Implementasi Kesesuaian Peraturan Underlying Dalam Transaksi Valas Pada Bank Syariah (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)

(1)

TRANSAKSI VALAS PADA BANK SYARIAH (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi PersyaratanMemperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh: LISTIANINGSIH NIM: 1110046100125

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Listianingsih, 1110046100125, “Implementasi Underlying Dalam Pembelian Valas Pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank Muamalat Indonesia)”, Program Strata I (S1), Program Studi Muamalat, Konsentrasi Perbankan Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui implementasi underlying pada transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia. Underlying ini merupakan kegiatan yang mendasari pembelian valuta asing terhadap rupiah. Karena saat ini sangat banyak sekali yang melakukan transaksi valuta asing hanya untuk berspekulasi dan mendapatkan keuntungan dari transaksi valuta asing tersebut. Oleh karena itu, saat ini Bank Indonesia mengeluarkan peraturan baru mengenai underlying agar tidak terjadi spekulasi dalam transaksi valuta asing dan untuk mengetahui tujuan secara jelas dari transaksi valuta asing tersebut.

Pengumpulan data melalui data primer yaitu dengan melakukan penelitian lapangan (wawancara) dengan staff di Bank Muamalat Indonesia dan dengan data sekunder yaitu dengan mendapatkan data yang diperoleh dari dari lembaga atau institusi tertentu. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data dari skripsi dan media massa ( jurnal dan internet), serta buku-buku yang membahas masalah terkait.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia mematuhi semua ketentuan-ketentuan yang telah diterapkan oleh Bank Indonesia dan Dewan Syariah Nasional

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) terkait dengan regulasi mengenai underlying pada

transaksi valas ini. Implementasinya mengacu pada ketentuan bank sentral dan DSN-MUI.

Kata kunci: Underlying, Valuta Asing, Bank Muamalat Indonesia.

Pembimbing : Arif Fauzan, S.E, MM.


(6)

ii Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah yang tiada terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umat manusia (khususnya umat muslim) di dunia beserta para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak khususnya:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H dan Bapak Abdurrauf, MA, selaku Ketua Prodi Muamalat dan Sekretaris Prodi Muamalat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. H. Abdul Malik, MM, selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.


(7)

iii

kesabaran sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Terima kasih ya pak.

5. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Djaka Badranaya, S.Ag, ME, selaku Dosen Penguji Proposal Skripsi yang telah memberikan arahan serta masukan untuk penulis.

6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya selama penulis duduk di bangku kuliah sampai penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Syariah dan Hukum.

7. Segenap staf akademik dan staf Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum dan Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Terima kasih kepada Bapak Amiril Zulhaj, selaku Treasury Divison di Bank Muamalat Indonesia yang telah meluangkan waktu dan membantu memberikan data-data yang penulis butuhkan.

9. Kedua orang tua tercinta dan tersayang, ayahanda Yakub dan ibunda Sapinah yang telah memberikan dukungan yang sangat luar biasa baik moril maupun materil, serta doa yang selalu mengiringi penulis dalam hal apapun. Terima kasih telah menjadi orang tua terbaik untuk penulis selama ini. Ini hadiah untuk kalian bu, pak. Miss and love you so muchy both.


(8)

iv

kalau selama ini sudah jadi adik yang manja. Serta keponakan-keponakan tersayang Uti, Intan, Azhar, Zulfan dan Sakha, terima kasih selalu memberikan keceriaan saat penulis sedih dan lelah, tapi setelah lihat kalian penulis kembali ceria. Makasi ya adik-adikku yang lucu-lucu tapi kadang nyebelin.

11.Terima kasih untuk sahabat-sahabat terbaik Sahila Citra Finaya dan Dennis Krisna Yudha yang telah memberikan dukungan, mendengarkan segala keluh kesah, nemenin jalan-jalan dan selalu mengerti saat penulis butuh apapun. Kalian berdua orang bawel yang memotivasi penulis agar cepat lulus dan akhirnya aku lulus dear. Miss you so much gaes.

12.Sahabat-sahabat terbaikku, Khairun Nisa, Linda Rosyidah, Yana Zuhrina dan Nia Imaniah, terima kasih atas kebersamaan, keceriaan, semangat dan doa dari kalian, terima kasih sudah menemani selama kuliah 4 tahun, KKN bareng, duduk bareng, jadi tempat bermanja penulis juga. Thank you dear.

13.Teman-teman seperjuangan, Perbankan Syariah C 2010, terima kasih atas dukungan dan kebersamaan semasa perkuliahan selama 4 tahun, semoga tali persaudaraan kita tetap terjaga sampai akhir masa.

14.Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini, yang namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.


(9)

v HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

E. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI A. Underlying ... 7

1. Pengertian Underlying ... 7

2. Kedudukan Underlying Dalam Regulasi Perbankan ... 7


(10)

vi

2. Transaksi Valuta Asing ... 11

2.1.Jenis Transaksi Valuta Asing ... 11

2.2.Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing Dalam Islam ... 20

2.3.Mekanisme Valuta Asing Dalam Transaksi Syariah ... 21

3. Para Pelaku Pasar Valuta Asing ... 23

4. Risiko Transaksi Valuta Asing ... 24

C. Bank Syariah 1. Pengertian Bank Syariah ... 29

2. Pengertian Bank Devisa ... 30

3. Karakteristik Bank Devisa ... 31

4. Transaksi Valuta Asing Pada Bank Syariah ... 32

D. Review Studi Terdahulu ... 33

BAB III. METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA A. Metode Penelitian ... 36

B. Sejarah Berdiri Bank Muamalat Indonesia ... 37

C. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia ... 40

D. Bank Muamalat Indonesia Sebagai Bank Devisa ... 41


(11)

vii

B. Mekanisme dan Praktik Transaksi Valuta Asing di Bank Muamalat

Indonesia ... 46

C. Analisis Praktik Valuta Asing di Bank Muamalat Indonesia ... 57

BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(12)

1

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan sebuah lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary) yang menjadi perantara antara unit defisit dan unit surplus dalam suatu sistem keuangan. Selain itu bank juga memberikan berbagai layanan jasa perbankan kepada nasabah. Salah satu jasa layanan yang diberikan adalah jasa yang terkait dengan transaksi valuta asing atau foreign exchange (forex). Hal ini terkait dengan peran bank dalam transaksi perdagangan nasabahnya.

Perbankan syariah, sebagai salah satu bank yang juga memberikan jasa layanan sebagaimana tersebut diatas, harus menyusun pedoman kerja operasional bagi dirinya agar mempunyai akses yang luas ke pasar valuta asing tanpa harus terlibat pada mekanisme perdagangan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.1 Peran perbankan dalam hal transaksi valuta asing cukuplah besar dan hal ini disadari oleh Bank Indonesia selaku pemangku kebijakan moneter di Indonesia.Mengingat transaksi dan penyediaan valuta asing melalui bank bisa meningkatkan risiko terhadap pengelolaan devisa maka Bank Indonesia perlu melakukan pengaturan dan pengawasan yang efektif terhadap valas. Akan tetapi pengaturan yang tetap berlandaskan pada sistem devisa bebas yang berlaku

1

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah : Dari Teori ke Praktik, (Jakarta : Gema Insani, 2001), h.196


(13)

selama ini, dimana setiap penduduk bebas memiliki dan menggunakan devisa, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar. Ketentuan ini bukan merupakan kebijakan kontrol devisa atau kontrol kapital yang membatasi arus modal lintas negara, melainkan hanya mengatur tata cara perolehan devisa melalui bank dengan memenuhi persyaratan tertentu, tanpa membatasi kebebasan pelaku ekonommi atas penggunaan devisa yang dimiliki.

Sebagai lembaga yang memiliki tugas utama mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Bank Indonesia merumuskan berbagai kebijakan yang ditujukan bagi pencapaian tujuan dari tugas utama tersebut termasuk upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan khususnya pasar valuta asing domestik. Pendalaman pasar valuta asing domestik merupakan suatu langkah yang perlu dilakukan melalui pemberian panduan transaksi yang lebih jelas dan fleksibilitas bagi pelaku ekonomi dalam melakukan transaksi valuta asing untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional. Sehubungan dengan itu, Bank Indonesia perlu melakukan penyempurnaan terhadap ketentuan terkait dengan transaksi valuta asing terhadap rupiah antara bank dengan pihak domestik, melalui pengaturan yang komprehensif untuk meminimalkan transaksi valuta asing terhadap rupiah yang bersifat spekulatif dan dengan tetap mendukung kelancaran aktivitas di sektor riil.

Atas dasar inilah maka Bank Indonesia menerapkan ketentuan melalui Peraturan Bank Indonesia No. 10/28/PBI/2008 tentang Pembelian Valuta Asing


(14)

Terhadap Rupiah Kepada Bank dan Peraturan Bank Indonesia No. 16/17/PBI/2014 tentang Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah Antara Bank Dengan Pihak Asing. Dalam Peraturan Bank Indonesia ini menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying. Ketentuan ini dibuat untuk meminimalisir transaksi valuta asing terhadap rupiah yang bersifat spekulatif.

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan kajian lebih dalam mengenai praktik underlying pada transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia dengan judul “IMPLEMENTASI KESESUAIAN PERATURAN UNDERLYING DALAM TRANSAKSI VALAS PADA BANK SYARIAH (Studi Pada Bank Muamalat Indonesia)”.

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik transaksi valas menurut konsep Islam? 2. Bagaimana dasar hukum transaksi valas dalam Islam?

3. Jenis-jenis transaksi valas apa saja yang diperbolehkan dalam transaksi menurut hukum Islam?


(15)

C. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merasa perlu untuk membatasi permasalahan yang ingin diangkat, mengingat luasnya cakupan yang akan diteliti serta keterbatasan yang dimiliki. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah praktik valas yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia.

Berdasarkan batasan tersebut,penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi dan mekanisme penggunaan underlying dalam transaksi valas yang dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia?

2. Apakah praktik pembelian valas di Bank Muamalat Indonesia sudah sesuai dengan PBI 16/17/PBI/2014 dan fatwa DSN-MUI No.28/DSN-MUI/III/2002?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana praktik underlying untuk transaksi valas pada Bank Muamalat Indonesia, dan juga untuk mengetahui kesesuaian praktik pembelian valuta asing di Bank Muamalat Indonesia dengan peraturan yang telah ada.

2. Manfaat Penelitian A. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi tambahan ilmu pengetahuan mengenai praktik underlying pada transaksi valas di Bank Muamalat Indonesia khususnya serta bank syariah umumnya.


(16)

B. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas khazanah keilmuan baik bagi penulis maupun masyarakat khususnya tentang praktik underlying dalam transaksi valaspada Bank Muamalat Indonesia, dan juga merupakan sumber referensi dan saluran pemikiran bagi kalangan akademisi dan praktisi di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan bermanfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.

E. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijelaskan latar belakang, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas underlying yang terdiri dari: pengertian underlying, kedudukan underlying dalam regulasi perbankan dan kedudukan underlying dalam transaksi syariah, valuta asing yang terdiri dari: pengertian valuta asing, transaksi valuta asing yang terdiri dari: jenis-jenis transaksi valuta asing, jenis-jenis transaksi valuta asing dalam Islam, mekanisme valuta asing dalam transaksi syariah, para pelaku pasar valuta asing, risiko transaksi valuta asing, Bank Syariah yang terdiri dari: pengertian Bank Syariah, pengertian Bank Devisa,


(17)

karakteristik Bank Devisa, transaksi valuta asing pada Bank Syariah, dan review studi terdahulu.

BAB III : METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA

Pada bab ini membahas mengenai metode penelitian, sejarah berdiri Bank Muamalat Indonesia, visi dan misi Bank Muamalat Indonesia, Bank Muamalat Indonesia sebagai Bank Devisa dan layanan international banking Bank Muamalat Indonesia.

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai implementasi underlying di Bank Muamalat Indonesia, mekanisme dan praktik transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia dan analisis praktik valuta asing di Bank Muamalat Indonesia.

BAB V : PENUTUP


(18)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Underlying

1. Pengertian Underlying

Underlying dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai sesuatu yang menjadi dasar dari suatu transaksi atau dokumen atau surat berharga.2 Secara etimologi, underlying merupakan sekuritas atau komoditas yang diserahkan atau yang sedang diperdagangkan pada saat memperdagangkan kontrak berjangka atau opsi.

Dalam transaksi valuta asing, pengertian underlying transaksi menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/ 28/ PBI/ 2008 adalah kegiatan yang mendasari pembelian valuta asing terhadap rupiah.

Pengertian lain mengenai underlying transaksi menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 16/ 17/ PBI/ 2014 adalah kegiatan yang mendasari pembelian atau penjualan valuta asing terhadap rupiah.

2. Kedudukan Underlying Dalam Regulasi Perbankan

Dalam kegiatan transaksi valuta asing sesuai Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/ 28/ PBI/ 2008 Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di

2

Artikel diakses pada tanggal 15 November 2014 dari

http://ilmuperbankan.blogspot.com/


(19)

atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Bank Indonesia No. 10/ 28/ PBI/ 2008 maka perlu ditetapkan peraturan pelaksanaan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/ 42/ DPD Tahun 2008 perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank. Surat Edaran ini selanjutnya mengalami perubahan pada Tahun 2013 melalui penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/33/DPM bahwa Bank Indonesia menetapkan aturan tentang kedudukan underlying dalam transaksi valuta asing oleh Bank Umum, termasuk Bank Umum berbasis syariah, hingga yang terakhir pada Tahun 2014 Bank Indonesia mengerluarkan ketentuan melalui Peraturan Bank Indonesia No. 16/17/PBI/2014. Dalam Peraturan Bank Indonesia yang terakhir, Bank Indonesia menetapkan aturan tentang transaksi valuta asing terhadap rupiah antara Bank dengan Pihak Asing.

Dalam Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/33/DPM ketentuan angka 4 disebutkan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan untuk kegiatan yang tidak bersifat spekulatif, dengan underlying tertentu. Dan dalam PBI No. 16/17/PBI/2014 Pasal 6 ayat (1)


(20)

disebutkan bahwa kewajiban memiliki Underlying Transaksi untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Pihak Asing kepada Bank melalui Transaksi Spot di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Pihak Asing.

3. Kedudukan Underlying Dalam Transaksi Syariah

Secara umum, agar suatu transaksi dapat dikatakan halal atau sesuai syariah, maka transaksi tersebut harus terbebas dari unsur-unsur maisir, gharar dan riba.3Maisir atau perjudian adalah suatu transaksi yang dilakukan kedua belah pihak untuk pemilikan suatu benda atau jasa yang menguntungkan satu pihak dan merugikan pihak lain dengan cara mengaitkan transaksi tersebut dengan suatu tindakan atau kejadian tertentu. Prinsipnya adalah zero sum game atau ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan. Gharar adalah sesuatu yang tidak diketahui apakah terjadi atau tidak terjadi. Sedangkan riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual beli atau tukar menukar maupun pinjam meminjam secara batil atau bertentangan dengan prinsip Islam. Secara garis besar, riba dikelompokkan menjadi dua. Masing-masing adalah riba utang-piutang dan riba jual beli. Kelompok pertama terbagi lagi menjadi riba qardh dan riba jahiliyyah. Adapun kelompok kedua yaitu riba jual beli yang terbagi menjadi riba fadhl dan riba nasi’ah. Riba qardh adalah suatu manfaat atau tingkat kelebihan atas pokok

3

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 197.


(21)

pinjaman yang disyaratkan terhadap yang berhutang. Riba jahiliyyah adalah utang dibayar lebih dari pokoknya karena si peminjam tidak membayar utangnya pada waktu yang ditetapkan. Riba fadhl adalah pertukaran antara barang ribawi sejenis dengan kadar atau takaran yang berbeda. Riba nasi’ah adalah penangguhan penyerahan atau penerimaan jenis barang ribawi yang dipertukarkan dengan jenis barang ribawi lainnya.4

Salah satu upaya untuk menghindari terpenuhinya unsur yang diharamkan dalam hukum Islam tersebut, maka setiap transaksi yang dilakukan harus memiliki underlying.5 Pentingnya keberadaan underlying dimaksudkan agar transaksi tersebut terbebas dari unsur spekulasi yang diharamkan agama Islam.

B. Valuta Asing

1. Pengertian Valuta Asing

Valuta Asing adalah mata uang yang bukan alat pembayaran yang sah disebuah negara, tetapi merupakan alat pembayaran yang sah pada negara dimana mata uang tersebut berasal.6 Dalam Islam transaksi valas disebut juga dengan as-sharf. Arti harfiah dari sharf adalah penambahan, penukaran, penghindaran, pemalingan, atau transaksi jual beli. Sedangkan menurut istilah

4

Ibid,. h. 37-41. 5

Kementrian Keuangan RI, Pengembangan Produk Syariah di Pasar Modal Sekuritas Syariah (Efek Beragun Aset Syariah) (Jakarta, 2010).

6

Eti Rohaety, Ratih Tresnati, Kamus Istilah Ekonomi (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2005), h.124.


(22)

as-sharf adalah jual beli uang dengan uang, baik yang sejenis atau berbeda jenis, maksudnya adalah jual beli emas dengan emas, atau perak dengan perak, atau emas dengan perak, baik fungsinya sebagai perhiasan (masughan) maupun sebagai uang atau alat tukar. Atas dasar pengertian di atas sharf merupakan akad jual beli mata uang baik dengan sesama mata uang yang sejenis (misalnya rupiah dengan rupiah) maupun yang tidak sejenis (misalnya rupiah dengan dollar atau sebaliknya).7

Adapun menurut Tim Pengembangan Institut Bankir Indonesia, sharf adalah jasa yang diberikan oleh bank kepada nasabahnya untuk melakukan transaksi valuta asing menurut prinsip-prinsip sharf yang dibenarkan secara syariah.8

2. Transaksi Valuta Asing

2.1. Jenis Transaksi Valuta Asing

Dalam praktiknya, ada berbagai macam bentuk jual beli mata uang terutama jual beli valuta asing. Jenis-jenis transaksi valuta asing tersebut adalah sebagai berikut:

a. Transaksi spot

Transaksi spot adalah pertukaran untuk dua hari kerja kedepan, yang dikenal dengan spot date. Dua hari menjadi landasan

7

Lathif Azharuddin, Fiqh Muammalat, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), h.116. 8

Tim Pengembangan Perbankan Syari’ah Institut Bankir Indonesia, Bank Syari’ah: Konsep Produk dan Implementasi Operasional, (Jakarta: Djambatan, 2001), h.237.


(23)

pelaksanaan karena pada saat itu intruksi settlement antara dua bank masih tergantung pada telex/ telegraph dan bank membutuhkan waktu dua hari untuk menerbitkan dan bertindak atas dasar telex tersebut. Meskipun saat ini settlement-nya dilakukan secara elektronik, namun penyelesaian dua hari kerja masih digunakan. Pasar transaksi spot merupakan pasar yang paling likuid di dunia. Transaksi spot mengandung risiko nilai tukar.9

Penyerahan dana dalam transaksi spot pada dasarnya dapat dilakukan dalam beberapa cara berikut ini:10

a. Value today, yaitu penyerahan dana (value date) sama dengan tanggal transaksi (deal date).

b. Value tomorrow, yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja berikutnya atau satu hari kerja setelah tanggal transaksi.

c. Value spot, yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi.

Adapun mekanisme transaksi spot adalah sebagai berikut:11 1.Menyerahkan Dollar

2.Menyerahkan Rupiah

9

Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).

10

Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), h.39.

11

Huda Nurul, Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 96.

Bank di Indonesia Bank di USA


(24)

Keterangan:

1. Bank di USA menukarkan dollar kepada Bank di Indonesia. 2. Bank di Indonesia menyerahkan rupiah pada Bank di USA.

Contoh transaksi spot adalah sebagai berikut:

1. Bila kontrak ditutup pada tanggal 18 Desember 1991 maka penyerahan dana dilakukan pada tanggal 20 Desember 1991. Bila dua hari setelah tanggal kontrak jatuh pada hari libur, maka tanggal penyerahan diundurkan sampai hari pertama kerja setelah hari libur tersebut. Misalnya kontrak tanggal 7 Maret 1991 (Kamis), tanggal penyerahan adalah 11 Maret 1991 (Selasa), karena tanggal 9 Maret 1991 adalah hari sabtu dimana pasar valuta tidak beroperasi, dan tanggal 10 Maret 1991 merupakan hari minggu.12

b. Transaksi forward

Transaksi forward merupakan transaksi valas dengan tanggal yang disetujui lebih dari spot date (dua hari kerja). Jatuh waktu forward di pasar umumnya sampai dengan satu tahun, meskipun ada beberapa bank memberikan jangka waktu yang lebih panjang. Transaksi forward menimbulkan risiko nilai tukar dan risiko suku bunga, karena forward exchange rate ditentukan oleh tingkat suku

12

Nadya, Amla Eva, “Peluang dan Tantangan Pengembangan Produk Valas di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk” (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h. 26.


(25)

bunga dari dua mata uang dan nilai spot masing-masing mata uang.

Contoh transaksi forward adalah sebagai berikut:

Suatu perusahaan USA membutuhkan dana guna membayar pengapalan suatu produk Jepang yang akan jatuh tempo pada tiga bulan mendatang kepada supplier di Jepang dengan membayar sebesar JPY 100 juta.

Untuk memastikan harga pengapalan barang dalam US Dollar, bank setuju membeli JPY 100 juta dengan forward rate tiga bulan sebesar JPY 100/ USD.

Harga barang yang dikapalkan tersebut menjadi sebesar USD 1 juta. Tiga bulan mendatang perusahaan akan membayar sebesar USD 1 juta dan menerima dari bank sebesar JPY 100 juta untuk dibayar kepada supplier.13

c. Transaksi swap

Transaksi swap berbeda dengan transaksi spot atau forward. Dalam mekanisme swap, terjadi dua transaksi sekaligus dalam waktu yang bersamaan yaitu menjual dan membeli atau membeli dan menjual suatu mata uang yang sama. Sementara pada spot dan forward, transaksi terjadi hanya sekali saja yaitu membeli dan

13

Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).


(26)

menjual. Penggunaan transaksi swap sebenarnya dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan timbulnya kerugian yang disebabkan oleh perubahan kurs suatu mata uang. Swap dapat dilakukan antara nasabah dengan banknya dan antara bank dengan Bank Indonesia (disebut reswap). Pemberian fasilitas reswap tersebut dilakukan atas dasar swap point yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Transaksi swap antara bank dengan BI:

a. Swap likuiditas, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif BI untuk dana yang berasal dari pinjaman luar negeri. Posisi likuiditas ini untuk setiap bank maksimum 20% dari modal bank tersebut.

b. Swap investasi, yaitu swap yang dilakukan atas inisiatif bank berdasarkan swap bank dengan nasabah yang dananya berasal dari pinjaman luar negeri untuk keperluan investasi di Indonesia.14

Transaksi swap merupakan suatu kombinasi antara transaksi spot dengan transaksi forward. Transaksi swap memiliki risiko suku bunga.

Contoh transaksi swap adalah sebagai berikut:

14


(27)

Bank A membeli US Dollar dan menjual JPY untuk 90 hari kedepan dengan harga 99.50 yen per US Dollar. Atau alternatifnya membeli dollar dengan spot rate dengan rate JPY 100,00/USD. Bila bank A membeli USD 10 juta dan menjual JPY 1,000 juta untuk penyerahan spot date dan memegang posisi mata uang selama 90 hari, maka bank meminjam sebesar JPY 1,000 juta dan meminjamkan USD 10 juta untuk 90 hari.

Apabila suku bunga USD sebesar 3% dan untuk yen sebesar 1%, maka arus kasnya sebagai berikut:

JPY 2,500,000 bayar (1,000,000,000 x .01 x 90/360) USD 75,000 terima (10,000,000 x .03 x 90/360) Setelah 90 hari, maka posisi bank menjadi:

Long USD 10,075,000 dan Short JPY 1,002,500,000

Dengan membagi posisi yen dengan posisi USD, maka exchange rate yang efektif adalah sebesar JPY 99.50/USD.15

d. Transaksi option

Transaksi option adalah kontrak untuk memperoleh hak dalam rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka

15

Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).


(28)

waktu atau tanggal akhir tertentu. Hukumnya haram, kerena mengandung unsur maisir (spekulasi).16

Option juga merupakan suatu kontrak yang memberikan hak kepada pembeli untuk melaksanakan kontrak pada harga yang disepakati. Artinya transaksi akan dilaksanakan apabila tingkat rate/ harga memberi keuntungan bagi pembeli. Penjual memiliki risiko yang tak terbatas dan sebagai kompensasi akan menerima premi. Kontrak option memiliki risiko baru dan di atas risiko yang melekat pada instrumen yang mendasarinya. Option dapat dibuat berdasarkan instrumen “cash” atau instrumen derivative lainnya dan option atas kontrak option.17

Dalam pasar valuta asing transaksi option valuta asing dapat diartikan sebagai satu instrumen keuangan yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli atau menjual satu mata uang tertentu dalam jumlah tertentu pada satu waktu tertentu di masa yang akan datang dan atau sebelumnya dengan kurs yang sudah ditentukan sebelumnya (biasanya sudah ditentukan saat transaksi dilakukan).

16

Lathif Azharuddin, Fiqh Muammalat, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005), h. 118. 17

Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).


(29)

Option memberi pemegang hak bukan kewajiban untuk membeli atau menjual sesuatu. Berbeda dengan jenis transaksi jual beli yang sudah dikenal selama ini yang mengikat masing-masing pihak dengan satu kewajiban untuk membayar atau memberikan satu barang tertentu yang diperjualbelikan maka option memberi pemegang hak bukan kewajiban untuk menjual atau membeli satu barang yang diperjanjikan. Pemegang option tidak bisa dipaksa untuk membeli atau menjual satu barang yang diperjanjikan. Hak untuk membeli atau menjual satu barang tersebut hanya bisa dilaksanakan pada satu waktu tertentu di masa yang akan datang atau sebelumnya. Hal ini tergantung dari jenis option yang dipegang ada option yang mengatur bahwa hak untuk membeli atau menjual satu barang bisa dilaksanakan pada satu waktu tertentu di masa yang akan datang tidak dapat dilaksanakan sebelum waktu yang ditentukan tersebut, ada pula jenis option yang hak untuk membeli atau menjualnya dapat dilaksanakan sebelumnya. Apabila pemegang option melaksanakan haknya untuk membeli atau menjual satu barang tertentu maka harga barang dibeli atau dijual tersebut sudah ditentukan sebelumnya (biasanya ditentukan pada saat transaksi option dilakukan) tidak peduli berapa harga pasar barang tersebut saat pelaksanaan hak.


(30)

Jadi harga yang dipakai saat pelaksaan hak sudah ditentukan sebelumnya dan bukan harga pasar barang tersebut saat itu.

Contoh transaksi option adalah sebagai berikut:

1. Bank “A” mengeluarkan option yang memberikan pemegang-nya hak untuk membeli USD/IDR sebesar USD 1.000.000,- dengan kurs 10.000,- pada satu tahun yang akan datang. Dengan memegang option yang dikeluarkan oleh Bank “A” tersebut maka satu tahun yang akan datang orang yang memegang option tersebut berhak (bukan keharusan) membeli USD 1.000.000,- ke Bank “A” dengan harga atau kurs 10.000,- tidak perduli harga atau kurs USD/IDR yang berlaku di pasar saat itu.

2. Bank “B” mengeluarkan option yang memberikan pemegangnya hak untuk menjual USD/IDR sebesar USD 1.000.000,- dengan kurs 10.000,- pada satu tahun yang akan datang. Dengan memegang option yang dikeluarkan oleh Bank “B” tersebut maka satu tahun yang akan datang orang yang memegang option tersebut berhak (bukan keharusan) menjual USD 1.000.000,- ke Bank “B” dengan harga atau kurs 10.000,- tidak peduli harga atau kurs USD/IDR yang berlaku di pasar saat itu.18

18

Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), h. 186-187.


(31)

2.2 Jenis-jenis Transaksi Valuta Asing Dalam Islam

Jenis transaksi valuta asing yang diperbolehkan dalam Islam hanya dua macam, yaitu transaksi spot dan forward agreement. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

a. Transaksi Spot

Transaksi spot adalah transaksi pembelian dan penjualan valuta asing (valas) untuk penyerahan pada saat itu (over the counter) atau paling lambat penyelesaiannya dalam jangka waktu dua hari. Hukumnya adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional.19

b. Transaksi Forward Agreement

Transaksi forward agreement merupakan transaksi yang pada dasarnya sama dengan transaksi forward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun. Pada dasarnya hukum transaksi forward ini dihaharamkan dalam Islam, akan tetapi pada transaksi forward agreement ini terdapat pengecualian khusus yaitu dengan dibolehkannya transaksi ini

19


(32)

dengan syarat ada kebutuhan yang memang benar-benar tidak dapat dihindari (lil hajah).

Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) membolehkan transaksi spot, karena transaksi tersebut dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional. Sedangkan untuk transaksi forward agreement dibolehkan karena untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah). Ketentuan ini terdapat dalam fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 28/DSN-MUI/III/2002.

2.3. Mekanisme Valuta Asing Dalam Transaksi Syariah

Dalam pelaksanaan transaksi valuta asing haruslah memperhatikan beberapa batasan sebagai berikut:

a. Pertukaran tersebut harus dilakukan secara tunai (spot), artinya masing pihak harus menerima atau menyerahkan masing-masing mata uang pada saat yang bersamaan.

b. Motif pertukaran bukan untuk spekulasi.

c. Harus dihindari jual beli bersyarat. Misalnya A setuju membeli barang dari B hari ini dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu di masa mendatang.

d. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.


(33)

e. Kadar dan ukurannya harus sama, misalnya pertukaran emas dengan emas atau perak dengan perak maka kadar dan ukurannya harus sama dan harus dilakukan secara tunai.

f. Jika transaksi dengan mata uang sejenis, maka nilainya harus sama dan tunai.

g. Jika transaksi pertukaran mata uang berbeda jenis, maka dilakukan dengan kurs yang berlaku pada saat itu dan harus dilakukan secara tunai.20

Adapun Skema transaksi jual beli valuta asing dalan Islam atau as-sharf adalah sebagai berikut :21

Keterangan:

1. Akad Sharf: penjual dan pembeli harus melakukan akad atau ijab kabul yang disepakati oleh keduabelah pihak yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah ada dan sesuai syariah.

20

Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2014), h. 264.

21

Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2007), h. 109.

2a. Valut a Sharf

Pem beli M usyt ari Penjual

Ba’i Akad sharf

2b. Nilai t ukar


(34)

2. a.Valuta: valuta ini merupakan objek jual beli, yaitu uang sebagai komoditas yang dijadikan transaksi.

b. Nilai tukar: adanya harga, yaitu nilai kurs masing-masing valuta asing terhadap valuta lainnya.

3. Para Pelaku Pasar Valuta Asing

Dalam pasar valas tersebut terdapat beberapa pelaku pasar yang bertransaksi dengan beragam kepentingan. Adapun siapa saja yang melakukan transaksi jual-beli valuta asing di pasar atau peserta pasar bisa dibedakan sebagai berikut:22

1. Perusahaan

Perusahaan melakukan ekspor atau impor barang dan jasa dengan negara lain membutuhkan transaksi jual beli valas untuk memenuhi/ antisipasi kewajiban yang dimilikinya.

2. Masyarakat/ perorangan

Masyarakat atau perorangan dapat melakukan transaksi valas untuk spekulasi dan memenuhi kebutuhannya.

3. Bank Umum

Bank Umum melakukan transaksi jual-beli valas untuk berbagai keperluan antara lain melayani nasabah (perusahaan) yang ingin bertransaksi jual-beli valas, berusaha memperoleh keuntungan dari

22

Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), h.4-5.


(35)

perubahan harga valas di pasar (akan dijelaskan pada pembahasan selanjutnya), memenuhi kewajiban valas yang dimilikinya.

4. Broker

Broker adalah orang atau perusahaan yang tugasnya adalah menjadi perantara terjadinya transaksi valas. Mereka biasanya berusaha membantu pembeli mencari penjual dan sebaliknya. 5. Pemerintah

Pemerintah melakukan transaksi valas untuk berbagai tujuan antara lain membayar cicilan utang luar negeri, penerimaan utang luar negeri baru yang harus ditukar ke valuta sendiri dll.

6. Bank Sentral

Di banyak negara Bank Sentral tidak berada di bawah kendali pemerintah, dia merupakan lembaga independen yang bertugas menstabilkan perekonomian. Salah satu instrument dalam penstabilan perekonomian adalah dengan transaksi valuta asing. 4. Risiko Transaksi Valuta Asing

Dalam setiap transaksi yang ada pasti memiliki risiko, begitupun dalam transaksi valuta asing. Risiko transaksi valuta asing (foreign exchange risk) adalah suatu konsekuensi sehubungan dengan pergerakan atau fluktuasi nilai tukar terhadap rugi laba bank. Meskipun aktivitas treasury syariah tidak terpengaruh risiko kurs secara langsung karena adanya syarat tidak boleh melakukan transaksi


(36)

yang bersifat spekulasi, tetapi bank syariah tidak akan dapat terlepas dari adanya posisi dalam valuta asing.23

Menurut pengertian lain risiko nilai tukar (foreign exchange risk) adalah potensi kerugian karena pergerakan nilai tukar. Risiko ini melekat pada seluruh produk dan posisi yang dinilai dalam valuta yang berbeda dengan valuta laporan bank.24

Risiko kurs ini akan meningkat bila jumlah posisi yang diambil besar, baik posisi long maupun posisi short, dan fluktuasi pasar tinggi. Oleh karena itu, bank syariah perlu menetapkan:25

1. Exposure limit (pembatasan eksposur/ risiko efek buruk pada laporan keuangan perusahaan yang mungkin timbul dari perubahan dalam nilai tukar).

2. Transaction limit (pembatasan transaksi). 3. Currency limit (pembatasan mata uang). 4. Turnover limit (pembatasan volume transaksi). 5. Cut loss limit (pembatasan kerugian).

6. Intraday limit. 7. Counterparty limit.

23

Karim Adiwarman, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 273-274.

24

Risk Management Center Indonesia, Program Pelatihan Sertifikasi Manajemen Risiko Level-1, (Jakarta: Risk Management Center Indonesia, 2005).

25

Karim Adiwarman, “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 274.


(37)

Posisi long (long position) adalah apabila total tagihan dan asset terhadap satu mata uang tertentu lebih besar dari total kewajiban pada mata uang tersebut. Adapun contoh dari posisi long (long position) adalah sebagai berikut:

1. PT. “Charisma” melakukan transaksi beli USD/IDR untuk USD 1.000.000,- di kurs 8.000,-.

Diasumsikan tidak ada transaksi lain yang dilakukan oleh PT. “Charisma”. Dengan dilakukannya transaksi di atas maka timbul tagihan PT. “Charisma” kepada lawwan transaksinya dalam mata uang USD sebesar USD 1.000.000,-.

Dengan melakukan transaksi di atas berarti PT. “Charisma” sekarang mempunyai posisi. Karena PT. “Charisma” mempunyai tagihan dalam mata uang USD 1.000.000,- maka dapat dikatakan bahwa PT. “Charisma” mempunyai posisi long USD sebesar USD 1.000.000,-.

2. PT. “Titan Internasional” melakukan dua transaksi valuta asing yaitu:

a. Transaksi beli USD/IDR sebesar USD 1.500.000,- b. Transaksi jual USD/IDR sebesar USD 750.000,-

Dari kedua transaksi tersebut dapat dilihat bahwa dari transaksi pertama PT. “Titan Internasional” mempunyai tagihan kepada lawan transaksinya sebesar USD 1.500.000,- dan dari transaksi


(38)

kedua PT. “Titan Internasional” mempunyai kewajiban dalam mata uang USD sebesar USD 750.000,-.

Secara total dari kedua transaksi yang dilakukan oleh PT. “Titan Internasional” maka PT. “Titan Internasional” mempunyai tagihan kepada lawan transaksinya sebesar:

USD 1.500.000 – USD 750.000 = USD 750.000

Dari dua transaksi yang dilakukan maka PT. “Titan Internasional” mempunyai posisi valuta USD long sebesar USD 750.000,-.

Sedangkan posisi short (short position) adalah apabila total tagihan dan asset terhadap satu mata uang tertentu lebih kecil dari total kewajiban pada mata uang tersebut. Adapun contoh posisi short (short position) adalah sebagai berikut:

1. PT. “Charisma” melakukan transaksi jual USD/IDR untuk USD 1.000.000,- di kurs 8.000,-.

Diasumsikan tidak ada transaksi lain yang dilakukan oleh PT. “Charisma”. Dengan dilakukannya transaksi di atas maka timbul kewajiban PT. “Charisma” kepada lawan transaksinya dalam mata uang USD sebesar USD 1.000.000,-.

Dengan melakukan transaksi di atas berarti PT. “Charisma” sekarang mempunyai posisi. Karena PT. “Charisma” mempunyai kewajiban dalam mata uang USD 1.000.000,-


(39)

maka dapat dikatakan bahwa PT. “Charisma” mempunyai posisi short USD sebesar USD 1.000.000,-.

2. PT. “Titan Internasional” melakukan dua transaksi valuta asing yaitu:

a. Transaksi jual USD/IDR sebesar USD 2.000.000,- b. Transaksi beli USD/IDR sebesar USD 1.500.000,-

Dari kedua transaksi tersebut dapat dilihat bahwa dari transaksi pertama PT. “Titan Internasional” mempunyai kewajiban kepada lawan transaksinya sebesar USD 2.000.000,- dan dari transaksi kedua PT. “Titan Internasional” mempunyai tagihan dalam mata uang USD sebesar USD 1.500.000,-.

Secara total dari dua transaksi yang dilakukan oleh PT. “Titan Internasional” maka PT. “Titan Internasional” mempunyai kewajiban kepada lawan transaksinya sebesar:

USD 2.000.000 – USD 1.500.000 = USD 500.000 Dari dua transaksi yang dilakukan maka PT. “Titan Internasional” mempunyai posisi valuta USD short sebesar USD 750.000,-.26

Mengingat bank syariah tidak diperkenankan berspekulasi, maka transaksi seperti forward, marjin trading, option dan swap tidak boleh

26

Heli Charisma Berlianta, Mengenal Valuta Asing, (Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2004), h.65-67.


(40)

dijalankan. Yang diperkenankan adalah untuk kebutuhan berjaga-jaga (simpanan) dan transaksi yang dilaksanakan harus tunai atau spot. Termasuk tunai di sini adalah pembayaran dengan cek, pemindahbukuan, transfer dan sarana pembayaran tunai lainnya.27

C. Bank Syariah

1. Pengertian Bank Syariah

Bank Islam atau bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancar mekanisme ekonomi di sektor riil melalui aktivitas kegiatan usaha (investasi, jual beli atau lainnya) berdasarkan prinsip Syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai Syariah yang bersifat makro maupun mikro. Nilai-nilai makro yang dimaksud adalah keadilan, maslahah, sistem zakat, bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif yang non produktif seperti perjudian (maysir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar), bebas dari hal-hal yang rusak atau tidak sah (bathil), dan penggunaan uang sebagai alat tukar. Sedangkan nilai-nilai mikro yang harus dimiliki oleh pelaku perbankan syariah adalah sifat-sifat mulia yang

27

Karim Adiwarman, “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 274.


(41)

dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yaitu shiddiq, amanah, tabligh, fathanah.28

Menurut PBI Nomor 21 Tahun 2008 Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

2. Pengertian Bank Devisa

Bank Devisa adalah Bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaran Letter Of Credit (L/C) dan transaksi luar negeri lainnya.29 Persyaratan untuk menjadi Bank Devisa ini ditentukan oleh Bank Indonesia setelah memenuhi semua persyaratan yang ditetapkan.30

Menurut PBI Nomor 6/15/2004 Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh surat penunjukan dari Bank Indonesia untuk dapat melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing.

Sedangkan menurut PBI Nomor 16/10/PBI/2014 Bank Devisa adalah Bank yang memperoleh persetujuan dari otoritas yang berwenang untuk dapat

28

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah: Konsep dan Praktek di Beberapa Negara, (Jakarta : Bank Indonesia, 2006), h. 29.

29

Triwahyuniati Nani,“Pelaksanaan Analisis Pemberian Kredit di PT. Bank HAGA Cabang Semarang”, (Tesis S2 Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro Semarang, 2008),h.26.

30


(42)

melakukan kegiatan usaha perbankan dalam valuta asing, termasuk kantor cabang bank asing di Indonesia, namun tidak termasuk kantor cabang luar negeri dari Bank yang berkantor pusat di Indonesia.

3. Karakteristik Bank Devisa

Karakteristik Bank Devisa menurut Surat Edaran No. 15/27/DPNP Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Bank yang mengajukan permohonan untuk melakukan Kegiatan Usaha dalam valuta asing wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Tingkat kesehatan Bank dengan peringkat komposit 1 (satu) atau 2 (dua) selama 18 (delapan belas) bulan terakhir.

b. Memiliki modal inti paling sedikit Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah); dan

c. Memenuhi rasio Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) sesuai Profil Risiko untuk penilaian KPMM terakhir sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai KPMM dengan persyaratan sebagai berikut:

1) Dalam hal KPMM sesuai Profil Risiko kurang dari 10% maka KPMM ditetapkan paling kurang 10%.

2) KPMM untuk Bank Umum Syariah (BUS) ditetapkan paling kurang 10% sepanjang belum terdapat ketentuan yang mengatur mengenai KPMM sesuai profil risiko bagi Bank Umum Syariah.


(43)

2. Kantor cabang dari Bank yang berkedudukan di luar negeri dapat melakukan Kegiatan Usaha dalam valuta asing sepanjang telah memenuhi persyaratan Modal Inti sebagaimana dimaksud pada butir 1.b yang berasal dari dana usaha yang telah dialokasikan sebagai Capital Equivalency Maintained Assets (CEMA) sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai KPMM.

3. Unit Usaha Syariah (UUS) dapat mengajukan permohonan untuk melakukan Kegiatan Usaha dalam valuta asing sepanjang Bank Umum Konvensional (BUK) yang menjadi induknya telah mendapat persetujuan untuk melakukan Kegiatan Usaha dalam valuta asing.

4. Transaksi Valuta Asing Pada Bank Syariah

Sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi perdagangan internasional, perbankan syariah pun tidak dapat menghindarkan diri dari keterlibatannya pada pasar valuta asing. Perbankan syariah harus menyusun pedoman kerja operasional bagi dirinya agar mempunyai akses yang luas ke pasar valuta asing tanpa harus terlibat pada mekanisme perdagangan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.31 Hukum transaksi yang diakukan oleh sebagian bank syariah dalam muammalah jual beli valuta asing tidak dapat dilepaskan dari ketentuan syariah mengenai sharf. Bentuk transaksi penukaran valuta asing yang biasa

31

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani Press, 2001), h. 196.


(44)

dilakukan bank syariah dapat dikategorikan sebagai naqdan (spot) meskipun penyerahan dan penerimaan tersebut tidak terjadi pada waktu transaksi diputuskan (dealing), melainkan penyelesaiannya (settlement-nya) baru tuntas dalam 48 jam (dua hari) kerja. Fenomena transaksi ini sudah biasa dikenal dalam dunia perdagangan internasional dan tetap disebut transaksi valas spot antar bank. Bahkan jika kebetulan bertepatan dengan libur akhir pekan, serah terima itu baru dapat terlaksana setelah 96 jam kerja.

Dengan demikian, hukum transaksi money exchange dalam bentuknya yang sederhana sepanjang dilakukan secara tunai (spot) dan jual beli putus (one shot deal) serta bukan untuk tujuan spekulatif pada prinsipnya diperbolehkan menurut syariah Islam berdasarkan akad sharf.

D. Review Studi Terdahulu

1. Penelitian dilakukan oleh Siti Aisyah (2013) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Transaksi Valuta Asing/ As-Sharf Dalam Perspektif Fikih Muammalat Kontemporer Menurut Wahbah Al-Zuhaili Dan Al-Sayyid Sabiq”. Penelitian ini membahas mengenai alasan diperbolehkannya transaksi valuta asing/ sharf, yaitu karena kebutuhan dimana kebutuhan ini dari skala makro yaitu untuk tujuan ekspor-impor, bayar utang luar negeri, bayar jasa dari luar negeri. Dan analisa


(45)

pandangan ulama kontemporer seperti Wahbah al-Zuhaili dan al-Sayyid Sabiq mengenai transaksi valuta asing/ As-sharf.

2. Penelitian dilakukan oleh Novia Liza (2010) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Analisis Penggunaan Barang Milik Negara Sebagai Underlying Asset Sukuk Negara”. Penelitian ini membahas tentang Pemerintah menggunakan Barang Milik Negara sebagai underlying asset SBSN adalah untuk memberikan kenyamanan bagi investor. Dalam hal penggunaan BMN sebagai underlying asset Sukuk Negara atau sebagai Aset SBSN maka BMN tersebut harus memenuhi syarat-syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 04 / PMK.08 /2009.

3. Penenelitian dilakukan oleh Amla Eva Nadia (2009) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Peluang dan Tantangan Pengembangan Produk Valas di PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk”. Penelitian ini membahas tentang Peluang transaksi valas di Bank Muamalat adalah karena adanya permintaan dari nasabah. Sedangkan tantangan yang dihadapi Bank Muamalat adalah ketika terjadi fluktuasi valas yang cukup tinggi, maka kita mengambil “posisi lebar”, yaitu harga kurs yang ditetapkan untuk nasabah menjadi mahal. Disini juga dibahas tentang operasionalisasi jual beli valas di Bank Muamalat dan jenis produk valas yang berpeluang untuk dikembangkan di Bank Muamalat.

4. Penelitian dilakukan oleh Syamsul Rizal (2005) Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjudul “Valuta Asing Menurut Hukum Ekonomi Islam”. Penelitian ini membahas tentang pandangan hukum ekonomi konvensional terhadap valas, pandangan hukum


(46)

ekonomi Islam terhadap praktik atau oprasionalisasi valas dalam perekonomian antar negara, dan pandangan hukum ekonomi Islam terhadap valas.

Namun dalam penelitian ini penulis membuat sangat berbeda dengan keempat penelitian di atas, disini penulis membahas tentang bagaimana praktik underlying pada transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia.


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM BANK MUAMALAT INDONESIA

A.Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan penulis adalah pendekatan kualitatif, yaitu salah satu jenis pendekatan penelitian dimana data-data yang dikumpulkan bersifat deskriptif berupa data-data tertulis dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati.32 Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati orang-orang yang diteliti.33

2. Data Penelitian

a. Data primer, yaitu data yang diperoleh melalui pengamatan dan wawancara yang dilakukan penulis di Bank Muamalat Indonesia.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dari lembaga atau institusi tertentu. Dalam penelitian ini, penulis mendapatkan data dari skripsi dan

32

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2000), h.3.

33

Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), h.166.


(48)

media massa ( jurnal, internet, koran dan majalah), serta buku-buku yang membahas masalah terkait.

3. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan penelitian lapangan yaitu dengan melakukan wawancara (data primer) dengan pimpinan atau staff terkait di Bank Muamalat Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan terkait dengan underlying pada transaksi valas.

Dokumentasi (data sekunder) yaitu proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian yang berasal dari data yang berbentuk arsip dokumen yang dimiliki oleh Bank Muamalat Indonesia, buku-buku, majalah dan artikel-artikel yang dimuat di internet ataupun dengan media lainnya.

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan dalam skripsi ini disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu dengan mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh tim Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

B. Sejarah Berdiri Bank Muamalat Indonesia

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 November 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan


(49)

Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya pada acara silaturahmi peringantan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.

Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak kritis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal.

Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh


(50)

kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada:

1. Tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham. 2. Tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan

dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun.

3. Pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru.

4. Peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua.

5. Pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.

Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4.000 Kantor Pos Online/ SOPP di


(51)

seluruh Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. Bank Muamalat Indonesia saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Untuk meningkatkan aksesibilitas nasabah di Malaysia, kerjasama dijalankan dengan jaringan Malaysia Electronic Payment System (MEPS) sehingga layanan BMI dapat diakses lebih dari 2.000 ATM di Malaysia. Sebagai Bank Pertama Murni Syariah, bank muamalat berkomitmen untuk menghadirkan layanan perbankan yang tidak hanya comply terhadap syariah, namun juga kompetitif dan aksesibel bagi masyarakat hingga pelosok nusantara. Komitmen tersebut diapresiasi oleh pemerintah, media masa, lembaga nasional dan internasional serta masyarakat luas melalui lebih dari 70 award bergengsi yang diterima oleh BMI dalam 5 tahun terakhir. Pengargaan yang diterima antara lain sebagai Best Islamic Bank in Indonesia 2009 oleh Islamic Finance News (Kuala Lumpur), sebagai Best Islamic Institution in Indonesia 2009 oleh Global Finance ( New York), serta sebagai The Best Islamic FinanceHouse in Indonesia 2009 oleh Alpha South East Asia (Hong Kong).34

C.Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia 1. Visi

Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dikagumi di pasar rasional.

34

Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 dari


(52)

2. Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.35

D.Bank Muamalat Indonesia Sebagai Bank Devisa

Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan.36

Saat ini ada sangat banyak mata uang yang digunakan dalam transaksi valuta asing. Akan tetapi di Bank Muamalat Indonesia hanya menggunakan 7 jenis mata uang saja, yaitu sebagai berikut:37

1. USD ( Dollar Amerika) 2. EUR (Euro)

3. SGD ( Dollar Singapura) 4. Aus Dollar ( Dollar Australia) 5. JPY (Yen Jepang)

35

Artikel diakses pada tanggal 04 Maret 2015 darihttp://www.bankmuamalat.co.id/tentang/visi-and-misi

36

http://www.bankmuamalat.co.id/tentang/profil-muamalat diakses pada tanggal 04 Maret 2015

37

http://www.bankmuamalat.co.id/layanan/international-banking diakses pada tanggal 04 Maret 2015


(53)

6. SAR ( Riyal/ Saudi Arabia Riyal) 7. MYR ( Ringgit / Malaysia)

Dari ketujuh jenis mata uang asing tersebut yang paling sering digunakan untuk transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah mata uang asing USD (Dollar Amerika) dan yang kedua adalah mata uang asing EUR (EURO), hal ini terjadi karena USD merupakan mata uang yang paling mudah digunakan untuk bertansaksi dan dapat dengan mudah diterima secara luas oleh negara-negara lain. Atas dasar itulah maka USD menjadi mata uang asing yang sering digunakan di Bank Muamalat Indonesia.

E. Layanan International Banking Bank Muamalat Indonesia

Dalam upayanya memberikan layanan transaksi keuangan yang komprehensif, Bank Muamalat Indonesia juga menyediakan jasa layanan international banking dengan nama Muamalat Remittance iB. Muamalat Remittance iB adalah layanan pengiriman atau penerimaan uang valas dari atau kepada pihak ketiga kepada atau dari pemilik rekening Bank Muamalat Indonesia baik tunai maupun non tunai dalam denominasi valuta asing. Adapun jenis mata uang asing yang dapat ditransaksikan adalah sebagaimana disebutkan pada bagian di atas.

Benefit dari produk Muamalat Remittance iB adalah sebagai berikut: 1. Lengkap

Layanan Muamalat Remittance iB menyediakan berbagai skema pengiriman uang yang dapat diandalkan dengan harga yang bersahabat.


(54)

2. Handal

Layanan Muamalat Remittance iB didukung oleh SDM dan teknologi pendukung yang handal.

3. Nyaman

Melalui dukungan cabang dan jaringan kantor Bank Muamalat Indonesia, nasabah penerima kiriman uang melalui layanan Muamalat Remittance iB dapat dengan leluasa menerima uang kirimannya. ‘

4. Mudah

Kemudahan transaksi anda selalu menjadi perhatian kami.38

38

Artikel diakses pada tanggal 06 Maret 2015 dari


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Implementasi Underlying di Bank Muamalat Indonesia

Sebagai bank syariah pertama di Indonesia, Bank Muamalat Indonesia tentunya senantiasa menjadi perhatian di industri keuangan Indonesia. Kepatuhan terhadap ketentuan regulator baik Bank Indonesia maupun Dewan Syariah Nasional menjadi hal mutlak yang harus dilakukan oleh Bank Muamalat Indonesia. Demikian pula halnya dengan kepatuhan terhadap ketentuan regulator terkait praktik transaksi valuta asing yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia.

Pada bab ini akan membahas tentang praktik dan mekanisme transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia dan dilihat sejauh mana kesesuaian antara praktik transaksi valuta asing yang dilakukan Bank Muamalat Indonesia terhadap ketentuan Bank Indonesia yang mengaturnya.

Saat ini, bentuk transaksi valuta asing yang digunakan oleh Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Transaksi Spot yaitu penyerahan dilakukan dua hari kerja setelah tanggal transaksi.

2. Transaksi Tomorrow (TOM) yaitu penyerahan dana dilakukan pada hari kerja berikutnya atau satu hari kerja setelah tanggal transaksi.

3. Transaksi Today (TOD) yaitu penyerahan dana (value date) sama dengan tanggal transaksi.


(56)

Dari ketiga jenis transaksi valuta asing tersebut mekanismenya sama, akan tetapi yang membedakan hanya settlement date-nya atau tanggal penyelesaian atau tanggal penyerahannya saja. Dan kurs yang digunakan yaitu dengan menggunakan kurs sesuai dengan tanggal kesepakatan transaksi valuta asing tersebut. Saat ini Bank Muamalat Indonesia sedang membuat ketentuan untuk transaksi forward agreement yang tentunya juga harus sesuai dengan prinsip syariah karena ada beberapa transaksi yang mengharuskan Bank Muamalat Indonesia menggunakan jenis transaksi ini, akan tetapi hal tersebut masih dalam proses dan dalam waktu dekat Bank Muamalat Indonesia akan me-launching produk tersebut. Dan dari ketiga jenis transaksi valuta asing tersebut juga digunakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan nasabah pada saat melakukan transaksi. Pada fatwa Dewan Syariah Nasional Indonesia Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) No. 28/III/DSN-MUI/2002 tentang jual beli mata uang (al-sharf), membolehkan transaksi valuta asing spot ini. Karena transaksi spot dianggap tunai, sedangkan waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa dihindari dan merupakan transaksi internasional. Dan juga transaksi forward agreement dibolehkan untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari (lil hajah).


(57)

B. Mekanisme dan Praktik Transaksi Valuta Asing di Bank Muamalat Indonesia

Transaksi valuta asing atau yang biasa disebut juga dengan foreign exchange (forex) di Bank Muamalat Indonesia didasarkan pada kebutuhan nasabah dan ketentuan dari Dewan Syariah Nasional (DSN). Produk yang ada di Bank Muamalat Indonesia yaitu: Transaksi Spot, Transaksi Tomorrow (TOM) dan Transaksi Today (TOD), bergantung kepada kondisi dan kebutuhan nasabah.

Mekanisme transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah sebagai berikut:

Keterangan:

1. Nasabah menghubungi dealing room(treasury sales) untuk konfirmasi rate. 2. Treasury sales akan meminta rate kepada forex dealer.

3. Forex dealer akan mengecek rate ke market.

4. Forex dealer memberikan rate yang dapat diberikan kepada treasury sales, sudah termasuk spread untuk laba Bank Muamalat Indonesia.


(58)

5. Treasury sales memberikan rate tersebut kepada nasabah , apabila deal, maka transaksi tersebut dapat dijalankan. Dan nasabah wajib menjalankan transaksi apabila sudah deal.

6. Setelah deal, forex dealer akan melakukan squaring ke market.

7. Nasabah datang ke counter untuk melakukan transaksi dengan membawa dokumen-dokumen yang diperlukan.

8. Teller/ back office/ marketing konfirmasi transaksi nasabah ke treasury sales, apabila sesuai maka transaksi dijalankan. Apabila berbeda, treasury sales (dealing room) akan melakukan konfirmasi kembali kepada nasabah. Dari teller, transaksi nasabah akan dilanjutkan ke back office.

Adapun settlement flow-nya adalah sebagai berikut:

Keterangan:

1. Dari dealing room, setelah deal, middle office/ reporting membuat deal ticket dari transaksi yang dilakukan yang dapat dilihat dari blotter.


(59)

3. Setelah deal ticket dicek di dealing room,deal ticket tersebut di sign, dan diteruskan ke International Banking Office (IBO) dan transaksi dijalankan atau settle disana.

Dokumen-dokumen yang diperlukan oleh nasabah pada saat melakukan transaksi valas yaitu:

1. Untuk transaksi di bawah USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) bagi nasabah yang akan membeli atau menjual, maka nasabah harus mengisi surat keterangan pembelian valas.

2. Untuk transaksi di atas dari USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) bagi nasabah yang akan membeli atau menjual, maka nasabah harus melampirkan underlying transaksinya. Selain itu, nasabah juga harus mengisi form pemindah bukuan/ transfer/ remittance untuk Telegraphic Transfer, setor/ tarik untuk Bank Note, dan LOI (Letter of Idemnity).39 Jenis kegiatan transaksi yang menggunakan underlying transaksi ada bermacam-macam. Akan tetapi kegiatan underlying transaksi yang sering digunakan di Bank Muamalat Indonesia adalah kegiatan ekspor-impor barang dan jasa. Dan kegiatan transaksi yang menggunakan underlying ini tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia, jika dibandingkan dengan sebelum diterapkannya peraturan mengenai underlying ini. Dimana ketentuan tersebut menyatakan bahwa pada setiap transaksi valuta asing di atas USD 100,000.00 (seratus ribu

39


(60)

US Dollar) harus menggunakan underlying. Untuk kegiatan transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia masih belum terlalu banyak yang menggunakan underlying transaksi ini, karena nasabah yang dominan melakukan transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah nasabah retail. Dan nasabah retail ini biasanya melakukan transaksi valuta asing di bawah USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar), yang tidak mensyaratkan nasabah tersebut untuk menggunakan underlying.

Seiring berkembangnya transaksi valuta asing ini, maka peran Bank Indonesia sangat diperlukan untuk mendorong pendalaman pasar valuta asing melalui pengaturan yang komprehensif, khususnya terkait dengan transaksi valuta asing terhadap Rupiah yang dilakukan antara Bank dengan pihak asing dan juga untuk meminimalisir transaksi pembelian valuta asing terhadap rupiah untuk tujuan spekulatif. Mengingat hal tersebut maka Bank Indonesia menetapkan ketentuan melalui Peraturan Bank Indonesia No. 10/28/PBI/2008. Dalam PBI No. 10/28/PBI/2008 Pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

Bank Indonesia juga mengeluarkan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 10/42/DPD perihal Pembelian Valuta Asing terhadap Rupiah kepada Bank. Surat Edaran ini selanjutnya mengalami perubahan pada Tahun 2013 melalui penerbitan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) No. 15/33/DPM bahwa Bank Indonesia


(61)

menetapkan aturan tentang kedudukan underlying dalam transaksi valuta asing oleh Bank Umum, termasuk Bank Umum berbasis syariah. Dan pada Tahun 2014 Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia No. 16/17/PBI/2014 perihal transaksi valuta asing terhadap rupiah antara Bank dengan Pihak Asing. Ketentuan tersebut juga menyatakan bahwa pada setiap transaksi valuta asing terhadap Rupiah oleh Pihak Asing kepada Bank melalui transaksi spot di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) per bulan per Pihak Asing harus menggunakan underlying transaksi.

Dengan adanya ketentuan yang telah diterapkan oleh Bank Indonesia tersebut, maka Bank Muamalat Indonesia juga menggunakan underlying pada setiap transaksi valuta asing di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing. Ketentuan ini sudah berlangsung sejak November Tahun 2014 lalu di Bank Muamalat Indonesia.

Adapun ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh setiap Nasabah atau Pihak Asing yang akan melakukan transaksi valuta asing adalah sebagai berikut:

1. Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank tanpa underlying hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing.

2. Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau


(62)

ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing hanya dapat dilakukan dengan underlying.

3. Pembelian valuta asing terhadap rupiah oleh Nasabah atau Pihak Asing kepada Bank sebagaimana dimaksud pada no. 2 hanya dapat dilakukan paling banyak sebesar nominal underlying transaksinya.

4. Apabila Nasabah melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah, maka nasabah tersebut wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:

a. Dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggungjawabkan. b. Fotocopy dokumen identitas Nasabah dan fotocopy Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP).

c. Pernyataan tertulis bermaterai cukup yang ditandatangani oleh pihak yang berwenang dari Nasabah mengenai kebenaran dokumen underlying sebagaimana dimaksud pada huruf a dan bahwa dokumen underlying hanya digunakan untuk pembelian valuta asing terhadap rupiah paling banyak sebesar nominal underlying dalam sistem perbankan.

5. Begitupun dengan Pihak Asing, apabila Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap rupiah kepada Bank di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak Asing, maka Pihak Asing wajib melampirkan dokumen sebagai berikut:


(63)

a. Dokumen underlying transaksi yang bisa dipertanggung jawabkan, baik yang bersifat final maupun yang berupa perkiraan.

b. Dokumen pendukung berupa pernyataan tertulis yang authenticated dari Pihak Asing yang berisi informasi mengenai:

1. Keaslian dan kebenaran dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf a.

2. Penggunaan dokumen Underlying Transaksi untuk pembelian valuta asing terhadap Rupiah paling banyak sebesar nominal Underlying Transaksi dalam sistem perbankan di Indonesia. 3. Jumlah kebutuhan, tujuan penggunaan, dan tanggal penggunaan

valuta asing, dalam hal dokumen Underlying Transaksi sebagaimana dimaksud pada huruf a berupa perkiraan.

6. Dalam hal Pihak Asing melakukan pembelian valuta asing terhadap Rupiah kepada Bank melalui Transaksi Spot paling banyak sebesar USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak Asing, Bank wajib memastikan Pihak Asing untuk menyampaikan dokumen pendukung berupa pernyataan tertulis yang authenticated yang menyatakan bahwa pembelian valuta asing terhadap Rupiah tidak lebih dari USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Pihak Asing atau ekuivalennya dalam sistem perbankan di Indonesia. Hal tersebut harus diperhatikan dan dipenuhi oleh setiap Nasabah atau Pihak Asing yang akan melakukan transaksi valuta asing. Apabila hal tersebut


(64)

dilanggar, maka akan ada sanksi yang akan diberikan oleh Bank Muamalat Indonesia. Sanksi tersebut berupa teguran atau sanksi denda yang berlaku yang telah ditetapkan sebelumnya.

Tabel Komparasi underlying antara Bank Muamalat Indonesia dengan PBI 10/28/PBI/2008 dan PBI 16/17/PBI/2014 adalah sebagai berikut:

No. Item PBI 2008 & 2014 Bank Muamalat Indonesia 1. Dokumen:

a. Underlying b. Fotocopy NPWP c. Materai

√ √ √

√ √ √

2. Ketentuan Nilai Minimun

≤ USD 100,000.00

√ √

3. Ketentuan Nilai Maksimum

> USD 100,000.00

√ √

4. Persyaratan:

a. Surat Pernyataan b. Jumlah

√ √

√ √


(65)

Kebutuhan c. Tujuan

Kebutuhan d. Tanggal

Penggunaan (Perkiraan)

Dengan adanya ketentuan yang diterapkan oleh Bank Indonesia pada PBI No. 10/28/PBI/2008 dan PBI No. 16/17/PBI/2014 mengenai underlying dalam transaksi valuta asing yang mengharuskan Nasabah atau Pihak Asing untuk menggunakan underlying untuk transaksi di atas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) atau ekuivalen per bulan per Nasabah atau per Pihak Asing, Bank Muamalat Indonesia menghadapi kendala dalam mensosialisasikan ketentuan tersebut ke cabang-cabang seluruh Indonesia termasuk cabang yang ada di luar negeri yaitu di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan training untuk mengenalkan ketentuan terkait dengan underlying transaksi secara berkala.

Setelah diterapkan ketentuan tersebut Bank Muamalat Indonesia juga tidak mengalami pengaruh yang signifikan pada transaksi valuta asing jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan ketentuan tersebut. Hal itu disebabkan karena transaksi yang dilakukan adalah transaksi riil berdasarkan kebutuhan dari


(66)

nasabah. Nasabah yang lebih dominan dalam melakukan transaksi valuta asing di Bank Muamalat Indonesia adalah nasabah retail, dimana nasabah tersebut melakukan transaksi valuta asing di bawah USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar). Itulah sebabnya mengapa ketentuan underlying ini tidak mengalami pengaruh yang signifikan pada transaksi valuta asing jika dibandingkan dengan sebelum diterapkan ketentuan tersebut di Bank Muamalat Indonesia. Dan ketentuan underlying yang mensyaratkan bahwa dalam setiap transaksi diatas USD 100,000.00 (seratus ribu US Dollar) harus menggunakan underlying ini baru diberlakukan per November Tahun 2014 di Bank Muamalat Indonesia, hal ini terjadi karena Bank Muamalat Indonesia baru mendapatkan re-announce dari Bank Indonesia dan Bank Indonesia juga baru benar-benar mewajibkan kembali ketentuan tersebut.

Jenis kegiatan transaksi yang menggunakan underlying ada bermacam-macam. Berikut adalah jenis underlying transaksi tersebut, yaitu:

1. Kegiatan ekspor-impor barang 2. Pembayaran jasa, seperti:

a) Biaya sekolah di luar negeri b) Biaya berobat ke luar negeri

c) Biaya perjalanan ke luar negeri untuk keperluan haji dan wisata lainnya


(1)

8 @ 8

,"/" ! ()+ .)2"( )(" # +- 5 2. ; = , #" -1. ."&" ; +! = "(") * . (2" ."+. ( 2( () 4" # ! 2"+ !"( " + / + "(") "+" / + ."&" 1"," " + ," "(") 1 2)."&"" 4" # ! 2# 2"+ , ! ," # + )" #" /" 4"%

"."/

4"( ; =

" # , "+.), , #" ! ! ! ","/"& 12-,)+ 4" # , + /)"2+" -/ & " + 4" # 2)1"+" +- ! ". ! 2!"#" .(2) , #" 2" ."+. 2 5"( 6 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& ) ()+ ()*)" ,"1"(+" (" !"&"

; ! = 4" # ,"1"( ,-2- # 2" ."+. "/)(" . # 2&","1 )1 "& ) ()+ ()*)" .1 +)/"( 6 ," ,"1"( !)/+" + ( ,"+.("! /" /"

)1 "&% 4"( ; =

2 ".)+ " + . !"#" "# 1 *)"/ ! ! ! /)"2 # 2 ; ! = 4" # ( 2+" ( , #" 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "&%

"."/ @ 4"( ; =

)2)6 "

A)+)1 * /".% )2)6 !

% " # , "+.), , #" D * ","/"& !" + 4" # ! 21 2" . !"#" +--2, "(-2 !"# " ##-(" . , +". 3

% " # , "+.), , #" D. +(-2 2 /E ","/"& . +(-2 12-,)+. ," 1 2,"#" #" !"2" # ," *"."

" ) ( ,"+ ( 2 ".)+ . +(-2 *"." + )" #" . 1 2( + # "(" *)"/ ! / )2"( 2&"2#"%

9% A)+)1 * /".% )2)6 0


(2)

8 8

2 ".)+ * . +"2() +2 , ( ) ()+ 1 ! / " !"2" #

12-,)+. ; ! =%

)2)6 ,

" # , "+.), , #" D 2 , ( "(") ! "4"" +- .) . E 4" () 1 ! 2 " 2 , ( "(") ! "4"" ) ()+ + 1 2/)" +- .) . , ,"/" # 2 , #" 0"2" ! / 4 '" "(") , #" 0"2" /" ( 2 ".)+ , ,"/" 4" 2 , ( "(") ! "4""

/ +" ) "& 1"2( )+- ," )+" . 2(" 2 , ( "(") ! "4"" 1 ! / " + ,"2"" %

)2)6

" # , "+.), , #" ,-+) 4" # ! 2. 6"( ! ","/"& ,-+) 4" # , ( (". 1 &"+ 1 # 2 . 1 ." "(") 1 2 ("& . 2(" +-, 2"&". " ,-+) , "+.), ( /"& , . 1"+"( 1"2" 1 &"+ . & ##" &" 4" ,"1"( , +- 6 2 ". "(") , 5 2 6 +". -/ & 1 &"+ 1 2 " 1 ." "(") 1 2 " 1 2 ("& . 0"2" , 5 ,)"/%

)2)6 6

A)+)1 * /".% )2)6 #

( ()" () ,)+ + 1"," + ( ()" 4" # , + /)"2+" -/ & -(-2 (". 4" # ! 2' " # # " 12 . 1 + &"( 8&"( " ,"/" 2" #+" 1 ! / " 2 , ( "(") ! "4"" -/ & " +%

4"( ; =

A)+)1 * /".% "."/

)2)6 "

" # , "+.), , #" D1 ! / " )2"( 2&"2#" 4" # ! 2+" (" , #" + # "(" +.1-2 !"2" # ,"2 ,- . " ," 1-2 !"2" # + ,- . "E ","/"& 1 ! / " > . /

+.1-2 ," "(". ,"."2 (2" ."+. , ; A= ")1) - 8 A%


(3)

8 8

" # , "+.), , #" D1 ! / " )2"( 2&"2#" 4" # ! 2+" (" , #" 1 2,"#" #" ,"/" # 2 E ","/"& 1 ! / " ' . / "(") "(". ,"."2 (2" ."+. )2"( 2 , ( 2,-+) "/" # 2 ; =% )2)6 !

A)+)1 * /".% "."/

A)+)1 * /".% "."/ <

4"( ; =

A)+)1 * /".% 4"( ; =

A)+)1 * /".% 4"( ;9=

A)+)1 * /".% 4"( ; =

" # , "+.), , #" D.("(). 1 &"+ 1 2 " ," "E ","/"& .("(). 1 2 " ," " . !"#" &"+ . # "(") !)+" &"+ . #%

"."/ : 4"( ; =

" # , "+.), , #" D1 ,"&" ," " 1-+-+ . 0"2" 1 )&E ) ()+ 2" ."+. "/)(" . # 2&","1 )1 "& ","/"& 1 4 2"&" ," " . 0"2" 2 / ) ()+ ". #8 ". # (2" ."+. *)"/ ," "(") (2" ."+. ! / 5"/)(" ". # ( 2&","1 )1 "& . ! ."2 /" 1 )& - "/ (2" ."+. "(") +) 5"/ 4"%

4"( ; =

A)+)1 * /".% 4"( ;9=

A)+)1 * /".% 4"( ; =

A)+)1 * /".% 4"( ;@=


(4)

8 < 8

A)+)1 * /".% "."/

A)+)1 * /".% "."/

A)+)1 * /".% "."/

4"( ; = )2)6 "

" # , "+.), , #" E,-+)

2" ."+. 4" # ! 2. 6"( 6 "/E ","/"& ,-+) 4" # ( ,"+ "+" #"/" 1 2)!"&" ,"/" &"/ *) /"& ," "(") '"+() 1 )&" + !)()&" 4"%

)2)6 !

" # , "+.), , #" E1 2 4"("" 4" # ! E ","/"& 1 2 4"("" 4" # ( /"& , 5 2 6 +". "(") , !)+( +" + ! "2" 4" . 0"2" . .( %

4"( ; =

" # , "+.), , #" E1 2 4"("" 4" # ! E ","/"& 1 2 4"("" 4" # ( /"& , 5 2 6 +". "(") , !)+( +" + ! "2" 4" . 0"2" . .( %

"."/ 9 4"( ; =

)2)6 "

" # , "+.), , #" E,-+)

2" ."+. 4" # ! 2. 6"( 6 "/E ","/"& ,-+) 4" # ( ,"+ "+" #"/" 1 2)!"&" ,"/" &"/ *) /"& ," "(") '"+() 1 )&" + !)()&" 4"%

)2)6 !

" # , "+.), , #" E1 2 4"("" 4" # ! E ","/"& 1 2 4"("" 4" # ( /"& , 5 2 6 +". "(") , !)+( +" + ! "2" 4" . 0"2" . .( %

4"( ; =


(5)

8 : 8

A)+)1 * /".% "."/

A)+)1 * /".% "."/ @

A)+)1 * /".% "."/

A)+)1 * /".% "."/

A)+)1 * /".% "."/ <

A)+)1 * /".% "."/ :

A)+)1 * /".% "."/ 9

A)+)1 * /".% "."/ 9

A)+)1 * /".% "."/ 9

A)+)1 * /".% "."/ 99

A)+)1 * /".% "."/ 9

A)+)1 B /".


(6)