Kambing Peranakan Etawa Perkandangan

commit to user 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kambing Peranakan Etawa

Peranakan Etawa merupakan hasil persilangan antara kambing Etawa dari India dengan kambing Kacang, yang penampilannya mirip kambing Etawa tetapi lebih kecil. Sebagai kambing peliharaan, kambing Peranakan Etawa memiliki dua kegunaan, yaitu sebagai penghasil susu perah dan pedaging Sarwono, 2011. Williamson dan Payne, 1993 menyatakan bahwa, kambing Peranakan Etawa adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging. Ciri-ciri kambing Peranakan Etawa adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan cokelat putih., hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang. Karakteristik Kambing PE ialah bertubuh besar dengan bobot badan kambing jantan mencapai 90 kg dan betina 60 kg, bentuk hidung benguk, kuping, kaki dan bulu yang panjang, serta ambing besar dan produksi susu tinggi Heryadi, 2004. Keberadaan kambing Peranakan Etawa sudah beradaptasi dengan kondisi Indonesia. Kambing Peranakan Etawa merupakan kambing perah harapan daerah tropis Indonesia. Kambing lokal ini sangat potensial sebagai penghasil susu yang sangat tinggi. Dengan tata cara pemeliharaan yang baik, kambing Peranakan Etawa mampu beranak tiga kali dalam dua tahun. Jumlah anak bervariasi, yaitu 1-3 ekor. Produksi susunya sangat beragam, yaitu antara 1,5-3,7 literhari dengan masa laktasi 7-10 bulan Sarwono, 2002. Cempe adalah anak domba atau kambing dari ;ahir sampai pada umur enam bulan. Pemeliharaan cempe dimulai sejak masih dalam kandungan, yakni dimulai dari induk bunting Murtidjo, 1993.

B. Reproduksi

Reproduksi atau perkembangbiakan merupakan bagian dari ilmu faal fisiologi. Reproduksi secara fisiologis tidak vital bagi kehidupan individual dan meskipun siklus reproduksi suatu hewan berhenti, hewan tersebut masih 4 commit to user 5 dapat bertahan hidup. Sebagai contoh hewan yang diambilorgan reproduksinya testes atau ovarium hewan tersebut tidak mati Widayati et al, 2008.

1. Bibit kambing Peranakan Etawa

Pemeliharaan kambing Peranakan Etawa bagi sebagian masyarakat terutama sebagai usaha sampingan untuk penghasilan dan tabungan. Tujuan yang ingin dicapai dalam betrnak kambing Peranakan Etawa yaitu memperoleh anak dan susu yang baik kualitasnya, maka harus dipilih bibit yang baik. Persyaratan bibit secara umum yang harus dipenuhi menurut Heryadi, 2004 yaitu pertama, sehat dan tidak cacat. Tanda-tandanya antara lain : mata berbinar dan mengkilat. Cacat fisik yang mudah diketahui antara lain : tanduk retak dan patah, lumpuh kaki, mata sayu dan terkadang terdapat kelainan tulang punggung. Ke dua, alat reproduksi kambing Peranakan Etawa normal. Ciri-ciri umum alat alat reproduksi kambing Peranakan Etawa yang normal dapat dilihat dari jumlah dan letak ambingnya. Ambing yang normal berjumlah 2 buah dan setiap ambing memilki satu buah puting susu. Ke tiga, alat kelamin jantan tidak cacat. Alat kelamin kambing Peranakan Etawa yang cacat antara lain : ukuran testis tidak sama dan tidak simetris. Ke empat, berat dan tinggi badan. Berat badan kambing Peranakan Etawa betina antara 15-25 kg, dengan tinggi badan antara 55-60 cm. Berat badan kambing Peranakan Etawa jantan antara 20-35 kg dengan tinggi badan antara 65-70 cm. Ke lima, umur bibit kambing Peranakan Etawa antara 8-12 bulan untuk betina dan 12-18 bulan untuk pejantan. Murtidjo, 1993 menyatakan bahwa ciri – ciri kambing Peranakan Etawa postur tubuh tinggi, untuk ternak jantan dewasa gumbapundak 90 – 110 cm dan betina 70 – 90 cm. Kaki panjang dan bagian paha ditumbuhi bulurambut panjang. Profil bagian atas hidung tampak cembung, telinga panjang 25 – 40 cm terkulai ke bawah. Warna bulu umumnya putih dengan belang hitam atau coklat. Tetapi ada juga yang polos putih, hitam atau coklat. commit to user 6

2. Pubertas

Bertambahnya umur, secara fisiologis akan terjadi perubahan hormonal dengan mulai berfungsinya organ reproduksi ovarium dan testis. Hal ini diekspresikan dengan munculnya sifat ketertarikan pada danatau menerima secara seksual kehadiran lawan jenisnya pubertas. Kemunculan berahi pertama ini dipakai sebagai tanda tercapainya pubertas Sutama et al. 1994 . Kambing jantan tidak memiliki siklus birahi, sehingga kedewasaanya sulit ditentukan. Sebagai penentu kambing jantan sudah dewasa kelamin adalah jika kambing jantan mulai suka menaiki kambing lainya. Jika patokan dewasa kelamin didasarkan dengan umur, pada umur 8 bulan kambing sudah bisa digunakan sebagai pejantan Shodiq dan Abidin, 2008.

3. Birahi

Siklus birahi adalah sebuah siklus dalam kehidupan kambing betina yang sudah dewasa dan setiap siklus akan diakhiri dengan proses ovulasi keluarnya sel-sel telur untuk dibuahi. Perkawinan dapat menghasilkan kebuntingan bila dilakukan pada saat kambing betina dalam keadaan birahi. Kambing betina birahi pertama pada saat umur 6 – 8 bulan tetapi belum dapat dikawinkan menunggu dewasa tubuh pada umur 10 – 12. Sedangkan kambing jantan sebaiknya dikawinkan setelah umur 12 bulan. Tanda – tanda birahi pada kambing betina antara lain : Gelisah, tidak nafsu makan, ekor dikibas – kibaskan serta terus – menerus mengembik, Alat kelamin bengkak, berwarna merah serta mengeluarkan sedikit lendir bening dan masa birahi berlangsung selama 24 – 45 jam dan akan terulang dengan siklus 18 – 20 hari Shodiq dan Abidin, 2008.

4. Perkawinan

Perkawinan alami adalah perkawinan yang terjadi karena adanya kontak fisik antara pejantan dengan betina, artinya seluruh proses perkawinan menggunakan pejantan dalam membuahi betina yang sudah commit to user 7 dewasa kelamin dan dewasa tubuh serta sudah birahi keinginan untuk kawin Setiawan dan Tanius, 2008.

C. Perkandangan

Kandang dibangun untuk melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu, kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang kotoran, mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak, dan kandang dibangun sebagai tindakan preventif agar kambing tidak merusak tanaman dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan kambing Wardana, 2012. Model kandang menurut Devandra dan Burns 1994 ada dua tipe yang umum dipakai di daerah tropis. Tipe yang pertama adalah kandang pada tanah, kandang tipe ini seringkali menempel pada bangunan lain. Tipe yang ke dua adalah kandang panggung, sehingga bagian bawah kandang berkolong dengan tinggi kurang lebih 1-1,5 m di atas permukaan tanah yang akan memudahkan dalam membersihkan dan mengumpulkan kotoran. Kandang yang baik menghadap ke Timur agar mendapat cukup sinar matahari pagi yang merata dan udara yang segar, terlindung dari hembusan angin langsung, jarak kandang relatif jauh dari sumur dan pemukiman warga, nyaman dan cukup tenang Mulyono, 2002.

D. Bahan Pakan