4.1.4 Uji Persyaratan Analisi Data
51 4.1.5
Pengujian Hipotesis 52
4.1.6 Penilaian Sikap
56 4.1.7
Penilaian Keterampilan 58
4.2 Pembahasan
59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 62
5.1 Kesimpulan
62 5.2
Saran 62
DAFTAR PUSTAKA 63
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fluida Statis Mengikuti Bentuk Wadahnya
24 Gambar 2.2 Pipa U di Isi Lariutan Sejenis
28 Gambar 2.3 Pipa U di Isi Berbeda Massa Jenis
28 Gambar 2.4 Fluida yang di Lengkapi Pengisap dengan Permukaan Berbeda 28
Gambar 2.5 Telur Mengapung
29 Gambar 2.6
Telur Tenggelam 30
Gambar 2.7 Telur Melayang
31 Gambar 3.1
Skema Rancangan Penelitian 39
Gambar 4.1 Nilai pretes siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
50 Gambar 4.2 Nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
51 Gambar 4.3 Nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol
57 Gambar 4.4
Perkembangan Sikap di Kelas Eksperimen 58
Gambar 4.5 Perkembangan sikap di Kelas Kontrol
59 Gambar 4.6
Penilaian Psikomotorik 60
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rancangan Pelaksanan Pembelajaran I
65 Lampiran 2 Rancangan Pelaksanan Pembelajaran II
93 Lampiran 3
Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran III 115
Lampiran 4 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran IV
144 Lampiran 5
Lembar Kerja Siswa I 167
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa II
169 Lampiran 7
Lembar Kerja Siswa III 171
Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa IV
173 Lampiran 9
Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Pada Materi Fluida Statis 175
Lampiran 10 Kisi-Kisi Soal Kemampuan Berpikir Kritis Fisika Siswa 190
Lampiran 11 Instrumen Penelitian Hasil 199
Lampiran 12 Instrum Penelitian Keterampilan Berpikir kritis 206
Lampiran 13 Kunci Jawaban Hasil Belajar 209
Lampiran 14 Kunci Jawaban Berpikir Kritis 210
Lampiran 15 Rekapitulasi Nilai Pretes Kelas Eksperimen 213
Lampiran 16 Rekapitulasi Nilai Pretes Kelas Kontrol 216
Lampiran 17 Perhitungan Rata-Rata, Varians dan Standar Deviasi 218
Lampiran 18 Uji Normalitas 221
Lampiran 19 Uji Homogenitas 224
Lampiran 20 Rekapitulasi Nilai Postes Kelas Eksperimen 227
Lampiran 21 Rekapitulasi Nilai Postes Kelas Kontrol 229
Lampiran 22 Uji Hipotesis 231
Lampiran 23 Rekapitulasi Nilai Berpikir Kritis Kelas Kontrol 238
Lampiran 24 Analisis Varians Dua Jalur Dengan Faktorial 2 X2 240
Lampiran 25 Rekapitulasi Nilai Sikap Kelas Eksperimen 244
Lampiran 26 Rekapitulasi Nilai Sikap Kelas Kontrol 246
Lampiran 27 Rekapitulasi Nilai Psikomotorik Kelas Eksperimen 248
Lampiran 28 Dokumentasi
Lampiran 29 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Lilliefors 256
Lampiran 30 Tabel Wilayah Luas di Bawah Kurva Normal 0 ke z 257 Lampiran 31 Daftar Nilal Persentil Untuk Distribusi F
258
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan dasar dalam memajukan suatu negara. Majunya suatu negara tercermin dari pendidikan yang maju dan mendapat perhatian secara
serius. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan akhir dari pendidikan itu
ialah mendidik anak agar berguna bagi dirinya sendiri serta berguna bagi masyarakat, bangsa dan negaranya Ahmadi dan Uhbiyati, 2003.
Proses pembelajaran merupakan jantung dari keseluruhan proses pendidikan formal, karena melalui sebuah proses pembelajaran terjadi transfer ilmu dari guru
ke siswa yang berisi berbagai tujuan pendidikan. Guru dalam pembelajaran baiknya memberikan bimbingan dan kesempatan bagi siswa untuk berkembang
secara mandiri melalui penemuan dan berpikir kritis. Menurut Fisher 2009 berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang
terampil yang aktif terhadap observasi dan komuniksai, informasi dan argumentasi. Dari pernyatan fisher maka berpikir kritis merupakan salah satu
tahapan berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam kehidupan masyarakat. Manusia selalu dihadapkan pada masalah-masalah sehingga diperlukan data-data
agar mampu membuat keputusan yang logis. Membuat keputusan yang tepat diperlukan kemampuan berpikir kritis hal ini dilakukan agar apabila ada sesuatu
keterangan yang tidak atau belum pasti hendaknya jangan dipercaya begitu saja Purwanto, 2012.
Fisika merupakan pelajaran yang memberikan pengetahuan tentang alam semesta untuk berlatih berpikir dan bernalar, melalui kemampuan penalaran
seseorang yang terus dilatih sehingga semakin berkembang, maka orang tersebut akan bertambah daya pikir dan pengetahuannya. Atas dasar inilah fisika mutlak
wajib diajarkan pada setiap siswa. Fenomena tersebut merupakan masalah yang
serius dan perlu mendapatkan perhatian penuh dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah, masyarakatorang tua maupun siswa itu sendiri. Pendidikan di Indonesia
masih terbilang rendah dan belum berhasil optimal, terlebih lagi untuk pembelajaran fisika. Masalah utama dalam pendidikan di Indonesia adalah
rendahnya hasil belajar siswa di sekolah. Dalam konteks pendidikan Fisika, sebagai contoh, hasil belajar dimaksud tidak hanya pada aspek kemampuan
mengerti fisika sebagai Ilmu Pengetahuan Alam atau cognitive tetapi juga aspek sikap atau attitude terhadap Fisika. Rendahnya hasil belajar fisika disebabkan oleh
banyak hal antara lain: kurikulum yang padat, materi pada buku pelajaran yang dirasakan terlalu sulit untuk di ikuti, media belajar yang kurang efektif,
laboratorium yang tidak memadai, kurang tepatnya penggunaan media pembelajaran yang dipilih oleh guru, kurang optimal dan kurangnya keselarasan
siswa itu sendiri, atau sifat konvesional, dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian besar didominasi oleh guru
Supardi, 2010 Berdasarkan Observasi penelitian yang dilakukan oleh peneliti terhadap
siswa di kelas X SMA Negeri 1 Kec Binjai, ditemukan beberapa kendala pada proses pembelajaran. Yakni, 55,5 siswa menganggap bahwa pembelajaran fisika
banyak mengandung prinsip dan teori yang abstrak dan sulit dipahami oleh siswa, 66,6 siswa kurang optimal saat mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman
konsep siswa kurang baik dan berakibat siswa hanya menghafal materi, 75 siswa menganggap pembelajaran fisika sebagai hal yang sulit untuk dipelajari
sehingga pada proses pembelajaran siswa kurang antusias Prasetiawati, 2015. Hal lain yang dilakukan dalam studi ini adalah melakukan wawancara
dengan guru bidang studi fisika kelas X yang mengatakan hasil belajar siswa masih rendah karena mereka selalu mendapatkan nilai dibawah ketuntasan
minimum. Selain itu model pembelajaran yang sering digunakan adalah konvensional seperti ceramah, mencatat, dan mengerjakan soal dan pembelajaran
hanya berlangsung satu arah, sehingga siswa menjadi kurang aktif dalam belajar. Siswa sering diberi kesempatan untuk bertanya, tetapi sedikit sekali yang antusias
untuk memberikan pertanyaan hal ini karena siswa masih takut atau bingung