Hubungan antara kadar vcam-1 dengan ketebalan tunika intima pada remaja berusia 15-18 tahun di Surakarta aggayasti

(1)

commit to user

i

HUBUNGAN ANTARA KADAR VCAM-1

DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA PADA REMAJA BERUSIA 15-18

TAHUN DI SURAKARTA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Kedokteran Keluarga

Minat Utama : Ilmu Biomedik

Oleh : Anggayasti S500708001

Pembimbing :

Prof. Bhisma Murti, dr, MSc, MPH, PhD Sri Lilijanti W, dr, SpA (K)

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013


(2)

commit to user


(3)

commit to user


(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Anggayasti NIM : S500708001

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul ”Hubungan Antara Kadar VCAM-1 Dengan Ketebalan Tunika Intima Pada Remaja Berusia 15-18 Tahun di Surakarta”adalah betul – betul karya saya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya, dalam tesis ini tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan rahmat yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA KADAR VCAM-1 DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA PADA REMAJA BERUSIA 15-18 TAHUN DI SURAKARTA”. Tesis ini dimaksudkan sebagai perwujudan penelitian dan persyaratan untuk mencapai derajat magister. Terselesaikannya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Endang Dewi Lestari, dr., SpA(K) selaku Kepala Ilmu Kesehatan Anak FKUNS/RSDM. Terima kasih telah memberikan kesempatan dan dukungan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Muhammad Riza, dr., SpA., Mkes selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis FKUNS/RSDM yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program Magister di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret dan dorongan semangat serta fasilitas yang diberikan.

3. Prof.Bhisma Murti, dr, M.Sc, MPH, Ph.D selaku pembimbing metodologis dan biostatistika yang dengan kesabarannya meneliti tesis ini, memberikan berbagai masukan yang berguna sehingga tesis ini menjadi lebih baik.

4. Sri Lilijanti Widjaja, dr., SpA(K) selaku pembimbing substansi yang telah memberikan banyak waktu dan tenaganya, memberikan semangat, dorongan dan kemudahan bagi penulis dalam pembuatan tesis ini

5. Semua staf pengajar di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD dr. Moewardi yang yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama ini.

6. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta, Prof. Dr. Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Dr. Hari Wujoso, dr., SpF, MM selaku Ketua Program Studi Kedokteran Keluarga yang telah membantu dan mengijinkan penulis dalam mengikuti pendidikan mencapai derajat Magister Kedokteran Keluarga di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.


(6)

commit to user

vi

7. Orangtuaku tercinta bapak Drs. H. Setijono dan Dra. H. Musijah, MM yang telah banyak berkorban untuk penulis selama ini. Berjuta ucapan terima kasih pun tidak akan pernah sanggup menggantikan jasa Bapak dan Ibu selama ini.

8. Suamiku Dr. Ahsin Daroini, SPt., MP terima kasih atas pengertian, dukungan, dan bantuannya selama ini, semoga Alloh SWT selalu meridhoi keluarga kita. Anakku Irba Ulwanuttaqiy terima kasih atas kerelaannya berkorban demi Ummi selama ini, semoga Alloh SWT selalu merohmatimu.

9. Saudariku tercinta Siti Ariffatus Saroh terima kasih atas semangat, sayang dan cintanya selama ini. Saudariku tersayang Wasis Rohima, Maria Galuh Kamenyangan Sari yang selalu mendukung dalam kekompakan dan persaudaraan, semoga persaudaraan kita berkekalan. Buat Renita Damayanti terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini.

10.Semua saudara-saudaraku di PPDS I Ilmu Kesehatan Anak FK UNS/RSUD dr. Moewardi Surakarta yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, terima kasih atas semua dukungan dan bantuannya selama ini.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal penelitian ini yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca kami harapkan demi perbaikan tesis ini.

Suarakarta, Januari 2013 Penulis


(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI...iii

HALAMAN PERNYATAAN...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI... ... ...vii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GAMBAR... ...x

DAFTAR SINGKATAN ...xi

DAFTAR LAMPIRAN...xii.

ABSTRAK...xiii.

BAB I. PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah ... ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian...4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...5

A. Vascular Cell Adhesion Molecule-1 ...5

B. Aterosklerosis...7

C. Tunika Media... 13

D. Tunika Intima... ... 15

E. Ketebalan Tunika Media-Intima...16

F. Hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima ...19

G. Kerangka Konsep...22


(8)

commit to user

viii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... ... 24

A. Desain penelitian ...24

B. Tempat dan waktu ...24

C. Populasi ...24

D. Sampel dan cara pemilihan sampel ...24

E. Ukuran sampel ... .25

F. Identifikasi variabel ... ... .25

G. Definisi operasional variabel ...25

H. Ijin Subyek Penelitian ...27

I. Alur Penelitian...28

J. Pengolahan data ...29

K. Jadwal Kegiatan... ...30

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN...31

A. Hasil Penelitian...31

B. Pembahasan...34

C. Keterbatasan Penelitian...39

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN...41

A. Simpulan...41

B. Saran...41

C. Implikasi penelitian...42

DAFTAR PUSTAKA ... ...43


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian...31 Tabel 4.2. Hasil uji chi-kuadrat tentang hubungan antara kadar VCAM-1

dengan ketebalan tunika intima arteri karotis komunis...32 Tabel 4.3. Ketebalan arteri karotis komunis menurut berbagai kategori variabel pada remaja usia 15-18 tahun...33


(10)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Proses migrasi limfosit yang diperantarai oleh Cellular Adhesion

Molecule...7

Gambar 2.2. Aterosklerosis, potongan pada pembuluh darah arteri...10

Gambar 2.3. Potongan melintang pembuluh darah...16

Gambar 2.4. Skema arteri karotis komunis...19

Gambar 2.5. Kerangka konsep...22


(11)

commit to user

xi

DAFTAR SINGKATAN

BBLR : Bayi Berat Lahir Rendah BMI : Body Mass Index

CAM : Celular Adhesion Molecule CRP : C Reactive Protein

ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent Assay FMD : Flow Mediated Dilatation

HDL : High Density Lipoprotein IL-1 : Interleukin-1

IL-4 : Interleukin-4 IL-1β : Interleukin-1 Beta IMT : Indeks Masa Tubuh

LDL : Low Density Lipoprotein Tumor Growth Factor MCSF : Macrophage Colony Stimulating Factor

NO : Nitrit Oxide

PDAY : Pathobiological Determinants Atherosclerosis of Youth PDGF : Platelet Derived Growth Factor

PECAM : Platelat Adhesion Molecule TGF : Tumor Growth Factor TNF-α : Tumor Necroting Factor-α USG : Ultrasonografi

VCAM-1 : Vascular Adhesion Molecule-1 VLDL : Very Low Density Lipoprotein


(12)

commit to user

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Penjelasan penelitian...48

Lampiran 2. Persetujuan mengikuti penelitian...49

Lampiran 3. Formulir isian penelitian...50

Lampiran 4. Data dasar penelitian...52


(13)

commit to user

xiii ABSTRAK

ANGGAYASTI. NIM : S500708001. 2012. Hubungan Antara Kadar VCAM-1 Dengan Ketebalan Tunika Intima Pada Remaja Berusia 15-18 Tahun di Surakarta. TESIS. Pembimbing I: Prof. Bhisma Murti, dr., MSc., MPH., PhD II: Sri Lilijanti Widjaja, dr., SpA (K). Program Studi Kedokteran Keluarga Minat Utama Ilmu Biomedik, Program Pasca Sarjana, Universitas Sebelas Maret.

Latar Belakang : Aterosklerosis merupakan penyakit yang progresif yang manifestasinya kadang tidak terlihat sampai usia dewasa, namun sebenarnya perubahan patologis tersebut sudah dimulai sejak dini yaitu pada dekade pertama usia anak-anak. Penelitian oleh Bogalusa Heart Study menunjukkan lebih dari 30% remaja usia 16-20 tahun mengalami plak fibrosa pada arteri koronernya dan prevalensi ini meningkat hingga mencapai 70% sebelum usia 26-39 tahun. Kadar VCAM-1 merupakan prediktor yang kuat dan mampu memberikan gambaran mengenai terjadinya aterosklerosis.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima pada remaja berusia 15-18 tahun.

Metode : Penelitian ini adalah penelitian potong lintang untuk menganalis hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima arteri karotis pada remaja berusia 15-18 tahun di Surakarta. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta selama periode September 2012 – Desember 2012. Persetujuan penelitian didapatkan dari komite etik FK UNS RSUD Dr Moewardi Surakarta. Subyek yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian. Pengambilan sampel penelitian dilakukan secara purposive sampling. Kadar VCAM-1 diperiksa dengan metode ELISA dan ketebalan tunika intima diperiksa dengan ultrasonografi. Data diolah dengan program SPSS 17.0, analisis data dilakukan dengan Chi square test dan hasil dinyatakan bermakna bila p<0.05.

Hasil : Dari 41 subyek didapatkan 21 subyek (51.2%) mempunyai kadar VCAM-1 yang tinggi

(≥ 998.9 ng/mL), dimana 11 subyek diantaranya memiliki ketebalan tunika intima ≥0.125 mm.

Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima dengan hasil perhitungan statistik (OR:1.10; CI95%: 0.32 sd 3.75; p=1.000).

Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun.


(14)

commit to user

xiv

ABSTRACT

Anggayasti. NIM: S500708001. 2013. The Correlation between VCAM-1 Level with

Intima-Media Thickness in Adolescents Aged 15-18 Years at Surakarta. THESIS. Supervisor I: Prof. Bhisma Murti, dr.,MSc., MPH.,PhD, II: Sri Lilijanti Widjaja, dr., SpA (K). Medical F amily

Study Program, Post Graduate Program, with Special Interest Biomedical Science, University of Sebelas Maret, Surakarta.

Background: Atherosclerosis is a progressive disease that manifests sometimes not seen until adulthood, but the actual pathological changes has been started early in the first decade of the age at childhood. Research by the Bogalusa Heart Study showed more than 30% of adolescents aged 16-20 years had coronary artery fibrous plaques and this prevalence increased to 70% before the age of 26-39 years. VCAM-1 levels are a strong predictor and able to provide an overview of the occurrence of atherosclerosis.

Objective : To analyze the relationship between VCAM-1 level and carotid intima-media thickness in 15-18 years old adolescents.

Methods: Cross sectional study was conducted on September 2012-December 2012 at 15-18 years old adolescents in Surakarta. There were 41 subjects selected at purposive sampling. Ultrasonography was performed to determine carotid intima -media thickness, while laboratory examination was done to determine VCAM-1 level. Research approval obtained from the research ethics committee of Medical Faculty of University of Sebelas Maret -Dr Moewardi Hospital, Surakarta. Subjects who fulfilled the inclusion criteria were enrolled in the study. Data processed with SPSS 17.0 and analyzed by chi-square test. Results were significant if p< 0.05.

Results: There were 41 subjects whom 21 subjects (51.2%) had high VCAM-1 levels (≥ 998.9 ng/mL). Among 21 subjects with high VCAM-1 levels, only 11 subjects had carotid intima -media thickness ≥ 0.125 mm. There were no significant correlation between VCAM-1 levels with carotid intima-media thickness (OR: 1.10; 95%CI: 0.32-3.75; p= 1.000)).

Conclusion : there were no significant correlation between VCAM-1 level and carotid intima-media thickness at 15-18 years old adolescents in Surakarta.


(15)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Aterosklerosis merupakan penyakit yang progesif yang manifestasi klinisnya kadang tidak terlihat sampai usia dewasa, namun sebenarnya perubahan patologis tersebut sudah dimulai sejak dini yaitu pada dekade pertama usia anak-anak (Myung, 2008).

Di Amerika dan Eropa aterosklerosis menyebabkan 30% - 40% kematian dan kecacatan yang parah pada usia pertengahan dan dewasa muda. Bercak ateroma yang besar seringkali ditemukan pada otopsi tentara Amerika yang tewas pada perang Korea dan Vietnam. Meskipun komplikasi dari ateroskelrosis jarang dijumpai sebelum usia pertengahan, tetapi sebenarnya proses aterosklerosis sudah dimulai sejak masa kanak-kanak dengan derajat aterogenesis yang sangat berkaitan dengan faktor-faktor risiko (Hoffman, 2002).

Bogalusa Heart Study dan PDAY Research group memperlihatkan bahwa proses aterosklerosis telah dimulai pada usia anak-anak dan berkembang cepat pada usia remaja dan dewasa. Study ini menunjukkan bahwa lebih dari 30% remaja (16-20 tahun) mengalami fibrous plaque pada arteri koronernya, dan prevalensi ini meningkat hingga mencapai 70% sebelum usia 26-39 tahun (Ontoseno, 2010).

Terdapat faktor risiko penting yang berhubungan dengan terjadinya aterosklerosis antara lain adalah kadar kolesterol (Trigliserida, HDL kolesterol,


(16)

commit to user

2

LDL kolesterol), obesitas, tingginya kadar gula darah puasa, hipertensi, kurangnya aktifitas fisik, riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler, riwayat BBLR, dan jenis kelamin (Klish, 1998; McMahan, 2006). Terhadap beberapa faktor risiko yang disebutkan diatas telah dilakukan penelitian tentang hubungannya dengan ketebalan tunika intima pada anak, antara lain penelitian mengenai hubungan antara ketebalan tunika intima-media arteri karotis dan fungsi ventrikel serta profil lipid pada anak dengan sindrom nefrotik relaps frekuen dan dependen steroid dengan kesimpulan terdapat penebalan tunika intima-media dan disfungsi ventrikel (Widjaja, 2007).

Penebalan lapisan tunika intima-media pada arteri karotis komunis dianggap sebagai penanda awal dari aterosklerosis sistemik. Penebalan tunika intima-media didefinisikan sebagai gambaran garis ganda yang tampak pada kedua dinding arteri karotis komunis pada gambaran longitudinal dari ekografi. Ketebalan tunika intima-media telah secara umum digunakan pada berbagai macam riset sejak pertengahan tahun 90-an untuk melacak perubahan pada dinding arteri, difokuskan pada deteksi dini dan perkembangan terjadinya arterosklerosis berikut efeknya terutama terhadap dinding pembuluh darah arteri (Vincenzini, 2007). Beberapa penelitian menyatakan adanya hubungan antara ketebalan tunika intima-media dengan terdapatnya dan tingkat keparahan arterosklerosis. Tahun 2003 European Society of Hypertension- European Society of Cardiology merekomendasikan pengukuran ketebalan tunika intima-media pada pasien-pasien dengan risiko tinggi.


(17)

commit to user

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa proses aterosklerosis dapat diprediksi melalui pemeriksaan kadar VCAM-1 dalam plasma. VCAM-1 merupakan prediktor yang kuat dan mampu memberikan gambaran mengenai terjadinya aterosklerosis (Ordonez, 2003). Pengikatan leukosit yang bersirkulasi pada endotel vaskuler dan selanjutnya terjadi migrasi dalam ruang subendotel merupakan proses utama terjadinya aterosklerosis. Proses tersebut dimediatori oleh cellular adhesion molecules yang diekspresikan oleh sel endotel pembuluh darah. Peningkatan adhesi molekul dalam sirkulasi mungkin disebabkan karena adanya proses lisis dari sel endotel pembuluh darah, meskipun belum diketahui secara pasti prosesnya. Kadar VCAM-1 merupakan marker yang sangat bermakna untuk mengetahui peningkatan cellular adhesion molecules pada aterosklerosis. Didapatkan hubungan linier antara kadar VCAM-1, E-selectin, ICAM-1 dan derajat perkembangan aterosklerosis yang diidentifikasi dengan B-mode ultrasound (Hwang et al., 1997).

Pengukuran ketebalan tunika intima-media dapat dilakukan dengan beberapa macam cara salah satunya dengan ultrasonografi pada arteri karotis komunis karena letaknya lebih superfisial dibandingkan dengan arteri besar yang lain. Meskipun manifestasi penyakit kardiovaskuler yang disebabkan oleh proses aterosklerosis mayoritas didapatkan pada usia > 40 tahun, tetapi ternyata proses aterosklerosis sendiri sudah dimulai pada usia dekade pertama kehidupan. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti ingin mencari hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun.


(18)

commit to user

4

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Untuk menganalisa hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun.

2. Tujuan khusus

i. Mengidentifikasi kadar VCAM-1 pada remaja usia 15-18 tahun.

ii. Menilai ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis pada remaja usia 15-18 tahun.

iii.Menganalisis hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis pada remaja usia 15-18 tahun. D. Manfaat penelitian

1. Manfaat bidang akademik

Diharapkan dapat diketahui hubungan kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis.

2. Manfaat bidang pelayanan

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai adanya hubungan antara peningkatan kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis, sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan preventif sejak dini terhadap aterosklerosis.


(19)

commit to user

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Vascular Cell Adhesion Molecule-1 (VCAM-1)

VCAM-1 merupakan kelompok imunoglobulin molekul adhesi yang merupakan reseptor protein dengan berat molekul 100-110 kilo Dalton dan terdiri atas 715 asam amino. VCAM-1 diekspresikan oleh sel endothel pembuluh darah setelah adanya stimulasi oleh sitokin seperti IL-1β, TNF-α, dan IL-4. Secara normal VCAM-1 didapatkan dengan kadar yang rendah pada sirkulasi tubuh dan dapat diperiksa melalui cairan sendi, darah, atau cairan serebrospinal (Lixin, 2003; Abbas, 2005).

Pada aterogenesis VCAM-1 berperan dalam proses migrasi monosit sehingga terjadilah penempelan monosit yang bersikulasi ke dinding pembuluh darah. Pada prinsipnya VCAM-1 memfasilitasi proses penempelan leukosit ke sel endotel pembuluh darah, migrasi leukosit ke dalam tunika intima sehingga terjadi penumpukan leukosit pada dinding pembuluh darah. Hampir selalu dapat dipastikan VCAM -1 dapat ditemukan pada daerah yang terdapat plak aterosklesosis (Martin, 2000).

Migrasi monosit dimulai dengan masuknya monosit pada daerah yang cedera, kemudian terjadi penempelan monosit pada sel endotel, penempelan tersebut bersifat sementara (reversibel). Tahap selanjutnya monosit akan mengekspresikan integrin sehingga terjadi ikatan yang kuat antara monosit dan endotel. Integrin yang terekspresi akan berinteraksi dengan Celuler Adhesion


(20)

commit to user

6

Molecule. Interaksi CAM dengan integrin akan menyebabkan monosit masuk dan menyebar ke sambungan interseluler endotel. Selanjutnya terjadi diapedesis monosit dari sel endotel menuju ruangan sub endotelial (migrasi transendotelial), proses ini diperantarai oleh Platelet Cell Adhesion Molecules (PECAM). Selanjutnya monosit akan melewati lamina basalis dari endotel (Abbas, 2005). Aterosklerosis merupakan proses yang dimulai dari melekatnya monosit pada sel endotel yang selanjutnya masuk ke dalam tunika intima dinding pembuluh darah. Mediator yang berperan pada proses ini adalah CAM-1, integrin, dan selektin. Pada kondisi normal ekpresi molekul adhesi ini cenderung rendah dan akan meningkat sebagai respon terhadap berbagai rangsangan. Pada plak aterosklerotik didapatkan peningkatan kadar molekul adhesi tersebut (Sekarwana, 2005).

Sebagaimana telah diketahui sebelumnya VCAM-1 merupakan pengikat yang sangat kuat antara sel endotel dan monosit karena adanya integrin dan karena pengaruh dari Macrophage Colony Stimulating Factor (MCSF) maka terjadi perubahan monosit menjadi makrofag yang selanjutnya makrofag akan mensekresi berbagai macam faktor sehingga proses aterogenesis berlanjut (Myung, 2008).

Vascular Cell Adhesion Molecules-1 merupakan penanda adanya aterosklerosis dan kadarnya sebanding dengan derajat keparahan aterosklerosis tersebut. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa VCAM-1 merupakan penanda yang kuat serta optimal serta dapat memberikan gambaran mengenai derajat keparahan aterosklerosis (Peter, 2006).


(21)

commit to user

Gambar 2.1. Proses migrasi limfosit yang diperantarai oleh cell adhesion molecule (Engelhardt, 2008)

B. ATEROSKLEROSIS

Aterosklerosis sendiri adalah penyakit progesif lambat dari arteri, dimana permukaan dalam menebal oleh deposit lemak dan jaringan fibrosa. Yang paling umum dipengaruhi adalah pembuluh darah koroner dan cerebral, yang dapat menyebabkan komplikasi seperti miokard infark dan stroke.

Ada 2 lesi patologi utama yang berhubungan dengan aterosklerosis, pertama adalah fatty streak yang merupakan area berwarna kuning pada pembuluh darah arteri, membentuk bercak < 1 mm atau garis selebar 1-2 mm dan panjang mencapai 1 mm. Secara mikroskopis fatty streak merupakan akumulasi subendotelial dari sel-sel besar yang dipenuhi lipid intrasel yang memberikan


(22)

commit to user

8

gambaran berbusa sebagai sel busa. Sel busa terutama terdiri dari makrofag yang telah menelan lemak, walaupun beberapa berasal dari otot polos. Lesi ini tidak bermakna secara klinis, tetapi banyak peneliti percaya bahwa, terutam pada arteri koroner fatty streak adalah prekusor untuk terjadinya plak fibrosa yang lebih membahayakan. Lesi yang kedua disebut dengan plak fibrosa, yang merupakan lesi patologis aterosklerosis yang sangat penting karena merupakan bangunan tegas, pucat, atau abu-abu yang menebal dapat menonjol ke lumen arteri dan jika besar dapat menurunkan aliran darah (Japardi, 2002).

Secara mikroskopis, perubahan arteri kebanyakan terjadi di tunika intima, dimana terjadi akumulasi monosit, limfosit, sel busa, dan jaringan ikat. Pada beberapa lesi, inti nekrosis dari sel debris, sel busa, dan kristal kolesterol dapat terlihat. Plak fibrosa tidak terdistribusi homogen diseluruh pembuluh darah, terbanyak di aorta abdominalis, arteri koroner, arteri poplitea, aorta torasikus desenden, arteri karotis interna, dan pembuluh darah sirkulus wilisi di otak (Japardi, 2002)

Perubahan patologis pertama yang terjadi pada aterosklerosis mungkin disebabkan peningkatan permeabilitas endotelial terhadap molekul-molekul dengan ukuran yang lebih besar seperti lipoprotein, suatu respon nonspesifik terhadap infeksi virus, toksin, kompleks imun akan mengaktifasi sel-sel darah putih atau platelet, selain itu juga disebabkan oleh peningkatan apolipoprotein B. Ketika lipoprotein memasuki tunika intima, separuh dari protein utama seperti LDL dan VLDL (apolipoprotein B) berikatan secara negatif dengan


(23)

commit to user

lipoprotein di tempat tersebut. LDL kemudian mengalami modifikasi (dioksidasi dan diasetilisasi) oleh 15-lipooksigenase yang kemudian akan ditangkap oleh makrofag melalui reseptor asetil-LDL dan pada akhirnya terbentuk sel busa. LDL yang teroksidasi bersifat imunogenik (Hoffman, 2002).

Modifikasi LDL akan menyebabkan terbentuknya kemotaktik faktor yang bersifat sitotoksik terhadap sel-sel endotel. Monosit akan menempel ke endotel, terikat erat dan kemudian masuk ke dalam ruang subendotelial yang akhirnya menjadi makrofag. Karena isinya dipenuhi dengan fraksi-fraksi lemak jenis esterkolesteril yang tidak bisa dimetabolisme, maka makrofag bentuknya menjadi ireguler, permeabilitas endotel akan meningkat dan lumen pembuluh darah akan terpengaruh. Limfosit T juga akan ditemukan (kemotaksis monosit, penetrasi kedalam tunika intima juga menimbulkan proses aterogenesis). Kerusakan endotel merangsang agregasi platelet pada lumen pembuluh darah, mengalami degranulasi, dan memproduksi adenosindifosfat serta tromboksan A2, yang akan

semakin merangsang agregasi platelet. Platelet, sel-sel endotelial, makrofag, sel Limfosit T akan memproduksi sitokin-sitokin seperti colony-stimulating factors, insulin-like growth factor 1, TGF-β, IL-1, dan TNF-α yang mana semua itu akan merangsang reaksi inflamasi yang memperparah perkembangan ateroma. Salah satu faktor yang bernama platelet-derived growth factor (PDGF) menyebabkan otot polos terpisah-pisah, sehingga faktor tersebut masuk ke dalam tunika intima dan merubah lipoprotein menjadi sel busa, memproduksi serabut elastis dan kolagen, dan membentuk plak fibrosa (Hoffman, 2002).


(24)

commit to user

10

Gambar 2.2.. Aterosklerosis, potongan melintang pada pembuluh darah arteri (Management of atherosclerosis Symptoms and Treatment)

Pada otopsi yang dilkukan oleh Pathobiological Determinants of Atherosclerosis in Youth (PDAY) dan Bogalusa Heart Study telah membuktikan bahwa proses aterosklerosis dimulai sejak masa kanak-kanak. Penemuan awal yang dapat ditemukan pada eterosklerosis adalah adanya fatty streak yang berupa makrofag yang dipenuhi oleh lipid pada tunika intima arteri. Proses aterosklerosis berlanjut dengan berkembangnya akumulasi makrofag tersebut dan terjadinya proliferasi otot polos pembuluh darah. Sel otot polos bermigrasi ke tunika intima dan membentuk plak fibrosa (Daniels, 2008).

Proses aterosklerosis berkembang secara diam-diam selama dekade awal kehidupan manusia (masa kanak-kanak dan dewasa muda) sebelum terjadi komplikasi kardiovaskuler seperti infark miokard dan stroke. Sampai sekarang pemahaman secara jelas hubungan proses tersebut dengan penyakit jantung pada usia dewasa masih terbatas, sering hanya berdasarkan hasil otopsi yang dilakukan pada remaja atau penderita dewasa muda yang meninggal secara mendadak.


(25)

commit to user

Perkembangan pemahaman mengenai proses aterosklerosis dan tekhnologi non infasif telah memungkinkan dilakukannya deteksi dini (anatomi, fisiologi, proinflamasi, protrombotik) untuk melacak penyakit jantung pada anak dan dewasa. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada anak untuk deteksi dini aterogenesis adalah pengukuran ketebalan tunika media-intima, pengukuran Flow-Mediated Dilatation (FMD) dengan ultarasonografi pada arteri brakialis, pengukuran distensibilitas arteri, pengukuran kadar C-Reactive Protein (CRP), dan homosistein (Groner, 2006).

Endotel pembuluh darah memegang peranan penting terhadap struktur permukaan lumen pembuluh darah (nonthrombotic surface, produksi Nitrit Oxide/NO, prostasiklin, dan endotelin). Disfungsi endotel didefinisikan sebagai berkurangnya kemampuan vasodilatasi dari pembuluh darah serta terjadinya kondisi proinflamatori dan protrombik. Pada proses selanjutnya, disfungsi endotel akan menyebabkan aterosklerosis yang akan berkembang menjadi penyakit kardiovaskuler pada masa selanjutnya (Groner, 2006).

Beberapa faktor risiko penyakit kardiovaskuler (hiperkolesterol, hipertensi, diabetes, riwayat keluarga dengan penyakit kardiovaskuler, perokok, inflamasi, infeksi, perokok pasif, obesitas, homosisteinemia, aktifitas fisik yang rendah) dihubungkan dengan disfungsi endotel baik pada anak ataupun dewasa. Disfungsi endotel lama kelamaan akan menimbulkan penebalan tunika media-intima arteri. Penebalan tersebut merupakan perubahan anatomi dini dari aterosklerosis (Groner, 2006).


(26)

commit to user

12

Bogalusa Heart Study dan PDAY membuktikan bahwa faktor risiko penyakit kardiovaskuler (jenis kelamin, umur, kadar serum lipoprotein, merokok, hipertensi, obesitas, dan hiperglikemi) berhubungan dengan perkembangan lesi aterosklerosis pada masa remaja dan dewasa muda (McMahan, 2006).

Menurut beberapa penelitian, secara umum faktor risiko yang berhubungan dengan aterosklerosis adalah sebagai berikut :

1. Tingginya kadar trigliserid dan rendahnya kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein)

Menurut American Heart Association, dianggap abnormal jika kadar trigliserid > 150 mg/dL dan kadar HDL < 35 mg/dL, baik pada anak maupun dewasa (Daniels, 2008). Sedangkan pada penelitian Morrison kadar trigliserid dianggap tinggi jika > 110 mg/dL dan kadar kolesterol HDL dianggap rendah jika pada laki-laki ≤40 mg/dL dan pada perempuan

≤ 50 mg/dL.

2. Obesitas

Dikatakan obesitas jika Body Mass Index(BMI) menurut umur ≥ persentil ke-90 atau BB/TB ≥ persentil ke-95 menurut umur dan jenis kelamin sesuai dengan CDC 2000.

3. Hipertensi

Tekanan darah dikatakan meningkat jika tekanan sistolik dan diastolik > 95 persentil menurut umur dan jenis kelamin pada pengukuran tiga kali berturut-turut.


(27)

commit to user

5. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner dini, penyakit kardiovaskuler atau penyakit vaskuler perifer oklusif (onset pada umur < 55 tahun pada saudara kandung, orang tua, atau saudara dari orang tua). 6. Merokok.

7. Kurangnya aktifitas fisik. 8. Umur dan jenis kelamin.

(Klish, 1998; Trihono, 2004; Morrison, 2007; Daniels, 2008). 9. Riwayat berat lahir rendah

Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui patogenesis aterosklerosis yag berhubungan dengan riwayat berat lahir rendah. Kurangnya asupan gizi/ nutrisi selama kehamilan akan menyebabkan perubahan pada pertumbuhan dan metabolisme janin yang akan menyebabkan aksis hipotalamus-pituitari-adrenal yang bersama-sama dengan faktor genetik dan lingkungan akan menimbulkan penyakit dikemudian hari (David, 2005; Michael, 2008). Beberapa penyakit yang berhubungan dengan riwayat berat lahir rendah antara lain diabetes melitus, dislipidemia, hipertensi, dan penyakit jantung iskemik (Caroline, 2005).

C. TUNIKA MEDIA

Pada arteri, tunika media terdiri dari otot yang halus dan jaringan elastis. Letaknya antara tunika intima di sebelah dalam dan tunika adventisia di sebelah


(28)

commit to user

14

luar. Tunika media dibedakan dengan tunika intima dari warnanya dan susunan serabutnya yang transversal.

Pada arteri dengan ukuran terkecil, lapisan tersebut hanya terdiri dari lapisan otot yang tersusun dalam suatu lamela-lamela yang melingkari pembuluh darah. Ukuran lamela-lamela tersebut bervariasi sesuai dengan ukuran pembuluh darah. Arteri yang terkecil hanya mempunyai satu lapisan tunggal, arteri yang lebih besar mempunyai 3 atau 4 lapisan, ketebalan dinding arteri-arteri kecil ditentukan oleh lapisan tersebut.

Pada arteri yang lebih besar seperti arteri iliaka, arteri femoralis, dan arteri carotis serabut elastis tersebut bersatu membentuk lamela yang berselingan dengan serabut otot. Lamela – lemela tersebut dipersatukan oleh serabut elastis yang melewati bundel-bundel otot dan dihubungkan oleh membran fenestrata pada tunika intima.

Pada arteri yang terbesar seperti aorta, arteri brakhiosefalika, jumlah jaringan elastisnya sangat bervariasi. Pada arteri ini beberapa bundel jaringan penghubung yang berwarna putih dapat ditemukan pada tunika media. Serabut sel-sel otot tersusun dari 5 – 7 lapisan sirkuler dan longitudinal otot polos dengan panjang ± 50µ dan terdiri dari nukleus yang berbentuk batang dan kadang berbentuk kurva.

Pada pembuluh darah vena tunika media terdiri dari lapisan tebal jaringan penghubung dengan serabut elastis. Pada beberapa vena lapisan tersebut bercampur dengan lapisan tranversal jaringan otot. Banyak didapatkan serabut


(29)

commit to user

fibrosa yang berwarna putih, sedangkan serabut elastis lebih sedikit dijumpai di vena dibandingkan di arteri.

D. TUNIKA INTIMA

Merupakan lapisan yang paling dalam dari pembuluh darah arteri dan vena, terdiri dari satu lapis sel endotel yang disokong oleh lamina interna yang elastis. Sel-sel endotel tersebut akan langsung berhubungan dengan aliran darah. Srukturnya dipisahkan dari tunika media dengan lapisan tipis seperti maserasi pada kenyataannya kita sering kesulitan untuk memisahkan tunika media dan tunika intima benar-benar sebagai membran yang terpisah.

Tunika intima merupakan lapisan yang halus, transparan, tidak berwarna, dan mempunyai daya elastisitas yang tinggi, setelah kematian akan berupa lapisan yang berkerut-kerut.

Lapisan – lapisan pada tunika intima terdiri dari : 1. Lapisan endotelium

Terdiri dari sel-sel poligonal, oval, dan fusiformis dengan nukleus berbentuk bulat atau oval. Untuk melihat lapisan ini biasanya digunakan pewarnaan perak nitrat.

2. Lapisan subendotelial

Terdiri dari jaringan penghubung yang pada arteri tebalnya < 2 mm, terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk stelat dan sebagian besar jaringan penhubung / jaringan ikat dengan ukuran yang bervariasi.


(30)

commit to user

16

Terdiri dari membran serabut elastis yang tersusun secara longitudinal. Bila dilihat dengan mikroskop didapatkan celah sempit yang panjang / perforasi sehingga memberikan gambaran fenestrata, oleh karena itu disebut sebagai membran fenestrata. Lapisan ini merupakan bagian terbesar dari tunika intima dan dapat dipisahkan dalam beberapa lapisan. Beberapa berupa lapisan elastis yang longitudinal dan yang lain berupa membran (garis pucat dengan arah longitudinal). Pada arteri yang kecil hanya berupa lapisan tipis, sedangkan pada arteri yang besar terutama aorta lapisan ini dapat amat tebal.

Gambar 2.3. Potongan melintang pembuluh darah (Blue-Histology Vascular System, School of Anatomy and Human Biology The University of Western Australia)

E. KETEBALAN TUNIKA MEDIA-INTIMA

Ketebalan tunika media-intima biasanya dihubungkan dengan pengukuran ketebalan dinding arteri. Pengukurannya dapat dilakukan dengan gelombang


(31)

commit to user

ultrasonik dengan tujuan untuk mendeteksi keberadaan dan progesifitas arterosklerosis pada manusia.

Pengukuran ketebalan tunika media-intima telah banyak digunakan pada riset-riset medis sejak pertengahan tahun 1990-an untuk melacak perubahan dinding arteri. Menurut sejarah, sejak tahun 1950-an para ahli memberikan perhatian pada deteksi adanya aterosklerosis dan progesifitas proses aterosklerosis dengan tujuan mengetahui efeknya terhadap lumen arteri baik terhadap penyempitan atau penebalan dindingnya. Hal ini menimbulkan asumsi bahwa jika lumen masih terlihat bagus maka kecil kemungkinan atau bahkan tidak terdapat proses aterosklerosis yang terjadi.

Proses aterosklerosis terjadi di dalam dinding pembuluh darah, bukan pada lumennya. Dimulai pada tahun 1980-an, khususnya dengan adanya perkembangan CAT scanner dan teknologi ultrasonik dan dengan bertambahnya pemahaman tentang proses aterosklerosis baik melalui ilmu-ilm dasar dan pengalaman-pengalaman riset klinis maka perhatian mulai ditujukan pada deteksi dan pelacakan kelainan arteri stadium dini sebelum adanya perubahan pada lumen arteri.

Perkembangan teknologi pencitraan (meningkatnya resolusi dan akurasi) telah berhasil mengidentifikasi perubahan dini dari pembuluh darah dengan menggunakan gelombang ultrasonik yang noninvasif. Perubahan dini yang terlacak termasuk penebalan dinding pembuluh darah dan penurunan fungsi vasodilatasi dari arteri. Beberapa penelitian menunjukkan pengukuran ketebalan tunika media-intima arteri carotis merupakan marker yang bagus untuk


(32)

commit to user

18

mendeteksi adanya aterosklerosis subklinis. Arteri carotis merupakan pilihan utama untuk pengukuran ketebalan tunika media-intima karena letaknya yang lebih superfisial dan dapat dengan mudah divisualisasi oleh pemeriksaan ultrasonik (Jarvisalo, 2001).

Pengukuran ketebalan tunika media dan intima dilakukan pada arteri karotis kanan dan kiri. Pertama kali harus diidentifikasikan bagian proksimal dari bulbus karotikus, kemudian pada area kira-kira 1-2 cm sebelah proksimal dari bagian tersebut (merupakan segmen arteri karotis) kita lakukan pencitraan. Pencitraan difokuskan pada dinding posterior dan digunakan resolusi untuk mempertajam hasil pencitraan. Dilakukan pandangan dari dua sisi yaitu anterior oblik dan lateral. Dipilih dua gambaran arteri karotis saat akhir diastolik dan dianalisis rata-rata ketebalan tunika intima medianya dan selanjutnya dilakukan penghitungan bacaan dari kedua sisi pandangan (anterior oblik dan lateral) pada kedua arteri karotis (arteri karotis kanan dan kiri). Hasil pengukuran ketebalan tunika intima media dinyatakan dalam millimeter (mm) dan rata-rata pengukuran dinyatakan dengan IMT kanan + kiri /2 ± SD (Jarvisalo, 2001; Ranjit, 2006, Vincenzini, 2007; Volanen, 2008).

Pencitraan yang dilakukan pada dinding terdekat dan terjauh arteri karotis komunis, bulbus karotikus dan bagian dalam arteri karotis bertujuan untuk melihat adanya plak aterosklerosis. Plak aterosklerosis adalah bagian yang terpisah dari dinding pembuluh darah yang menonjol ke dalam lumen > 50% yang berbatasan dengan tunika media-intima (Tonstad et al., 1996). Pada penelitian lain menyebutkan bahwa pengukuran ketebalan tunika media-intima pada arteri carotis


(33)

commit to user

adalah sama pentingnya dengan penggunaan faktor risiko lain guna memprediksi penyakit jantung koroner dan penyakit serebrovaskuler (Bots, 1997; Ranjit, 2006).

Gambar 2.4. Skema arteri karotis komunis (Polak, 2010)

F. HUBUNGAN ANTARA KADAR VCAM-1 DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA MEDIA

Beberapa penelitian melaporkan adanya hubungan antara molekul adhesi dengan beberapa macam penyakit. Penelitian-penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa ternyata molekul adhesi merupakan penanda adanya proses inflamasi. Dinyatakan juga bahwa aterosklerosis sendiri merupakan proses inflamasi kronis yang mempunyai korelasi yang kuat dengan molekul adhesi, meskipun hal tersebut masih merupakan kontroversi bagi beberapa pihak (Peter, 1999).

Fase awal dari aterosklerosis melibatkan pengambilan sel-sel infalamasi dari sirkulasi dan terjadinya migrasi sel-sel tersebut dalam transendotelial. Proses ini diperantarai oleh molekul adhesi (cellular adhesion molecules), yang


(34)

commit to user

20

diekspresikan oleh sel endotel pembuluh darah dan leukosit sebagai respon terhadap proses inflamasi. P-selectin, E-selectin, dan L-selectin serta ligand (terutama P-selectin ligand) terlibat dalam proses rolling dan tathering leukosit pada dinding sel pembuluh darah. Selain itu VCAM-1, ICAMs, sebagai molekul adhesi akan memicu timbulnya perlekatan yang kuat sel-sel inflamasi pada permukaan pembuluh darah, sedangkan PECAM-1 berperan dalam ektravasasi sel-sel inflamasi dari pembuluh darah ke dalam sel sel endotel dan jaringan di bawahnya. Beberapa penelitian menyebutkan pentingnya peranan molekul adhesi terhadap perkembangan aterosklerosis dan ternyata ekspresi dari VCAM-1, ICAM-1, serta L-selectin telah lazim didapatkan pada plak aterosklerosis (Blankenberg, 2003).

Ketebalan tunika intima media merupakan penanda proses aterosklerosis dan dapat menentukan prognosis risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Demikian juga didapatkan bukti adanya korelasi yang positif antara kadar molekul adhesi (VCAM-1, ICAM-1, E-selectin) dengan peningkatan ketebalan tunika intima media. Hal ini membuktikan adanya perubahan struktural/ kerusakan dinding pembuluh darah karena proses aterosklerosis (Glowinska, 2005; Lim, 2008).

Telah diteliti hubungan antara penanda disfungsi endotel (VCAM-1, ICAM-1, dan ELAM-1) pada penderita artitis rematoid dan didapatkan hasil yang sangat bermakna secara statistik pada hubungan antara kadar molekul adhesi dengan ketebalan tunika intima media yang diukur pada arteri karotis komunis (Dessein, 2005). Telah banyak diketahui bahwa ketebalan tunika intima-media


(35)

commit to user

dipengaruhi oleh tebal plak aterosklerosis, sedangkan proses aterosklerosis dapat diprediksi melalui pemeriksaan kadar selective vascular adhesion molecule 1 (VCAM-1) dalam plasma. Vascular adhesion molecule 1 memfasilitasi penempelan leukosit ke sel endotel dan perpindahan leukosit ke dalam tunika intima, kemudian menimbulkan penumpukan leukosit pada dinding pembuluh darah (Widjaja, 2007).


(36)

commit to user

22

G. KERANGKA KONSEP

Lingkup penelitian Merokok Kurang aktifitas fisik Obesitas Konsumsi minuman keras BBLR Kurang konsumsi sayur/buah

Kerusakan endotel LDL

VLDL HDL

Disfungsi endotel

Adhesi

leukosit ( kadar VCAM-1)

Produksi/ bioavaibilitas NO

Respon

inflamasi endotel

Aktifasi makrofag

Pembentukan sel busa

Terjadinya fatty streak

Lesi intermediet Plak fibrosa

Aterosklerosis Penebalan tunika

media-intima


(37)

commit to user

Keterangan kerangka konsep

Kerusakan sel endotel vaskuler oleh berbagai penyebab dapat menimbulkan ekspresi VCAM-1, selain itu kerusakan tersebut menyebabkan peningkatan permeabilitas dinding sel endotel sehingga memicu masuknya apolipoprotein B (LDL) kedalam tunika intima dan keluarnya kolesterol HDL. Selanjutnya terjadi migrasi monosit pada dinding vaskuler yang akan merangsang pembentukan makrofag. Bila proses terus berjalan maka akan terbentuk sel busa pada dinding bagian dalam pembuluh darah yang pada akhirnya akan terbentuk fatty streak yang merupakan agregasi makrofag yang kaya lipid dan limfosit T. Selanjutnya akan terbentuk lesi intermediet berupa lapisan makrofag dan sel otot polos.Kombinasi lesi intermediet dengan lapisan fibrosa, otot polos, lipid intra dan ekstra seluler, peningkatan matriks protein, dan debris seluler yang nekrotik akan membentuk plak fibrsa dan pada akhirnya akan terjadi aterosklerosis secara komplit. Aterosklerosis yang terjadi akan mempengaruhi ketebalan tunika intima-media pembuluh darah arteri. Ketebalan tunika intima-media pembuluh darah arteri ini dinyatakan dalam millimeter dan dapat diukur dengan menggunakan ultrasonografi pada arteri carotis kanan dan kiri.

H. HIPOTESIS

Terdapat hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima arteri karotis komunis pada remaja berusia 15-18 tahun.


(38)

commit to user

24

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain penelitian

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan pendekatan potong lintang untuk menelaah hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis.

B. Tempat dan waktu

Penelitian dilakukan di RSUD. dr. Moewardi Surakarta antara bulan September 2012 – Desember 2012.

C. Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah remaja usia 15-18 tahun.

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah remaja berusia antara 15-18 tahun di lingkungan Kelurahan Jebres di Surakarta.

D. Sampel dan cara pemilihan sampel

Sampel pada penelitian ini adalah remaja berusia antara 15-18 tahun di Surakarta dan diperoleh dengan cara purposive sampling dan stratified random sampling. Langkah pertama dilakukan pendataan kemudian dipilih satu wilayah secara acak.

Kriteria inklusi

Remaja yang berusia 15-18 tahun yang bersedia mengikuti penelitian.


(39)

commit to user

Kriteria eksklusi

Anak yang sedang dalam keadaan demam (suhu aksiler ≥ 38,5°C) atau dalam keadaan sakit yang tidak memungkinkan untuk dilakukan pemeriksaan VCAM-1 dan ekokardiografi.

E. Ukuran sampel

Ukuran sampel dihitung berdasarkan analisis multivariat, jumlah sampel yang memadai berkisar antara 10-50 kali jumlah variabel bebas. Variabel bebas penelitian ini ada 3 yaitu kadar VCAM-1, umur, dan status gizi. Jumlah subyek yang diperlukan minimal 3 x 10 sampai 3 x 50 orang, jadi diperlukan 30 sampai 150 orang sebagai subyek penelitian.

F. Identifikasi variabel

1. Variabel bebas : Kadar VCAM-1

2. Variabel tergantung : Ketebalan tunika intima-media arteri karotis komunis 3. Variabel perancu yang dinilai adalah status gizi dan umur

G. Definisi operasional variabel 1. Kadar VCAM-1

Adalah kelompok imunoglobulin molekul adhesi yang merupakan reseptor protein, yang berperan sebagai pengikat yang sangat kuat antara sel endotel vaskuler dengan monosit dimana VCAM-1 akan berikatan dengan reseptor di

sel monosit yaitu β1-α-4-integrin. Pengukuran VCAM-1 dengan metode enzyme linked imunosorbent assay (Elisa). Bahan pemeriksaan yang digunakan


(40)

commit to user

26

adalah serum darah menggunakan prinsip quantitative sandwich enzyme immunoassay, enzim yang digunakan adalah Horseradish peroxidase. Antibodi monoklonal yang spesifik terhadap VCAM-1 diletakkan pada dinding dasar microplate. Antibodi tersebut akan bereaksi dengan VCAM-1 dalam serum, kemudian diikat dengan antibodi human yang telah dilabel membentuk komplek.

2. Definisi remaja pada penelitian ini adalah yang berumur tepat 15 ≥ s/d ≤ 18 tahun pada saat penelitian sesuai yang tercatat di akta kelahiran.

3. Jenis kelamin pada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan sesuai dengan akta kelahiran.

4. Ketebalan tunika intima-media

Tunika media merupakan lapisan pembuluh darah yang terletak antara tunika adventisia disebelah luar dan tunika intima disebelah dalam, terdiri dari serabut otot yang halus dan jaringan elastis. Tunika intima merupakan lapisan terdalam dari pembuluh darah, yang terdiri dari sel endotel dan disokong oleh lamina interna yang bersifat elastis. Sel endotel tersebut akan kontak langsung dengan aliran darah. Penilaian ketebalan tunika intima-media dilakukan dengan ultrasonografi arteri karotis karena letaknya yang lebih superfisial (di leher) sehingga lebih mudah divisualisasi. Mula-mula ditentukan lebih dahulu

bagian proksimal dari arteri karotis yaitu bulbus karotikus, kemudian dilakukan pencitraan pada bagian segmen arteri karotis ± 1-2 cm sebelah proksimal dari bulbus karotikus. Pemeriksaan difokuskan pada dinding posterior, digunakan


(41)

commit to user

resolusi untuk memperjelas gambaran dinding arteri. Dilakukan pandangan dari dua sisi yaitu anterior oblik dan lateral. Dipilih dua gambaran arteri karotis saat akhir diastolik dan dianalisis rata-rata ketebalan tunika intimanya dan selanjutnya dilakukan penghitungan bacaan dari kedua sisi pandangan (anterior oblik dan lateral) pada kedua arteri karotis (arteri karotis kanan dan kiri). Hasil pengukuran ketebalan tunika intima media dinyatakan dalam millimeter (mm).

6. Obesitas

Kriteria obesitas ditentukan berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kg dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2).

Dikatakan obesitas bila IMT ≥ persenti ke-95 kurva BMI (Body Mass Index) menurut usia dan jenis kelamin CDC 2000.

H. Ijin subyek penelitian

Penelitian ini dilakukan atas sepengetahuan dan persetujuan dari orang tua/wali yang bersangkutan, setelah sebelumnya mendapat penjelasan mengenai tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut.


(42)

commit to user

28

I. Alur penelitian

Gambar 2.6. Alur penelitian

Remaja usia 15-18 tahun

Remaja berusia 15-18 tahun di Surakarta

Remaja berusia 15-18 tahun di wilayah

terpilih

Pemeriksaan kadar VCAM-1 dan ketebalan tunika

media-intima

Analisis data :

Analisis regresi linier ganda

Kesimpulan

Populasi sasaran

Populasi terjangkau


(43)

commit to user

J. Pengolahan data

Data dianalisis dengan program SPSS 17.0. Karakteristik subyek (umur, jenis kelamin, status gizi, berat badan lahir, merokok, minum minuman keras, makan sayur/buah) dideskripsikan dalam persentase dan ditampilkan dalam bentuk tabel. Variabel bebas dideskripsikan dalam bentuk nominal (kadar VCAM-1 tinggi dan rendah), variabel tergantung (ketebalan tunika intima arteri karotis komunis) juga dideskripsikan dalam nilai nominal (tebal atau tidak tebal). Uji Chi kuadrat dipergunakan untuk menilai hubungan antara variabel bebas dan veriabel terikat. Kemudian data dari hasil analisis statistik ditampilkan dalam bentuk tabel. Untuk menentukan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ketebalan tunika intima arteri karotis komunis dilakukan analisis bivariat dengan uji chi kuadrat.


(44)

commit to user

30

K. Jadwal kegiatan

Bulan September 2012 – Desember 2012

Kegiatan Sept Okt Nop Des

Perijinan dan randomisasi

Pelaksanaan penelitian

Pengolahan data

Penyusunan laporan penelitian


(45)

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN Tabel 4.1. Karakteristik dasar subyek penelitian (n = 41)

Variabel n %

Umur 15-16 tahun 17-18 tahun 8 33 19.5 80.5 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 32 9 78 22 Kadar VCAM-1

< 998.9 ng/mL

≥ 998.9 ng/mL

20 21 48,8 51.2 Status gizi Obesitas Tidak obesitas 2 39 4,9 95.1 BBLR Ya Tidak 7 34 17,1 82.9 Olah raga Ya Tidak 27 14 65.9 34.1 Merokok Ya Tidak

Minum minuman keras Ya Tidak Makan sayur/buah Sering Jarang 20 21 6 35 24 17 48.8 51.2 14.6 85.4 58.5 41.5

Karakteristik dasar subyek penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.1. Penelitian potong lintang ini dilakukan di RSUD dr. Moewardi selama periode bulan September sampai bulan Desember 2012. Dilakukan pengukuran kadar


(46)

commit to user

32

VCAM-1 dan ketebalan tunika intima a. karotis komunis pada remaja berusia 15 – 18 tahun. Sebanyak 41 orang memenuhi kriteria inklusi penelitian, jumlah ini memenuhi persyaratan besar sampel yaitu antara 30 sampai dengan 150 orang. Dari distribusi didapatkan usia subyek penelitian < 17 tahun sebanyak 8 orang

(19.5%) dan yang ≥ 17 tahun sebanyak 33 orang (80.5%). Jumlah subyek

penelitian dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan sebesar 32 subyek (78%), sebanyak 21 subyek penelitian (51.2%) mempunyai kadar VCAM-1 ≥ 998.9 ng/mL, dua subyek penelitian mengalami obesitas (4.9%), dan 7 orang mempunyai riwayat BBLR (17.1%). Sebanyak 27 subyek penelitian (65.9%) mempunyai kebiasaan berolahraga dan 20 subyek penelitian (48.8%) mempunyai kebiasaan merokok. Enam subyek (14.6%) mempunyai kebiasaan minum minuman keras dan 17 subyek (41.5%) jarang mengkonsumsi sayuran atau buah-buahan.

Tabel 4.2. Hasil uji Chi-Kuadrat tentang hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis

Variabel Ketebalan tunika intima OR p CI 95%

Tipis (<0.125 mm)

n (%)

Tebal

(≥ 0.125 mm) n (%)

Total n (%)

Kadar VCAM-1

< 998.9 ng/mL ≥ 998.9 ng/mL

10 (50) 10 (47.6) 10 (50) 11 (52.4) 20 (100) 21 (100)

1.10 1.000 0.32 sd

3.75

Tabel 4.2 menggambarkan tentang hubungan antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat 21 subyek penelitian (51.2%) yang mempunyai kadar VCAM-1 ≥ 998.9 ng/mL, dimana 10 orang diantaranya (47.6%) mempunyai


(47)

commit to user

ketebalan tunika intima a. karotis komunis ≥ 0.125 mm. Dari Tabel 4.2 dapat disimpulkan subyek penelitian dengan kadar VCAM-1 yang tinggi (≥ 998.9 ng/mL) mempunyai kemungkinan 1.10 kali lebih besar mengalami penebalan

tunika intima (≥ 0.125 mm) jika dibandingkan dengan subyek yang mempunyai kadar VCAM-1 < 998.9 ng/mL, meskipun hubungan tersebut tidak signifikan (p = 1.000).

Tabel 4.3. Ketebalan a. karotis komunis menurut berbagai kategori variabel pada remaja usia 15 – 18 tahun

Variabel Ketebalan tunika intima OR p Tipis

(<0.125 mm) n (%)

Tebal

(≥ 0.125 mm)

n (%) Total n (%) Umur 15-16 tahun 17-18 tahun Status gizi Obesitas Tidak obesitas BBLR Ya Tidak Olah raga Ya Tidak Merokok Ya Tidak Makan sayur/buah Sering Jarang Minum miras Ya Tidak 4 (50) 16 (48.5) 1 (50) 19 (48.7) 3 (42.6) 17 (50) 15 (55.6) 5 (35.7) 8 (40) 12 (57.4) 16 (66.7) 4 (23.5) 2 (33.3) 18 (51.4) 4 (50) 17 (51.5) 1 (50) 20 (51.3) 4 (57.4) 17 (50) 12 (44.4) 9 (64.3) 12 (60) 9 (42.6) 8 (33.3) 13 (76.5) 4 (66.7) 17 (48.6) 8 (100) 33 (100) 2 (100) 39 (100) 7 (100) 34 (100) 27 (100) 14 (100) 20 (100) 21 (100) 24 (100) 17 (100) 6 (100) 35 (100) 1.06 0.95 1.33 2.25 2.00 6.50 2.12 1.000 1.000 1.000 0.326 0.354 0.011 0.663

Hubungan antara umur, status gizi, riwayat BBLR, kebiasaan berolahraga, merokok, konsumsi sayur/buah, kebiasaan minum minuman keras dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis tampak pada Tabel 4.3, dari tabel


(48)

commit to user

34

tersebut dapat disimpulkan bahwa subyek dengan riwayat BBLR mempunyai kemungkinan untuk mengalami penebalan tunika intima 1.33 kali lebih besar jika dibandingkan dengan yang tidak BBLR, tetapi secara statistik tidak signifikan (p=1.000). Subyek yang tidak mempunyai kebiasaan berolahraga memiliki kemungkinan 2.25 kali mengalami penebalan tunika intima jika dibandingkan dengan yang rutin berolahraga, tetapi hubungan tersebut tidak bermakna (p=0.381). Kebiasaan merokok akan meningkatkan risiko penambahan ketebalan tunika intima sebesar 2.00 kali jika dibandingkan dengan yang tidak merokok, tetapi hubungan tersebut tidak bermakna (p=0.432). Kebiasaan minum minuman keras akan meningkatkan risiko penebalan tunika intima sebesar 2.12 kali dengan nilai p=0.663. Subyek yang jarang mengkonsumsi sayur/buah akan memiliki risiko penebalan tunika intima 6.5 kali lebih besar jika dibandingkan dengan yang sering mengkonsumsi sayur/buah, hubungan tersebut bermakna dengan nilai p=0.011. Sedangkan faktor umur dalam penelitian ini tidak memberikan hasil yang bermakna (OR:1.06; CI95%:0.23 sd 4.98; p=1.000), demikian pula dengan status gizi (OR:0.95; CI95%:0.055 sd 16.29; p=1.000).

B. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang dilakukan di RSUD dr. Moewardi Surakarta dengan mengambil rentang waktu antara bulan September sampai dengan Desember 2012. Didapatkan sampel sebanyak 41 remaja yang berumur antara 15 – 18 tahun. Data berasal dari kuesioner, hasil pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ekokardiografi.


(49)

commit to user

Pada penelitian ini subyek penelitian dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan (32 vs 9 orang). Umur subyek penelitian berkisar antara 15 sampai 18 tahun dengan 8 subyek berumur < 17 tahun dan 33 subyek

berumur ≥ 17 tahun. Pada penelitian ini digunakan batasan umur 15-18 tahun atau batasan maksimal dari batasan umur anak sesuai dengan WHO, karena berdasarkan penelitian sebelumnya dengan metode otopsi ternyata pada umur 15-18 tahun telah didapatkan timbunan plak ateroma pada tunika intima pembuluh darah (Myung, 2008). Pada penelitian lainnya dinyatakan meskipun komplikasi dari aterosklerosis jarang dijumpai sebelum usia pertengahan, tetapi sebenarnya proses aterosklerosis sudah dimulai sejak masa kanak-kanak dengan derajat aterogenesis yang sangat berkaitan dengan faktor-faktor risiko (Hoffman, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Bogalusa Heart Study dan PDAY Research Group memperlihatkan bahwa proses aterosklerosis telah dimulai sejak masa kanak-kanak dan berkembang cepat pada usia remaja dan dewasa. Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih dari 30% remaja yang berumur 16-20 tahun mengalami fibrous plaque pada arteri koronernya dan prevalensi ini meningkat mencapai 70% sebelum usia 26-39 tahun (Ontoseno, 2010). Sehingga pada penelitian ini diharapkan jika dilakukan pemeriksaan ekokardiografi pada remaja yang berumur 15-18 tahun sudah dapat mendeteksi adanya penebalan tunika intima pembuluh darah.

Dari hasil pemeriksaan VCAM-1 didapatkan kadar terendah sebesar 567.3 ng/mL dan tertinggi 1826.8 ng/mL dengan median 998.9 ng/mL. Dari hasil pemeriksaan ekokardiografi, tunika intima a. karotis komunis dinyatakan tebal


(50)

commit to user

36

jika ≥ 0.125 mm dan tipis jika < 0.125 mm. Dari korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima a. karotis komunis didapatkan hasil OR:1.10; CI95%:0.32 sd 3.75, tetapi hubungan tersebut tidak bermakna (p=1.000). Keadaan ini tidak sesuai dengan teori yang menyebutkan adanya korelasi yang positif antara molekul adhesi (VCAM-1, ICAM-1, E-selectin) dengan peningkatan ketebalan tunika intima pembuluh darah (Lim, 2008). Penelitian lain juga menyebutkan bahwa pada angiogram penderita aterosklerosis didapatkan korelasi positif antara luasnya lesi aterosklerotik dengan kadar VCAM-1 di sirkulasi. Selanjutnya dinyatakan bahwa VCAM-1 merupakan penanda yang sangat kuat serta optimal serta dapat memberikan gambaran mengenai perluasan lesi aterosklerotik (Peter, 1999). Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori mengenai korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima kemungkinan karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.

Pada penelitian ini didapatkan korelasi positif antara riwayat BBLR, kebiasaan berolahraga, merokok, kebiasaan mengkonsumsi buah/sayur, dan minum minuman keras dengan ketebalan tunika intima. Subyek dengan riwayat BBLR memilik risiko penebalan tunika intima 1.33 kali lebih besar jika dibandingkan dengan subyek yang bukan BBLR (OR:1.33; CI95%:0.26 sd 6.88; p=1.000). Anak yang lahir dengan berat lahir rendah dilaporkan mempunyai kadar kortisol yang lebih tinggi. Hipotesis pada penelitian yang ada dikatakan bahwa perubahan atau gangguan sekresi kortisol yang diikuti oleh obesitas akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik dan penyakit jantung pada usia dewasa (Ijzerman, 2003). Penelitian lain menyebutkan terdapat hubungan antara


(51)

commit to user

berat lahir dengan perubahan pada endotel vaskuler pada masa dekade pertama. Hal ini didukung konsep bahwa faktor prenatal mempunyai pengaruh langsung pada dinding pembuluh darah yang akan dimulainya proses aterogenesis sejak awal kehidupan, dengan berjalannya waktu pengaruh prenatal ini bersama dengan fakror risiko klasik akan mempercepat aterogenesis (Gale, 2006; Robyn, 2007). Pada BBLR juga didapatkan peningkatan kadar apolipoprotein B yang merupakan prediktor terhadap terjadinya aterosklerosis, didapatkan hasil yang signifikan dimana terdapat kadar Apo B dan rasio Apo B dan A-1 yang lebih tinggi pada BBLR daripada yang lahir dengan berat normal (Ijzerman, 2003; Skidmore, 2004).

Subyek yang mempunyai kebiasaan merokok akan memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima sebesar 2.00 kali tetapi hasil tersebut tidak bermakna (p=0.354). Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa perokok aktif dan pasif cenderung mengalami peningkatan risiko mendapatkan penyakit kardiovaskuler. Meskipun mekanisme merokok dengan disfungsi kardiovaskuler sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, tetapi kebiasaan merokok akan meningkatkan proses inflamasi, trombosis, dan oksidasi (Endemann, 2004; Santos, 2008; Hyong, 2010).

Kebiasaan berolahraga berpengaruh terhadap ketebalan tunika intima, dimana subyek yang tidak pernah berolahraga akan memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima sebesar 2.25 kali jika dibandingkan dengan subyek yang mempunyai kebiasaan berolahraga (OR: 2.25; CI95%: 0.59 sd 8.52), meskipun hubungan tersebut tidak bermakna dengan p=0.326. Hal ini sesuai dengan


(52)

commit to user

38

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan terjadinya aterosklerosis (Klish, 1998; McMahan, 2006).

Subyek yang mempunyai kebiasaan minum minuman keras memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima 2.12 kali lebih besar jika dibandingkan dengan subyek yang tidak mengkonsumsi miras. Kebiasaan mengkonsumsi sayur/buah memberikan hasilyang bermakna dengan p=0.011, dimana subyek yang jarang mengkonsumsi sayur/buah memiliki risiko penebalan tunika intima 6.5 kali lebih besar dari pada subyek yang sering mengkonsumsi sayur/buah (OR:6.50; CI95%:1.59 sd 26.51).

Sayur dan buah termasuk antioksidan eksogen yang kaya kandungan vitamin A, C, dan E, beta-carotene, flavonoid, polyphenol, dan terpenoid. Antioksidan ini berfungsi sebagai radical scavenging antioxidants yang dapat mencegah proses inisiasi dan mengakhiri berkembangnya proses oksidasi. Disamping bersifat sebagai scavenging antioxdants, flavonoid dan polypenol juga dapat meningkatkan produksi glutathion melalui pengaruhnya terhadap ekspresi substrat yang diperlukan untuk sintesa glutation seperti CT cystine antiporter, gamma-glutamylcysteine synthetase dan glutathione synthase (Willcox et al., 2004).

Vitamin E dan C terbukti telah dapat mengurangi berkembangnya aterosklerosis. Kedua vitamin ini diketahui dapat menggagalkan efek stimulasi Angiotensin II pada aktivitas JNK dan p38 dari Vascular Smooth Muscle Cell (VSMC) (Papas, 2008), dan hal ini mendukung temuan dalam penelitian yang


(53)

commit to user

dilakukan oleh Cambridge Heart Antioxidant Study (CHAOS) yang menyatakan bahwa vitamin E dapat menurunkan insiden penyakit kardiovaskuler.

Flavonoid oleh karena sifatnya sebagai antioksidan disebutkan dapat mengurangi risiko menderita penyakit pembuluh darah. Antioksidan ini semakin diperlukan dengan meningkatnya stres oksidasi oleh karena penuaan, karena stres oksidasi bilamana dibiarkan akan merusak lapisan endotel yang berakibat pada penyakit pembuluh darah (Fraga, 2012).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Kelemahan penelitian ini adalah jumlah subyek penelitian yang terlalu sedikit untuk mewakili populasi, sehingga akan memberikan pengaruh terhadap hasil penelitian. Diperlukan penelitian dengan jumlah subyek yang lebih besar sehingga dapat mendapatkan hasil yang lebih baik yang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam populasi. Pengambilan data yang menggunakan kuesioner akan memiliki risiko recall bias karena hanya mengandalkan daya ingat dalam memberikan keterangan. Selain itu kemungkinan terdapat bias dalam pengukuran hasil laboratorium maupun pemeriksaan ekokardiografi, meskipun sudah dilakukan standarisasi dan pengukuran ekokardiografi dilakukan 3 kali pemeriksaan dan diambil nilai rata-ratanya. Faktor lain yang bisa mempengaruhi ketebalan tunika intima pembuluh darah adalah kadar kolesterol (Trigliserida, HDL kolesterol, LDL kolesterol) dimana pada penelitian ini tidak diperiksa karena keterbatasan dana.


(54)

commit to user

40

Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang hanya menggambarkan kondisi sesaat. Akan lebih baik lagi apabila dilakukan penelitian lain dengan metode kohort sehingga bisa diketahui perjalanan penyakit dan dapat menerangkan dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek secara temporal.


(55)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari 41 subyek penelitian didapatkan 21 orang mempunyai kadar

VCAM-1 ≥ 998.9 ng/mL, dimana VCAM-1VCAM-1 orang diantaranya memiliki ketebalan tunika intima ≥ 0.1250 mm. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika intima, dengan hasil perhitungan statistik (OR: 1.10; CI95%: 0.32 sd 3.75; p=1.000).

Dilakukan pula analisis hubungan antara umur, status gizi, riwayat BBLR, kebiasaan merokok, berolahraga, konsumsi sayur/buah, minum minuman keras dengan ketebalan tunika intima dengan hasil didapatkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi sayur/buah dengan ketebalan tunika intima Secara statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat BBLR, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan konsumsi miras dengan ketebalan tunika intima (p>0.05), meskipun riwayat BBLR, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan konsumsi dapat meningkatkan risiko terjadinya penebalan tunika intima.

B. SARAN

Perlunya dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga dapat mewakili populasi. Perlunya dilakukan penelitian lain yang dapat mengungkap lebih jauh korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika


(56)

commit to user

42

intima pembuluh darah. Diperlukan deteksi dini terhadap terjadinya aterosklerosis (penebalan tunika intima) pada usia anak dan remaja sebagai pencegahan terhadap risiko penyakit kardiovaskuler di masa depan.

C. IMPLIKASI PENELITIAN

1. Bagi Bidang Akademik

Sebagai tambahan khasanah keilmuan di bidang kardiologi anak khususnya terjadinya proses ateosklerosis dan hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding untuk penelitian serupa dikemudian hari.

2. Bagi Bidang Pelayanan Kedokteran Keluarga

Sebagai pendukung ilmu praktis pada pelayanan kedokteran keluarga bahwa dokter keluarga diharapkan mengerti dan mampu memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko (kadar VCAM-1, umur, kebiasaan merokok dan berolahraga) yang dapat mempengaruhi terjadinya penebalan tunika intima pembuluh darah, sehingga dapat dilakukan tindakan preventif sedini mungkin terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler.


(1)

commit to user

berat lahir dengan perubahan pada endotel vaskuler pada masa dekade pertama. Hal ini didukung konsep bahwa faktor prenatal mempunyai pengaruh langsung pada dinding pembuluh darah yang akan dimulainya proses aterogenesis sejak awal kehidupan, dengan berjalannya waktu pengaruh prenatal ini bersama dengan fakror risiko klasik akan mempercepat aterogenesis (Gale, 2006; Robyn, 2007). Pada BBLR juga didapatkan peningkatan kadar apolipoprotein B yang merupakan prediktor terhadap terjadinya aterosklerosis, didapatkan hasil yang signifikan dimana terdapat kadar Apo B dan rasio Apo B dan A-1 yang lebih tinggi pada BBLR daripada yang lahir dengan berat normal (Ijzerman, 2003; Skidmore, 2004).

Subyek yang mempunyai kebiasaan merokok akan memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima sebesar 2.00 kali tetapi hasil tersebut tidak bermakna (p=0.354). Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa perokok aktif dan pasif cenderung mengalami peningkatan risiko mendapatkan penyakit kardiovaskuler. Meskipun mekanisme merokok dengan disfungsi kardiovaskuler sampai sekarang masih belum diketahui secara pasti, tetapi kebiasaan merokok akan meningkatkan proses inflamasi, trombosis, dan oksidasi (Endemann, 2004; Santos, 2008; Hyong, 2010).

Kebiasaan berolahraga berpengaruh terhadap ketebalan tunika intima, dimana subyek yang tidak pernah berolahraga akan memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima sebesar 2.25 kali jika dibandingkan dengan subyek yang mempunyai kebiasaan berolahraga (OR: 2.25; CI95%: 0.59 sd 8.52), meskipun hubungan tersebut tidak bermakna dengan p=0.326. Hal ini sesuai dengan


(2)

commit to user

penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kurangnya aktifitas fisik merupakan salah satu faktor penting yang berhubungan dengan terjadinya aterosklerosis (Klish, 1998; McMahan, 2006).

Subyek yang mempunyai kebiasaan minum minuman keras memiliki risiko peningkatan ketebalan tunika intima 2.12 kali lebih besar jika dibandingkan dengan subyek yang tidak mengkonsumsi miras. Kebiasaan mengkonsumsi sayur/buah memberikan hasilyang bermakna dengan p=0.011, dimana subyek yang jarang mengkonsumsi sayur/buah memiliki risiko penebalan tunika intima 6.5 kali lebih besar dari pada subyek yang sering mengkonsumsi sayur/buah (OR:6.50; CI95%:1.59 sd 26.51).

Sayur dan buah termasuk antioksidan eksogen yang kaya kandungan vitamin A, C, dan E, beta-carotene, flavonoid, polyphenol, dan terpenoid. Antioksidan ini berfungsi sebagai radical scavenging antioxidants yang dapat mencegah proses inisiasi dan mengakhiri berkembangnya proses oksidasi. Disamping bersifat sebagai scavenging antioxdants, flavonoid dan polypenol juga dapat meningkatkan produksi glutathion melalui pengaruhnya terhadap ekspresi substrat yang diperlukan untuk sintesa glutation seperti CT cystine antiporter, gamma-glutamylcysteine synthetase dan glutathione synthase (Willcox et al., 2004).

Vitamin E dan C terbukti telah dapat mengurangi berkembangnya aterosklerosis. Kedua vitamin ini diketahui dapat menggagalkan efek stimulasi Angiotensin II pada aktivitas JNK dan p38 dari Vascular Smooth Muscle Cell (VSMC) (Papas, 2008), dan hal ini mendukung temuan dalam penelitian yang


(3)

commit to user

dilakukan oleh Cambridge Heart Antioxidant Study (CHAOS) yang menyatakan bahwa vitamin E dapat menurunkan insiden penyakit kardiovaskuler.

Flavonoid oleh karena sifatnya sebagai antioksidan disebutkan dapat mengurangi risiko menderita penyakit pembuluh darah. Antioksidan ini semakin diperlukan dengan meningkatnya stres oksidasi oleh karena penuaan, karena stres oksidasi bilamana dibiarkan akan merusak lapisan endotel yang berakibat pada penyakit pembuluh darah (Fraga, 2012).

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Kelemahan penelitian ini adalah jumlah subyek penelitian yang terlalu sedikit untuk mewakili populasi, sehingga akan memberikan pengaruh terhadap hasil penelitian. Diperlukan penelitian dengan jumlah subyek yang lebih besar sehingga dapat mendapatkan hasil yang lebih baik yang dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya dalam populasi. Pengambilan data yang menggunakan kuesioner akan memiliki risiko recall bias karena hanya mengandalkan daya ingat dalam memberikan keterangan. Selain itu kemungkinan terdapat bias dalam pengukuran hasil laboratorium maupun pemeriksaan ekokardiografi, meskipun sudah dilakukan standarisasi dan pengukuran ekokardiografi dilakukan 3 kali pemeriksaan dan diambil nilai rata-ratanya. Faktor lain yang bisa mempengaruhi ketebalan tunika intima pembuluh darah adalah kadar kolesterol (Trigliserida, HDL kolesterol, LDL kolesterol) dimana pada penelitian ini tidak diperiksa karena keterbatasan dana.


(4)

commit to user

Penelitian ini adalah penelitian potong lintang yang hanya menggambarkan kondisi sesaat. Akan lebih baik lagi apabila dilakukan penelitian lain dengan metode kohort sehingga bisa diketahui perjalanan penyakit dan dapat menerangkan dinamika hubungan antara faktor risiko dengan efek secara temporal.


(5)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari 41 subyek penelitian didapatkan 21 orang mempunyai kadar VCAM-1 ≥ 998.9 ng/mL, dimana VCAM-1VCAM-1 orang diantaranya memiliki ketebalan tunika intima

≥ 0.1250 mm. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kadar VCAM-1

dengan ketebalan tunika intima, dengan hasil perhitungan statistik (OR: 1.10; CI95%: 0.32 sd 3.75; p=1.000).

Dilakukan pula analisis hubungan antara umur, status gizi, riwayat BBLR, kebiasaan merokok, berolahraga, konsumsi sayur/buah, minum minuman keras dengan ketebalan tunika intima dengan hasil didapatkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan mengkonsumsi sayur/buah dengan ketebalan tunika intima Secara statistik tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara riwayat BBLR, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan konsumsi miras dengan ketebalan tunika intima (p>0.05), meskipun riwayat BBLR, kebiasaan merokok, kebiasaan berolahraga, dan konsumsi dapat meningkatkan risiko terjadinya penebalan tunika intima.

B. SARAN

Perlunya dilakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar sehingga dapat mewakili populasi. Perlunya dilakukan penelitian lain yang dapat mengungkap lebih jauh korelasi antara kadar VCAM-1 dengan ketebalan tunika


(6)

commit to user

intima pembuluh darah. Diperlukan deteksi dini terhadap terjadinya aterosklerosis (penebalan tunika intima) pada usia anak dan remaja sebagai pencegahan terhadap risiko penyakit kardiovaskuler di masa depan.

C. IMPLIKASI PENELITIAN

1. Bagi Bidang Akademik

Sebagai tambahan khasanah keilmuan di bidang kardiologi anak khususnya terjadinya proses ateosklerosis dan hasil penelitian ini dapat dijadikan pembanding untuk penelitian serupa dikemudian hari.

2. Bagi Bidang Pelayanan Kedokteran Keluarga

Sebagai pendukung ilmu praktis pada pelayanan kedokteran keluarga bahwa dokter keluarga diharapkan mengerti dan mampu memberikan informasi mengenai faktor-faktor risiko (kadar VCAM-1, umur, kebiasaan merokok dan berolahraga) yang dapat mempengaruhi terjadinya penebalan tunika intima pembuluh darah, sehingga dapat dilakukan tindakan preventif sedini mungkin terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler.


Dokumen yang terkait

PENGARUH EKSTRAK DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa Bilimbi l.) TERHADAP KETEBALAN TUNIKA INTIMA SAMPAI TUNIKA MEDIA PEMBULUH DARAH PADA TIKUS MODEL ATEROSKLEROSIS

1 6 42

HUBUNGAN KADAR VASCULAR CELL ADHESION MOLECULE 1 (VCAM 1) DENGAN RIWAYAT BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA ANAK USIA 15 18 TAHUN

1 13 53

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS INTERNA PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 2 20

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS INTERNA PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS INTERNA PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 2 32

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS INTERNA PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS INTERNA PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK DENGAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA ARTERI KAROTIS INTERNA PADA PASIEN PASCA STROKE ISKEMIK - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 12

Hubungan Ketebalan Tunika Intima Media Arteri Carotis dengan Obesitas pada Remaja

0 0 8

PENGARUH OAT ( Avena sativa L.) MENGHAMBAT EKSPRESI VCAM-1 DAN KETEBALAN TUNIKA INTIMA-MEDIA PADA ARKUS AORTA KELINCI ( Oryctolagus cuniculus) YANG TERPAPAR ASAP ROKOK

0 0 18