commit to user 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian n = 41
Variabel n
Umur
15-16 tahun 17-18 tahun
8 33
19.5 80.5
Jenis kelamin
Laki-laki Perempuan
32 9
78 22
Kadar VCAM-1
998.9 ngmL ≥ 998.9 ngmL
20 21
48,8 51.2
Status gizi
Obesitas Tidak obesitas
2 39
4,9 95.1
BBLR
Ya Tidak
7 34
17,1 82.9
Olah raga
Ya Tidak
27 14
65.9 34.1
Merokok
Ya Tidak
Minum minuman keras
Ya Tidak
Makan sayurbuah
Sering Jarang
20 21
6 35
24 17
48.8 51.2
14.6 85.4
58.5 41.5
Karakteristik dasar subyek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSUD dr. Moewardi selama periode
bulan September sampai bulan Desember 2012. Dilakukan pengukuran kadar
31
commit to user 32
VCAM-1 dan ketebalan tunika intima a. karotis komunis pada remaja berusia 15 –
18 tahun. Sebanyak 41 orang memenuhi kriteria inklusi penelitian, jumlah ini memenuhi persyaratan besar sampel yaitu antara 30 sampai dengan 150 orang.
Dari distribusi didapatkan usia subyek penelitian 17 tahun sebanyak 8 orang 19.5 dan yang ≥ 17 tahun sebanyak 33 orang 80.5. Jumlah subyek
penelitian dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan sebesar 32 subyek 78, sebanyak 21 subyek penelitian 51.2
mempunyai kadar VCAM- 1 ≥ 998.9 ngmL, dua subyek penelitian mengalami
obesitas 4.9, dan 7 orang mempunyai riwayat BBLR 17.1. Sebanyak 27 subyek penelitian 65.9 mempunyai kebiasaan berolahraga dan 20 subyek
penelitian 48.8 mempunyai kebiasaan merokok. Enam subyek 14.6 mempunyai kebiasaan minum minuman keras dan 17 subyek 41.5 jarang
mengkonsumsi sayuran atau buah-buahan.
Tabel 4.2. Hasil uji Chi-Kuadrat tentang hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis
Variabel Ketebalan tunika intima
OR p
CI 95 Tipis
0.125 mm n
Tebal ≥ 0.125 mm
n Total
n Kadar VCAM-1
998.9 ngmL ≥ 998.9 ngmL
10 50 10 47.6
10 50 11 52.4
20 100 21 100
1.10 1.000
0.32 sd 3.75
Tabel 4.2 menggambarkan tentang hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis. Dari tabel tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat 21 subyek penelitian 51.2 yang mempunyai kadar VCAM-
1 ≥ 998.9 ngmL, dimana 10 orang diantaranya 47.6 mempunyai
commit to user 33
ketebalan tunika intima a. karotis komunis ≥ 0.125 mm. Dari Tabel 4.2 dapat
disimpulkan subyek penelitian dengan kadar VCAM- 1 yang tinggi ≥ 998.9
ngmL mempunyai kemungkinan 1.10 kali lebih besar mengalami penebalan tunika intima ≥ 0.125 mm jika dibandingkan dengan subyek yang mempunyai
kadar VCAM-1 998.9 ngmL, meskipun hubungan tersebut tidak signifikan
p
= 1.000.
Tabel 4.3. Ketebalan a. karotis komunis menurut berbagai kategori variabel pada remaja usia 15
– 18 tahun
Variabel Ketebalan tunika intima
OR p
Tipis 0.125 mm
n Tebal
≥ 0.125 mm n
Total n
Umur 15-16 tahun
17-18 tahun Status gizi
Obesitas Tidak obesitas
BBLR Ya
Tidak Olah raga
Ya Tidak
Merokok Ya
Tidak Makan sayurbuah
Sering Jarang
Minum miras Ya
Tidak 4 50
16 48.5 1 50
19 48.7 3 42.6
17 50 15 55.6
5 35.7 8 40
12 57.4 16 66.7
4 23.5 2 33.3
18 51.4 4 50
17 51.5 1 50
20 51.3 4 57.4
17 50 12 44.4
9 64.3 12 60
9 42.6 8 33.3
13 76.5 4 66.7
17 48.6 8 100
33 100 2 100
39 100 7 100
34 100 27 100
14 100
20 100 21 100
24 100 17 100
6 100 35 100
1.06
0.95
1.33
2.25
2.00
6.50
2.12 1.000
1.000
1.000
0.326
0.354
0.011
0.663
Hubungan antara umur, status gizi, riwayat BBLR, kebiasaan berolahraga, merokok, konsumsi sayurbuah, kebiasaan minum minuman keras dengan
ketebalan tunika intima a. karotis komunis tampak pada Tabel 4.3, dari tabel
commit to user 34
tersebut dapat disimpulkan bahwa subyek dengan riwayat BBLR mempunyai kemungkinan untuk mengalami penebalan tunika intima 1.33 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan yang tidak BBLR, tetapi secara statistik tidak signifikan
p
=1.000. Subyek yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga memiliki kemungkinan 2.25 kali mengalami penebalan tunika intima jika dibandingkan
dengan yang rutin berolahraga, tetapi hubungan tersebut tidak bermakna
p
=0.381. Kebiasaan merokok akan meningkatkan risiko penambahan ketebalan tunika intima sebesar 2.00 kali jika dibandingkan dengan yang tidak merokok,
tetapi hubungan tersebut tidak bermakna
p
=0.432. Kebiasaan minum minuman keras akan meningkatkan risiko penebalan tunika intima sebesar 2.12 kali dengan
nilai
p
=0.663. Subyek yang jarang mengkonsumsi sayurbuah akan memiliki risiko penebalan tunika intima 6.5 kali lebih besar jika dibandingkan dengan yang
sering mengkonsumsi sayurbuah, hubungan tersebut bermakna dengan nilai
p
=0.011. Sedangkan faktor umur dalam penelitian ini tidak memberikan hasil yang bermakna OR:1.06; CI95:0.23 sd 4.98;
p
=1.000, demikian pula dengan status gizi OR:0.95; CI95:0.055 sd 16.29;
p
=1.000.
B. PEMBAHASAN