revenue, alasannya kesulitan nasabah untuk membuat laporan laba/rugi setiap bulan dan kesulitan validasi kebenaran laporan nasabah bila menggunakan profit dan loss sharing.


(4)

5. Bagaimana sistem penilaian bank terhadap nasabah untuk melihat indikasi moral hazard dan adverse selection pembiayaan musyarakah?

Jawaban

a. Menerapkan prinsip KYC (know your customer)

b. Debitur pembiayaan musyarakah adalah debitur yang telah aktif

melakukan transaksi keuangan dan pembiayaan di BMI minimal 2 tahun

c. Debitur memiliki kemampuan membuat laporan keuangan

d. Monitoring penggunaan dana paska pencairan dana dengan meminta

bukti penggunaan dana

6. Berapakah persentase indikasi terjadinya moral hazard dan adverse selection pada pembiayaan musyarakah?

Jawaban

Saya tidak memiliki data tersebut

7. Bagaimana lampiran contoh bentuk credit rating/ internal costumer rating atau contoh laporan Early Warning System pada indikasi moral hazard yang dilakukan nasabah BMI?

Jawaban

Early Warning System ada toolnya yaitu MEWS (Muamalat Early Warning System), saya tidak berwenang memberikan tools tersebut ke pihak luar

8. Bagaimana penilaian kualitas aktiva pembiayaan musyarakah BMI? Dan

bagaimana data perkembangan rasio antara realisasi pendapatan dan proyeksi pendapatan BMI?

Jawaban

Penilaian KAP sesuai aturan OJK. Data tersebut saya tidak punya karena saya dibagian financing risk assessment bukan di bagian data.

HASIL WAWANCARA

Narasumber : Bapak Amin Syafi’i

Jabatan : Commercial Financing Risk Manager

Interviewer : Mutia Sarayati

Tanggal : Jumat, 6 Juli 2015

1. Berdasarkan wawancara lalu, untuk menghindari character risk, salah satu syarat debitur pembiayaan musyarakah adalah debitur yang telah aktif melakukan transaksi keuangan dan pembiayaan di BMI minimal 2 tahun. Setelah 2 tahun, apakah bank lebih menawarkan pembiayaan dengan akad


(5)

musyarakah? Pembiayaan dengan akad apakah yang biasa ditawarkan terlebih dahulu oleh bank? Jika musyarakah bukan penawaran utama, berapa lama peralihan akad lain ke musyarakah hingga akhirnya dapat ditawarkan musyarakah?

Jawab:

Tidak, telah menjadi nasabah aktif BMI selama 2 tahun hanya persyaratan untuk memperoleh pembiayaan al-musyarakah modal kerja. Penawaran pembiayaan bukan pada akadnya tapi pada produk (modal kerja, investasi atau konsumtif) dan kebutuhan nasabah (regular, tertentu). Peralihan akad hanya dilakukan untuk proses restrukturisasi dan sifatnya selektif. Akad khusu al-musyarakah di BMI adalah rekening Koran, pembiayaan modal kerja channeling ke lembaga keuangan (multifinance, BMT, BPRS dan Kopersai) dan iB Properti Bisnis.

2. Berdasarkan annual report, NPF Gross pembiayaan musyarakah tahun 2014 melebihi 5% (7,12%) dan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada wawancara sebelumnya, telah disebutkan bahwa terdapat faktor internal, eksternal dan gabungan yang mempengaruhi risiko pembiayaan. Faktor-faktor apa saja yang paling mempengaruhi meningkatnya risiko pembiayaan musyarakah tersebut?

Jawab :

1) Faktor lemahnya monitoring regular dari marketing (account manager) 2) Image nasabah pembiayaan bagi hasil berarti juga bagi rugi

3. Berapa share capital minimum yang harus dimiliki nasabah pembiayaan musyarakah?

Jawab :

Belum ada aturan internal dan aturan eksternal (BI atau OJK) yang mengatur hal tersebut kecuali untuk pembiayaan kepemilikan rumah karena terkait aturan Financing To Value (FTV).

4. Berapa kisaran persen besarnya jaminan yang ditetapkan dari pembiayaan dalam pembiayaan musyarakah untuk antisipasi terjadinya risiko gagal bayar nasabah?

Jawab :

Ratio agunan tidak berdasarkan akad tetapi berdasarkan segmentasi (retail, consumer, commercial dan corporate) kecuali untuk pembiayaan rekening Koran syariah maka ratio agunan minimal 100%

5. Indicator apa saja yang terdapat pada Muamalat Early Warning System (MEWS)?dan apa yang menjadi indikator utama?


(6)

1)Informasi fasilitas pembiayaan

2)Informasi Keuangan

3)Informasi Sistem Informasi Debitur (SID atau BI Checking)

4)Pemenuhan Syarat Financing

5)Informasi Kualitatif Indikator Utama adalah 1)Z-score

2)Informasi SID

3)Pemenuhan Syarat Financing

4)Informasi Kualitatif

6. Apakah risk tools berupa MEWS dan Internal Customer Rating sudah efektif

dalam meminimalisir risiko pembiayaan pada pertanyaan no.2? Jawab :

Belum efeketif karena masih belum dialkukan secara baik (teratur mengisi dan melaporkan dan benar dalam memasukan data)


Dokumen yang terkait

Strategi manajemen risiko terhadap pembiayaan mudharabah untuk mencegah pembiayaan bermasalh: studi kompirasi pada bank syariah Bukopin dan bank Muamalat Indonesia

9 81 76

Evaluasi manajemen risiko pembiayaan pada bank syariah muamalat

1 32 113

Strategi Manajemen Risiko Pembiayaan Musyarakah Pada Ksu Bmt Umj

2 61 91

PELAKSANAAN AKAD MUSYARAKAH MUTANAQISAH TERHADAP PEMBIAYAAN HUNIAN SYARIAH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA CABANG LAMPUNG

2 40 52

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 3 15

PENGARUH PEMBIAYAAN MURABAHAH, PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH Pengaruh Pembiayaan Murabahah, Pembiayaan Musyarakah Dan Pembiayaan Mudharabah Terhadap Profitabilitas Bank Syariah (Studi Kasus pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.).

0 2 15

Analisis prosedur pelaksanaan pembiayaan musyarakah pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Surakarta 3945

0 1 95

Analisis Dana Pihak Ketiga dan Risiko Terhadap Pembiayaan Mudharabah dan Musyarakah Pada Bank Syariah di Indonesia

0 0 13

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH, RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH

1 3 18

PENGARUH RISIKO PEMBIAYAAN MUDHARABAH, RISIKO PEMBIAYAAN MUSYARAKAH DAN RISIKO PEMBIAYAAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH - repository perpustakaan

1 24 13