Tujuan Dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46PUU-82010

Hubungan darah antara anak dengan ibunya merupakan realitas sunnatullah yang tidak dapat dipungkiri, ditutup ataupun ditutup-tutupi oleh siapapun, dengan cara apapun, maupun oleh aturan hukum manapun. Hubungan darah inilah yang menjadi dasar adanya hubungan perdata antara anak dengan ibunya, baik yang dikandungnya sendiri ataupun dititipkan pada perempuan lain. Analog dengan pemikiran tersebut, seharusnya hubungan darah antara anak dengan ayahnya juga menjadi dasar adanya hubungan perdata antara anak dengan ayahnya. Namun kenyataannya hubungan perdata antara anak dengan ayahnya ini tidakbelum terlindungi dalam UUP meskipun tidak ada kesengajaan untuk menutupinya, padahal sebenarnya antara mereka juga memiliki hubungan darah.

B. Tujuan Dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46PUU-82010

Tanggal 27 Pebruari 2012 Dari putusan Mahkamah Konstitusi Nomor: 46PUU-82010 itu selengkapnya dapat diambil beberapa poin mengenai tujuan pengubahan Pasal 43 ayat 1 UU Perkawinan, yaitu: 1. Memberi legalitas hukum hubungan darah antara anak dengan ayah biologisnya, yakni bahwa hubungan darah antara anak dengan ayah biologisnya yang semula hanya merupakan sebuah realitas menjadi hubungan hukum sehingga memiliki akibat hukum. 2. Memberi perlindungan hukum atas hak-hak dasar anak, baik terhadap ayahnya dan keluarga ayahnya maupun lingkungannya. 3. Memberi perlakuan yang adil terhadap setiap anak yang dilahirkan meskipun Universitas Sumatera Utara perkawinan orang tuanya tidak belum ada kepastian. 4. Menegaskan adanya hubungan perdata setiap anak dengan ayah biologisnya dan keluarga ayahnya menurut hukum sebagaimana hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya. 5. Menegaskan adanya kewajiban ayah menurut hukum legal custady memelihara setiap anak yang dilahirkan dari darahnya. 6. Melindungi hak waris anak dari ayahnya karena adanya hubungan darah, hak dan tanggung jawab satu sama lain. 7. Menjamin masa depan anak sebagaimana anak-anak pada umumnya. 8. Menjamin hak-hak anak untuk mendapat pengasuhan, pemeliharaan, pendidikan dan biaya penghidupan, perlindungan dan lain sebagainya dari ayahnya sebagaimana mestinya. 9. Memberi ketegasan hukum bahwa setiap laki-laki harus bertanggung jawab atas tindakannya dan akibat yang timbul karena perbuatannya itu, dalam hal ini menyebabkan lahirnya anak.6 Mereka tidak dapat melepaskan diri dari tanggung jawab tersebut. Hubungan perdata yang timbul akibat dari adanya hubungan darah ini meliputi hubungan hukum, hak dan kewajiban antara anak dengan ayah dan ibunya yang dapat berupa: 1 Hubungan nasab adalah hubungan kekerabatan dari jalur ayah kerana manusia hanya dinasabkan kepada ayahnya saja 2 Hubungan mahram adalah hubungan tentang tidak boleh menikah di antara keduanya. Universitas Sumatera Utara 3 Hubungan hak dan kewajiban. 4 Hubungan pewarisan saling mewarisi yang merupakan pelanjutan hubungan hak dan kewajiban karena nasab ketika mereka sama-sama masih hidup, dan 5 Hubungan wali nikah antara ayah dengan anak perempuannya. Hak-hak dasar anak Psl 4 sd 18 UU No. 23 th 2002 tentang Perlindungan Anak, antara lain, adalah: 1 Hak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 2 Hak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi sesuai sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua. 3 Hak mengetahui orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh orang tuanya sendiri. 4 Hak mendapat perlindungan dari perlakuan: a. Diskriminasi; b. Eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual. c. Penelantaran d. Kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan. e. Ketidakadilan, dan f. Perlakuan salah lainnya. 5 Hak diasuh oleh orang tuanya sendiri. Penggelapan asal-usul anak merupakan tindak pidana Pasal 277 KUH Pidana. Demikian pula mengakui seseorang anak sebagai anaknya padahal Universitas Sumatera Utara diketahui olehnya bahwa anak dimaksud adalah bukan anaknya juga merupakan tindak pidana Pasal 278 KUH Pidana. Hak-hak dasar anak merupakan hak konstitusional, yakni hak yang diakui dan dilindungi oleh UUD Tahun 1945. Demikian pula mengenai asal-usul anak dengan segala hak-hak perdatanya, baik dengan ibu maupun ayahnya, juga dilindungi oleh UUD Tahun 1945. Putusan MK tersebut, secara mutatis mutandis telah menimbulkan banyak perubahan hukum, antara lain, yaitu: 1. Mengubah hubungan darah anak dengan ayah bilogisnya yang semula hanya bersifat alamiah sunnatullah semata menjadi hubungan hukum yang mempunyai akibat hukum berupa hubungan perdata. 2. Adanya pengakuan secara hukum bahwa anak yang dilahirkan di luar perkawinan juga mempunyai hubungan perdata dengan ayah biologisnya dan keluarga ayahnya sebagaimana hubungan perdata anak dengan ibunya dan keluarga ibunya. Pengakuan secara hukum ini sebelumnya tidak ada. 3. Adanya tanggung jawab menurut hukum atas ayah terhadap anak yang dilahirkan akibat perbuatannya, meskipun anak itu lahir di luar perkawinan. Sebelumnya, ayah biologis tidak dapat digugat untuk bertanggung jawab atas anak biologisnya. Mengenai wali nikah, ternyata Putusan MK tersebut tidak mengubah ketentuan Pasal 42 UUP yang menyatakan: “Anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat perkawinan yang sah”. Dengan demikian maka, ayah biologis tidak serta merta dapat bertindak sebagai wali nikah bagi anak perempuannya karena untuk menjadi wali nikah disyaratkan adanya legalitas Universitas Sumatera Utara hukum. Hubungan wali nikah merupakan hubungan resmi yang memerlukan legalitas hukum. Namun demikian apabila adanya hubungan nasab telah dapat dibuktikan melalui putusan pengadilan dan telah mempunyai akta kelahiran, maka ayahnya dapat bertindak sebagai wali nikah bagi anak perempuannya yang lahir di luar perkawinan. Anak yang lahir dari perkawinan yang fasid batal, maka ia tetap menjadi anak sah karena batalnya perkawinan tidak berlaku surut terhadap anak yang lahir dari perkawinan tersebut Pasal 28 ayat 2 huruf a UUP. Demikian pula, analog dengan ketentuan hukum tersebut di atas, maka anak yang dilahirkan di luar perkawinan adalah juga anak yang sah karena ketidakabsahan perkawinan orang tuanya tidak dapat menghapuskan hubungan hubungan darah dengan ibu dan ayah biologisnya. Hubungan darah inilah yang menjadi dasar adanya hubungan perdata antara anak dengan orang tuanya.

C. SubstansiIsi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46PUU-82010

Dokumen yang terkait

Eksekusi Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 609 K/Pdt/2010 Dalam Perkara Perdata Sengketa Tanah Hak Guna Bangunan Dilaksanakan Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan Negeri

3 78 117

Analisis Hukum Terhadap Putusan Mahkamah Konstitusi Tentang Calon Independen Di Dalam Undang-Undang No.32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

0 68 130

Sikap Masyarakat Batak-Karo Terhadap Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI) No.179/K/SIP/1961 Dalam Persamaan Kedudukan Anak Laki-Laki Dan Anak Perempuan Mengenai Hukum Waris (Studi Pada Masyarakat Batak Karo Desa Lingga Kecamatan Simpang...

1 34 150

Efektifitas Penyelesaian Perselisihan Hasil Pemilukada oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi

3 55 122

Hak waris anak luar nikah pasca putusan Mahkamah Konstitusi No . 46/PUU-VIII/2010: (Analisis Putusan No. 0156/Pdt.P/2013/PA.JS)

1 9 90

Hak Waris Anak Luar Nikah Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/Puu-Viii/2010 (Analisis Putusan No. 0156/Pdt.P/2013/Pa.Js)

1 7 90

Dampak putusan Mahkamah Konstitusi No.46/PUU-VIII/ terhadap hak waris anak dalam persepektif hukum islam

0 18 0

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK LUAR KAWIN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 46/PUU-VIII/2010.

1 4 23

STUDI KOMPARASI PENGAKUAN ANAK LUAR KAWIN ANTARA KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DENGAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI NO.46/PUUVIII/ 2010.

0 1 89

BAB II PENCATATAN KELAHIRAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN 1974 A. Pengertian Pencatatan Kelahiran Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 - Aspek Hukum Pencatatan Kelahiran Anak Dan Kaitannya Dengan Hubungan Anak Dan Orang Tuanya(Studi Putusan Mahkamah

0 0 13