Pengembangan bidang Kegiatan Agama Islam

Italia. Dibentuk baginda Band MusikOrkestra “SULTAN SERDANG” yang dipimpin oleh Tengku Muzier dan pemain-pemain musiknya semua putera Serdang. Baginda sangat mencintai seni budaya Melayu. Pada 2 hari raya Idul fitri setiap tahun diadakan sayembara orkespenari ZapinGambus dari setiap Luhak. Begitu juga untuk pemusik dan tarian joget Melayu .Pemenang tari akan merupakan Penari Istana pada setiap keramaian. Ketika pada akhir abad ke-19 baginda berkunjung ke Kedah dan Perlis, dan oleh Regent Kedah Tengku Mahmud dihadiahkan seperangkat teater tradisional Melayu MAKYONG lengkap dengan pemainnya. Begitu juga ketika ke Bali singgah di Kraton Yogyakarta, oleh Sultan Yogya diberi hadiah seperangkat Gamelan lengkap dengan pemainnya. Semuanya ini diberikan untuk menghibur rakyat pada hari- hari besar tertentu di daerah Luhak-Luhak secara cuma-cuma. Juga baginda mendirikan Opera tradisional Melayu Bangsawan “Indian R atu” dengan para pemain orang Melayu, Sri Langka, Portugis Goa, peranakan Eropa dan lain-lain bermain berkeliling di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Malaya. Setahun sekali group ini kembali ke Serdang dan diperintahkan bermain di Luhak distrik-distrik untuk rakyat agar menjadi media mensosialisasikan tata cara adat antara kaum bangsawan dan rakyat jelata. Berhubung peranannya begitu besar sebagai pengayom seni-budaya maka banyaklah orang asal Serdang yang menjadi seniman. Baginda menghiasi Istana Serdang di kraton Kota Galuh dengan ukiran seni pada istana yang 5 tingkat itu dikepalai oleh pegawai seorang Jepang bernama OHORI yang juga membuat Istana Permaisuri di sebelah belakang dengan ruang ala Jepang dan taman ala Jepang. Tuan Ohori juga memimpin kursus kerajinan tangan rumahtangga buat kaum puteri.

5. Pengembangan bidang Kegiatan Agama Islam

Setelah Tuan Shekh Haji Zainuddin berhenti sebagai Mufti Kerajaan Serdang 1928, maka Sultan Sulaiman membentuk suatu Dewan bernama “Majelis Syar’i Kerajaan Serdang”, dimana Sultan memindahkan kekuasaannya selaku Khalifatullah Fi’l Ardh Kepala Agama Islam kepada Majelis ini yang bersifat kolegial Dewan dipimpin oleh Tengku Fachruddin dan setelah dia meninggal dunia 1937 baginda mau menggantikannya dengan seorang ulama dari Minangkabau, Haji Abd. Majid Abdullah bekas ketua PERMI tetapi dilarang oleh Pemerintah Hindia Belanda karena Tuan Haji itu terkenal anti-Belanda. Terpaksalah diambil Tengku H. Yafizham yang diperintah kembali dari studinya di Universitas Al-Azhar Kairo ditahun 1939. Karena baginda sangat concern melihat situasi perpecahan dikalangan umat Islam di Sumatera Timur antara Kaum Muda Muhammadiyah dengan Kaum Tua Ahli sunnah wal jama’ah, maka baginda membuat muzakarah pertemuan dimana diundang tokoh-tokoh ulama-ulama besar di Sumatera Timur untuk seminar di Istana Sultan Serdang pada tanggal 5-2-1928 dan hasilnya dituangkan didalam sebuah buku. Baginda juga giat membantu perkembangan Al Jamiatul Washliyah sebagai perguruan modern Islam dimana salah seorang pendirinya, Tuan H. Abd. Rahman Syihab Melayu Galang lulusan dari “Syairus Sulaiman”. Oleh karena Pemerintah Hindia Belanda mendukung permintaan dari Nederlands Zending Gennootschap NZG agar dapat membuka kegiatan pendidikan Gereja Protestan di Serdang Hulu, baginda berpegang kepada Pasal 19 Politik Kontrak antara Serdang-Hindia Belanda yang mana di Serdang berlaku Hukum adat yang bersendikan Syariah dan Kitabullah. Baginda juga mengutus ulama- ulama dari Serdang untuk memberantas kegiatan Ahmadiyah Qadian. Atas penghormatan dan kesayangan rakyat kepadanya didalam setiap khotbah jum’at di semua Mesjid dan Langgar di seluruh Serdang dido’akan kesejahteraan baginda.

6. Kerukunan Antar-Etnis dan Demokratisasi