38
BAB III PERAN BPJS KESEHATAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL
NASIONAL MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN
SOSIAL NASIONAL A. Bentuk Kelembagaan BPJS Kesehatan
Secara kelembagaan BPJS Kesehatan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Ini merupakan bentuk transformasi PT. Askes dan sebagai upaya
meningkatkan pelayanan kesehatan kepada seluruh rakyat. Karena dengan lahirnya UU tersebut sebagaimana tercantum pada Pasal 14 UU SJSN, disebutkan
bahwa kepesertaannya bersifat wajib bagi seluruh warga negara Indonesia dan warga negara asing yang telah bekerja minimal selama enam bulan di
Indonesia. Dengan demikian, tidak ada lagi alasan untuk menolak menjadi bagian dari BPJS Kesehatan.
38
Dikondisi ini, secara tidak langsung fungsi sosial sebagai mahluk sosial telah dilaksanakan oleh BPJS Kesehatan tanpa perlu campur tangan sebagai
anggota. Dan dalam tanggung jawabnya sebagai pelaksana amanat undang- undang, tanggung jawab BPJS Kesehatan cukup berat, selain tanggung jawab
sosial yang memang menjadi roh utama, BPJS Kesehatan harus menjalankan Karena sesungguhnya BPJS Kesehatanmenerapkan sejenis
subsidi silang dalam prakteknya, karena jika dicermati lebih jauh akan terlihat bahwa dana peserta yang tidak belum sakit, dimanfaatkan terlebih dahulu bagi
mereka yang membutuhkan dan tidak menghilangkan hak kita sebagai anggota BPJS Kesehatan.
38
http:www.kompasiana.comalldiebpjs-kesehatan-meningkatkan-pelayanan-kesehatan- masyarakat-berbiaya-murah_55ddec16f37e61030af9c6cf diakses tanggal 1 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
39
beberapa tugas lain, agar keberlangsungan dan profesionalitas tetap terjaga, diantaranya:
1. Melakukan danatau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari pemerintah.
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat danatau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial. 7.
Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada peserta dan masyarakat.
39
Sebelum BPJS terbentuk, penyelenggara jaminan sosial di wadahi oleh beberapa perusahaan sesuai dengan jenis dan ruang lingkup kepesertaan.
Perusahaan tersebut dalam bentuk perusahaan perseroan disingkat “persero”, yaitu PT Jamsostek Persero, PT Askes Persero, dan PT Asabri Persero. Dalam
prakteknya PT. Persero ini hampir tidak ada bedanya dengan PT pada umumnya, yang prinsipnya mencari keuntungan profit. Persero Terbatas merupakan Badan
Usaha Milik Negara BUMN, merupakan bentuk usaha di bidang-bidang tertentu yang umumnya menyangkut dengan kepentingan umum, di mana peran
pemerintah di dalamnya relatif besar, minimal dengan menguasai mayoritas pemegang saham. Eksistensi BUMN adalah sebagai konsekuensi dan amanah dari
39
http:www.kompasiana.comalldiebpjs-kesehatan-meningkatkan-pelayanan-kesehatan- masyarakat-berbiaya-murah_55ddec16f37e61030af9c6cf diakses tanggal 1 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
40
konstitusi di mana ha-hal yang penting atau cabang-cabang produksi yang penting dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Semenjak 1 Januari 2014 penyelenggara jaminan sosial diserahkan kepada BPJS sebagai penyelenggara jaminan sosial nasional yang merupakan
mergerpenggabungan dari tiga perusahaan tersebut di atas dan berstatus berbadan hukum publik yang pola pengelolaannya menjadi sangat berbeda. Salah satu yang
utama adalah orientasinya tidak lagi mencari keuntunganprofit, melainkan bersifat nirlaba dimana yang dikembangkan sepenuhnya akan dikembalikan
kepada peserta dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pekerjapegawai yang menjadi peserta.
40
Sesuai dengan fungsinya sebagai penyelenggara Jaminan Kesehatan Nasional JKN, Pemerintah wajib mencari solusi agar kualitas pelayanan JKN
bisa maksimal, oleh karena itu BPJS fokus pada penguatan kapasitas kelembagaan secara berkelanjutan, sebagai hulu dari SJSN. Pembenahan itu jadi modal
Saat ini BPJS Kesehatan telah memiliki kantor cabang di seluruh kabupatenkota di Indonesia. Dan lebih dari itu, BPJS Kesehatan juga telah
memiliki sistem informasi yang modern serta terus dikembangkan sehingga masyarakat bisa mendaftarkan diri melalui internet atau bahkan di berbagai kantor
cabang bank berkerja sama dengan BPJS. BPJS Kesehatan akan menerima pelimpahan peserta program jaminan pemeliharaan kesehatan dari PT Jamsostek,
TNIPolri, PNS, Jamkesmas, dan Jamkesda, dan menambah peserta baru yang mencapai 80 juta orang.
40
http:www.siplawfirm.comsistem-kesehatan-di-indonesia-upaya-memahami-bpjs- melalui-undang-undang-nomor-24-tahun-2011-tentang-badan-penyelenggara-jaminan-sosial-bpjs
diakses tanggal 1 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
41
perluasan cakupan kepesertaan dan peningkatan mutu pelayanan peserta yang prima. Kelembagaan yang perlu dibenahi itu, termasuk fasilitas kesehatan tingkat
pertama selanjutnya disebut FKTP dan fasilitas kesehatan tingkat lanjutan selanjutnya disebut FKTL. FKTP, seperti puskesmas, dokter keluarga, dan
klinik, sedangkan FKTL, yakni rumah sakit pemerintah dan swasta, dan termasuk juga penguatan kelembagaan yaitu bagaimana menyediakan layanan kesehatan
dengan biaya efisien tanpa menurunkan mutu layanan. Oleh karena itu, peran pemerintah sangat dibutuhkan, yaitu:pemerintah pusatprogram JKN yang digelar
lewat BPJS Kesehatan.
41
Berkaitan dengan kapasitas kelembagaan, UU BPJS tidak diberi kewenangan untuk penyidikan, namun pengelola BPJS bisa mengajukan pihak
yang tidak bersedia membayar premi ke pengadilan dan pemerintah daerah.BPJS yang berkoordinasi dengan pemerintah daerah harus menjamin bahwa rakyat
miskin tidak boleh ditolak oleh rumah sakit daerah. Perusahaan yang belum mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta BPJS maka kepada perusahaan maupun
pekerja tidak akan mendapatkan pelayanan publik bahkan dimungkinkan mendapatkan sanksi bakal tidak diberikan izin usaha, dan izin-izin lainnya.
Salah satunya adalah dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan JKN sesuai amanat SJSN, dan UUBPJS.
Pemerintah memandang perlu pengaturan tentang pengelolaan dan pemantauan dana kapitasi JKN pada fasilitas kesehatan tingkat pertama.
41
Ibid .
Universitas Sumatera Utara
42
Sementara bagi tenaga kerja informal atau individu mereka juga nantinya tidak akan mendapatkan pelayanan publik misalnya tidak dapat mengurus SIM.
42
Sebagaimana diketahui bahwa BPJS Kesehatan fokus pada pengelolaan program jaminan sosialdi bidang pelayanan kesehatan bagi seluruh rakyat
Indonesia yang menitikberatkan kepada pemerataan pelayanan kesehatan. Untuk membantu penyelenggaraan SJSN dibentuklah Dewan Jaminan Sosial Nasional.
Dewan ini mempunyai tugas pokok, yaitu : Sanksi ke depannya akan seperti itu sesuai amanat UU BPJS, bahwa
semua pekerja baik formal maupun nonformal harus menjadi peserta BPJS. BPJS bekerjasama dengan pemerintah setempat yang berwenang memberikan sanksi
kepada perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerjanya sebagai anggota BPJS. Jadi dapat dikatakan bahwa kunci suksesnya program BPJS tersebut berada di
tangan pemerintah daerah setempat, karena pemerintah daerah melalui dinas-dinas terkait seperti badan perizinan maupun Disnaker berwenang melakukan
pegawasan dan menjatuhkan sanksi. Karena BPJS program pemerintah pusat maka Pemda juga wajib menyukseskan program tersebut.
43
1. Melakukan kajian dan penelitian yang berkaitan dengan penyelenggaraan
jaminan sosial. 2.
Mengusulkan kebijakan investasi dana jaminan sosial nasional. 3.
Mengusulkan anggaran jaminan sosial bagi penerima bantuan iuran dan tersedianya anggaran operasional kepada pemerintah.
42
Ibid.
43
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
43
Dewan ini dalam melaksanakan tugasnya dapat meminta masukan dan bantuan tenaga ahli sesuai kebutuhan. Sedangkan fungsi Dewan ini adalah
merumuskan kebijakan umum dan sinkronisasi penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Kelembagaan BPJS sesuai UU SJSN adalah: 1.
Keempat badan penyelenggara yang sudah ada yakni PT Askes, PT Asabri, PT Jamsostek, PT. Taspen, harus menyesuaikan diri dengan UU SJSN.
Lembaga Komisaris diganti menjadi Badan Pengawas. Dari aspek kebijakan, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan DJSN.
2. Akomodasi peran pemerintah daerah, sebagai pengawas BPJS di daerah,
penyediaan sarana kesehatan, beban iuran, registrasi peserta penerima bantuan iuran, saran investasi dana jaminan sosial, dan lain-lainnya.
3. Pengalihan aset perusahaan ke BPJS.
4. Ruang lingkup cakupan program masing-masing BPJS.
5. Ketentuan mengenai mekanisme kerja lembaga BPJS dan
pertanggungjawabannya.
B. Peran BPJS Kesehatan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional
Peran BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara yang ditunjuk oleh undang- undang untuk melaksanakan sistem jaminan sosial di bidang kesehatan adalah
memberikan perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
Universitas Sumatera Utara
44
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.
Undang-undang BPJS menentukan bahwa BPJS Kesehatan mempunyai peran untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Jaminan kesehatan
menurut UU SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Terdapat 2 dua jenis pelayanan yang akan diberikan BPJS kepada peserta BPJS, yaitu berupa pelayanan kesehatan secara medis dan non medis. Dimana
sistem rujukan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta
BPJS Kesehatan dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti Puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu peserta BPJS Kesehatan
yaitu diantaranya yang terdiri dari diagnosis medis, asuhan keperawatan, pemberian obat, serta pemberian makanannutrisi bila dibutuhkan adanya rawat
inap. Dan sistem pelayanan kesehatan yang bersifat non medis antara lain terdiri dari proses penerimaan pasien, proses administrasi keuangan, klaim, pencatatan
pelaporan, sampai dengan pemenuhan layanan fasilitas penunjang yang terkait dengan kepentingan pasien saat menjalani perawatan.
Secara garis besar, UU SJSN, dirancang untuk: 1.
Memenuhi amanat UUD 1945, khususnya Pasal 34 ayat 2 “ Negara mengembangkan
sistem jaminan
sosial bagi
seluruh rakyat
dan
Universitas Sumatera Utara
45
memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan”
2. Meningkatkan jumlah peserta program jaminan sosial di Indonesia. Hal ini
disebabkan, oleh karena sejauh ini, peserta program jaminan sosial di Indonesia masih sangat rendah.
3. Meningkatkan cakupan manfaat benefit yang dapat dinikmati oleh peserta
program jaminan sosial. Hal ini disebabkan, oleh karena manfaat program jaminan sosial belum dapat sepenuhnya dinikmati oleh sebagian besar rakyat
Indonesia. Bagi PNS belum meliputi program jaminan kecelakaan kerja, sementara bagi kelompok pekerja formal swasta, belum memiliki program
jaminan kesehatan dan jaminan pensiun. 4.
Meningkatkan kualitas manfaat yang dapat dinikmati oleh peserta program jaminan sosial, agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak.
5. Terselenggaranya keadilan sosial dalam penyelenggaraan program jaminan
sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Dengan pengembangan SJSN, diharapkan terselenggara penyelenggaraan program jaminan sosial secara
terpadu, sinkron, melalui pendekatan sistem yang berlaku bagi semua penduduk Indonesia.
6. Terselenggaranya prinsip-prinsip penyelenggaraan program jaminan sosial
sesuai dengan prinsip-prinsip universal yang dikenal, misalnya prinsip kegotong-royongan, kepesertaan bersifat wajib, nirlaba , transparan, pruden
dan akuntabel
Universitas Sumatera Utara
46
7. Dilaksanakan secara bertahap, baik dari aspek jenis program maupun
kepesertaan dengan
memperhatikan kelayakan
program. Dengan
mengantisipasi implementasi sistem jaminan sosial nasional sesuai dengan UU SJSN, sedikitnya diperlukan waktu 20 sampai 25 tahun untuk dapat mencakup
seluruh rakyat Indonesia. Hal ini, antara lain disebabkan oleh karena diperlukan tenggang waktu 15 tahun untuk menjamin terselenggaranya
program jaminan pensiun bagi pekerja formal.
44
8. Terlindunginya warga negara dibidang kesehatan serta terpenuhinya jaminan
hari tua. Keberhasilan program SJSN bukan karena peran dari BPJS Kesehatan
saja, peran pemerintah khususnya yang berkaitan dengan tugas dan fungsi lembaga pemerintahstakeholder juga sangat membantu. BPJS Kesehatan bersama
stakeholder terkait terus melakukan koordinasi, perbaikan-perbaikan yang diharapkan mampu memberikan pelayanan terbaik bagi peserta.
Peran negara, tidak hanya dalam bentuk regulasi, tetapi juga sebagai penyelenggara, pemberi kerja yang harus ikut membayar iuran, dan bahkan juga
sebagai penanggung jawab kelangsungan hidup program jaminan sosial, termasuk memberi subsidi, apabila diperlukan. Bagi masyarakat yang tidak mampu
membayar iuran program jaminan sosial, negara dapat menyelenggarakan program bantuan sosial social assistance atau pelayanan sosial social services,
44
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
47
yang penyelengaraannya dapat “dititipkan” pada penyelenggaraan program Jaminan Sosial.
45
Pemerintah berperan aktif dalam pelaksanaan kesehatan masyarakat tertulis dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
selanjutnya disebut UU Kesehatan yang berbunyi “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi
penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”
46
1. Mengatur upaya penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.
. Selanjutnya dalam Pasal 6 UU Kesehatan beserta penjelasannya, bahwaPemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan, tatanan,
fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut dapat berhasil guna dan berdaya guna, maka pemerintah perlu:
2. Membina penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.
3. Mengawasi penyelenggaraan serta sumber daya kesehatan.
4. Menggunakan peran serta masyarakat dalam upaya penyelenggaraan serta
sumber daya kesehatan.
47
Penyelenggaraan kesehatan di masyarakat, diperlukan upaya peningkatan pembangunan di bidang kesehatan. Dalam hal ini pemerintah mempunyai fungsi
dan tanggung jawab agar tujuan pemerintah di bidang kesehatan dapat mencapai
45
Kurniawanlawfirmkonsep-pengaturan-jaminan-sosial- dalam.http:.blogspot.co.id201112html diakses tanggal 1 Maret 2016.
46
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 14.
47
Muhamad Djumhana, Hukum Ekonomi Sosial IndonesiaBandung:Citra Aditya Bakti, 1994, hlm. 382.
Universitas Sumatera Utara
48
hasil yang optimal melalui penempatan tenaga, sarana, dan prasarana baik dalam hitungan jumlah kuantitas maupun mutu kualitas.
Pelaksanakan undang-undang tersebut pemerintah membutuhkan satu kebebasan untuk melayani kepentingan masyarakat. Untuk dapat bekerja dengan
baik maka pemerintah harus dapat bertindak dengan cepat dan dengan inisiatif sendiri, oleh karena itu pemerintah diberikan kewenangan dengan istilah freies
ermessen. Dengan adanya freies ermessen negara memiliki kewenangan yang luas untuk melakukan tindakan hukum untuk melayani kepentingan masyarakat dalam
mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Peran pemerintah daerah dalam program SJSN sangat diperlukan guna
berjalannya program tersebut dengan baik,peran pemerintah tersebut antara lain:
48
1. Pengawasan program SJSN, agar sesuai dengan ketentuan.
2. Menyediakan anggaran tambahan untuk iuran, baik untuk penerima bantuan
iuran ataupun masyarakat yang lain. 3.
Penentu peserta penerima bantuan iuran 4.
Penyediaanpengadaan dan pengelolaan sarana penunjang. 5.
Mengusulkan pemanfaataninvestasi dana SJSN di daerah terkait. 6.
Saranausul kebijakan penyelenggara SJSN. Selain 6 enam peran diatas, pemerintah daerah juga memiliki peran
penting untuk mendukung program BPJS, yakni:
49
48
Sulastomo, Sistem Jaminan Sosial Nasional Sebuah Introduksi Jakarta: Rajawali 2007,hlm. 32-33.
49
http:digilib.unila.ac.id6494100BAB20II.pdf diakses tanggal 29 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
49
1. Mendukung proses kepersertaan dalam rangka menuju cakupan semesta 2019
melalui integrasi Jamkesda melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBD dengan mengikuti skema JKN.
2. Mendorong kepesertaan pekerja penerima upah yang ada di wilayahnya PNS,
Pemda, pekerja BUMD dan swasta dan mendorong kepersertaan pekerja bukan penerima upah kelompok masyarakatindividu.
3. Mendorong penyiapan fasilitas kesehatan milik pemerintah dan swasta serta
mendukung ketersedianya tenaga kesehatan terutama dokter umum di puskesmas dan spesialis di rumah sakit.
4. Mengefektifkan pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi di fasilitas
kesehatan tingkat pertama milik Pemda.
C. Kepesertaan BPJS Kesehatan