Ketika Sultan Johan Alamshah mangkat tahun 1817 M, adik Tuangku Zainal Abidin, yaitu Tuanku Sultan Thaf Sinar Basarshah memerintah 1817-
1850 M diangkat oleh Dewan Orang Besar menjadi raja menggantikan ayahnya. Ketika itu, sebenarnya Tuanku Zainal Abidin, Tengku Besar yang
sudah tewas, memiliki putera, namun puteranya ini tidak berhak menjadi raja, sebab, ketika ayahnya meninggal dunia, statusnya masih sebagai Tengku
Besar, bukan raja. Jadi, menurut adat Melayu Serdang, keturunan putera tertua tidak otomatis menjadi raja, karena sebab-sebab tertentu.
Demikianlah, pemerintahan baru berganti dan keadaan terus berubah. Pada tahun 1865 M, Serdang ditaklukkan oleh Belanda. Selanjutnya, pada
tahun 1907 M, Serdang menandatangani perjanjian dengan Belanda yang melarang Serdang berhubungan dengan negeri luar. Setelah bertahun-tahun
dalam pengaruh Belanda, akhirnya, pada tahun 1946 M, di masa pemerintahan Sultan Sulaiman Syariful Alamshah, Serdang bergabung dengan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
D. Wilayah Kekuasaan
Wilayah kekuasaan kerajaan Serdang meliputi Batang Kuis, Padang, Bedagai, Percut, Senembah, Araskabu dan Ramunia. Kemudian wilayah
Perbaungan juga masuk dalam Kerajaan Serdang karena adanya ikatan perkawinan.
E. Struktur Pemerintahan
Struktur tertinggi di Kerajaan Serdang dipimpin oleh seorang Raja. Pada masa itu, peranan seorang raja adalah: Sebagai Kepala Pemerintahan Kerajaan
Serdang. Sebagai Kepala Agama I slam Khalifatullah fi’l ardh Sebagai Kepala
Adat Melayu. Pada masa pemerintahan raja yang ke-2, Tuanku Sultan Ainan Johan Almashah 1767-1817, tersusunlah Lembaga Orang Besar Berempat di
Serdang yang berpangkat Wazir Sultan, yaitu :
Raja Muda gelar ini kemudian berubah menjadi Bendahara
Datok Maha Menteri wilayahnya di Araskabu
Datok Paduka Raja wilayahnya di Batangkuwis keturunan Kejeruan
Lumu
Sri Maharaja wilayahnya di Ramunia. Pembentukan Lembaga Orang Besar Berempat di Serdang ini, disebabkan
Raja Urung Sunggal kembali ke Deli, sementara Raja Urung Senembah dan Raja Urung Tg. Merawa tetap menjadi raja di wilayah taklukan Serdang.
Selain para pejabat istana di atas, Sultan juga dibantu oleh Syahbandar perdagangan dan Temenggong Kepala polisi dan keamanan. Sultan
Serdang menjalankan hukum kepada rakyat berdasarkan Hukum Syariah Islam dan Hukum Adat seperti kata pepatah, “Adat bersendikan Hukum
Syara, Hukum Syara’ bersendikan Kitabullah”. Sultan Ainan Johan Almashah
memperkokoh Lembaga Empat Orang Besar di atas berdasarkan fenomena alam dan hewan yang melambangkan kekuatan, seperti 4 penjuru mata angin
barat, timur, selatan, utara, kokohnya 4 kaki binatang dan azas Tungku Sejarangan 4 batu penyangga untuk masak makanan. Lembaga itu juga
melambangkan sendi kekeluargaan pada masyarakat Melayu Sumatera Timur yaitu: suami, isteri, anak beru menantu dan Puang mertua. Demikianlah,
pembentukan lembaga di atas didasarkan pada akar budaya masyarakat Serdang sendiri. Selanjutnya, lembaga inilah yang berperan dalam upacara
perkawinan maupun perhelatan besar.
F. Kehidupan Sosial-Budaya