Penilaian Pengontrolan Glukosa Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus

2.8. Komplikasi

DM jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, dan saraf. Dengan penanganan yang baik, berupa kerjasama yang erat antara pasien dan petugas kesehatan, diharapkan komplikasi kronik DM dapat dicegah, setidaknya dihambat perkembangannya Price dan Wilson, 2002; Schteingart, 2006; Shahab dan Waspadji, 2009. Komplikasi DM terbagi dua yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi metabolik akut disebabkan perubahan yang relatif akut dari konsentrasi glukosa plasma. Komplikasi metabolik yang paling serius pada DM tipe 1 adalah ketoasidosis diabetik DKA. Komplikasi akut yang lain adalah hiperglikemia hiperosmolar koma non‐ketotik HHNK, dan hipoglikemia Price dan Wilson, 2002; Schteingart, 2006; Shahab dan Waspadji, 2009. Komplikasi vaskular jangka panjang DM melibatkan pembuluh darah kecil mikroangiopati dan pembuluh darah sedang dan besar makroangiopati. Mikroangiopati merupakan lesi spesifik DM yang menyerang kapiler dan arteriol retina retinopati diabetik, glomerulus ginjal nefropati diabetik dan saraf perifer neuropati diabetik, dan otot serta kulit. Makroangiopati diabetic mempunyai gambaran histopatologis berupa aterosklerosis Price dan Wilson, 2002; Schteingart, 2006; Shahab dan Waspadji, 2009.

2.9. Penilaian Pengontrolan Glukosa

Metode yang digunakan untuk menentukan pengontrolan glukosa pada semua tipe DM adalah pengukuran glikat hemoglobin HbA1c. Hemoglobin pada keadaan normal tidak mengandung glukosa ketika pertama kali keluar dari sumsum tulang Price dan Wilson, 2002; Schteingart, 2006. Pada orang normal sebagian kecil fraksi hemoglobin akan mengalami glikosilasi. Artinya glukosa terikat pada hemoglobin melalui proses non‐enzimatik dan bersifat reversibel. Pada pasien DM, glikosilasi hemoglobin meningkat secara proporsional dengan kadar rerata glukosa darah selama 2‐3 bulan sebelumnya. Bila kadar glukosa darah berada pada kisaran normal antara Universitas Sumatera Utara 70‐140 mg selama 2‐3 bulan terakhir, maka hasil tes HbA1c akan menunjukkan nilai normal. Karena pergantian hemoglobin yang lambat, nilai HbA1c yang tinggi menunjukkan bahwa kadar glukosa darah tinggi selama 4‐ 8 minggu. Nilai normal glikat hemoglobin bergantung pada metode pengukuran yang digunakan, namun berkisar antara 3,5‐5,5 Tabel 1.1. Pemeriksaan HbA1c merupakan pemeriksaan tunggal yang sangat akurat untuk menilai status glikemik jangka panjang Price dan Wilson, 2002; Schteingart, 2006. Tabel 2.1. Kadar Glikat Hemoglobin pada Penderita Diabetes Melitus NormalKontrol glukosa HbA1c Nilai normal 3,5‐5,5 Kontrol glukosa baik 3,5‐6 Kontrol glukosa sedang 7,0‐8,0 Kontrol glukosa buruk 8 Sumber: Price dan Wilson, 2002

2.10. Kriteria Diagnostik Diabetes Melitus

Kriteria diagnostik yang dianjurkan WHO sangat mirip dengan kriteria yang diajukan oleh Diabetes Epidemiology Study Group of the European Association for the Study of Diabetes dan National Institutes of Health Diabetes Data Group, USA. Secara umum diagnosa tidak dapat ditegakkan dengan hanya satu hasil kadar gula darah yang abnormal. Langkah-langkah penentuan kriteria diagnostik adalah sebagai berikut : 1. Jika ada gejala klinik DM, tetapkan kadar gula darah sewaktu atau puasa. Pada orang dewasa kadar gula plasma vena sewaktu 11 mmol1 2.0 g1 atau kadar gula plasma puasa 8 mmol1 1.4 g1 memastikan diagnosa, Kadar sewaktu yang 8mmoll 1.4 g1 dan kadar puasa 6 mmol1 1.0 g1 meniadakan diagnosa. 2. Jika hasil meragukan, tetapkan kadar gula darah 2 jam setelah pemberian glukosa setelah penderita puasa semalam Jika kadarnya dalam plasma 11 mmoll 0.2g1, diagnosa dapat dipastikan. Nilai sebesar 8 mmoll 1.4 gl Universitas Sumatera Utara dianggap normal dan antara 8-11 mmoll 1.4-2.0 g1 digolongkan sebagai : toleransi glukosa terganggu. 3. Jika tidak ada gejala DM diperlukan paling sedikit 2 nilai kadar gula darah yang abnormal untuk dapat menetapkan diagnosa klinik. Misalnya kadar gula 1 jam setelah glukosa 11 mmol 1 2.0 gl bersama kadar gula 2 jam setelah glukosa yang meningkat. Kriteria diatas dapat pula diterapkan pada wanita hamil. Purnamasari, 2009; Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, 2011 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL