makalah sosiologi 001

(1)

MAKALAH SOSIOLOGI

PEMBENTUKAN KELOMPOK INTERNAL DAN EKSTERNAL DI

LINGKUNGAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dosen Pengampu : Drs. Syamsul Sukmono Edy, Sh. M.Hum

Di Susun Oleh

Baiq Uswatun Hasanah (1412149-AN. D)

SEKOLAH TINGGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (STISOSPOL) WASKITA DHARMA MALANG PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah membantu kami, sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu dan penuh kemudahan, tanpa pertolongan Allah mungkin makalah ini tidak akan terselesaikan dengan baik.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui tentang pengertian, menambah wawasan dan pengetahuan tentang Sosiologi khususnya mengenai pembentukan kelompok dalam masyarakat yang kami sajikan dari hasil pengamatan berbagai sumber. Makalah ini disusun melalui banyak rintangan, baik itu yang datang dari diri sendiri maupun faktor lain dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari Allah SWT maka makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Pembentukan Kelompok Internal dan Eksternal di Lingkungan Institu Pertanian Bogor” sebagai salah satu tugas yang harus kami selesaikan guna untuk tugas mata kuliah untuk Ilmu Pengantar Sosiologi. Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak dan teman-teman yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan kita pengetahuan dan wawasan tentang ilmu tentang Pembentukan Kelompok di ligkungan Institut Pertanian Bogor. Karena makalah ini masih banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Terima Kasih,

Malang, 24 November 2014


(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...5

C. Tujuan...5

D. Manfaat...5

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kelompok...6

B. Ciri Dan Syarat Kelompok...6

C. Penggolongan Kelompok...7

D. Pembentukan Kelompok...9

E. Dasar Pembentukan Kelompok...9

F. Tahap-Tahap Pembentukan Kelompok...10

BAB III : PEMBAHASAN A. Kelompok Internal...12

B. Kelompok Eksternal...15

BAB III : PENUTUP A. Kesimpulan...16

B. Saran...16


(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

Di dalam hubungan antara manusia dengan manusia lain, yang paling penting adalah reaksi yang menyebabkan tindakan seorang menjadi bertambah luas. Sejak dilahirkan, manusia sudah mempunyai hasrat untuk bersosialisasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Manusia mempunyai naluri untuk senantiasa berhubungan dengan sesamanya. Hubungan tersebut menghasilkan pola pergaulan yang dinamakan pola interaksi sosial. Dimana pola interaksi sosial yang terus menerus akan meningkatkan derajat kohesivitas antar individu yang saling berinteraksi.

Derajat kohesivitas dalam interaksi tersebut akan menentukan keberlangsungan hidup suatu kelompok. Keberadaan suatu kelompok tidak mulus begitu saja namun pasti ada kendala yang terjadi. Kendala tersebut bisa berasal dari dalam kelompok itu sendiri dan juga dari luar kelompok. Kendala-kendala di dalam kelompok berasal dari individu-individu sebagai anggota misalnya konflik. Namun konflik juga merupakan indikator keberhasilan suatu kelompok. Sedangkan dari luar bisa seperti pandangan-pandangan yang mempengaruhi pemikiran-pemikiran dalam kelompok tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada kekuatan suatu kelompok untuk bertahan.

Seperti pada kelompok Ojek Kampus dan kelompok Pecinta jepang “Onigiri”. Pada kedua kelompok tersebut terjadi tahapan-tahapan yang mencerminkan kualitas kekuatan kelompok. Semakin mereka tergantung satu sama lain maka kekuatan kelompok tersebut semakin baik. Begitu juga dengan konflik yang terjadi dalam kelompok tersebut akan menentukan kualitas hubungan antar individu dalam kelompok.


(5)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana proses terbentuknya kelompok Ojek Kampus dan kelompok Pecinta Jepang “Onigiri”?

2. Termasuk dalam jenis apakah kelompok Ojek Kampus dan kelompok Pecinta Jepang “Onigiri”?

C. Tujuan

Tujuan yang dapat dikemukakan dari rumusan masalah di atas adalah:

1) Untuk mengetahui proses pembentukan kelompok Ojek Kampus dan kelompok Pecinta Jepang “Onigiri”.

2) Untuk mengidentifikasi penggolongan kelompok Ojek Kampus dan kelompok Pecinta Jepang ”Onigiri”.

D. Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pembentukan dan penggolongan kelompok khususnya kepada mahasiswa dan kepada masyarakat pada umumnya.


(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kelompok

Kelompok adalah dua atau lebih orang yang saling berinteraksi, interdependen (saling tergantung satu dengan yang lainnya) dan berada bersama-sama untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam suatu kelompok akan hidup (eksis) apabila terpenuhi persyaratan (Sukanto, 1990 dalam Sosiologi Umum) yaitu:

a. Ada kesadaran dari setiap anggota sebagai bagian dari grup.

b. Ada hubungan timbal-balik antar anggota yang satu dengan yang lain.

c. Ada suatu factor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara mereka bertambah erat (nasib, kepentinggan, tujuan, ideology, musuh bersama)

d. Grup tersebut berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. e. Grup tersebut bersistem dan berproses.

Ada empat dasar yang melandasi pembentukan kelompok sekaligus menjadi prinsip-prinsip hubungan yang mengikat anggota grup sosial yaitu (Koentjaraningrat, 1979 dalam Sosiologi Umum):

a. Dasar keturunan satu nenek moyang (genelogis/kekerabatan, misalnya grup kerabat senarak Batak);

b. Dasar tempat tinggal bersama/berdekatan (unsure territorial, misalnya grup arisan ibu-ibu RT);

c. Dasar kepentingan bersama (tujuan-tujuan yang bersifat khusus, misalnya kelompok sambatan);

d. Dasar program pihak ‘atas-desa’ (misalnya:’Dasawisma’ dari BKKBN.

B. Ciri dan Syarat Kelompok

Syarat kelompok menurut Baron dan Byrne, yaitu :

a. Interaksi, anggota-anggota seharusnya berinteraksi satu sama lain.

b. Interdependen, apa yang terjadi pada seorang anggota akan mempengaruhi perilaku anggota yang lain.


(7)

c. Stabil, hubungan paling tidak ada lamanya waktu yang berarti (bisa minggu, bulan dan tahun). Tujuan yang dibagi, beberapa tujuan bersifat umum bagi semua anggota.

d. Struktur, fungsi tiap anggota harus memiliki beberapa macam struktur sehingga mereka memiliki set peran.

e. Persepsi, anggota harus merasakan diri mereka sebagai bagian dari kelompok.

Ciri dasar suatu kelompok menurut Huky, yaitu :

1. Kelompok selalu terdiri dari paling sedikit dua orang adan terus dapat bertambah menjadi lebih dari itu.

2. Kelompok sebenarnya tidak dianggap terbentuk karena memenuhi persyaratan jumlah. 3. Komunikasi dan interaksi yang merupakan unsure pokok suatu kelompok, harus bersifat

timbale balik.

4. Kelompok itu bisa sepanjang hidup atau jangka panjang, tetapi juga bisa bersifat sementara atau jangka pendek.

5. Kelompok dan cirri kehidupan kelompok juga dapat ditemukan di antara kehidupan binatang, seperti lebah, kera dan sebagainya.

6. Minat dan kepentingan bersama merupakan warna utama pembentukan kelompok. 7. Pembentukan kelompok dapat didasarkan pada situasi yang beranekaragam, di mana

dalam situasi itu manusia dituntut untuk bersatu.

8. Dalam kaitan dengan sumber pembentukan kelompok, maka sekarang ada 2 asumsi popular yang menurut Huky, yaitu :

a. Sumber pembentukan kelompok yaitu adanya minat dan kepentingan bersama. b. Sumber pembentukan kelompok yaitu insting menusia yang selalumendorongnya

untuk berkelompok.

9. Kelompok merupakan suatukesatuan dalam dirinya sendiri, yang memiliki warna dan ciri sendiri yanhg berbeda dari yang lain bahkan dengan anggotanya secara pribadi.

Ada 2 hasrat pokok yang dimiliki manusia sehingga terdorong untuk hidup berkelompok, yaitu : a. Hasrat untuk bersatu dengan manusia-manusia di sekitarnya.

b. Hasrat untuk bersatu dengan situasi alam sekitarnya.

C. Penggolongan Kelompok

Dari berbagai definisi kelompok yang telah disebutkan diatas, kelompok dapat digolongkan kepada beberapa klasifikasi. Penggolongan ini dilakukan untuk mempermudah identifikasi


(8)

masing-masing kelompok. Agar dapat ditelaah pola-pola hubungan yang terjalin didalam tiap kelompok, untuk memudahkan proses pengorganisasian pesan didalamnya.

Suatu kelompok dapat digolongkan menurut klasifikasinya, yaitu berdasarkan kualitasnya atau tipe hubungan antara para anggota (ada kelompok primer dan sekunder, formal dan informal, paguyupan atau gemeninschaft dan geselschaft), jumlah anggota (ada in-group dan out-group) dan berdasar perasaan persatuan satu kelompok (ada kelompkik terbentuk atas dasar partisispasi yang terpaksa dan ada kelompok referen yaitu kelompok yang menjadi patokan bagi seseorang).

Penggolongan kelompok sangat bergantung pada tujuan penggolongan itu sendiri, antara lain sebagai berikut:

1. Kelompok formal : organisasi militer, perusahaan, kantor kecamatan.

Kelompok non-formal: arisan, geng, kelompok belajar, teman-teman bermain sepakbola. 2. Kelompok kecil: dua sahabat, keluarga, kelas.

Kelompok besar: divisi tentara, suku bangsa, bangsa.

3. Kelompok jangka pendek: panitia, penumpang sebuah kendaraan umum, orang-orang yang membantu memadamkan kebakaran atau menolong korban banjir.

Kelompok jangka panjang: bangsa, keluarga, tentara, sekolah

4. Kelompok kohesif (hubungan erat antar anggota): keluarga, panitia, sahabat, rombongan ibadah haji. Kelompok tidak kohesif: penonton bioskop, pembaca majalah, jamaah shalat jumat.

5. Kelompok agresif: mahasiswa tawuran, penumpang kereta api mengeroyok pencopet, demonstran, pengunjuk rasa.

Kelompok konvensional: jamaah haji, jamaah shalat jumat, penonton wayang kulit, pengendaran mobil di jalan raya, tamu undangan pernikahan, penonton konser musik. Kelompok ekpresif: penonton musik,peserta rapat umum partai politik.

6. Kelompok dengan identitas bersama: keluarga, kesatuan ABRI, perusahaan, sekolah, universitas.

Kelompok tanpa identitas bersama: penonton, jamaah, penumpang bus.

7. Kelompok individual-otonomus: masyarakat kota besar, perusahaan dengan sistem manajemen berat.

Kelompok kolektif-relational: masyarakat pedesaan, perusahaan dengan manajemen timur (misalnya, perusahaan jepang), keluarga besar. Kelompok ini mempunyai identitas kelompok yang kuat.

8. Kelompok yang berbudaya tunggal (adat, tata susila, agama, hukum atau norma lainnya seragam): masyarakat pedesaan tradisional, perusahaan, organisasi militer, keluarga yang berasal dari lingkungan budaya bersama.

Kelompok berbudaya majemuk: masyarakat perkotaan, parta politik, keluarga antar agama.

9. Kelompok laki-laki: tim sepak bola, pasukan komando, geng laki-laki, jamaah shalat jumat.

Kelompok perempuan: tim sepak bola perempuan, polisi wanita, korps wanita ABRI, lembaga bantuan hukum untuk wanita, himpunan wanita karya.

10. Kelompok konsumen: yayasan lembaga konsumen, persatuan penggemar mobil, kelompok ibu rumah tangga.


(9)

Kelompok produsen, pengusaha atau profesi: asosiasi kayu, persatuan hotel dan restoran, ikatan dokter, ikatan sarjana, persatuan guru.

11. Kelompok persahabatan: arisan, teman bermain, kumpulan sahabat, kelompok golf, paguyuban alumni SMA.

Kelompok yang telibat dalam tujuan bersama: perusahaan, yayasan, instansi pemerintah.

Ada beberapa penggolongan suatu kelompok dalam Sosiologi yaitu: 1) Grup primer dan grup sekunder

Grup primer mempunyai cirri-ciri hubungan primer (face to face, kenal mengenal secara pribadi dan intim), kerjasama kuat, psikologi dekat, emosional: tujuan individu sama dengan tujuan kelompok (misalnya kelurga). Sementara kelompok sekunder adalah memiliki cirri-ciri hubungan sekunder (longgar), kontak sosial lemah/rendah, objektif dan loyalitas tinggi. Grup primer dan grup sekunder memiliki kesejajaran berturut-turut memiliki kesejajaran dengan gemenschaft dan geselschaft menurut rumusan F. Tonnis dalam Sosiologi umum. Gemenschaft adalah kelompok yang berdasarkan pada ikatan guyup, setiakawan, batinaiah, murni,alami dan reklatif kecil sedangkan geselschaft berdasarkan ikatan pamrih atau kepentingan.

2) In-group dan out-group

In-group merupakan kelompok sosial diman individu mengidentifikasi dirinya (kami/kita), sedangkan out-group merupakan kelomompok lawan in-group menurut

individu. In-group dikaitkan dengan istilah ‘kami/kita’, sementara out-groupp dengan istilah ‘mereka’.

3) Reference Group dan Membership Group

Reference group adalah suatu group tempat seseorang mengidentifikasi diri atas dasar nilai/norma group yang dianggapp cukup baik untuk dituruti. Sedangkan membership group adalah tempat setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok secara otomatis.

4) Grup Formal dan Informal

Grup formal adalah group yang mempunyai peraturan-peraturan tegas dan dengan khusus dirumuskan oleh anggota-anggotanya untuk mengatur antar mereka. Sementara group informal biasanya terbentuk karena hubungan yang tercipta secara berulang dan menghasilkan pertemuan kepentingan-kepentingan bersama atas dasar pengalaman-pengalaman yang sama.


(10)

Pembentukan kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok. Pembentukan kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul perpecahan. Perpecahan yang terjadi bisanya bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.

E. Dasar Pembentukan Kelompok

Langkah proses pembentukan diawali dengan pembentukan kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut :

a. Persepsi

Pembagian kelompok diharapkan mempunyai kemampuan yang berimbang, apabila ada anggota yang mempunyai tingkat intelegensi rendah, maka anggota yang mempunyai tingkat intelegensi tinggi mampu menginduksi anggota yang lain, sehingga tidak terjadi ketimpangan yang mencolok.

b. Motivasi

Pembagian kekuatan yang berimbang akan memotivasi setiap anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat, dalam mencapai tujuan kelompok.

c. Tujuan

Pembentukan kelompok diantaranya adalah untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu dengan menggunakan metode diskusi ataupun kerjasama, seahingga di sini suatu kelompok memiliki tujuan yang sama dengan tujuan anggotanya.

d. Organisasi

Pengorganisasian dimaksudkan untuk mempermudah koordinasi, sehingga penyelesaian masalah kelompok menjadi lebih efektif dan efisien.

e. Independensi

Kebebasan merupakan hal penting dalam dinamika kelompok, yang dimaksud kebebasan disini adalah kebebasan anggota kelompok dalam menyampaikan ide dan pendapatnya. Kebebasan disesuaikan dengan aturan yang berlaku dalam kelompok, sehingga tidak mengganggu proses kelompok.

f. Interaksi

Interaksi/hubungan timbal balik antar anggota kelompok merupakan syarat yang penting dalam kelompok, karena dengan adanya interaksi/hubungan timbal balik akan ada proses memberi dan menerima ilmu pengetahuan dari satu anggota ke anggota yang lain, sehingga transfer ilmu dapat berjalan (kebutuhan akan informasi terpenuhi).

F. Tahap-Tahap pembentukan Kelompok

Adapun tahap-tahap pembentukan suatu kelompok pertama kali diajukan oleh Bruce Tackman pada 1965. Teori ini dikenal sebagai salah satu teori pembentukan kelompok yang terbaik dan menghasilkan banyak ide-ide lain setelah konsep ini dicetuskan. Teori ini memfokuskan pada cara suatu kelompok menghadapi suatu tugas mulai dari awal


(11)

tahap kelima yaitu adjourning dan transforming untuk melengkapi teori ini. Berikut penjelasan lima tahap pembentukan kelompok oleh Tuckman:

a) Tahap 1 – Forming

Pada tahap ini, kelompok baru saja dibentuk dan diberikan tugas. Anggota kelompok cenderung untuk bekerja sendiri dan walaupun memiliki itikad baik namun mereka belum saling mengenal dan belum bisa saling percaya. Waktu banyak dihabiskan untuk

merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain. b) Tahap 2 – Storming

Pada tahap ini kelompok mulai mengembangkan ide-ide berhubungan dengan tugas yang mereka hadapi. Mereka membahas isu-isu semacam masalah apa yang harus mereka selesaikan, bagaimana fungsi mereka masing-masing dan model kepemimpinan seperti apa yang dapat mereka terima. Anggota kelompok saling terbuka dan

mengkonfrontasikan ide-ide dan perspektif mereka masing-masing.

Pada beberapa kasus, tahap storming cepat selesai. Namun ada pula beberapa kelompok yang mandek pada tahap ini. Tahap storming sangatlah penting untuk perkembangan suatu kelompok. Tahap ini bisa saja menyakitkan bagi anggota kelompok yang

menghindari konflik. Anggota kelompok harus memiliki toleransi terhadap perbedaan yang ada.

c) Tahap 3 – Norming

Terdapat kesepakatan dan konsensus antara anggota kelompok. Peranan dan tanggung jawab telah jelas. Kelompok mulai menemukan haromoni seiring dengan kesepakatan yang mereka buat mengenai aturan-aturan dan nilai-nilai yang digunakan. Pada tahap ini, anggota kelompok mulai dapat mempercayai satu sama lain seiring dengan mereka melihat kontribusi penting masing-masing anggota untuk kelmpok.

d) Tahap 4 – Performing

Kelompok pada tahap ini dapat berfungsi dalam menyelesaikan pekerjaan dengan lancar dan efektif tanpa ada konflik yang tidak perlu dan supervisi eksternal. Anggota kelompok saling tergantung satu sama lainnya dan mereka saling respek dalam berkomunikasi. Fasilitator dari kelompok ini bersifat partisipatif. Keputusan penting justru banyak diambil oleh kelompok.

e) Tahap 5 – Adjourning dan Transforming

Ini adalah tahap yang terakhir dimana proyek berakhir dan kelompok membubarkan diri. Kelompok bisa saja kembali pada tahap manapun ketika mereka mengalami perubahan (transforming). Misalnya jika ada review mengenai goal ataupun ada perubahan anggota kelompok.

Keunggulan dari teori ini adalah menjadi suatu pedoman dalam pembentukan suatu kelompok. Sementara itu keterbatasannya antara lain:

 Model ini didesain untuk menjelaskan tahap-tahap yang terjadi pada kelompok dengan ukuran kecil


(12)

 Pada kenyataannya, proses kelompok tidak linear seperti penjelasan pada teori Tuckman, namun lebih bersifat siklus.

 Karakteristik tiap tahap tidak selalu saklek seperti itu. Karena model ini berkaitan dengan perilaku manusia, maka kadang tidak jelas ketika sebuah kelompok berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya. Mungkin saja terjadi tumpang tindih antar tahap tersebut.

 Model ini tidak memperhitungkan peranan yang harus diambil individu dalam kelompok

 Tidak ada pedoman mengenai jangka waktu mengenai perpindahan dari satu tahap ke tahap lainnya.


(13)

BAB III PEMBAHASAN A. Kelompok Internal

Pada karya tulis ini yang disebut sebagai kelompok internal adalah suatu sekumpulan orang yang bersama memiliki interaksi dan tujuan yang sama yang berada didalam naungan Institut Pertanian Bogor. Salah satu contoh kelompok internal yang akan diidentifikasi adalah Onigiri. Onigiri adalah sebuah komunitas pecinta budaya Jepang yang ada di IPB.

Berawal dari pemutaran film dan lagu-lagu Jepang dikamar asrama yang kemudian menarik minat mahasiswa lain yang juga pecinta Jepang. Merekapun sering berkumpul, berbagi koleksi Jepang yang mereka punya. Karena menemukan kecocokan ide, beberapa hari kemudian Mirza, Hidea, Alto, Mirsa, dan Yayok sebagai pentolan kelompok ini bermusyawarah untuk

merealisasikan ide mereka dalam membentuk kelompok pecinta Jepang.

Pada tahun 2004 terbentuklah kelompok pecinta Jepang yang pertama di IPB dengan nama Himaruku. Pada saat itu pemilihan ketua dilakukan secara demokratis dan Mirza yang terpilih. Setahun kemudian Himaruku berubah nama menjadi Onigiri, tepatnya pada tanggal 3 Oktober 2005. Perubahan nama ini mereka lakukan dengan menimbang nama Oigiri tersa lebih ramah ditelinga, lebih familiar. Aktivitas yang dilakukan didalam kelompok ini antara lain nonton bareng film-film Jepang, seminar beasiswa ke Jepang, dan festival Band dengan lagu Jepang tentunya.

Kepengurusan Onigiri berjalan dengan baik meskipun dalam kelompok tersebut masih ada ‘seleksi alam’. Hal ini terjadi karena tidak ada peraturan yang mengikat diantara mereka. Onigiri adalah kelompok yang berbasis kekeluargaan. Ketua Onigiri sekarang, Tri Cahyo Baskara alias Chakko. Merupaka mahasiswa angkatan 42 dari Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat. Chakko menyebutkan informasi keanggotaan, dimana anggota pasif yang tercatat 80-100 orang dan anggota aktif kurang lebih 40 orang.

Tahap-Tahap Pembentukan Kelompok dari Onagiri

Dalam tiap pembentukan kelompok, akan mengalami beberapa tahapan yang didasarkan pada Tahapan Tuckman, antara lain:

1. Forming

Persiapan pembentukan Onigiri diawali dari pengumpulan anggota. Anggota awalnya diperoleh dari teman-teman pendiri pecinta Jepang. Kemudian dilanjutkan dengan saling menukar film yang dimiliki. Tidak hanya film tetapi juga lagu, poster, ataupun pernak-pernik. Pada tahapo ioni masih berlaku waktu dalam kelompok banyak dihabiskan untuk

merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain. Agar menguatkan pondasi dari kelompok itu sendiri.

2. Storming

Tahap storming yaitu, tahapan mulai munculnya konflik. Konflik disini bila dapat dilewati tanpa adanya perpecahan, akan menguatkan kelompok ini, sehingga proses pembentukan


(14)

kelompok terus berlangsung. Namun, bila kelompok ini tidsak kuat terhadap terpaan konflik, maka perpecahan mungkin sekali terjadi.

Konflik dalam Onigiri mulai terjadi pada tahun 2006, saat Onigiri mengadakan salah satu event terbesarnya bernama Japan Music Corner. Dalam acara tersebut Onigiri bekerja sama dengan salah satu UKM di IPB yaitu MAX. Dalam acara tersebut terjadi kesalahan dalam pengaturan keuangan yang diduga dilakukan oleh bendahara acara. Selain itu, serangkaian acara yang sudah direncanakan sebelumnya justru terkesan seperti dua acara yang berdiri sendiri. Hal ini terjadi karena kesalahan ketua pelaksana acara yang membagi Onigiri menjadi dua kepanitiaan sehingga menyebabkan timbulnya dua gap yang bersaing untuk mensukseskan dan mengunggulkan acara masing-masing.

3. Norming

Peraturan dalam Onigiri bersifat kekeluargaan. Karena itulah setiap pemacahan masalah dalam Onigiri selalu diselesaikan dengan jalan kekeluargaan. Setiap satu bulan sekali selalu diadakan rapat atau pertemuan resmi. Namun, bersifat kekelurgaan untuk membahas setiap masalah yang terjadi dalam kelompok. Dalam pertemuan tersebut juga diajakan nonton bareng film-film Jepang terbaru. Suasana keakraban dapat terjalin kembali dalam setiap acara yang diadakan.

Proses norming dimana kelompok dihadapkan kepada proses pembentukan norma atau nilai yang kemudian akan menjadi pedoman dalam menjalankan kelompok ini. Kekeluargaan menjadi norma yang dipilih oleh Onigiri.

4. Performing

Kelompok Onigiri mempunyai tujuan pembentukan awal yaitu untuk menyalurkan hobi anggota yang menyukai budaya atau kultur Jepang. Sejauh ini, tujuan tersebut telah tercapai dengan diuadakannya berbagai acara dan kegiatan-kegiatan berupa nonton bareng, expo beasiswa Jepang, saling menukar lagu dan film-film serta bertukar info.

5. Adjourning

Dalam setiap pelaksana acara Onigiri selalu ada tahap vakum, dimana anggota melakukan istirahat sementara dari setiap kegiatan yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari rasa lega antar anggota setelah melaksanakan acara. Setiap anggota kadang mempunyai tanggapan yang berbeda-beda. Ada sebagian bersemangat, bersuka cita, dan senang.

Jenis Kelompok Onagiri

Onigiri merupakan kelompok sekunder karena hubungan antar anggota longgar, kontak sosialnya lemah terlihat hubungan tatap muka yang jarang dilakukan. Mereka berkumpul saat ada acara, kegiatan, dan even-even yang menarik untuk diikuti. Kelompok ini juga termasuk gemeinscaft karena Onigiri dibentuk berdasarkan ikatan kekeluargaan dan setiakawan. Berawal dari perkumpulan mahasiswa pecinta Jepang angkatan 41 di asrama. Mereka bersahabat dan berinisiatif membentuk Onigiri.

Onigiri juga termasuk grup informal karena tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. Kelompok tersebut terbentuk karena ada pengalaman dan ketertarikan yang sama terhadap budaya Jepang antara anggotanya. Selain itu, termasuk membership grup karena


(15)

setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Setelah ada perekrutan, anggota aktif maupun pasif secara tidak langsung menjadi anggota Onigiri.

B. Kelompok Eksternal

Kelompok eksternal yang dibahas dalam makalah ini adalah kelompok Ojek Kampus yang pangkalannya terdapat di dekat Fakultas Pertanian IPB. Profil dari kelompok Ojek ini adalah sebagai berikut:

Ketua : Pak Mukhlis Wakil : Pak Rahmat Bendahara : Pak Agus Seksi Lapangan : Pak Junaidi Jumlah Anggota : 30 orang

Kelompok Ojek Kampus mulai ada sejak tahun 2002. Pembentukannya tidak secara begitu saja namun diawali dari kelompok tukang becak. Karena persetujuan dari pihak Institut Pertanian Bogor atas pengajuan beberapa anggota dari kelompok tersebut, maka kelompok tukang becak akhirnya terbagi menjadi dua. Satu kelompok masih tetap menjadi tukang becak dan satu kelompok lagi menjadi tukang ojek. Selanjutnya tahap-tahap

pembentukan kelompok Ojek Kampus dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Tahap forming

Pada tahap ini ada inisiatif dari para tukang becak yang melihat adanya peluang untuk membentuk kelompok baru (Kelompok Ojek). Kemudian beberapa orang yang memiliki tekad kuat untuk membentuk kelompok ojek tersebut mengajukan permohonan kepada Rektor Institut pertanian Bogor. Ternyata pengajuan tersebut mendapat respon positif dari pihak IPB. Kemudian ternetuklah kelompok ojek kampus yang sampai saat ini

pangkalannya terletak di dekat Fakultas Pertanian IPB. 2. Tahap Storming

Setelah terbentuk, tentunya interaksi yang terjadi sekarng berbeda kondisinya. Sebelumnya mereka tidak bergabung dalam kelompok ojek namun kelompok tukang becak. Transformasi dari dua kondisi menimbulkan perubahan kebiasaan diantara anggota berhubungan dengan pekerjaan mereka. Konflik-konflik kecil seperti pertengkaran pun terjadi di awal-awal pembentukan ini. Namun hal tersebut dapat diatasi segera mungkin melalui cara kekeluargaan dan musyawarah.

3. Tahap Norming

Pada perjalannya setiap kelompok akhirnya memiliki nilai-nilai yang langsung maupun tidak langsung diciptakan. Begitu juga dengan kelompok ojek kampus ini.sebenarnya


(16)

tidak ada aturan yang dibuat dengan sangat formal. Namun nilai yang secar tidak langsung terbentuk melekat dalam diri masing-masing anggota seperti nilai kekeluargaan dan kebersamaan. Selain itu ada juga aturan yang sengaja diciptakan yaitu model penarikan penumpang. Caranya adalah dengan menggunakan nomor urut kedatangan. Siapa yang berangkat paling pagi maka dia berhak menarik terlebih dahulu. Begitu seterusnya selama 24 jam.

4. Tahap performing

Jalinan yang semakin kuat diantara individu dalam kelompok tersebut membuat

keberlangsungan kelompok berjalan baik. Pada tahap performing ini, masing-masing dari anggota menyadari peranannya dalam kelompok dan kesalingtergantungannya tinggi. 5. Tahap Adjourning

Pada tahap terakhir pembentukan kelompok ini, kelompok ojek kampus telah

membuktikan eksistensinya sebagai sebuah kelompok. Tidak mudah untuk mencapai tahap ini karena kendala-kendala seperti konflik pada tahap-tahap pembentukan sebelumnya dapat menghalangi. Namun kerna sifat ketergantungan dari anggota kelompok tinggi, maka kelompok ojek kampus sampai pada tahap ini. Pada tahap adjourning ini peran fasilitator (dalam hal ini adalah pihak IPB) sudah tidak ikut campur tangan lagi dalam kegiatan mereka. Sehingga mereka dapat mengembangkan

kelompoknya sesuai dengan apa yang mereka sepakati bersama.

Jenis Kelompok

Kelompok ojek kampus merupakan kelompok primer karena dalam kelompok itu hubungan atau interaksi dilakukan secara face to face atau tatap muka. Mengenal secara pribadi dan intim juga merupakan ciri lain dari kelompok ojek kampus yang dapat

digolongkan sebagai kelompok primer. Kerjasama yang kuat, dekatnya hubungan psikologis mereka, tujuan individu sama dengan tujuan kelompok, yaitu untu meningkatkan penghasilan, dan taraf hidup.

Gemeinschalf adalah bentuk dari kelompok ojek kampus ini. Karena mereka mendirikan kelompok ini lebih mementingkan ikatan batiniah, setiakawan, murni dan alami. Walaupun secara tujuan mereka untuk kepentingan ekonomi, namun, ikatan kekeluargaanlah yang menjadi dasar dari kelompok ini.

Kelompok ojek kampus selanjutnya dapat digolongkan sebagai membership group karena kelompok ini merupakan tempat dimana anggotanya terikat secara fisik. Kelompok ini juga digolongkan sebagi kelompok informal. Karena kelompok ini terbentuk akibat adanya pertemuan kepentingan-kepentingan bersama atas pengalaman bersama. Pengalaman yang sama dari kelompok ini adalah bahwa mereka sebelum menjadi tukang ojek adalah tukang becak. Ciri-ciri informal memang menonjol pada kelompok primer, kelompok ojek kampus pada kasus ini. Meski begitu tidak ada satu kelompok pun yang murni formal atau informal. Kedua tipe tersebut dapat saja dijumpai pada satu kelompok. Dalam hal ini kelompok ojek kampus, walaupun lebih kuat mengarah ke kelompok informal, namun karena adanya sedikit hierarki dan pembagian tugas, menyebabkan kelompok ini mengandung tipe formal juga didalamnya.


(17)

Sebenarnya mengkaji apakah kelompok ini adalah kelompok formal atau informal sebenarnya adalah menguji seberapa tinggikah derajat formalitas yang terdapat dalam

hubungan antar anggotanya. Dalam kasus kelompok ojek kampus, dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa derajat formalitas dalam hubungan tau interaksi antar anggotanya tidak tinggi.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Kelompok adalah suatu kumpulan orang yang melakukan interaksi dan hubungan yang timbal balik antar anggota satu sama lain, serta memiliki faktor yang dimiliki bersama yang membuat mereka tambah erat (nasib, kepentingan, tujuan, ideology, musuh bersama, dll). Kumpulan orang itu memiliki pola perilaku yang berstruktur dan berkaidah, memiliki sistemdan berproses.

Kelompok yang dibahas pada karya tulis kali ini adalah kelompok internal kampus IPB, Onigiri dan kelompok eksternal kampus IPB, kelompok Ojek kampus. Dapat disimpulkan dari keseluruhan yang telah dibahs diatas bahwa mereka sama dan pembentukan kelompok, berdasar lima tahap pembentukan kelompok Tuckman, yaitu proses forming, stroming, norming,

performoing, adjourning.

B. Saran

Intensitas pertamuan dan kualitas interkasi antar kelompok seharunya lebih ditingkatkan. Agar tercapainya tujuan bersama yang mengakomodir tujuan pribadi dari masing-masing anggota kelompok. Diharapkan konflik yng terjadi akan menaikkan derajat kohesivitas tiap kelompok.


(18)

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta

Goldberg, Alvin & Carl Larson. 2006. Komunikasi Kelompok. Percetakan Universitas Indonesia: Jakarta


(1)

BAB III PEMBAHASAN A. Kelompok Internal

Pada karya tulis ini yang disebut sebagai kelompok internal adalah suatu sekumpulan orang yang bersama memiliki interaksi dan tujuan yang sama yang berada didalam naungan Institut Pertanian Bogor. Salah satu contoh kelompok internal yang akan diidentifikasi adalah Onigiri. Onigiri adalah sebuah komunitas pecinta budaya Jepang yang ada di IPB.

Berawal dari pemutaran film dan lagu-lagu Jepang dikamar asrama yang kemudian menarik minat mahasiswa lain yang juga pecinta Jepang. Merekapun sering berkumpul, berbagi koleksi Jepang yang mereka punya. Karena menemukan kecocokan ide, beberapa hari kemudian Mirza, Hidea, Alto, Mirsa, dan Yayok sebagai pentolan kelompok ini bermusyawarah untuk

merealisasikan ide mereka dalam membentuk kelompok pecinta Jepang.

Pada tahun 2004 terbentuklah kelompok pecinta Jepang yang pertama di IPB dengan nama Himaruku. Pada saat itu pemilihan ketua dilakukan secara demokratis dan Mirza yang terpilih. Setahun kemudian Himaruku berubah nama menjadi Onigiri, tepatnya pada tanggal 3 Oktober 2005. Perubahan nama ini mereka lakukan dengan menimbang nama Oigiri tersa lebih ramah ditelinga, lebih familiar. Aktivitas yang dilakukan didalam kelompok ini antara lain nonton bareng film-film Jepang, seminar beasiswa ke Jepang, dan festival Band dengan lagu Jepang tentunya.

Kepengurusan Onigiri berjalan dengan baik meskipun dalam kelompok tersebut masih ada ‘seleksi alam’. Hal ini terjadi karena tidak ada peraturan yang mengikat diantara mereka. Onigiri adalah kelompok yang berbasis kekeluargaan. Ketua Onigiri sekarang, Tri Cahyo Baskara alias Chakko. Merupaka mahasiswa angkatan 42 dari Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat. Chakko menyebutkan informasi keanggotaan, dimana anggota pasif yang tercatat 80-100 orang dan anggota aktif kurang lebih 40 orang.

Tahap-Tahap Pembentukan Kelompok dari Onagiri

Dalam tiap pembentukan kelompok, akan mengalami beberapa tahapan yang didasarkan pada Tahapan Tuckman, antara lain:

1. Forming

Persiapan pembentukan Onigiri diawali dari pengumpulan anggota. Anggota awalnya diperoleh dari teman-teman pendiri pecinta Jepang. Kemudian dilanjutkan dengan saling menukar film yang dimiliki. Tidak hanya film tetapi juga lagu, poster, ataupun pernak-pernik. Pada tahapo ioni masih berlaku waktu dalam kelompok banyak dihabiskan untuk

merencanakan, mengumpulkan infomasi dan mendekatkan diri satu sama lain. Agar menguatkan pondasi dari kelompok itu sendiri.

2. Storming

Tahap storming yaitu, tahapan mulai munculnya konflik. Konflik disini bila dapat dilewati tanpa adanya perpecahan, akan menguatkan kelompok ini, sehingga proses pembentukan


(2)

kelompok terus berlangsung. Namun, bila kelompok ini tidsak kuat terhadap terpaan konflik, maka perpecahan mungkin sekali terjadi.

Konflik dalam Onigiri mulai terjadi pada tahun 2006, saat Onigiri mengadakan salah satu event terbesarnya bernama Japan Music Corner. Dalam acara tersebut Onigiri bekerja sama dengan salah satu UKM di IPB yaitu MAX. Dalam acara tersebut terjadi kesalahan dalam pengaturan keuangan yang diduga dilakukan oleh bendahara acara. Selain itu, serangkaian acara yang sudah direncanakan sebelumnya justru terkesan seperti dua acara yang berdiri sendiri. Hal ini terjadi karena kesalahan ketua pelaksana acara yang membagi Onigiri menjadi dua kepanitiaan sehingga menyebabkan timbulnya dua gap yang bersaing untuk mensukseskan dan mengunggulkan acara masing-masing.

3. Norming

Peraturan dalam Onigiri bersifat kekeluargaan. Karena itulah setiap pemacahan masalah dalam Onigiri selalu diselesaikan dengan jalan kekeluargaan. Setiap satu bulan sekali selalu diadakan rapat atau pertemuan resmi. Namun, bersifat kekelurgaan untuk membahas setiap masalah yang terjadi dalam kelompok. Dalam pertemuan tersebut juga diajakan nonton bareng film-film Jepang terbaru. Suasana keakraban dapat terjalin kembali dalam setiap acara yang diadakan.

Proses norming dimana kelompok dihadapkan kepada proses pembentukan norma atau nilai yang kemudian akan menjadi pedoman dalam menjalankan kelompok ini. Kekeluargaan menjadi norma yang dipilih oleh Onigiri.

4. Performing

Kelompok Onigiri mempunyai tujuan pembentukan awal yaitu untuk menyalurkan hobi anggota yang menyukai budaya atau kultur Jepang. Sejauh ini, tujuan tersebut telah tercapai dengan diuadakannya berbagai acara dan kegiatan-kegiatan berupa nonton bareng, expo beasiswa Jepang, saling menukar lagu dan film-film serta bertukar info.

5. Adjourning

Dalam setiap pelaksana acara Onigiri selalu ada tahap vakum, dimana anggota melakukan istirahat sementara dari setiap kegiatan yang dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari rasa lega antar anggota setelah melaksanakan acara. Setiap anggota kadang mempunyai tanggapan yang berbeda-beda. Ada sebagian bersemangat, bersuka cita, dan senang.

Jenis Kelompok Onagiri

Onigiri merupakan kelompok sekunder karena hubungan antar anggota longgar, kontak sosialnya lemah terlihat hubungan tatap muka yang jarang dilakukan. Mereka berkumpul saat ada acara, kegiatan, dan even-even yang menarik untuk diikuti. Kelompok ini juga termasuk gemeinscaft karena Onigiri dibentuk berdasarkan ikatan kekeluargaan dan setiakawan. Berawal dari perkumpulan mahasiswa pecinta Jepang angkatan 41 di asrama. Mereka bersahabat dan berinisiatif membentuk Onigiri.

Onigiri juga termasuk grup informal karena tidak mempunyai struktur dan organisasi tertentu. Kelompok tersebut terbentuk karena ada pengalaman dan ketertarikan yang sama terhadap budaya Jepang antara anggotanya. Selain itu, termasuk membership grup karena


(3)

setiap orang secara fisik menjadi anggota kelompok tersebut. Setelah ada perekrutan, anggota aktif maupun pasif secara tidak langsung menjadi anggota Onigiri.

B. Kelompok Eksternal

Kelompok eksternal yang dibahas dalam makalah ini adalah kelompok Ojek Kampus yang pangkalannya terdapat di dekat Fakultas Pertanian IPB. Profil dari kelompok Ojek ini adalah sebagai berikut:

Ketua : Pak Mukhlis Wakil : Pak Rahmat Bendahara : Pak Agus Seksi Lapangan : Pak Junaidi Jumlah Anggota : 30 orang

Kelompok Ojek Kampus mulai ada sejak tahun 2002. Pembentukannya tidak secara begitu saja namun diawali dari kelompok tukang becak. Karena persetujuan dari pihak Institut Pertanian Bogor atas pengajuan beberapa anggota dari kelompok tersebut, maka kelompok tukang becak akhirnya terbagi menjadi dua. Satu kelompok masih tetap menjadi tukang becak dan satu kelompok lagi menjadi tukang ojek. Selanjutnya tahap-tahap

pembentukan kelompok Ojek Kampus dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Tahap forming

Pada tahap ini ada inisiatif dari para tukang becak yang melihat adanya peluang untuk membentuk kelompok baru (Kelompok Ojek). Kemudian beberapa orang yang memiliki tekad kuat untuk membentuk kelompok ojek tersebut mengajukan permohonan kepada Rektor Institut pertanian Bogor. Ternyata pengajuan tersebut mendapat respon positif dari pihak IPB. Kemudian ternetuklah kelompok ojek kampus yang sampai saat ini

pangkalannya terletak di dekat Fakultas Pertanian IPB. 2. Tahap Storming

Setelah terbentuk, tentunya interaksi yang terjadi sekarng berbeda kondisinya. Sebelumnya mereka tidak bergabung dalam kelompok ojek namun kelompok tukang becak. Transformasi dari dua kondisi menimbulkan perubahan kebiasaan diantara anggota berhubungan dengan pekerjaan mereka. Konflik-konflik kecil seperti pertengkaran pun terjadi di awal-awal pembentukan ini. Namun hal tersebut dapat diatasi segera mungkin melalui cara kekeluargaan dan musyawarah.

3. Tahap Norming

Pada perjalannya setiap kelompok akhirnya memiliki nilai-nilai yang langsung maupun tidak langsung diciptakan. Begitu juga dengan kelompok ojek kampus ini.sebenarnya


(4)

tidak ada aturan yang dibuat dengan sangat formal. Namun nilai yang secar tidak langsung terbentuk melekat dalam diri masing-masing anggota seperti nilai kekeluargaan dan kebersamaan. Selain itu ada juga aturan yang sengaja diciptakan yaitu model penarikan penumpang. Caranya adalah dengan menggunakan nomor urut kedatangan. Siapa yang berangkat paling pagi maka dia berhak menarik terlebih dahulu. Begitu seterusnya selama 24 jam.

4. Tahap performing

Jalinan yang semakin kuat diantara individu dalam kelompok tersebut membuat

keberlangsungan kelompok berjalan baik. Pada tahap performing ini, masing-masing dari anggota menyadari peranannya dalam kelompok dan kesalingtergantungannya tinggi. 5. Tahap Adjourning

Pada tahap terakhir pembentukan kelompok ini, kelompok ojek kampus telah

membuktikan eksistensinya sebagai sebuah kelompok. Tidak mudah untuk mencapai tahap ini karena kendala-kendala seperti konflik pada tahap-tahap pembentukan sebelumnya dapat menghalangi. Namun kerna sifat ketergantungan dari anggota kelompok tinggi, maka kelompok ojek kampus sampai pada tahap ini. Pada tahap adjourning ini peran fasilitator (dalam hal ini adalah pihak IPB) sudah tidak ikut campur tangan lagi dalam kegiatan mereka. Sehingga mereka dapat mengembangkan

kelompoknya sesuai dengan apa yang mereka sepakati bersama. Jenis Kelompok

Kelompok ojek kampus merupakan kelompok primer karena dalam kelompok itu hubungan atau interaksi dilakukan secara face to face atau tatap muka. Mengenal secara pribadi dan intim juga merupakan ciri lain dari kelompok ojek kampus yang dapat

digolongkan sebagai kelompok primer. Kerjasama yang kuat, dekatnya hubungan psikologis mereka, tujuan individu sama dengan tujuan kelompok, yaitu untu meningkatkan penghasilan, dan taraf hidup.

Gemeinschalf adalah bentuk dari kelompok ojek kampus ini. Karena mereka mendirikan kelompok ini lebih mementingkan ikatan batiniah, setiakawan, murni dan alami. Walaupun secara tujuan mereka untuk kepentingan ekonomi, namun, ikatan kekeluargaanlah yang menjadi dasar dari kelompok ini.

Kelompok ojek kampus selanjutnya dapat digolongkan sebagai membership group karena kelompok ini merupakan tempat dimana anggotanya terikat secara fisik. Kelompok ini juga digolongkan sebagi kelompok informal. Karena kelompok ini terbentuk akibat adanya pertemuan kepentingan-kepentingan bersama atas pengalaman bersama. Pengalaman yang sama dari kelompok ini adalah bahwa mereka sebelum menjadi tukang ojek adalah tukang becak. Ciri-ciri informal memang menonjol pada kelompok primer, kelompok ojek kampus pada kasus ini. Meski begitu tidak ada satu kelompok pun yang murni formal atau informal. Kedua tipe tersebut dapat saja dijumpai pada satu kelompok. Dalam hal ini kelompok ojek kampus, walaupun lebih kuat mengarah ke kelompok informal, namun karena adanya sedikit hierarki dan pembagian tugas, menyebabkan kelompok ini mengandung tipe formal juga didalamnya.


(5)

Sebenarnya mengkaji apakah kelompok ini adalah kelompok formal atau informal sebenarnya adalah menguji seberapa tinggikah derajat formalitas yang terdapat dalam

hubungan antar anggotanya. Dalam kasus kelompok ojek kampus, dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa derajat formalitas dalam hubungan tau interaksi antar anggotanya tidak tinggi.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Kelompok adalah suatu kumpulan orang yang melakukan interaksi dan hubungan yang timbal balik antar anggota satu sama lain, serta memiliki faktor yang dimiliki bersama yang membuat mereka tambah erat (nasib, kepentingan, tujuan, ideology, musuh bersama, dll). Kumpulan orang itu memiliki pola perilaku yang berstruktur dan berkaidah, memiliki sistemdan berproses.

Kelompok yang dibahas pada karya tulis kali ini adalah kelompok internal kampus IPB, Onigiri dan kelompok eksternal kampus IPB, kelompok Ojek kampus. Dapat disimpulkan dari keseluruhan yang telah dibahs diatas bahwa mereka sama dan pembentukan kelompok, berdasar lima tahap pembentukan kelompok Tuckman, yaitu proses forming, stroming, norming,

performoing, adjourning.

B. Saran

Intensitas pertamuan dan kualitas interkasi antar kelompok seharunya lebih ditingkatkan. Agar tercapainya tujuan bersama yang mengakomodir tujuan pribadi dari masing-masing anggota kelompok. Diharapkan konflik yng terjadi akan menaikkan derajat kohesivitas tiap kelompok.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta

Goldberg, Alvin & Carl Larson. 2006. Komunikasi Kelompok. Percetakan Universitas Indonesia: Jakarta