57
BAB IV TANGGUNG JAWAB PELAYANAN BPJS KESEHATAN DALAM
PERLINDUNGAN PASIEN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2011
A. Pelayanan BPJS Kesehatan Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta bisa memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah yang
diselenggarakan berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas.Pemeliharaan kesehatan adalah hak tenaga kerja.
Jaminan pemelihara kesehatan adalah salah satu program Jamsostek yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan. Mulai dari
pencegahan, pelayanan di klinik kesehatan, rumah sakit, kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, dan pengobatan, secara efektif dan efisien. Setiap
tenaga kerja yang telah mengikuti program jaminan pemelihara kesehatan akan diberikan KPK Kartu Pemeliharaan Kesehatan sebagai bukti diri untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan. Manfaat jaminan pemelihara kesehatan bagi perusahaan yakni perusahaan dapat memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat
konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih produktif. Undang-UndangSJSN merupakan representasi dari amanat UUD 1945
terutama pada Pasal 34 ayat 2. Pasal tersebut menegaskan bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan
masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.
Universitas Sumatera Utara
58
Artinya, pemerintah bertanggungjawab atas pemenuhan kebutuhan dasar setiap warga negaranya.
Mekanisme pelaksanaan UU SJSN didahului dengan Kepesertaan dan Iuran. Kepesertaan bersifat wajb bagi seluruh warga negara rakyat untuk menjadi
peserta Jaminan Sosial, PNS, TNI-Polri, Pejabat Negara, pekerja swasta, pekerja informal, dan penduduk tidak mampu.Manfaat yang akan diterima adalah untuk
pemenuhan kebutuhan dasar hidup yang layak untuk semua program menanggulangi resiko ekonomi karena sakit, kecelakaan kerja, menjadi tua,
pensiun, atau kematian. Iuran dibayar bersama oleh kontribusi pekerja, pemberi kerja, dan pemerintah. Dana merupakan titipan peserta. Bagi orang miskin dan
tidak mampu mempunyai hak mendapatkan bantuan untuk membayar iuran, premi dan iuran premi asuransi yang terkumpul merupakan dana bersama bukan lagi
milik perseorangan. Jadi tidak bisa diambil kembali meskipun yang bersangkutan belum pernah memanfaatkan.
PengimplementasianUUSJSN dilakukan dengan beberapa program jaminan sosial nasional antara lain :
1. Jaminan Kesehatan JK.
Suatu program jaminan sosial dengan tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh komprehensif bagi setiap peserta rakyat
Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, atau sejahtera. Diberikan dalam bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medis.
Universitas Sumatera Utara
59
2. Jaminan kecelakaan kerja JKK.
Suatu program jaminan sosial dengan tujuan memberikan kepastian jaminan pelayanaan dan santunan apabila tenaga kerja mengalami kecelakaan saat
menuju, menunaikan dan selesai menunaikan tugas pekerjaan dan berbagai penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan.
3. Jaminan hari tua JHT.
Merupakan jaminan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memberikan bekal kepada peserta ketika memasuki masa purna tugaspensiun. Tetapi
apabila peserta mengalami cacat tetap sehingga tidak mampu bekerja atau meninggal dunia sebelum masa pensiun maka peserta atau ahli warisnya
berhak menerima jaminan hari tua yang dibayarkan sekaligus. 4.
Jaminan pensiun JP. Merupakan program jaminan yang diselenggarakan berdasarkan sistem
asuransi dan tabungan dengan tujuan untuk menjamin kebutuhan hidup minimum yang layak ketika peserta menjalani pensiun atau mengalami cacat
tetap sehingga tidak dapat bekerja yang dibayarkan secara berkala 5.
Jaminan kematian JKM. Merupakan program jaminansantunan kematian berdasarkan mekanisme
asuransi sosial yang dibayarkan kepada keluarga ahli waris yang meninggal dunia. Kejelasan mengenai pengelolaan dana jaminan sosial, penegakan
hukum dan masa peralihan akan dipertegas di dalam peraturan pelaksanaan UU SJSN.
Universitas Sumatera Utara
60
Pengimplementasian sampai saat ini, UU SJSN masih memerlukan penyelesaian berbagai agenda yang meliputi agenda bidang regulasi, agenda
bidang pengorganisasian, pembangunan peran serta pemangku kepentingan dan perluasan kepesertaan dan manfaat program jaminan sosial.
Pelayanan kesehatan yang dijamin oleh BPJS Kesehatan adalah pelayanan kesehatan tingkat pertama yaitu:
57
1. Pelayanan kesehatan non spesialistik:
a. Administrasi pelayanan
b. Pelayanan promotif dan preventif.
c. Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Transfusi darah sesuai dengan kebutuhan medis.
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama.
2. Pelayanan kesehatan tingkat lanjutan
a. Rawat jalan, meliputi:
1 Administrasi pelayanan
2 Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter
spesialis dan subspesialis 3
Tindakan medis spesialistik sesuai dengan indikasi medis 4
Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai 5
Pelayanan alat kesehatan implant
57
https:firiijb.wordpress.com20141231bpjs-kesehatan-peningkatan-jaminan- pemeliharaan-kesehatan-masyarakatdiakses tanggal 1 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
61
6 Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis
7 Rehabilitasi medis
8 Pelayanan darah
9 Pelayanan kedokteran forensik
10 Pelayanan jenazah di fasilitas kesehatan
b. Rawat Inap, meliputi:
1 Perawatan Inap non Intensif
2 Perawatan Inap di Ruang Intensif
3 Pelayanan kesehatan yang telah ditanggung dalam program pemerintah
tidak termasuk yang dijamin 4
Peserta berhak dapat pelayanan alat bantu kesehatan jenis dan plafon harga ditetapkan
3. Kelas rawat inap yang ditanggung BPJS Kesehatan
a. Pelayanan yang tidak dijamin:
1 Pelayanan kesehatan yang dilakukan tanpa melalui prosedur
sebagaimana diatur dalam peraturan yang berlaku; 2
Pelayanan kesehatan yang dilakukan di fasilitas kesehatan yang tidak bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, kecuali untuk kasus gawat
darurat; 3
Pelayanan kesehatan yang telah dijamin oleh program jaminan kecelakaan kerja terhadap penyakit atau cedera akibat kecelakaan kerja
atau hubungan kerja;
Universitas Sumatera Utara
62
4 Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar negeri;
58
5 Pelayanan kesehatan untuk tujuan estetik;
6 Pelayanan untuk mengatasi infertilitas;
7 Pelayanan meratakan gigi ortodensi;
8 Gangguan kesehatanpenyakit akibat ketergantungan obat danatau
alkohol; 9
Gangguan kesehatan akibat sengaja menyakiti diri sendiri, atau akibat melakukan hobi yang membahayakan diri sendiri;
10 Pengobatan komplementer, alternatif dan tradisional, termasuk
akupuntur, shin she, chiropractic, yang belum dinyatakan efektif berdasarkan penilaian teknologi kesehatan health technology
assessment; 11
Pengobatan dan tindakan medis yang dikategorikan sebagai percobaan eksperimen;
12 Alat kontrasepsi, kosmetik, makanan bayi, dan susu;
13 Perbekalan kesehatan rumah tangga;
14 Pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat,
kejadian luar biasawabah; 15
Biaya pelayanan lainnya yang tidak ada hubungan dengan Manfaat Jaminan kesehatan yang diberikan.
b. Hal lain yang dijamin BPJS Kesehatan, antara lain:
58
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
63
1 Pasien kecelakaan lalu lintas. BPJS Kesehatan membayar selisih biaya
pengobatan yang telah dibayar oleh program Jaminan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan tarif BPJS Kesehatan.
2 Peserta jaminan kesehatan yang menghendaki kelas perawatan yang
lebih tinggi, selisih biaya menjadi beban peserta dan atau asuransi swasta yang diikuti peserta.
3 Peserta jaminan kesehatan dapat mengikuti program asuransi
kesehatan tambahan, dimana BPJS Kesehatan dan penyelenggara asuransi tambahan dpt berkoordinasi dlm memberi manfaat untuk
peserta jaminan kesehatan yang berhak atas perlindungan asuransi kesehatan tambahan
B. Tanggung Jawab Pelayanan BPJS Kesehatan dalam Perlindungan Pasien Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011
Setiap orang berhak dan wajib mendapatkan kesehatan dalam derajat yang optimal. Itu sebabnya peningkatan derajat kesehatan harus terus menerus
diupayakan untuk memenuhi hidup sehat. Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Amendemen kedua menyebutkan bahwa :
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, … serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.
59
BPJS Kesehatan bertanggung jawab memberikan pelayanan kesehatan secara berjenjang dalam perlindungan terhadap pasien yang terdiri dari pelayanan
kesehatan tingkat pertama PKTP dan pelayanan kesehatan rujukan tingkat
59
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Pasal 28H.
Universitas Sumatera Utara
64
lanjutan PKRTL. Hal ini sebagaimana diatur dalam ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program JKN.
Tanggung jawab yang diberikan oleh pihak BPJS Kesehatan pada PKTP, berupa pembayaran biaya pelayanan kesehatan, yang dimana biaya atau tarif yang
diberikan disesuaikan dengan Ketentuan Pasal 4 ayat 2 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif JKN, yang menyatakan:
60
1. Puskesmas atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp3.000,00 tiga ribu
rupiah sampai dengan Rp6.000,00 enam ribu rupiah. 2.
Rumah sakit kelas D Pratama, klinik pratama, praktik dokter, atau fasilitas kesehatan yang setara sebesar Rp8.000,00 delapan ribu rupiah sampai
dengan Rp10.000,00 sepuluh ribu rupiah 3.
Praktik perorangan dokter gigi sebesar Rp2.000,00 dua ribu rupiah. Bentuk tanggung jawab yang diberikan BPJS Kesehatan pada PKRTL
sebagai pembayaran pertama berupa pembayaran biaya pelayanan kesehatan yang yang didasarkan pada Ketentuan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 tahun
2014 tentang standar tarif JKN, yang terdapat dalam ketentuan:
61
1. Ketentuan Pasal 15 yang menyatakan:
a. Tarif pelayanan kesehatan di FKRTL ditetapkan berdasarkan kesepakatan
antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan dengan mengacu pada standar tarif INA-CBG’s.
60
http:Bq-Pupus-Sandra-Timur-D1A011059-Kajian-Terhadap-Sistem-Asuransi- Kesehatan-Komersaial-dan-Badan-Penyelengaraan-Jaminan-Sosial-BPJS-Kesehatan.htmldiakses
tanggal 3 April 2016.
61
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
65
b. Standar Tarif INA-CBG’s sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
2. Ketentuan Pasal 16 yang menyatakan:
a. Tarif rawat jalan di FKRTL berupa klinik utama atau yang setara
diberlakukan sama dengan tarif sebagaimana tercantum dalam standar Tarif INA-CBG’s untuk kelompok Rumah Sakit kelas D.
b. Tarif rawat inap di FKRTL berupa klinik utama atau yang setara
diberlakukan tarif sebesar 70 – 100 tujuh puluh persen sampai dengan seratus persen dari standar Tarif INA-CBG’s untuk kelompok
Rumah Sakit kelas D yang besarannya sesuai kesepakatan antara BPJS Kesehatan dengan Asosiasi Fasilitas Kesehatan terkait.
Pelayanan umum memang sarat dengan berbagai masalah apalagi wilayah jangkauannya sendiri sangat luas meliputi sektor profit ataupun non profit.
Sedemikian luas jangkauannya sehingga tidak mudah mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap pelayanan umum. Adanya perbedaan persepsi itu memang
lumrah sebagai konsekuensi sudut pandang yang berbeda-beda, tetapi bukannya tidak dapat dipertemukan. Persepsi itu sendiri, sebenarnya tidak lain pemahaman
atau pengertian seseorang terhadap sesuatu hal.
62
62
Yusuf Shofie. Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen HukumnyaBandung: Citra Aditya Bakti, 2009, hlm 207.
Sebagai unit terbesar pelayanan kesehatan, rumah sakit memiliki dua fungsi, yaitu kuratif dan preventif. Fungsi
kuratif lebih bertitik berat pada penyembuhan pasien sakit. Fungsi preventif membawa konsekuensi misi pelayanan kesehatan adalah meningkatkan daya
Universitas Sumatera Utara
66
tahan manusia terhadap ancaman penyakit, misalnya, lewat Program Imunisasi Nasional PIN.
Perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara dalam menjamin warga negaranya untuk memenuhi jaminan kesehatan pada dasarnya telah diatur
secara jelas di dalam Pasal 25 ayat 1 Deklarasi PBB Tahun 1948 tentang Hak Asasi Manusia dan Resolusi World Health Assembly WHA Tahun 2005.
Deklarasi tersebut menyatakan bahwa setiap negara perlu mengembangkan skemaUniversal Health Coverage UHC melalui mekanisme asuransi kesehatan
sosial untuk menjamin pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan. Lebih lanjut penerapan jaminan sosial ini perlu diakomodasi dalam Pasal 28H ayat 3 dan
Pasal 34 ayat 2 UUD 1945. Pasal 28H ayat 3 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas
jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat. Untuk itu dalam rangka memberikan jaminan sosial
kepada setiap warga negara, pemerintah menganggap perlu mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat sesuai dengan amanat Pasal 34 ayat 2
UUD 1945. Pasal 34 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa negara mengembangkan
sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Hal ini dilakukan
sebagai upaya untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya, sebagaimana tujuan pembangunan kesehatan, sehingga untuk perlindungan
hukum terkait dengan peserta BPJS Kesehatan dalam mendapatkan pelayanan
Universitas Sumatera Utara
67
kesehatan pemerintah mengeluarkan UU BPJS yang menetapkan dua BUMN yaitu PT Askes Persero dan PT Jamsostek Persero dirubah bentuk menjadi
Badan Layanan Publik untuk melaksanakan lima program yang diamanatkan UU SJSN yaitu program jaminan kesehatan bagi BPJS Kesehatan dan program
lainnya diserahkan ke BPJS Ketenagakerjaan. Pemerintah melalui Menteri Kesehatan telah menetapkan beberapa
peraturan yang mengatur tentang pelaksanaan program BPJS Kesehatan baik itu tentang tarif maupun prosedur dalam mendapatkan pelayanan kesehatan. Pada
peraturan tersebut agar peserta tidak dipungut bila memanfaatkan haknya untuk mendapatkan pelayanan. Sementara BPJS Kesehatantelah menyiapkan petugas
disetiap Rumah Sakit agar dapat mengawal dan mendampingi serta memberika pelayanan kepada peserta dalam memanfaatkan haknya untuk berobat di fasilitas
kesehatan yang ditunjuk.Adanya penerapan JKN ini, diharapkan tidak ada lagi masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat miskin yang tidak berobat
kefasilitas pelayanan kesehatan ketika sakit karena tidak memiliki biaya. Pelaksanaan JKN pada dasarnya merupakan amanat UU SJSN dan UU
BPJS, dimana jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Secara
sederhana, JKN yang dikembangkan oleh pemerintah merupakan bagian dari SJSN yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
sosial yang bersifat wajib mandatory berdasarkan UU SJSN. Oleh karenanya
Universitas Sumatera Utara
68
semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat selama
enam bulan di Indonesia dan telah membayar premi. Undang-undang SJSN secara fundamental telah mengubah kewajiban
negara dalam memberikan jaminan kesehatan menjadi kewajiban rakyat. Hak rakyat diubah menjadi kewajiban rakyat. Konsekuensinya, rakyat kehilangan
haknya untuk mendapatkan jaminan kesehatan yang seharusnya dipenuhi oleh negara. Hal ini tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 28H ayat 3 dan Pasal 34 ayat
2 UUD 1945 yang mengamanahkan jaminan sosial, jaminan kesehatan, sebagai hak warga negara yang menjadi kewajiban negara untuk mewujudkannya.
Besaran premi sendiri berbeda-beda tergantung fasilitas yang dijanjikan oleh perusahaan asuransi komersial. Semakin tinggi iuran premi yang dibayarkan
maka semakin bagus kelas pelayanan kesehatan yang akan diperoleh peserta. Perbedaannya, kepesertaan asuransi lainnya hanya bersifat sukarela sementara
JKN ini bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah yang dirasakan sangat membebani masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin yang tidak mampu
membayar premi bulanan sehingga tidak tertanggung dalam data pengguna BPJS, disamping sanksi administratif berupa denda keterlambatan pembayaran premi.
Hal tersebut tidak sesuai dengan ketentuan Pasal 4 huruf g Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen UU Perlindungan
Konsumen, dimana konsumen berhak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Meskipun di dalam ketentuan Pasal 17
ayat 4 UU SJSN, menjelaskan bahwa iuran untuk orang miskin akan dibayar
Universitas Sumatera Utara
69
oleh Pemerintah selanjutnya disebut sebagai Penerima Bantuan Iuran, hak tersebut tidak langsung diberikan kepada rakyat, tetapi dibayarkan kepada pihak
ketiga, yakni dalam hal ini BPJS, sehingga realitasnya, karena uang tersebut diambil dari pajak, rakyat diwajibkan membiayai layanan kesehatan diri mereka
dan sesama rakyat lainnya. Tidak adayang gratis untuk rakyat. Justru rakyat wajib membayar iuran, baik sakit maupun tidak, dipakai maupun tidak dipakai,
mereka tetap harus membayar iuran premi bulanan. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat, mengingat kedudukan masyarakat
sebagai konsumen pengguna jasa JKN berhak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas, dan jujur.
Besaran premi sendiri berbeda-beda tergantung fasilitas yang dijanjikan oleh perusahaan asuransi komersial. Semakin tinggi iuran premi yang dibayarkan
maka semakin bagus kelas pelayanan kesehatan yang akan diperoleh peserta. Perbedaannya, kepesertaan asuransi lainnya hanya bersifat sukarela sementara
JKN ini bersifat wajib bagi seluruh rakyat Indonesia. Inilah yang dirasakan sangat membebani masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin yang tidak mampu
membayar premi bulanan sehingga tidak tertanggung dalam data pengguna BPJS, disamping sanksi administratif berupa denda keterlambatan pembayaran premi.
Perlindungan sosial adalah segala bentuk kebijakan dan intervensi publik yang dilakukan untuk merespon bergam resiko, kerentanan dan kesengsaraan,
baik yang bersifat fisik, ekonomi, maupun sosial, terutamaa yang dialami oleh mereka yang hidup dalam kemiskinan. Karakter atau nuansa “publik” dalam
definisi ini menunjukan pada tindakan kolektif, yakni menghimpun dan
Universitas Sumatera Utara
70
pengelolaan sumber daya berdasarkan prinsip gotong royong dan kebersamaan, yang dilakukan baik oleh lembaga-lembaga pemerintah, non-pemerintah, maupun
kombinasi dari kedua sektor tersebut.
63
Perlindungan sosial mencakup lima elemen utama, yaitu pasar tenaga kerja, asuransi sosial, bantuan sosial, skema mikro dan berbasis komunitas, serta
perlindungan anak. Semua elemen ini sebenarnya sudah terdapat dan tercakup oleh BPJS Kesehatan.
64
63
Edi Suharto, Kemiskinan Perlindungan Sosial di Indonesia: Menggagas Model Jaminan Sosial Universal Bidang Kesehatan Bandung: Alfabeta, 2009, hlm. 42.
64
Ibid., hlm. 45.
Dari aspek pasar tenaga kerja, BPJS Kesehatan memfasilitasi pekerjaan dan mempromosikan operasi pasar kerja yang efisien. Populasi pekerjaan menjadi
sasaran utama dalam BPJS Kesehatan ini. Dari aspek asuransi sosial, BPJS Kesehatan telah menerapkan skema tersebut. Peserta BPJS Kesehatan
memperoleh perlindungan sosial berdasarkan kontribusinya yang berupa premi atau iuran. Dari aspek bantuan sosial, BPJS Kesehatan merupakan pelayanan
kesejahteraan yang memberikan pelayanan sosial dalam bidang kesehatan. Dari segi skema mikro berbasis komunitas, BPJS Kesehatan memberikan jaminan
sosial kepada masyarakat. BPJS merespon skala kerentanan dalam komunitas masyarakat, yang mana BPJS Kesehatan memberikan perlindungan kesehatan
kepada orang-orang yang rentan, seperti fakir miskin dan orang cacat. Dan yang terakhir dari aspek perlindungan anak, BPJS Kesehatan memberikan jaminan
kesehatan bagi anak di keluarga peserta BPJS Kesehatan, serta mendapatkan berbagai layanan kesehatan seperti imunisasi dasar dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
71
Tanggung jawabnya sebagai pelaksana amanat undang-undang, tanggung jawab BPJS Kesehatan cukup berat, selain tanggung jawab sosial yang memang
menjadi roh utama, BPJS Kesehatan harus menjalankan beberapa tugas lain, agar keberlangsungan dan profesionalitas tetap terjaga, diantaranya :
65
1. Melakukan danatau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari pemerintah.
4. Mengelola dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan social.
6. Membayarkan manfaat danatau membiayai pelayanan kesehatan sesuai
dengan ketentuan program jaminan sosial. 7.
Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program jaminan sosial kepada peserta dan masyarakat.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan wajib membayar fasilitas kesehatan atas pelayanan yang diberikan kepada peserta paling lambat 15 lima
belas hari sejak dokumen klaim diterima lengkap. Besaran pembayaran kepada fasilitas kesehatan ditentukan berdasarkan kesepakatan antara BPJS Kesehatan
dan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Dalam hal tidak ada kesepakatan
ataubesaran pembayaran, Menteri Kesehatan memutuskan besaran pembayaran atas program JKN yang diberikan. Asosiasi fasilitas kesehatan ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan. Dalam JKN, peserta dapat meminta manfaat tambahan berupa
65
http:www.kompasiana.comalldiebpjs-kesehatan-meningkatkan-pelayanan-kesehatan- masyarakat-berbiaya-murah_55ddec16f37e61030af9c6cf diakses tanggal 1 Maret 2016.
Universitas Sumatera Utara
72
manfaat yang bersifat non medis berupa akomodasi. Misalnya: peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi daripada haknya, dapat
meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dan
biaya yang harus dibayar akibat peningkatan kelas perawatan, yang disebut dengan iuran biaya additional charge. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi
peserta PBI. Sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugasnya, BPJS Kesehatan wajib menyampaikan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan
pengelolaan program dan laporan keuangan tahunan periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember.
Laporan yang telah diaudit oleh akuntan publik dikirimkan kepada Presiden dengan tembusan kepada DJSN paling lambat tanggal 30 Juni tahun
berikutnya. Laporan tersebut dipublikasikan dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui media massa elektronik dan melalui paling sedikit 2 dua media massa
cetak yang memiliki peredaran luas secara nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.
66
C. Kendala BPJS Kesehatan untuk Memberikan Pelayanan dalam Kerangka Perlindungan Pasien