Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

“Dunia ekonomi telah memasuki fase ketidakstabilan yang luar biasa dan perjalanan masa depannya benar-benar tidak pasti”. Tulis Helmut Schelmid kira-kira satu dekade lalu ketidakstabilan terus berlangsung dan ketidakpastian berlanjut. 1 Sesudah melalui masa-masa inflasi tingkat tinggi yang menyakitkan, perekonomian dunia telah mengalami suatu resesi mendalam dan laju pengangguran yang belum pernah terjadi sebelumnya, dibarengi dengan laju suku bunga riil yang tinggi dan fluktuasi valuta asing yang tidak sehat. Meskipun penyembuhannya kini tengah berlangsung, namun ketidakpastian tetap berlajut. Laju suku bunga riil tetap tinggi dan ini diperkirakan akan terus meningkat, sehingga meningkatkan kecemasan adanya penyembuhan yang gagal. Krisis ini juga diperburuk oleh adanya kemiskinan di tengah orang-orang kaya di semua negara, berbagai bentuk ketidakadilan sosioekonomi, defisit neraca pembayaran yang besar, dan ketidakmampuan sebagian negara-negara berkembang untuk mencicil utang mereka. Para ekonom tentu akan cenderung setuju dangan pandangan bahwa tak ada teori ekonomi terdahulu yang tampaknya mampu menjelaskan krisis ekonomi dunia saat ini. 1 Helmut Schmidt mantan Kanselir Jerman Barat, “The Structure of the World Product”, Foreign Affairs: T.pn., 1974, h 437 1 2 Keberkelanjutan persoalan dan dalamnya krisis ini menunjukan bahwa pada dasarnya ada sesuatu yang salah. Tidak akan ada pengobatan yang efektif kecuali hal itu diarahkan kepada arus utama krisis. Sayangnya, kesalahan yang umumnya dilakukan yaitu bahwa akar permasalahan hanya dicari pada simtom gejala, Akibatnya penyembuhan hanya bersifat sementara, seperti obat-obatan analgesic, mengurangi rasa sakit hanya sementara. Beberapa saat kamudian, krisis muncul kembali, bahkan mendalam dan serius. 2 Badai krisis ekonomi yang dipicu resesi di Amerika USA baru dimulai. Ibarat hujan, saat ini masih gerimis. Namun, meski baru gerimis, korban krisis tersebut telah bermunculan hampir di seluruh belahan dunia. Belum dapat dibayangkan bagaimana jika badai tersebut benar-benar telah datang. Era Ekonomi Baru yang lahir setelah runtuhnya kekuasaan Uni Soviet, telah menjadikan Amerika Serikat sebagai negara adikuasa tunggal dan menandai kemenangan ekonomi pasar atas sosialisme. Kondisi pasar yang terjadi pada era ekonomi baru, bukan hanya kapitalisme mengalahkan komunisme, tetapi juga menjadikan kapitalisme versi Amerika yang didasari kegigihan individualisme. Seiring proses globalisasi, maka terjadilah penyebaran kapitalisme gaya Amerika ke seluruh dunia. Semua pihak, pada awal era ekonomi baru seolah memperoleh manfaat dari tatanan Economia Americana. 2 Henry A Kissinger, “Saving The World Economy”, New sweek: T.pn., 1983, h. 153. 3 Dalam setiap era ekonomi senantiasa terjadi pergeseran perekonomian. Pergeseran yang terjadi pada Era Ekonomi Baru adalah pergeseran produksi barang manufaktur ke produksi gagasan. Ekonomi Baru, lebih memerlukan pengolahan informasi dibandingkan persediaan barang. Mulai pertengahan era 1990-an, sektor manufaktur menyusut mendekati 14 dari total output perekonomian. Hal ini berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja, alih-alih menciptakan lapangan pekerjaan baru, yang terjadi tingkat pengangguran jauh lebih besar dari era sebelumnya. 3 Berubahnya basis perekonomian dari manufaktur ke gagasan, menjadikan perusahaan teknologi menjadi rebutan para investor untuk menginvestasikan dana mereka. Rebutan investor dalam mengiventasikan dananya pada suatu sektor dapat mengakibatkan munculnya kegairahan irasional dalam sebuah pasar, dan apabila harga-harga sesungguhnya bersifat acak yang didasari oleh keranjingan irasional spekulator pasar, maka investasi akan kacau balau. Spekulasi muncul akibat terlalu mengandalkan kepercayaan pasar dibandingkan pengetahuan tentang pasar, dan kurang mengindahkan ekonomi riil yang melandasi pemilihan investasi. Hal tersebut memunculkan sebuah kegairahan irasional, sehingga harga- harga yang terjadi hanya didasari oleh keranjingan semata. Demi mengejar kenaikan harga dan keuntungan, para investor mengesampingkan pertimbangan-pertimbangan 3 M Umar Chapra, Sistem Moneter Islam Jakarta: Gema Insani Press, 2000,. Cet Pertama, h. xix. 4 normal perilaku investasi rasional. Mereka melakukan investasi di dalam pasar yang sebenarnya bercirikan risiko tinggi Perkembangan yang tidak rasional tersebut, menurut Gilpin Gilpin 2000, merupakan tahap mania atau gelembung dalam bom. Pada saat tahap ini semakin cepat, maka harga dan laju penambahan uang yang dispekulasikan pun meningkat. Kemudian, pada titik tertentu pasar akan mencapai puncaknya. Beberapa investor dalam mulai mengkonversi investasinya ke bentuk uang atau memindahkan ke investasi lain, untuk mengantisipasi kondisi yang akan terjadi berikutnya. Melihat hal itu, banyak spekulan yang sadar, bahwa permainan akan berkahir dan ikut menjual asset-asset investasi mereka. Lomba adu cepat untuk keluar dari asset-asset yang berisiko dan bernilai tinggi menjadi semakin sengit, dan pada akhirnya berubah menjadi gerombolan liar yang mengejar kualitas dan keamanan. Peristiwa tersebut dapat menimbulkan sinyal pasar yang memicu kekacauan dan menyebabkan paniknya dunia keuangan. Kepanikan tersebut dapat berupa kegagalan bank, bangkutnya suatu perusahaan, atau sejumlah peristiwa yang tidak mendukung lainnya Ketika para investor terburu-buru keluar dari pasar, harga-harga pun berjatuhan, kebangkutan meningkat, dan gelembung spekulasi akhirnya meletus yang menyebabkan harga ambruk. Kepanikan terjadi setelah para investor dengan putus asa mencoba menyelamatkan diri mereka sedapat mungkin. 4 4 A. Prasetyoko, Bencana Financial Stabilitas sebagai Barang Pubik Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2008, h .25. 5 Menurut Stiglitz, selama bertahun-tahun, semakin banyak bukti bahwa pasar sering tidak berjalan dengan baik. Walaupun, hubungan antar harga saham dengan informasi masuk akal, tetapi seringkali naik turunnya harga tidak demikian. Fluktuasi pasar benar-benar acak. Sifat pasar yang acak dan tidak efisien mempunyai biaya yang mahal dan menyebabkan suatu perusahaan mendapatkan investasi berlebih, sementara sebagian perusahaan lain mendapatkan investasi telalu sedikit bahkan mungkin tidak dapat sama sekali. Mereka menggantungkan hidup dari pendapatan yang diperoleh dari kepemilikan uang dan mengharapkan tabungan yang diinvestasikan semakin menumpuk, namun kondisi tersebut menyimpang dari realitas ekonomi yang mendasarinya. Kapitalisme uang telah memberikan kesempatan kepada orang yang memiliki uang untuk meningkatkan tuntutan mereka terhadap kumpulan kekayaan masyarakat yang sesungguhnya tanpa memberi kontribusi kepada produksinya. Aktivitas seperti itu, menyebabkan sejumlah kecil orang menjadi kaya tapi tidak produktif. Menurut Korten, ketidakmampuan kapitalisme uang untuk membedakan antara investasi yang produktif dan yang ektraktif merupakan salah satu sifat yang menjadi ciri khasnya. Berdasarkan logika kapitalisme uang, definisi uang adalah kekayaan, dan tujuan aktivitas ekonomi adalah bagaimana menciptakan uang sebanyak mungkin. 5 5 “Fungsi Uang” artikel diakses pada 21-Maret-2010 dari www.pewarta- kabarindonesia.blogspot.com 6 Sebelum kapitalisme berjaya, Imam al-Ghazali pada abad ke 11-12, telah memperingatkan bahwa memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang. Jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai uang. 6 Dalam konsep Islam, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung, melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah suatu barang menjadi barang yang lain. Dampak berubahnya fungsi uang dari sebagai alat tukar dan satuan nilai menjadi komoditi dapat kita rasakan sekarang. Pada tahun 1997, mukjizat keuangan Asia yang sering digembar-gemborkan sebelumnya, tiba-tiba berubah menjadi kehancuran keuangan Asia akibat terlena pada sebuah era di mana milyaran dolar dalam bentuk investasi baru mengalir amat deras ke pasar saham dan menaikkan harga-harga dengan kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kehancuran tersebut dimulai dari Thailand, dan kemudian dengan cepat menjalar, sebagaimana deretan kartu domino yang berjatuhan, ke Malaysia, Indonesia, Korea Selatan, dan Hong Kong. Kejadian yang hampir sama berulang saat ini dan menimpah super power Amerika yang menimbulkan getar bagai tsunami ke seluruh dunia. Namun sebenarnya, dampak tersebut sudah diingatkan oleh Ibnu Tamiyah yang lahir di zaman pemerintahan Bani Mamluk tahun 1263. Ibnu Tamiyah dalam 6 Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer Jakarta: Granada Press 2007, h. 128. 7 kitabnya Majmu Fatwa Syaikhul Islam menyampaikan lima butir peringatan penting mengenai uang sebagai komoditi, yakni : 1. Perdagangan uang akan memicu inflasi; 2. Hilangnya kepercayaan orang terhadap stabilitas nilai mata uang akan mengurungkan niat orang untuk melakukan kontrak jangka panjang, dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai karyawan; 3. Perdagangan dalam negeri akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang; 4. Perdagangan internasional akan menurun; 5. Logam berharga emas dan perak yang sebelumnya menjadi nilai intrinstik mata uang akan mengalir keluar negeri. 7 Jumlah uang yang tidak sesuai dengan nilai produksi yang dihasilkan suatu negara dikenal menyebabkan terjadinya inflasi dan bubble gum economics, yang pada akhirnya menyebabkan multi function crisis. Penggerak pembangunan suatu negara adalah sektor produksi, bukan sektor moneter, karena sektor produksi akan menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja, dan menimbulkan permintaan pasar terhadap produksi lainnya. Untuk itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian, memberikan gambaran konsep uang imam al-Ghazali dalam menghadapi kondisi perekonomian 7 “Uang dan Agama”artikel diakses pada 02-Maret-2010, dari http:hermaninbismillah.blogspot.com200901uang-dan-agama.html 8 saat ini. sehingga penulis tertarik untuk mengambil judul “RELEVANSI KONSEP UANG AL-GHAZALI DALAM SISTEM KEUANGAN KONTEMPORER”

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Dokumen yang terkait

RELEVANSI KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IMAM AL-GHAZALI DI MASA SEKARANG Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

3 10 24

RELEVANSI KONSEP KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM MENURUT IMAM AL-GHAZALI PADA MASA SEKARANG KHUSUSNYA DI Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

0 5 16

PENDAHULUAN Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

0 2 6

DAFTAR PUSTAKA Relevansi Konsep Kurikulum Pendidikan Islam Menurut Imam Al-Ghazali Pada Masa Sekarang Khususnya di Indonesia.

0 2 4

Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indonesia

0 52 147

Konsep manusia al risalah ghazali

0 0 9

RELEVANSI KONSEP MATA UANG ISLAMI DENGAN

0 0 23

Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indonesia - Raden Intan Repository

0 0 13

BAB III PROFIL ABU HAMID AL-GHAZALI DAN JHON MAYNARD KEYNES SERTA GAMBARAN UMUM SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA - Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indonesia - Raden Intan

0 0 39

BAB IV ANALISIS TEORI UANG ABU HAMID AL-GHAZALI DAN JHON MAYNARD KEYNES SERTA RELEVANSINYA TERHADAP SISTEM KEUANGAN DI INDONESIA - Teori Uang Dalam Perspektif Abu Hamid Al-Ghazali dan Jhon Maynard Keynes Serta Relevansinya terhadap Sistem Keuangan di Indo

0 0 25