4.3.5 Faktor Peran Kader Posyandu kepada PUS Dalam Pemakaian MKJP
Tabel 4.18 Faktor Kader Posyandu kepada PUS dalam Pemakaian MKJP di Kecamatan Medan Denai
No Faktor Kader
Posyandu Pemakaian MKJP
Total P-Value
Baik Cukup
Kurang n
n n
n
1 Baik
2 2,1
45 47,4
4 4,2
51 53,7
0,002 2
Cukup 6
6,3 37
38,9 1
1,1 44
46,3
Jumlah 8
8,4 82
86,3 5
5,3 95
100,0
Dari tabel 4.18 diketahui bahwa 51 responden 53,7 dengan kategori kader posyandu, diantaranya 2 orang 2,1 pemakaian MKJP yang baik, 45
orang 47,4 pemakaian MKJP yang cukup, dan 4 orang 4,2 pemakaian MKJP yang kurang. Sedangkan 44 responden 46,3 dengan kategori cukup,
diantaranya 6 orang 6,3 pemakaian MKJP yang baik, 37 orang 38,9 pemakaian MKJP yang cukup, dan 1 orang 1,1 pemakaian MKJP yang
kurang. Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa p- value = 0,002 = 0,05,
artinya bahwa faktor kader posyandu dapat mempengaruhi PUS dalam pemakaian MKJP.
Universitas Sumatera Utara
55
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Faktor Pengetahuan Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi MKJP
Hasil analisis univariat menunjukkan 39 orang 41,1 memiliki pengetahuan kurang. Sementara diantara responden dengan pengetahuan kategori
baik diperoleh 19 orang 20,0. Hasil anasilis bivariat menggunakan uji chi- square
diperoleh nilai p = 0,203 p0,05, maka dapat disimpulkan tidak ada faktor yang bermakna antara pengetahuan dalam pemakaian MKJP.
Hasil penelitian ini tidak sependapat dengan penelitian Nasution 2010, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara faktor pengetahuan
terhadap keikutsertaan wanita PUS dalam penggunaan KB IUD. Hasil penelitian ini sependapat dengan penelitian Karnadi Sigit 2012, dari hasil penelitiannya
pengetahuan responden memengaruhi responden dalam menggunakan alat kontrasepsi IUD. Semakin baik pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi
tersebut, maka responden dapat memilih alat kontrasepsi yang tepat untuknya. Hasil penelitian Viviroy 2012, pengetahuan dan pendidikan responden
yang tinggi dapat memengaruhi responden dalam memilih alat kontrasepsi IUD. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Purwoko 2011, yang mengatakan bahwa
pengetahuan menyumbangkan peran dalam menentukan pengambilan keputusan untuk memilih alat kontrasepsi tertentu. Semakin tinggi tingkat pengetahuan
tentang alat kontrasepsi, maka makin meningkat pula perannya sebagai pengambilan keputusan.
Menurut peneliti pengetahuan tidak begitu mempengaruhi dalam pemakaian ataupun pemilihan kontrasepsi. Hal ini dikarenakan responden
Universitas Sumatera Utara