Kuasa Perlindungan Perlindungan korban perang menurut Konvensi Jenewa 1949
55
terjebak dalam kawasan perang. Perjanjian-perjanjian tersebut menjalankan fungsinya dalam semua konflik bersenjata internasional yang belum lama ini
terjadi, termasuk Perang Afghanistan 2001- sekarang, Invasi Irak 2003, invasi Chechnya 1994-sekarang, dan Perang di Georgia 2008. Peperangan moderen
terus mengalami perubahan, dan dewasa ini proporsi konflik bersenjata yang bersifat non-internasional semakin meningkat misalnya: Perang Saudara di Sri
Lanka, Perang Saudara di Sudan, dan Konflik Bersenjata di Kolombia. Pasal 3 Ketentuan yang Sama menangani situasi-situasi tersebut, dengan dilengkapi oleh
Protokol II 1977. Pasal dan protokol tersebut menguraikan standar hukum minimum yang harus diikuti untuk konflik internal. Mahkamah internasional,
terutama Mahkamah Pidana Internasional untuk eks-Yugoslavia, telah membantu mengklarifikasi hukum internasional di bidang tersebut. Dalam putusannya
mengenai kasus Jaksa Penuntut v. Dusko Tadic tahun 1999, Mahkamah Pidana Internasional untuk bekas Yugoslavia menetapkan bahwa pelanggaran berat
berlaku tidak hanya pada konflik internasional, tetapi juga pada konflik bersenjata internal. Lebih lanjut, Pasal 3 Ketentuan yang Sama dan Protokol II dianggap
sebagai hukum internasional kebiasaan, yang memungkinkan dilakukannya penuntutan atas kejahatan perang yang dilakukan oleh kelompok-kelompok yang
belum secara formal menerima ketentuan-ketentuan Konvensi Jenewa. Berkaitan dengan Konflik Bersenjata yang terjadi di Suriah, setiap Negara
dalam hal ini pemerintah memiliki tanggung jawab untuk melindungi penduduk sipil yang tidak memiliki kemampuan seperti angkatan bersenjata Negara yang
bersangkutan. Tidak hanya pemerintah yang bertanggung jawab tetapi juga
56
angkatan bersenjata sebagai alat pertahanan negara juga harus memberikan perlindungan sehingga setiap warga Negara merasa aman walaupun dalam situasi
konflik. Tindakan yang dilakukan oleh Pasukan Suriah yang melakukan tindakan kekerasan terhadap anak-anak Suriah di dalam Camp Pengungsian, merupakan
suatu tindakan yang tidak dibenarkan dalam hukum internasional, terutama dalam Konvensi Jenewa tahun 1949 dan Protokol Tambahan tahun 1977 serta dalam
Konvensi Hak Anak tahun 1989.