Terjemahan Konvensi Jenewa 1949 Bagian

Konvensi Jenewa Mengenai Perlindungan Orang-Orang Sipil dalam Waktu Perang

12 Agustus 1949

Yang bertandatangan di bawah ini, Wakil-Wakil Kuasa Penuh dari Pemerintah- Pemerintah yang diwakili pada Konferensi Diplomatik yang iadakn di Jenewa dari 21 April sampai 12 Agustus 1949, dengan maksud mengadakan suatu Konvensi untuk Perlindungan Orang-Orang Sipil dalam Waktu Perang, telah bermufakat sebagai berikut:

Bagian I Ketentuan-Ketentuan Umum

Pasal 1

Pihak-Pihak Peserta Agung berjanji untuk menghormati dan menjamin penghormatan Konvensi ini dalam segala keadaan.

Pasal 2

Sebagai tambahan atas ketentuan-ketentuan yang akan dilaksanakan dalam waktu damai, maka Konvensi ini akan berlaku untuk semua peristiwa perang yang diumumkan atau setiap pertikaian bersenjata lainnya yang mungkin timbul antara dua atau lebih Pihak-Pihak Peserta Agung, sekalipun pendudukan tersebut tidak menemui perlawanan bersenjata.

Meskipun salah satu dari Negara-negara dalam pertikaian mungkin bukan peserta Konvensi ini, Negara-negara yang menjadi perserta Konvensi ini akan sama tetap terikat olehnya didalam hubungan antara mereka. Mereka selanjutnya terikat oleh Konvensi ini dalam hubungan dengan Negara bukan peserta, apabila Negara yang tersebut kemudian ini menerima dan melaksanakan ketentuan-ketentuan Konvensi ini.

Pasal 3

Dalam hal pertikaian bersenjata yang tidak bersifat internasional yang berlangsung dalam wilayah salah satu Pihak Peserta Agung, tiap Pihak dalam pertikaian itu akan diwajibkan untuk melaksanakan sekurang-kurangnya ketentuan- ketentuan berikut:

(1) Orang-orang yang tidak turut serta aktif dalam pertikaian (sengketa) itu, termasuk anggota-anggota angkatan perang yang telah meletakkan senjata- senjata mereka serta mereka yang tidak lagi turut serta (hors de combat) karena sakit, luka-luka, penahanan atau sebab lain apapun, dalam keadaan bagaimanapun harus diperlakukan dengan perikemanusiaan, tanpa perbedaan merugikan apapun juga yang didasarkan atas ras, warna kulit, agama atau kepercayaan, kelamin, keturunan, atau kekayaan, atau setiap ukuran lainnya serupa itu.

Untuk maksud ini, maka tindakan-tindakan berikut dilarang dan tetap akan dilarang untuk dilakukan orang-orang tersebut di atas pada waktu dan tempat apapun juga:

a) Tindakan kekerasan atas jiwa dan raga, terutama setiap macam pembunuhan, pengudungan, perlakuan kejam dan penganiayaan;

b) Penyanderaan;

c) Perkosaan atas kehormatan pribadi, terutama perlakuan yang menghina dan merendahkan martabat.

d) Menghukum dan menjalankan hukuman mati, tanpa didahului keputusan yang dijatuhkan oleh suatu pengadilan yang dobentuk secara teratur, yang memberikan segenap jaminan peradilan yang diakui sebagai keharusan oleh bangsa-bangsa yang beradab.

(2) Yang luka dan sakit harus dikumpulkan dan dirawat.

Sebuah badan humaniter tak berpihak, seperti Komite Internasional Palang merah, dapat menawarkan jasa-jasanya kepada Pihak dalam pertikaian.

Pihak-pihak dalam pertikaian selanjutnya harus berusaha untuk menjalankan dengan jalan persetujuan-persetujuan khusus, semua atau sebagian dari ketentuan lainnya dari Konvensi ini.

Pelaksanaan ketentuan-ketentuan tersebut di atas tidak akan mempengaruhi kedudukan hukum Pihak-Pihak dalam pertikaian.

Pasal 4 Orang-orang yang dilindungi oleh konvensi adalah mereka, yang dalam suatu

pertikaian bersenjata atau peristiwa pendudukan, pada suatu saat tertentu dan dengan cara bagaimanapaun juga, ada dalam tangan suatu Pihak dalam eprtikaian atau Kekuasaan Pendudukan, yang bukan negara mereka.

Warganegara suatu Negara yang tidak terikat oleh Konvensi tidak dilindungi oleh Konvensi. Warganegara suatu Negara netral yang ada di wilayah suatu Negara yang berperang, serta warganegara dari suatu Negara yang turut berperang, tidak akan dianggap sebagai orang-orang yang dilindungi, selaam Negara mereka mempunyai perwakilan diplomatik biasa di negara dalam tangan mana mereka berada.

Akan tetapi sebagaimana ditentukan dalam pasal 13, ketentuan-ketentuan Bagian II mempunyai lingkungan berlaku yang lebih luas.

Orang-orang yang dilindungi oleh Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan Yang Luka dan Sakit dalam Angkatan Perang di Medan Pertempuran Darat, tertanggal 12 Agustus 1949, atau oleh Konvensi Jenewa untutk Perbaikan Keadaan Anggota-Anggota Angkatan Perang di Laut yang Luka, Sakit dan Korban Karam tertanggal 12 Agustus 1949, tidak akan dipandang sebagai orang-orang yang dilindungi dalam arti Konvensi ini.

Pasal 5

Apabila dalam wilayah suatu Pihak dalam pertikaian, Pihak itu yakin bahwa seseorang yang dilindungi benar-benar dicurigai melakukan atau terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan keamanan Negara, maka orang itu tak berhak menuntut hak-hak dan keistimewaan dibawah Konvensi ini yang, apabila dilaksanakan demi kepentingan orang itu itu, akan merugikan keamanan Negara itu.

Apabila dalam wilayah yang diduduki, seseorang yang dilindungi ditawan sebagai mata-mata atau sabotir, atau sebagai seorang yang dicurigai keras melakukan kegiatan yang berlawanan dengan keamanan Kekuasaan Pendudukan, maka orang itu dalam keadaan-keadaan dimana keamanan militer secara mutlak menghendakinya, akan dianggap sebagai telah kehilangan hak-haknya menurut Konvensi ini.

Namun orang-orang demikian harus selalu diperlakukan dengan perikemanusiaan. Apabila diadili, amak ia tidak akan kehilangan hak-hak atas pemeriksaan yang adil dam wajar sebagaimana ditetapkan dalam Konvensi ini. Mereka juga akan diberikan hak-hak dan keistimewaan penuh dari seseorang yang dilindungi dibawah Konvensi-Konvensi ini secepatnya selama hal itu tidak bertentangan dengan keselamatan Negara atau Kekuasaan Pendudukan.

Pasal 6

Konvensi ini akan berlaku dari permulaan setiap pertikaian atau pendudukan tersebut dalam Pasal 2.

Dalam wilayah Pihak-Pihak dalam eprtikaian, maak berlakunya Konvensi ini akan berakhir pada waktu penghentian umum daripada operasi-operasi militer.

Dalam hal wialyah yang iduduki, maka berlakunya Konvensi ini akan berakhir satu tahun sesudah penghentian umum operasi-operasi militer; akan tetapi, Kekuasaan Pendudukan akan terikat, selama pendudukan itu dan sejauh Kekuasaan itu menjalankan tugas-tugas pemerintahan dalam wilayah itu, oelh aturan-aturan dari Pasal-Pasal berikut dari Konvensi ini: 1-12, 27, 29-34, 47, 51, 52, 53, 59, 61-77, 143.

Orang-orang yang dilindungi, yang pembebasan, pemulangan atau penempatan kembalinya, idlakukan sesudah tanggal itu, selama itu harus tetap mendapat manfaat Konvensi ini.

Pasal 7

Sebagai tambahan atas persetujuan-persetujuan yang sengaja ditentukan dalam Pasal-Pasal 11, 14, 15, 17, 36, 108, 109, 132, 133, dan 149, maka Pihak-Pihak Peserta Agung dapat mengadakan persetujuan-persetujuan khusus lainnya untuk semua hal yang mereka mungkin anggap sesuai untuk diatur tersendiri. Tiada persetujuan khusus boleh merugikan keadaa orang-orang yang dilindungi, Sebagai tambahan atas persetujuan-persetujuan yang sengaja ditentukan dalam Pasal-Pasal 11, 14, 15, 17, 36, 108, 109, 132, 133, dan 149, maka Pihak-Pihak Peserta Agung dapat mengadakan persetujuan-persetujuan khusus lainnya untuk semua hal yang mereka mungkin anggap sesuai untuk diatur tersendiri. Tiada persetujuan khusus boleh merugikan keadaa orang-orang yang dilindungi,

Orang-orang yang dilindungi akan terus mendapat manfaat dari persetujuan- persetujuan demikian selama Konvensi ini masih berlaku bagi emreka, ekcuali apabila termuat ketentuan-ketentuan yang jelas bertentangan dalam persetujuan – persetujuan tersebut diatas atau dalam persetujuan-persetujuan yang dibuat kemudian, atau apabila tindakan-tindakan yang lebih menguntungkan telah diambil mengenai mereka oelh satu Pihak dalam pertikaian.

Pasal 8

Orang-orang yang dilindungi sekali-kali tidak boleh menolak, sebagian atau seluruhnya, hak-hak yang diberikan kepada mereka oleh Konvensi ini, serta oleh persetujuan-persetujuan khusus seperti tersebut dalam Pasal terdahulu, apabila ada persetujuan-persetujuan demikian.

Pasal 9

Konvensi ini harus dilaksanakan dengan kerja sama serta dibawah pengawasan Negara-Negara Pelindung yang berkewajiban melindungi kepentinga- kepentingan Pihak-Pihak dalam pertikaian. Untuk maskud ini, Negara-Negara Pelindung boleh mengangkat disamping staf diplomatik dan konsuler mereka, utusan-utusan yang dipilih dari antara warganegara mereka atau warganegara Neagra netral lainnya. Utusan tersebut harus mendapat persetujuan Negara dengan siapa mereka akan melakukan kewajiban-kewajiban mereka.

Pihak-Pihak dalam pertikaian harus sejauh mungkin pelaksanaan batas pada wakil dan utusan Negara-Negara Pelindung.

Para wakil atau utusan-utusan Negara Peindung bagaimanapun juga tidak boleh melampaui batas tugas mereka dibawah Konvensi ini. Mereka terutama harus memperhatikan kepentinga-kepentingan keamanan yang sangat mendesak daripada Negara dimana mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka.

Pasal 10

Ketentuan-ketentuan Konvensi ini tidak merupakan penghalang bagi kegiatan- kegiatan perikemanusiaan, yang mungkin diusahakan oleh Komite Internasional Palang Merah atau tiap organisasi humaniter lainnya yang tak berpihak, untuk melindungi dan menolong tawanan perang, selama kegiatan-kegiatan itu mendapat persetujuan Pihak-Pihak dalam pertikaian bersangkutan.

Pasal 11

Pihak Peserta Agung setiap waktu dapat bermufakat untuk mempercayakan kepada suatu organisasi, yang memberikan segala jaminan tentang sifat tak berpihak dan kesanggupan bekerjanya, kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada Negara- Negara Pelindung berdasarkan Konvensi ini.

Apabila karena alasan apapun juga, tawanan perang tidak mendapat manfaat atau berhenti mendapat manfaat dari kegiatan-kegiatan Negara Pelindung atau dari kegiatan-kegiatan organisasi sebagaimana ditentukan dalam paragraf pertama di atas, maka Negara Penahan harus meminta suatu Negara, atau organisasi netral, untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi yang harus dilaksanakan di bawah Konvensi ini oleh Negara Pelindung yang ditunjuk oleh Pihak-Pihak dalam pertikaian.

Apabila perlindungan tersebut tidak dapat diusahakan secara demikian, maka Negara Penahan akan meminta atau menerima, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal ini, tawaran jasa-jasa suatu organisasi humaniter seperti Komite Internasional Palang Merah, untuk menyelenggarakan perkejaab perikemanusiaan yang harus diselenggarakan Negara Pelindung dibawah Konvensi ini.

Setiap Negara netral, atau organisasi yang diundang oleh Negara yang bersangkutan atau yang mengajukan diri untuk maksud-maksud itu, harus bertindak dengan rasa tanggung jawab terhadap Pihak dalam pertikaian yang ditaati oleh orang-orang yang dilindungi oleh Konvensi ini, dan harus memberikan cukup jaminan-jaminan bahwa ia mampu untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan yang bersangkutan serta akan melakukannya secara tak berpihak.

Penyimpangan dari ketentuan-ketentuan diatas dengan persetujuan khusus, tidak boleh dibuat bila salah satu negara walau sementara terbatas kebebasannya untuk berunding dengan Negara lain atau sekutu-sekutunya karena peristiwa- peristiwa militer, terutama bila seluruh atau sebagian besar dari wilayah Negara tersebut telah diduduki.

Di manapun dalam Konvensi ini ada disebutkan suatu Negara Pelindung sebutan itu juga berlaku bagi organisasi-organisasi pengganti dalam arti Pasal ini.

Ketentuan-ketentuan pasal ini juga akan berlaku bagi dan disesuaikan pada peristiwa-peristiwa yang bertalian dengan warganegara-warganegara suatu engara netral yang ada di daerah yang diduduki, atau yang ada dalam eilayah suatu Negara dalam pertikaian, dimana negara asal mereka tidak mempunyai perwakilan diplomatik biasa.

Pasal 12 Dalam hal-hal di mana oleh mereka dianggap perlu demi kepentingan orang-

orang yang dilindungi, terutama dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Pihak-Pihak dakan pertikaian mengenai pelaksanaan atau penafsiran ketentuan- ketentuan Konvensi ini, maka Negara-negara Pelindung harus memberikan jasa-jasa baik mereka untuk menyelesaikan perbedaan pendapat itu.

Untuk maksud itu, tiap Negara Pelindung boleh, baik atas undangan salah satu Pihak atau atas inisiatip sendiri, mengusulkan kepada Pihak-pihak dalam pertikaian suatu pertemuan antara wakil-wakil mereka, terutama penguasa-penguasa yang bertanggung jawab atas tawanan perang, yang sedapat mungkin diadakan di wilayah netral yang telah dipilih sepantasnya. Pihak-Pihak dalam pertikaian harus melaksanakan usul-usul yang diajukan kepada mereka untuk maksud ini. Negara- negara Pelindung dapat, apabila perlu, mengusulkan untuk disetujui oleh Pihak- Pihak dalam pertikaian, seorang yang berasal dari Negara netral atau yang dikuasakan oleh Komite Internasional Palang Merah, yang akan diundang untuk mengambil bagian dalam pertemuan demikian.

Bagian II Perlindungan Umum Penduduk Terhadap Akibat-Akibat Perang Tertentu

Pasal 13

Ketentuan-ketentuan dari Bagian II meliputi seluruh oenduduk dari negeri- negeri yang bertikai, tanpa perbedaan yang merugikanapapun yang didasarkan atas ras, kewarganegaraan, agama atau pendapat politik, dan dimaksukan untuk meringankan penderitaan-penderitaan yang disebabkan oleh perang.

Pasal 14

Dalam waktu damai, Pihak-Pihak Peserta Agung dan setelah pecahnya permusuhan, Pihak-Pihak dalam permusushan itu, dapat mengadakan dalam wilayah mereka sendiri dan apabila perlu, dalam daerah yang diduduki, daerah-daerah serta Dalam waktu damai, Pihak-Pihak Peserta Agung dan setelah pecahnya permusuhan, Pihak-Pihak dalam permusushan itu, dapat mengadakan dalam wilayah mereka sendiri dan apabila perlu, dalam daerah yang diduduki, daerah-daerah serta

Pada waktu pecahnya dan selama berlangsungnya permusuhan, Pihak-Pihak yang bersangkutan dapat mengadakan persetujuan-persetujuan tentang pengakuan bersama daripada daerah dan perkampungan yang telah, mereka adakan. Untuk maksud ini mereka dapat melaksanakan ketentuan-ketentuan dan Rencana Persetujuan yang dilampirkan pada Konvensi ini, dengan perubahan yang-yang mungkin dianggap perlu.

Negara-Negara Pelindung serta Komite Internasional Palang Merah diundang untuk memberikan jasa-jasa baik mereka guna memudahkan penetapan daerah- daerah dan perkampungan-perkampungan rumah sakit dan keselamatan itu dan pengakuannya.

Pasal 15

Setiap Pihak dalam pertikaian dapat, secara langsung atau melalui negara netral, atau melalui suatu organisasi perikemanusiaan, mengusulkan kepada pihak lawan untuk mengadakan dalam daerah-daerah dimana pertempuran sedang berlangsung, daerah yang dinetralisir yang dimaksudkan untuk (tanpa suatu perbedaan) memberi lindungan dari akibat-akibat perang, keapda orang-orang berikut:

a) Kombatan atau non-kombatan yang luka dan sakit.

b) Orang-orang sipil yang tidak turut serta dalam permusuhan, dan yang tidak melakukan pekerjaan yang bersifat militer selama berdiam dalam batas daerah- daerah netral itu.

Jikalau pihak-pihak yang bersangkutan telah bermufakat tentang letak geografis, administrasi, perlengkapan makanan serta pengawasan dari daerah netral yang diusulkan, maka suatu persetujuan tertulis harus diadakan dan ditandatangani oleh wakil Pihak-Pihak dalam pertikaian. Persetujuan itu akan mengatur permulaan dan jangka waktu penetralan daerah itu.

Pasal 16

Yang luka dan sakit, demikian juga yang lemah serta wanita-wanita hamil, akan merupakan objek perlindungan dan penghormatan yang istimewa.

Sejauh pertimbangan-pertimbangan militer mengizinkan, maka tiap Pihak dalam eortikaian harus membantu langkah-langkah yang diambil untuk mencari yang terbunuh dan luka, untu menolong korban karam dan lain-lain orang yang dihadapkan pada bahaya besar, serta untuk melindungi mereka terhadap perampasan dan perlakuan buruk.

Pasal 17

Pihak-pihak dalam eprtikaian harus berusaha untuk mengadakan persetujuan- persetujuan setempat bagi pemindahan yang luka, sakit, yang lemah dan orang-orang tua, anak-anak dan wanita hamil, dari daerah-daerah yang perjalanan mereka ke daerah-daerah demikian itu.

Pasal 18

Rumah sakit sipil yang diorgansir untuk memberi perawatan keapda yang luka dan sakit, yang lemah serta wanita hamil, dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh menjadi sasaran serangan, tetapi selalu harus dihormati dan dilindungi oleh Pihak- Pihak dalam pertikaian.

Negara-negara yang menjadi Pihak-Pihak dalam suatu pertikaian harus memberikan keterangan-keterangan kepada semua rumah sakit sipil, yang menunjukkan bahwa rumah sakit itu adalah rumah sakit sipil, yang enunjukkan bahwa rumah sakit sipil dan bawah gedung-gedung yang mereka tempati tidak digunakan untuk maskud apapun yang dapat meniadakan perlindungan yang diberikan kepada rumah-eumah sakit ini sesuai dengan Pasal 19.

Rumah-rumah sakit sipil harus ditandai dengan lambang yang ditentukan dalam Pasal 38 dari Konvensi jenewa untuk Perbaikan Keadaan Yang Luka dan Sakit dalam Angkatan Perang di Medan Pertempuran Darat tertanggal 12 Agustus 1949, tapi hanya apabila hal demikian diizinkan kemungkinan dilakukannya perbuaan permusuhan apapun.

Berhubung dengan bahaya-bahaya yang mungkin dihadapi oleh rumah-rumah sakit karena letaknya yang berdekatan dengan sasaran-sasaran militer, maka dianjurkan supaya rumah-rumah sakit itu ditempatkan sejauh mungkin dari sasaran-sasaran demikian.

Pasal 19

Perlindungan yang menjadi hak rumah sakit tak akan berakhir, kecuali apabila rumah sakit sipil itu diluar kewajiban-kewajiban perikemanusiaan mereka, Perlindungan yang menjadi hak rumah sakit tak akan berakhir, kecuali apabila rumah sakit sipil itu diluar kewajiban-kewajiban perikemanusiaan mereka,

Kenyataan bahwa anggota angkatan bersenjata yang sakit dan luka dirawat dalam rumah-rumah sakit itu, atau adanya senjata-senajta ringan dan mesio yang diambil dari kombatan yang sakit dan luka dan yang belum diserahkan kepaada dinas yang ebrsangkutan, tak boleh dianggap sebagai tindakan-tindakan yang merugikan musuh.

Pasal 20

Orang-orang secara teratur dan khusus menjalankan pekerjaan dan administrasi rumah sakit sipil, termasuk para pegawai yang bertugas mencari, menyingkirkan serta mengangkut dan merawat orang-orang sipil dan yang luka dan sakit, yang lemah dan wanita hamil, harus dihormati dan dilindungi.

Dalam wilayah yang diduduki dan dalam daerah-daerah operasi militer, orang- orang tersebut diatas akan dapat dikenal dari kartu pengenal yang menerangkan kedudukan mereka, dan yang memakai potert si-pemegang dan dibubuhi cap penguasa pengurus yang bertanggung jawab, dan juga dari ban lengan yang dicap dan tahan basah, yang mereka harus pakai pada lengan kiri selagi menjalankan kewajiban mereka. Ban lengan ini harus dikeluarkan oleh Negara dan harus memuat lambang yang disebut dalam Pasal 38 Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan Yang Luka dan Sakit dalam Angkatan Perang di Medan Pertempuran Darat tertanggal

12 Agustus 1949. Pegawai-pegawai lain yang menjalankan pekerjaan dan administrasi rumah

sakit sipil, berhak untuk dihormati dan dilindungi dan untuk memakai ban lengan sebagaimana diatur dalam dan dengan memperhatikan syarat-syarat yang ditetapkan dalam Pasal ini, selama mereka melakukan tugas-tugas demikian. Kartu pengenal menerangkan tugas-tugas yang mereka lakukan.

Pengurus setiap rumah sakit harus selalu menyediakan suatu daftar lengkap dari pegawai demikian untuk keperluan penguasa nasional atau penguasa pendudukan yang berwenang.

Pasal 21

Iring-iringan kendaraan atau kereta api rumah sakit didarat atau kapal-kapal yang khusus disediakan dilaut, yang mengangkut orang sipil yang luka dan sakit, yang berbadan lemah dan wanita hamil, harus dihormati dan dilindungi dengan cara yang serupa seperti rumah sakit sebagaimana ditentukan dalam pasal 18. Dengan persetujuan Negara yang bersangkutan iring-iringan kendaraan, kereta-kereta api dan kapal-kapal diatas harus ditandai dengan lambang pengenal sebagaimana diatur dalam Pasal 38 dari Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan Yang Luka dan Sakit dalam Angkatan Perang di Medan Pertempuran Darat tertanggal 12 Agustus 1949.

Pasal 22

Kapal-kapal terbang yang khusus dipergunakan untuk pemindahan orang- orang sipil yang luka dan sakit, yang berbadan lemah dan wanita hamil atau untuk pengangkatan pegawai dan alat-alat kesehatan, tidak boleh diserang, tetapi harus dihormati selama kapal-kapal terbang itu terbang pada tinggi, waktu dan rute yang khusus disetujui antara Pihak-Pihak dalam pertikaian yang bersangkutan.

Kapal terbang yang dapat ditandai dengan lambang pengenal sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 38 dari Konvensi Jenewa untuk Perbaikan Keadaan Yang Luka dan Sakit dalam Angkatan Perang di Medan Pertempuran Darat tertanggal 12 Agustus 1949.

Kecuali apabila ada persetujuan lain, penerbangan diatas wilayah musuh atau wilayah yang diduduki musuh dilarang.

Kapal terbang demikian harus menaati setiap perintah untuk mendarat. Pada peristiwa pendaratan yang diperintahkan demikian, maka kapal terbang itu dengan penumpangnya dapat melanjutkan penerbangannya setelah dilakukan pemeriksaan, apabila ada.

Pasal 23

Setiap Pihak Peserta Agung harus mengizinkan lalu lintas bebas daripada semua kiriman barang-barang dan persedian-persediaan pengobatan dan rumah sakit dan benda-benda yang diperlukan untuk ibadah keagamaan yang dimaksudkan hanya bagi orang-orang sipil dari Pihak Peserta Agung lainnya, walaupun Pihak Peserta Agung itu adalah musuhnya. Pihak Peserta Agung itu juga harus mengizinkan allu lintas bebas daripada semua kiriman-kiriman berupa bahan makanan esensil, pakaian dan obat-obat penguat badan yang diperuntukkan anak- anak dibawah lima belas tahun, wanita hamil dan wanita yang baru melahirkan.

Kewajiban suatu Pihak Agung Penandatangan untuk memperkenankan lalu lintas bebas daripada kiriman-kiriman yang dimaksudkan dalam paragraf yang terdahulu, tergantung pada syarat bahwa Pihak itu yakin bahwa tidak ada alasan- alasan yang sungguh-sungguh untuk mengkhawatirkan:

a) Bahwa kiriman-kiriman itu mungkin dibelokkan dari tempat tujuannya;

b) Bahwa pengawasan mungkin tidak efektif;

c) Bahwa usaha-usaha militer atau perekonomian musuh memperoleh suatu keuntungan yang pasti dengan menukarkan kiriman-kiriman tersebut di atas dengan barang-barang yang sebetulnya harus diperoleh atau diprodusir oleh musuh sendiri, atau karena dibebaskannya bahan-bahan jasa atau fasilitas- fasilitas yang biasanya diperlukan untuk produksi barang-barang itu.

Negara yang mengizinkan lewatnya kiriman-kiriman yang dimaksudkan dalam paragraf pertama dari pasal ini, boleh menetapkan sebagai syarat bagi izin demikian bahwa pembagian barang-barang kiriman itu kepada orang-orang yang berhak, idlakukan dibawah pengawasan setempat Negara Pelindung .

Kiriman itu harus diteruskan secepat mungkin, dan Negara yang mengizinkan perjalanan bebas daripada kiriman-kiriman itu, berhak menetapkan ketentuan- ketentuan teknis yang harus dipenuhi lalu lintas kiriman-kiriman itu.

Pasal 24

Pihak-Pihak dalam pertikaian harus mengambil tindakan-tindakan yang perlu untuk menjamin bahwa anak-anak dibawah lma belas tahun, yatim piatu atau yang terpisah dari keluarganya sebagai akibat perang, tidak dibiarkan pada nasibnya sendiri, dan bahwa pemelliharaan, pelaksanaan ibadah dan pendidikan meerka selalu akan mendapat bantuan. Pendidikan mereka sejauh mungkin harus dipercayakan kepada orang-orang dari tradisi kebudayaan serupa.

Pihak-Pihak dalam pertikaian harus membantu usaha penerimaan anak-anak demikian di negeri netral selama berlangsungnya pertikaian, dengan persetujuan Negara Pelindung, apabila eprlu, dan dengan jaminan-jaminan yang sewajarnya untuk ditaatinya asas-asas yang tercantum dalam paragraf pertama.

Pihak-Pihak dalam pertikaian selanjutnya harus berusaha supaya semua anak- anak dibawah dua belas tahun dapat dikenal dengan jalan memakai cakram pengenal, atau cara-cara lainnya.

Pasal 25

Semua orang dalam wialyah suatu Pihak dalam pertikaian , atau dalam wialyah yang diduduki oleh suatu Pihak dalam pertikaian, diperbolehkan mengirim kabar yang benar-benar bersifat pribadi kepada anggota-anggota keluarga mereka, dimanapun keluarga itu berada, dan untuk menerima kabar dari mereka.

Surat-menyurat ini harus diteruskan dengan cepat dan tanpa penundaan yang tidak wajar.

Apabila karena akibat keadaan-keadaan, pertukaran surat-menyurat keluarga dengan perantaraan pos biasa menjadi sukar, maka Pihak-Pihak dalam pertikaian bersangkutan harus berhubungan dengan suatu perantara netral, seperti Kantor Pusat termaksud dalam Pasal 140, dan akan menentukan bersama-sama dengan Kantor Pusat itu, cara untuk menjamin sepenuhnya kewajiban-kewajiban mereka dengan sebaik mungkin , terutama dengan bantuan dan Perhimpunan Palang Merah Nasional (Bulan Sabit Merah, Singa dan Matahari Merah).

Apabila Pihak-Pihak dalam pertikaian menganggap perlu untuk membatasi surat-menyurat keluarga, maka pembatasan-pembatasan demikian harus terbatas pada pemakaian wajib daripada formulir-formulir standar yang ebrisikan dua puluh lima kata-kata yang dipilih secara bebas, dan pada pembatasan daripada jumlah formulir itu yang dikirmkan kepada seorang tiap bulan.

Pasal 26

Setiap Pihak dalam pertikaian harus memudahkan penyelidika-penyelidikan yang dilakukan oleh anggota-anggota kelaurga yang terpisah karena perang, dengan maksud untuk membaharui perhubungan satu dengan lainnya dan untuk bertemu, apabila mungkin. Pihak-pihak dalam pertikaian itu harus memberikan dorongan kepada pekerjaan-pekerjaan organisasi-organisasi yang melakukan tugas demikian asal saja merka itu dapat diterima dan menaati peraturan-peraturan keamanan.

Bagian III Kedudukan dan Perlakuan dari Orang-Orang yang Dilindungi

Seksi I

Peraturan-Peraturan yang Sama untuk Wilayah Pihak-Pihak dalam Pertikaian serta Wilayah yang Diduduki

Pasal 27

Orang-orang yang dilindungi, dalam segala keadaan berhak akan penghormatan atas diri pribadi, kehormatan hak-hak kekeluargaan, keyakinan dan praktek keagamaan, serta adat-istiadat dan kebiasaan mereka. Mereka selalu harus diperlukan denga perikemanusiaan, dan harus dilindungi khusus terhadap segala tindakan kekerasan atau ancaman-ancaman kekerasan dan terhadap penghinaan serta tidak boleh menjadi objek tontonan umum.

Wanita harus terutama dilindungi terhadap setiap serangan atas kehirmatannya, khususnya terhadap perkosaan, pelacuran yang dipaksakan, atau

setiap bentuk serangan yang melanggar kesusilaan. Tanpa mengurangi ketentua-ketentuan yang bertalian degan keadaan

kesehatan, umur dan jenis kelamin mereka, maka semua orang yang dilindungi harus diperlakukan dengan cara yang sama oleh Pihak dalam pertikaian dalam kekuasaan mana mereka berada, tanpa pembedaan merugikan yang didasarkan terutama pada ras, agama atau pendapat politik.

Akan tetapi Pihak-Pihak dalam pertikaian dapat mengambil tindakan-tindakan pengawasan dan keamanan berkenaan dengan orang yang dilindungi, yang mungkin diperlukan sebagai akibat perang.

Pasal 28

Adanya seorang yang dilindungi tak boleh digunakan untk menyatakan sasaran-sasaran atau daerah tertentu kebal dari operasi-operasi militer.

Pasal 29

Pihak-Pihak dalam pertikaian bertanggung jawab atas perlakuan yang diberikan oleh alat-alat kelengkapannya kepada orang-orang yang dilindungi yang ada dalam tangannya, lepas dari tanggung jawab perseorangan apapun yang mungkin ada.

Pasal 30

Orang-orang yang dilindungi harus memperoleh setiap fasilitas untuk berhubungan secara tertulis dengan Negara Pelindung, dengan Komite Internasional Palang Merah, Perhimpunan-Perhimpunan Palang Merah Nasional (Bulan Sabit Merah, Singa dan Matahari Merah) dari negara-negara tempat mereka berada, demikian pula dengan setiap organisasi yang dapat memberi bantuan kepada mereka.

Organisasi-organisasi ini harus diberikan fasilitas-fasilitas untuk maksud itu oleh penguasa-penguasa, dalam batas-batas yang ditentukan oleh pertimbangan militer atau keamanan.

Disamping kunjungan-kunjungan dan utusan-utusan Negara Eplindung dan Komite Internasional Palang merah, sebagaimana diatur dalam Pasal 143, maka Negara Penahan atau Negara Pendudukan harus sebanyak mungkin memudahkan kunjungan-kunjungan kepada orang-orang yang dilindungi oleh wakil-wakil dari organisasi-organisasi lain yang bertujuan memberikan bantuan spiritual atau pertolongan materiil kepada orang-orang demikian.

Pasal 31

Terhadap orang yang dilindungi tidak boleh dilakukan paksaan fisik atau moral, terutama untuk memperoleh keterangan-keterangan dari mereka atau dari pihak ketiga.

Pasal 32

Pihak-Pihak Peserta Agung teristimewa sepakat bahwa mereka masing-masing dilarang mengambil tindakan apapun yang demikian ruap sifatnya sehingga menimbulkan penderitaan-penderitaan jasmaniah atau pemusnahan orang-orang yang dilindungi yang ada dalam tangan meerka. Larangan ini tidak hanya berlaku terhadap pembunuhan, penganiayaan, hukuman badan, pengudungan serta percobaan-percobaan kedokteran atau percobaan-percobaan ilmiah yang tak diperlukan oleh perawatan kedokteran dari pada seorang yang dilindungi, akan tetapi juga berlaku terhadap setiap tindakan kekuasaan lainnya, baik yang dilakukan oelh alat-alat negara sipil maupun militer.

Pasal 33

Orang yang dilindungi tidak boleh dihukum untuk suatu pelanggaran yang tidak dilakukan sendiri olehnya. Hukuman kolektif dan demikian pula semua perbuatan intimidasi dan terorisme dilarang.

Perampokan dilarang,

Tindakan pembalasan tehadap orang-orang yang dilindungi dan harta miliknya adalah dilarang.

Pasal 34

Penangkapan orang untuk dijadikan sandera (tanggungan) dilarang.

Seksi II Orang-Orang Asing Dalam Wilayah Suatu Pihak Dalam Pertikaian

Pasal 35

Semua orang yang dilindungi yang berkehendak meninggalkan wilayah pada eprmulaan, atau selama berlangsungnya suatu eprtikaian, boleh berbuat demikian, kecuali keberangkatannya itu bertentangan dengan kepentinga-kepentingan nasional Negara itu. Permohonan-permohonan orang demikian untuk ebrangkat harus diputuskan sesuai dengan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan secara teratur dan keputusan harus diambil secepat mungkin. Orang-orang yang diizinkan untuk ebrangkat dapat melengkapi diri mereka dengan dana-dana yang diperlukan untuk perjalanan mereka dan membawa serta suatu jumlah yang pantas dari milik dan barang-barang untuk pemakaian pribadi.

Apabila ada seorang ditolak permintaannya untuk emninggalkan wilayah itu, maka ia berhak supaya penolakan itu dipertimbangakn kembali selekas mungkin oleh sebuah pengadilan atau dewan administratif, yang ditunjuk oleh Negara Penahan untuk maksud itu.

Atas permintaan, maka wakil-wakil Negara Pelindung harus, kecuali apabila bertentangan dengan alsan-alasan keamanan, atau apabila orang-orang yang bersangkutan berkeberatan, diberitahu alasan-alasan penolakan dari tiap permohonan izin untuk meninggalkan wilayah dan kepada wakil-wakil itu harus diberi secepat mungkin nama-nama semua orang yang tidak diberi izin untuk berangkat.

Pasal 36

Keberangkatan-keberangkatan yang diperkenankan menurut Pasal diatas harus dilaksanakan dalam keadaan-keadaan dan dengan syarat-syarat keselamatan, Keberangkatan-keberangkatan yang diperkenankan menurut Pasal diatas harus dilaksanakan dalam keadaan-keadaan dan dengan syarat-syarat keselamatan,

Yang tersebut diatas tidak akan mengurangi persetujuan-persetujuan khusus yang meungkin diadakan antara Pihak-Pihak dalam pertikaian mengenai pertukaran dan pemulangan warganegara-warganegara mereka yang berada dalam tangan musuh.

Pasal 37

Orang-orang yang dilindungi yang berada dalam tutupan sambil emnunggu penuntutan atau yang sedang menjalani hukuman yang meliputi kehilangan kebebasan, harus diperlakukan dengan perikemanusiaan selama tutupan.

Segera sesudah dibebaskan, mereka dapat minta untuk meninggalkan wilayah itu sesuai dengan Pasal-Pasal diatas.

Pasal 38

Dengan perkecualian tindakan-tindakan khusus yang dikuasakan oleh Konvensi ini, terutama oleh Pasal 27 dan 41, maka keadaan orang-orang yang dilindungi pada prinsipnya harus tetap diatur oleh ketentuan-ketentuan mengenai orang-orang asing diwaktu damai. Bagaimanapun juga, hak-hak berikut harus diberikan kepada mereka:

(1) Mereka akan diperbolehkan untuk menerima sumbangan-sumbangan individual atau kolektif, yang mungkin dikirimkan kepada mereka.

(2) Apabila keadaan kesehatannya menghendaki demikian, mereka akan memperoleh pengamatan kesehatan dan perawatan rumah sakit yang sama dengan warganegara Negara bersangkutan.

(3) Mereka akan diperkenankan menjalankan ibadahnya dan menerima bantuan rohani dari pendeta-pendeta kepercayaan mereka.

(4) Apabila mereka berdiam di suatu daerah yang sangat diancam bahaya peperangan, maka mereka harus diperbolehkan untuk menyingkir dari daerah itu seperti juga warganegara Negara bersangkutan.

(5) Anak-anak dibawah lima belas tahun, wanita hamil dan ibu-ibu dari anak-anak

dibawah tujuh tahun akan memperoleh manfaat dari tiap perlakuan istimewa, seperti juga warganegara Negara bersangkutan.

Pasal 39

Orang-orang yang dilindungi, yang telah kehilangan pekerjaan yang menguntungkan mereka, sebagai akibat peperangan, harus diberi kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang dibayar. Dengan tidak mengurangi pertimbangan- pertimbangan keamanan dan ketentuan-ketentuan Pasal 40, kesempatan itu harus sama seperti yang dinikmati oleh warganegara dari Negara dalam wilayah mana mereka berada.

Apabila suatu Pihak dalam pertikaian menggunakan terhadap seorang yang dilindungi, cara pengawasan yang mengakibatkan bahwa orang itu tak mampu mencari nafkah sendiri, dan terutama apabila orang itu karena alasan-alasan keamnan tak dapat memperoleh pekerjaan dengan syarat-syarat yang layak, maka Pihak dalam pertikaian tersebut harus menjamin nafkah hidup orang itu dan mereka yang menjadi tanggungannya.

Orang-orang yang dilindungi bagaimanapun juga boleh menerima tunjangan- tunjangan dari negeri asal mereka, dari Negara Pelindung, atau perhimpunan- perhimpunan penolong yang disebut dalam Pasal 30.

Pasal 40

Orang-orang yang dilindungi hanya boleh dipaksa bekerja, atas dasar yang sama seperti warganegara Pihak dalam pertikaian dalam wilayah siapa mereka berada.

Apabila orang-orang yang dilindungi itu warganegara musuh, mereka hanya boleh dipaksa untuk melakukan pekerjaan yang biasa, diperlukan untuk menjamin makanan, naungan, pakaian, pengangkutan dan kesehatan dari manusia dan yang tidak langsung bersangkutan dengan gerakan operasi militer.

Dalam hal-hal yang disebutkan dalam kedua paragraf di atas, orang-orang yang dilindungi yang dipkasa untuk ebkerja, harus memperoleh syarat-syarat kerja dan jaminan-jaminan kesehatan kerja yang sama seperti pekerja-pekerja nasional, terutama mengenai upah, jam bekerja, pakaian dan alat perlengkapan, pendidikan yang pernah diperoleh dan ganti kerugian untuk kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit yang didapat selama bekerja.

Apabila ketentuan-ketentuan diatas dilanggar, maka orang-orang yang dilindungi harus diperkenankan untuk melaksanakan hak mereka untuk emngadu sesuai dengan Pasal 30.

Pasal 41

Bilamana Negara dalam tangan siapa orang-orang yang dilindungi itu berada, menganggap tindakan-tindakan pengawasan yang disebutkan dalam Konvensi ini tak cukup, maka Negara itu tak boleh mengambil tindakan pengawasan lainnya apapun yang lebih ekras daripada menunjuk tempat tinggal tertentu atau interniran, sesuai dengan ketentuan-ketentuan Pasal 42 dan 43.

Dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan Pasal 39, paragraf kedua, terhadap orang-orang yang diharuskan meninggalkan tempat kediaman mereka yang biasa berdasarkan suatu keputusan yang menempatkan mereka dalam tempat tinggal lain yang ditunjuk, maka Negara Penahan harus sedapat mungkin berpedoman pada ukuran-ukuran kesejahteraan yang dikemukakan dalam Bagian III, Seksi IV dari Konvensi ini.

Pasal 42

Penginterniran orang-orang yang dilindungi atau penempatan meerka di tempat-tempat tinggal yang ditunjuk hanya dapat diperintahkan apabila keamanan Negara Penahan betul-betul memerlukannya.

Apabila seseorang, melalui wakil-wakil Negara Pelindung, dengan sukarela mohon penginterniran dan apabila keadaannya menyebabkan perlu diambil tindakan demikian, maka ia akan diinternir oleh kekuasaan dalam tangan siapa ia pada waktu itu berada.

Pasal 43

Setiap orang yang dilindungi yang telah diinternir atau ditempatkan di tempat tinggal yang ditunjuk, berhak agar tindakan demikian itu ditinjau kembali selekas mungkin oleh suatu pengadilan atau dewan administratif yang berwenang, yang ditetapkan oleh Negara Penahan untuk maksud itu. Apabila penginterniran atau penempatan di tempat tinggal yang ditunjuk itu dinyatakan tetap berlaku, maka pengadilan atau dewan administratif itu secara berkala, dan sekurang-kurangnya dua kali setahun harus mempertimbangkan perkara yang bersangkutan dengan kemungkinan perubahan daripada keputusan yang semula, apabila keadaan mengizinkannya.

Kecuali apabila orang-orang yang dilindungi yang bersangkutan berkeberatan, maak Kekuasaan Penahan selekas mungkin harus memberikan kepada Negara Pelindung nama-nama dari setiap orang yang dilindungi yang telah diinternir atau yang telah bertempat tinggal di tempat yang ditunjuk, atau yang telah dibebaskan dari penginterniran atau dari tempat tinggal yang ditunjuk. Keputusan-keputusan pengadilan atau dewan-dewan yang disebutkan dalam paragraf pertama dari Pasal ini dengan mengingat syarat-syarat yang sama juga harus diberitahukan selekas mungkin kepada Negara Pelindung.

Pasal 44

Dalam melaksanakan tindakan-tindakan pengawasan yang disebutkan dalam Konvensi ini, maka Negara Penahan tidak boleh memeprlakukan orang-orang pelarian yang dalam kenyataannya tidak mendapat perlindungan pemerintah manapun, sebagai warganegara musuh, melulu atas dasar kewarganegaraan de jure mereka dari negara musuh.

Pasal 45

Orang-orang yang dilindungi tidak boleh diserahkan kepada suatu negara yang bukan anggota Konvensi.

Ketentuan ini sekali-kali tidak akan merupakan pengahalang bagi pemulangan daripada orang-orang yang dilindungi, atau pengembalian mereka ke negeri tempat kediaman sesudah penghentian permusuhan.

Orang-orang yang dilindungi dapat dipindahkan oleh Negara Penahan hanya kepada suatu Negara yang menjadi peserta Konvensi ini, sesudah Negara Penahan yakin akan kemauan dan kemampuan dari Negara penampung itu untuk melaksankan Konvensi ini. Apabila orang-orang yang dilindungi dipindahkan dalam keadaan-keadaan demikian, maka tanggung jawab atas pelaksanan Konvensi ini terletak pada negara yang menerima orang-orang itu selama meerka ini berada dibawah pengawasannya.

Walaupun demikian, apabila negara itu gagal untuk melaksanakan ketentuan- ketetntuan Konvensi ini dalam sesuatu hal yang penting, maka Negara yang telah memindahkan orang-orang yang dilindungi, setelah diberitahu oelh Negara Pelindung tenatng hal itu,harus mengambil tindakan-tindakan efektif untuk memperbaiki keadaan atau ahrus meminta agar orang-orang yang dilindungi itu dikembalikan. Permintaan-permintaan demikian harus dipenuhi.

Seorang yang dilindungi dalam keadaan apapun tidak boleh dipindahkan ke suatu negara dimana ia mempunyai alasan untuk berkhawatir bahwa ia akan dikejar- kejar karena pendapat-pendapat politik atau keyakinan-keyakinan keagamaannya.

Ketentuan-ketentuan dari pasal ini tidak menghalang-halangi penyerahan (ekstradisi) dari orang-orang yang diliindungi yang dituduh emalkukan pelanggara- pelanggaran terhadap hukum pidana biasa, berdasarkan perjanjia-perjanjian penyerahan yang diadakan sebelum pecahnya permusuhan.

Pasal 46

Tindakan-tindakan pembatasan yang diambil berkenaan dengan orang-orang yang dilindungi harus dibatalkan secepat mungkin sesudah berakhirnya permusuhan, sejauh tindakan-tindakan pembatasan itu belum dicabut sebelumnya.

Tindakan-tindakan pembatasan mengenai harta milik mereka harus dibatalkan secepat mungkin sesudah berakhirnya permusuhan, sesuai dengan hukum Negara Penahan.

Seksi III Wilayah-Wilayah yang Diduduki

Pasal 47

Orang-orang yang dilindungi, yang ada di wilayah yang diduduki, bagaimanapun dan dalam keadaan apapun tidak akan kehilangan manfaat dari Konvensi ini karena perubahan yang diadakan dalam lembaga-lembaga atau pemerintahan suatu wilayah sebagai akibat dari pendudukan wilayah itu. Mereka juga tidak akan kehilangan manfaat Konvensi ini karena persetujuan apapun yang diadakan antara penguasa-penguasa dari wilayah yang diduduki dan Negara Epndudukan, atau akrena aneksasi seluruh atau sebagian dari wilayah oleh Kekuasaan Pendudukan.

Pasal 48

Orang-orang yang dilindungi yang bukan warganegara Negara yang wilayahnya diduduki, dapat menggunakan hak mereka untuk emninggalkan wilayah dengan mengingat ketentuan-ketentuan Pasal 35. Keputusan-keputusan mengenai hal itu Orang-orang yang dilindungi yang bukan warganegara Negara yang wilayahnya diduduki, dapat menggunakan hak mereka untuk emninggalkan wilayah dengan mengingat ketentuan-ketentuan Pasal 35. Keputusan-keputusan mengenai hal itu

Pasal 49

Pemindahan-pemindahan paksaan individu atau massal, demikian pula deportasi orang-orang yang dilindungi dari wilayah yang diduduki ke wilayah Kekuasaan Pendudukan atau ke wilayah negaar lain manapun, baik yang diduki maupun yang tidak, adalh terlarang, apapun alasan-alasannya.

Walaupun demikian, Kekuasaan Pendudukan dapat mengadakan pengungsian total atau sebagian dari suatu daerah tertentu, apabila keamanan oenduduk atau alasn-alasan militer yang mendesak menghendakinya. Pengungsian demikian tidak boleh mengakibatkan dipindahkannya orang-orang yang dilindungi keluar perbatasan wilayah yang diduduki, kecuali apabila karena alasan-alasan yang sangat beralasan perpindahan demikian tak mungkin dihindarkan. Orang-orang yang diungsikan itu harus dipindahkan kembali ke tempat tinggal mereka segera setelah permusuhan di daerah itu berakhir.

Kekuasaan Pendudukan yang melakukan pemindahan-pemindahan atau pengungsian demikian harus menjamin, sejauh mungkin, bahwa perumahan yang patut disediakan atau menerima orang-orang yang dilindungi, bahwa penyikiran- penyingkiran itu diselnggarakan dalam keadaan yang memenuhi syarat-syarat kebersihan, kesehatan, keselamatan dan gizi yang memuaskan, dan bahwa anggota- anggota dari keluarga yang sama tidak dipisahkan satu sama lain.

Negara Pelindung harus diberitahu tentang setiap pemindahan dan pengungsian sesegera hal demikian itu terjadi.

Kekuasaan Pendudukan tidak boleh menahan orang-orang yang dilindungi di daerah yang sangat banyak menghadapi bahaya peperangan, kecuali apabila keamanan penduduk atau alasan-alasan militer yang mendesak menghendakinya.

Kekuasaan Pendudukan tidak boleh mendeportir atau memindahkan sebagian dari penduduk sipilnya ke wilayah yang didudukinya.

Pasal 50

Kekuasaan Pendudukan, dengan bantuan penguasa-penguasa nasional dan lokal, harus membantu kelancaran ebkerja semua lembaga yang bertujuan perawatan dan pendidikan anak-anak.

Kekuasaan Pendudukan harus mengambil segala tindakan yang perlu untuk memudahkan identifikasi anak-anak dan pendaftaran dari asal-usul mereka. Kekuasaan Pendudukan bagaimanapun juga, tidak boleh merubah kedudukan pribadi mereka, atau memasukkan mereka dalam kesauan-kesatuan atau organisasi- organisasi kekuasaannya.

Apabila lembaga-lembaga setempat tak mencukupi untuk tujuan itu, maka Negara Pendudukan harus mengatur pemeliharaan dan pendidikan anak-anak yatim piatu atau anak-anak yang terpisah dari ibu-bapaknya sebagai akibat peperangan, dan yang tak dapat dipelihara dengan baik oleh kerabat atau kawan. Pemeliharaan dan pendidikan ini jika mungkin dilakukan oleh orang-orang yang sama kebangsaan, bahasa dan agamanya.

Suatu seksi khusus dari Kantor yang didirikan sesuai dengan Pasal 136, akan bertanggugn jawab atas segala tindakan yang perlu diambil untuk mengidentifikasi anak-anak yang identitasnya diragukan. Keterangan-keterangan mengenai ibu-bapak atau keluarga mereka yang dekat, selalu harus dicatat apabila ada.

Kekuasaan Pendudukan tidak boleh menghalang-halangi diadakannya tindakan-tindakan istimewa mengani makanan, pengobatan dan perlindungan terhadap akibat-akibat perang yang mungkin telah diadakan sebelum pendudukan dan yang telah diadakan untuk manfaat anak-anak dibawah lima belas tahun, wanita hamil, dan ibu-ibu dari anak-anak dibawah tujuh tahun.

Pasal 51

Kekuasaan Pendudukan tidak boleh memaksa orang-orang yang dilindungi untuk berdinas dalam angkatan bersenjata atau dinas-dinas pembantunya. Tekanan- tekanan atau propaganda yang ertujuan untuk emmeproleh tenaga militer sukarela tidak diperbolehkan.

Kekuasaan Pendudukan tidak boleh memaksa orang-orang yang dilindungi untuk bekerja, kecuali mereka itu sudah berumur delapan belas tahun. itupun hanya untuk pekerjaan yang diperlukan, atau untuk kebutuhan tentara pendudukan, atau untuk untuk jawatan-jawatan pekerjaan umum, atau untuk pemebrian makanan, naungan, pakaian, pemliharaan pengangkutan atau kesehatan penduduk negara yang diduduki. Orang-orang yang dilindungi tidak boleh dipaksa untuk melakukan pekerjaan apapun yang dapat melibatkan mereka dalam kewajiban untuk mengambil bagian dalam operasi-operasi militer.

Kekuasaan Pendudukan tidak boleh memaksa orang-orang yang dilindungi untuk menggunakan cara-cara paksaan untuk menjamin keamanan instalasi- instalasi dimana mereka melakukan kerja paksa.

Pekerjaan hanya boleh dilakukan dalam wilayah yang diduduki dimana orang- orang yang dipekerjakan secara paksa itu berada. Setiap orang demikian itu sejauh mungkin harus tetap tinggal pada tempat kerjanya yang baisa. Pekerja-pekerja itu harus diberi upah yang layak dan pekerjaan mereka harus sebanding dengan kesanggupan-kesanggupan jasmani dan intelektual mereka.

Ketentuan-ketentuan undang-undang yang berlaku dalam wilayah yang diduduki, yang berkenan dengan syarat-syarat kerja, dan jaminan-jaminan mengenai terutama hal-hal seperti upah, jam kerja alat perlengkapan, pendidikan dasar dan ganti kerugian bagi kecelakaan-kecelakaan dan penyakit-penyakit yang disebabkan pekerjaan, akan berlaku bagi orang-orang yang dilindungi yang ditugaskan melakukan pekerjaan yang disebut dalam pasal ini.

Pengerahan tenaga kerja bagaimanapun juga tidak akan mengakibatkan mobilisasi pekerja-pekerja dalam suatu organisasi yang bersifat militer atau semi- militer.

Pasal 52

Tiada suatu perjanjian, persetujuan atau peraturan boleh mengurangi hak seorang pekerja, baik pekerja sukarela maupun bukan dan dimanapun ia berada, untuk berhubungan dengan wakil-wakil Negara-Negara Pelindung untuk minta campur tangan Negara itu.

Segala peraturan yang bertujuan menimbulkan pengangguran atau membatasi kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada pekerja-pekerja di wilayah yang diduduki, dengan maksud untuk mendorong mereka agar bekerja bagi Kekuasaan Pendudukan, adalah dilarang.

Pasal 53