49
para transmigran. Akibat adanya reaksi yang keras dari para transmigran, akhirnya pemerintah Kabupaten Rokan Hilir tidak dapat lagi berbuat apa-apa dan
membebaskan masyarakat transmigran yang ada di Desa Suak Temenggung mengganti tanaman pangan menjadi tanaman perkebunan tahunan yaitu kelapa sawit
rakyat.
32
Istilah perkebunan sudah lama dikenal sejak pemerintahan kolonoal Belanda. Karena perkebunan merupakan komoditi pertama untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi bagi masyarakat. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang menjadi primodana dunia. Dalam dua dekade bisnis sawit tumbuh diatas 10 per
tahun, jauh meninggalkan komoditas perkebunan lainnya yang tumbuh dibawah 5.
3.4 Penanaman Kelapa Sawit
33
32
Wawancara Karyono, Desa Suak Temenggung Kecamatan Pakaitan Kabupaten Rokan Hilir, 4 Mei 2015.
33
Syamsulbahri, Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1996, hlm. 3.
Kecenderungan tersebut semakin mengerucut, dengan ditemukannnya hasil- hasil penelitian terhadap komoditi ini, selain komoditi utama berupa minyak sawit,
sehingga menjadikan komoditi ini sangat digemari oleh para investor perkebunan. Masa umur ekonomis kelapa sawit yang cukup lama sejak tanaman mulai
menghasilkan, yaitu sekitar 25 tahun menjadikan jangka waktu perolehan manfaat dari investasi di sektor ini menjadi salah satu pertimbangan yang ikut menentukan
bagi kalangan dunia.
50
Budidaya pengembangan perkebunan Kelapa sawit sangat erat kaitannya dengan daya dukung lahan sebagai media tanam komoditi ini. Besarnya pengaruh
kesesuaian lahan untuk mendukung pertumbuhan tanaman akan berpengaruh secara langsung terhadap kesuburan tanah yang pada akhirnya berdampak pada produkvitas
hasil.
34
34
Ibid., hlm. 4-5.
Tanah gambut adalah salah satu tanah yang berpotensi untuk mengembangkan komoditi ini. Komoditi tanaman perkebunan ini banyak ditemukan
di Indonesia khususnya di daerah Riau. Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas yang penting dan strategis didaerah Riau karena peranannya cukup besar dalam
mendorong perekonomian rakyat, terutama bagi petani perkebunan. Untuk masa akan datang luas areal kelapa sawit akan terus berkembang, karena tingginya minat
masyarakat terhadap usahatani kelapa sawit. Ini terbukti semakin berkembangnya perkebunan kelapa sawit secara nyata diberbagai daerah di Indonesia. kelapa sawit di
daerah Riau merupakan tanaman primadona, hal inilah yang mendorong masyarakat mulai dari masyarakat kalangan bawah sampai masyarakat kalangan atas tertarik
untuk menanam kelapa sawit secara swadaya. Akibatnya perkebunan kelapa sawit berkembang begitu cepatnya di daerah Riau. Sektor perkebunan merupakan
penyelamat bagi petani perkebunan khususnya petani kelapa sawit. Pembangunan perkebunan kelapa sawit pada hakekatnya adalah pembangunan ekonomi yang
berorientasi pedesaan. Sasaran pembangunan sektor perkebunan tersebut adalah dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan. Dengan demikian jumlah
51
masyarakat miskin terutama di pedesaan dapat dikurangi. Dari segi penduduk maupun sebagai pemerataan pembangunan. Kelapa sawit merupakan salah satu
komoditas yang penting dan strategis di daerah Riau karena peranannya yang cukup besar dalam mendorong perekonomian rakyat, terutama bagi petani perkebunan. Hal
ini cukup beralasan karena daerah Riau memang cocok dan potensial untuk pembangunan pertanian perkebunan termasuk juga daerah lahan gambut yang
dimanfaatkan untuk percobaan tanaman kelapa sawit pada awalnya. Begitu juga di Desa Suak Temenggung Kabupaten Rokan Rilir Provinsi Riau,
Para transmigran juga memanfaatkan hutan gambut menjadi tanah gambut yang sudah diolah untuk dimanfaatkan menjadi lahan perkebunan tahunan. Ketika
pertanian padi mengalami kemerosotan dan juga gagal panen, para transmigran memiliki alternatif tersendiri untuk mengganti tanaman pangan yaitu padi menjadi
tanaman perkebunan tahunan yaitu kelapa sawit rakyat. Hal ini mereka lakukan melihat dari desa Telok Bano II, Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, yang
kehidupannya menjadi lebih baik. Tanah gambut yang pada awalnya ditanami pertanian padi kemudian diolah kembali oleh para transmigran untuk nantinya akan
ditanami bibit kelapa sawit. Para Transmigran memperoleh bibit kelapa sawit dengan cara membeli dari
pulau sumatera yaitu daerah Siantar dengan nama bibit marihat
35
35
Marihat merupakan bibit kelapa sawit unggulan yang dapat ditanam diberbagai kondisi lahan. Lihat Rofiq Ahmad, Perkebunan dari Nes ke Pir, Jakarta: Puspa Swara, 1998, hlm. 8.
, dan juga daerah Medan. Bibit kelapa sawit dibeli oleh para transmigran, dari hasil panen padi yang
52
sebelumnya mereka simpan dan mereka jual dipusat kota Bagansiapiapi. Biasanya per kepala keluarga membeli sebanyak satu bungkus bibit kelapa sawit yang masih
belum jadi untuk kapasitas lahan seluas 2 ha. Harga bibit kelapa sawit sendiri perbijinya seharga Rp. 3.500. Sedangkan dalam satu bungkus terdapat 250 biji kelapa
sawit untuk penanaman lahan seluas 2 ha. Bibit kelapa sawit di beli oleh para transmigran dari luar daerah seperti Siantar dan medan dengan alasan bahwa bibit
kelapa sawit yang berasal dari Siantar dan Medan adalah bibit kelapa sawit yang kualitasnya bagus. Hal ini mereka ketahui dari pengalaman masyarakat di Desa Telok
Bano II yang juga membeli bibit kelapa sawit di daerah Siantar dan Medan. Bibit berkualitas baik merupakan modal utama yang menentukan masa depanperkebunan.
Produktivitas yang tinggi hanya dapat diperoleh jika tanaman berasal dari bibit unggul. Lingkungan hanya menciptakan kondisi agar tanaman tumbuh optimal, jika
bibit yang ditanam berasal dari varietas yang buruk, maka produksi tinggi yang diharapkan tidak akan pernah didapat.
Sebelum membeli bibit kelapa sawait, para transmigran terlebih dahulu mengadakan musyawarah bersama kelompok tani untuk membicarakan tentang
pembelian bibit kelapa sawit yang nantinya akan ditanam di lahan gambut yang sudah diolah. Pembelian dilakukan oleh beberapa orang saja, mereka yang diutus adalah
tiga orang dari ketua kelompok tani dari masing-masing dusun yaitu Suka Jadi, Sumber Sari dan Rejo Mulyo. Tiga ketua kelompok tani ini adalah orang yang sudah
dipercaya atas persetujuan bersama. Tiga ketua kelompok tani yang sudah dipercaya inilah yang membeli bibit kelapa sawit di daerah Siantar dan Medan. Bibit kelapa
53
sawit dibeli sebanyak 210 bungkus, bibit ini yang nantinya akan ditanam dilahan gambut yang sudah diolah dengan luas lahan sekitar ± 420 ha dengan pembagian per
kepala keluarga transmigran seluas 2 ha. Sebelum ditanam dilahan gambut yang sudah diolah, bibit kelapa sawit yang
sudah dibeli oleh masyarakat transmigran, sebelumnya harus ditanam terlebih dahulu oleh para transmigran dalam polibag atau kantong plastik yang berukuran 10 kg.
Untuk dapat ditanam dilahan gambut, bibit kelapa sawit harus dibiarkan tumbuh didalam polibag hingga usia satu tahun. Untuk penanaman bibit kelapa sawit dilahan
gambut, para transmigran mengolah lahan gambut bekas tanaman padi kemudian di olah ulang oleh para transmigran dengan cara dibabat. Tidak hanya itu, sisa-sisa
pemotongan batang padi kemudian dibakar oleh para transmigran, agar proses penanaman nantinya lebih cepat.
Selain itu, para transmigran juga menjaga kesuburan tanah gambut dengan hal yang sebelumnya telah dilakukan, yaitu dengan menebarkan sisa-sisa pembakaran
bekas panen padi ke lahan gambut yang sudah diolah dengan tujuan untuk meningkatkan unsuh hara tanah gambut. Para transmigran juga membuat parit dan
saluranannya, dengan tujuan agar akar tanaman kelapa sawit nantinya tetap menjaga keseimbangan kadar air, mengurangi resiko kebakaran, serangan kutu dan semut
putih. Setelah lahan siap, kegitan selanjutnya adalah melakukan penanaman bibit
tanaman. Para transmigran sendiri sudah membuat lubang tanaman di lahan gambut yang dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Lubang digali secara manual
54
dengan menggunakan cangkul, dengan memperhatikan anak pancang
36
Penyulaman adalah salah satu perawatan bibit kelapa sawit yang dilakukan oleh para transmigran di Desa Suak Temenggung dengan tujuan mengganti tanaman
yang mati dengan tanaman yang baru. Para transmigran memiliki cara tersendiri dalam penanaman bibit kelapa sawit dilahan gambut. Bibit kelapa sawit tidak semua
yang digunakan sebagai titik tengah dari lubang. Untuk setiap satu tanaman bibit kelapa
sawit para transmigran membuat ukuran lubang dilahan gambut sebesar 60 cm x 60 cm x 60 cm. Tinggi bibit kelapa sawit yang ditanam dilahan gambut oleh para
transmigran berkisar 70-180 cm. Pemindahan bibit kelapa sawit ke lahan gambut ketika usia bibit kelapa sawit genap satu tahun. Sedangkan cara yang dilakukan oleh
para transmigran untuk memindahkan bibit kelapa sawit kedalam lubang yang sudah disediakan dilakukan dengan cara menyayat bagian bawah polibag, bibit langsung
dimasukan kedalam dengan hati-hati. Perawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan
menentukan masa produktif tanaman. Perawatan bukan hanya ditunjukan terhadap tanaman, tetapi juga pada media tumbuh tanah. Walaupun tanaman dirawat dengan
baik, tetapi perawatan tanah diabaikan maka tidak akan banyak memberi manfaat. Perawatan bibit kelapa sawit dilakukan oleh para transmigran meliputi penyulaman,
penanaman tanaman sela atau tumpang sari, pemberantasan gulma, pemangkasan dan pemupukan.
36
Anak pancang dibuat untuk titik tengah dalam pembuatan lubang tanam bibit kelapa sawit. Lihat Tim Penulis PS, Kelapa Sawit, Jakarta: Penebar Swadaya, 1997, hlm. 98.
55
ditanam dilahan gambut sebagian dari bibit tersebut dibiarkan dalam polibag sebagai bibit cadangan ketika penyulaman terjadi. Cara penyulaman dilakukan sendiri oleh
para transmigran yaitu dengan cara yang sama seperti cara menanam awal bibit kelapa sawit.
Penanaman tanaman selasisip atau tumpang sari juga dilakukan oleh para transmigran. Tanaman selasisip atau tumpang sari ditanam oleh para transmigran
disela tanaman kelapa sawit yang masih muda. Jenis tanaman sela atau tumpang sari yang ditanam oleh para transmigran adalah jenis tanaman dengan umur pendek
seperti kunyit, nenas, dan kacang kedelai. Tanaman umur pendek dipilih oleh masyarakat transmigran dengan tujuan tidak mengganggu bibit kelapa sawit sebagai
tanaman pokok. Jenis tanaman umur pendek diperoleh oleh para transmigran dari Desa Telok Bano II dengan cara membeli bibitnya. Tujuan lain ditanaminya tanaman
sela atau tumpang sari ini adalah untuk membantu kehidupan para transmigran sebelum kelapa sawit mampu menghasilkan. Hasil tanaman sela atau tumpang sari ini
nantinya akan dijual oleh para transmigran kepusat kota Bagansiapiapi. Pemberantasan gulma adalah salah satu cara para transmigran untuk menjaga
bibit kelapa sawit yang baru ditanam dilahan gambut. Gulma yang tumbuh disekitar bibit kelapa sawit perlu diberantas, sebab dapat merugikan tanaman pokok. Gulma
yang tumbuh di bibit kelapa sawit yang di tanam dilahan gambut adalah jenis gulma seperti alang-alang, rumput teki dan pakis kawat. Pemberantasan gulma sendiri
dilakukan oleh para transmigran dengan cara di cabuti dengan menggunakan tangan dan juga dibantu dengan alat berupa parang.
56
Pemangkasan juga dilakukan oleh para transmigran terhadap bibit kelapa sawit. Pemangkasan dilakukan ketika bibit kelapa sawit sudah berusia 3 tahun
sebagai pemangkasan tahap awal. Pemangkasan atau disebut juga penunasan adalah pembuangan daun-daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit.
37
37
Lihat Yan Fauzi dkk., “Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan Pemasaran”, Jakarta: Penebar Swadaya, 2002, hlm. 77.
Pemangkasan juga membantu mempermudah pada waktu kelapa sawit siap panen. Dalam waktu satu tahun, tanaman kelapa sawit mampu menghasilkan 20-30 pelepah
daun. Untuk terus memperbaiki sirkulasi udara disekitar tanaman hingga dapat membantu proses penyerbukan tanaman secara alami maka para transmigran di
melakukan pengurangan pelepah kelapa sawit dengan cara memotong daun-daun tua yang tidak berfungsi. Pemangkasan dilakukan setiap enam bulan sekali.
Ketika kelapa sawit di Desa Suak Temenggung berusia 5 tahun, para transmigran sudah mulai melakukan pemanenan kelapa sawit sebagai panen awal,
karena usia 5 tahun adalah waktu yang tepat untuk proses pemanenan buah kelapa sawit. Proses pemanenan kelapa sawit di Desa Suak Temenggung meliputi pekerjaan
memotong tandan buah masak, memungut brondolan dan mengangkutnya dari pohon ketempat pengumpulan hasil TPH. Sebelum memanen kelapa sawit yang sudah
masak, para transmigran terlebih dahulu menyiapkan peralatan untuk memanen. Peralatan yang disediakan oleh para transmigran untuk memanen buah kelapa sawit
adalah dodos, egrek arit panjang, gancu, keranjang, karung goni dan juga sampan.
57
Pemotongan tandan buah masak dilakukan oleh para transmigran dengan menggunakan dodos, kemudian ketika buah kelapa sawit sedikit susah untuk diambil
maka para transmigran menggunakan egrek atau arit untuk memotongnya. Buah kelapa sawit yang sudah di potong kemudian di angkat menggunakan gancu dan
dimasukan kedalam keranjang. Para transmigran juga memungut brondolan kelapa sawit yang jatuh disekitar pohon kelapa sawit dengan menggunakan karung goni
sebagai tempat. Jumlah berondolan tidak terlalu banyak, berkisar 10-20 brondolan saja. Pemanenan awal kelapa sawit di Desa Suak Temenggung pada tahun 1997,
ketika usia kelapa sawit mencapai usia 5 tahun. Pemanenan kelapa sawit di Desa Suak Temenggung dilakukan dua kali dalam sebulan. Ketika terjadi musim
penghujan, lahan gambut yang ada di Desa Suak Temenggung akan banjir selain itu pada saat musim penghujan sungai Rokan akan pasang dan mengaliri lahan gambut
yang ada di Desa Suak Temenggung termasuk perkebunan kelapa sawit rakyat milik para transmigran. Ketika musim penghujan para transmigran memanen kelapa sawit
dengan menggunakan sampan untuk mengangkat hasil kelapa sawit yang sudah dipanen, selain menggunakan sampan, sebagian para transmigran juga menggunakan
drum besar yang dipotong menjadi dua bagian kemudian ujungnya diberi tali untuk ditarik. Drum ini berfungsi untuk mengangkat buah kelapa sawit yang sudah di panen
dilahan gambut. Drum ditarik ujungnya dengan menggunakan tali oleh para transmigran untuk dibawa ke tempat pengumpulan akhir TPH. Biasanya TPH
dibuat oleh para transmigran di tepi jalan atau juga para transmigran membuat TPH tepat di depan rumah mereka, hal ini bertujuan agar nantinya tauke-tauke kelapa sawit
58
terdekat gampang untuk mengangkat hasil kelapa sawit. Jenis alat angkut yang digunakan oleh para tauke untuk mengangkut hasil kelapa sawit yang sudah siap
dipanen adalah dump truk truk yang baknya dapat diangkat secara otomatis. Truk yang digunakan oleh tauke berukuran sedang, yaitu kapasitas sekitar 5 ton. Hal ini
dimaksud agar pengangkutan buah lebih cepat dilakukan dan mutu tandan buah segar TBS dapat terjaga dengan baik. Kemudian tandan buah segar TBS yang sudah
terkumpul dibawa oleh tauke-tauke kelapa sawit untuk diangkut kembali ke PKS pabrik kelapa sawit selanjutnya kelapa sawit ditimbang dan diolah menjadi minyak
sawit crude palm oil. Tahun 1997 adalah awal panen dan penjualan kelapa sawit di Desa Suak Temenggung tahun, dimana pada waktu itu harga kelapa sawit mencapai
800kg dalam 1 ton kelapa sawit. Pada tahun-tahun berikutnya harga kelapa sawit meningkat melebihi harga kelapa sawit ditahun 1997 untuk perkilogramnya.
Tabel 4 Harga perkilogram kelapa sawit di Desa Suak Temenggung
Tahun Harga perkilogram
1997 800kg
1998 900kg
2000 1.100kg
Sumber : Dinas Pertanian Dan Peternakan Kabupaten Rokan Hilir Tahun 2000.
59
Dapat terlihat bahwa harga kelapa sawit di Desa Suak Temenggung perkilogramnya semakin tahun semakin naik. Hal ini dapat dilihat bahwa tanaman
kelapa sawit rakyat di Desa Suak Temenggung lebih menguntungkan para transmigran dibandingkan hasil tanaman padi sebelumnya. Dalam waktu 3 tahun,
perkebunan kelapa sawit rakyat yang menggantikan lahan pertanian padi membawa perubahan terhadap tatanan kehidupan sosial dan ekonomi para transmigran di Desa
Suak Temenggung. Setelah kelapa sawit hasilnya menjanjikan, pemerintah Kabupaten Rokan Hilir kemudian mendukung para transmigran untuk terus
mempertahankan tanaman perkebunan kelapa sawit rakyat. Sebab dengan mempertahankan perkebunan kelapa sawit rakyat, hal ini akan mempengaruhi
pendapatan daerah terutama di Kabupaten Rokan Hilir sendiri.
60
BAB IV DAMPAK PROGRAM TRANSMIGRASI TERHADAP MASYARAKAT
TRANSMIGRAN DI DESA SUAK TEMENGGUNG TAHUN 1981-2000
4.1 Keadaan Sosial