Penebangan Pembukaan Lahan Gambut

35 sungai besar. Hal ini dilakukan dengan cara-cara yang sangat sederhana sesuai pengetahuan yang dikuasai mereka pada saat itu. Begitu juga yang terjadi di Desa Suak Temenggung, masyarakat transmigran dan juga kelompok tani yang telah dibentuk membuka kawasan hutan gambut sisa dari program transmigrasi yang ada di Desa Suak Temenggung. Para transmigran membuka hutan gambut di Desa Sauk Temenggung dengan peralatan seperti kuku kambing, parang, kayu besar, dan juga klewang. Hutan gambut yang sudah ditebang dan diolah nantinya akan dijadikan lahan pertanian pangan yaitu lahan pertanian padi. Pembukaan hutan gambut ini sudah mendapat persetujuan dari pemerintah. Hutan gambut lebih baik dimanfaatkan dari pada tidak sama sekali dan tanpa ada yang mengolah. Proses yang mereka lakukan dengan beberapa tahapan untuk mendapatkan hasil tanah gambut yang maksimal. Pembukaan lahan gambut diawali dengan menebang bagian hutan gambut pedalaman secara bertahap dan kemudian dilakukan secara menyeluruh hingga ketepi sungai rokan.

3.2.1 Penebangan

Pembukaan dan pengolahan hutan gambut untuk dimanfaatkan dalam pengembangan pertanian tidaklah mudah, hal ini diperukan ektra kerja keras untuk pengolahannya. Ditambah lagi bahwa sifat dari tanah gambut sendiri berair dan juga mudah terbakar. Kawasan hutan gambut yang ada di Desa Suak Temenggung juga memiliki ciri tanah berair, sehingga dalam pengolahannya para transmigran dan kelompok tani memiliki pola umum dalam pembukaan hutan gambut tersebut. Para 36 transmigran dan kelompok tani mengawali pembukaan hutan gambut sekitar tahun 1982 dengan penebangan dan penebasan seluruh vegetasi yang ada di hutan gambut. Batang-batang pohon berukuran sedang dan juga semak belukar mereka tebang secara menyeluruh. Penebangan dan penebasan seluruh vegetasi yang ada di hutan gambut dilakukan secara manual dengan peralatan seadanya yaitu berupa, kuku kambing, kayu besar, parang, dan juga klewang sehingga prestasi kerjanya jauh lebih rendah dibanding dengan secara mekanis. Penebangan hutan gambut di Desa Suak Temenggung masih digunakan cara yang sangat sederhana, tidak menggunakan mesin tetapi masih menggunakan peralatan tradisional. Semak belukar dan rumput- rumputan ditebang untuk memudahkan pengolahan tanah gambut. Hasil kayu penebangan dan penebasan sebagian dimanfaatkan oleh para transmigran. Mereka memilah kayu yang dapat digunakan dengan kayu yang tidak dapat digunakan. Kayu-kayu hasil penebangan hutan gambut yang hasilnya bagus dicincang dan diikat dengan tali jerami dan kemudian dimanfaatkan oleh para transmigran untuk dijual ke pusat kota Bagansiapiapi. Sedangkan yang berupa ranting mereka cincang dan mereka sisihkan untuk nantinya akan dikeringkan dan dibakar. Penebangan dimulai dengan menebang pohon-pohon yang berukuran sedang yang ada dikawasan hutan gambut terlebih dahulu, Hal ini dilakukan dalam jangka waktu kurang lebih empat bulan. Para transmigran memulai penebangan pohon- pohon dikawasan hutan gambut dari pagi hingga sore hari. Kemudian setelah semua pohon-pohon berukuran sedang telah selesai ditebang, dicincang dan disishkan, para 37 transmigran melanjutkan dengan menebas semak-semak belukar dan rumput-rumput yang tumbuh memenuhi hutan gambut. Peralatan yang digunakan juga masih sangat tradisional yaitu dengan menggunakan klewang. Peralatan-peralatan ini mereka bawa dari pulau Jawa ketika mereka mengikuti program transmigrasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat. Setelah proses penebangan dikawasan hutan gambut selesai, para transmigran dan kelompok tani melanjutkan ketahap pengolahan hutan gambut berikutnya, seperti pengeringan dan juga pembakaran.

3.2.2 Pengeringan