30
3 Uang sebagai Media Penyimpan Nilai Maksud para ahli ekonomi dalam ungkapan mereka, “uang sebagai media
penyimpan nilai” adalah bahwa orang yang mendapatkan uang, terkadang tidak mengeluarkannya sekaligus,akan tetapi ia sisihkan sebagian untuk membeli
kebutuhan pada waktu tertentu, atau ia menyimpan untuk hal-hal yang tidak terduga seperti sakit atau mendapatkan kerugian.
b. Fungsi Uang Menurut Imam Al-Ghazali
Uang dinar dan dirham ibarat cermin dari kepemilikan dan kekayaan. Ia berfungsi sebagai alat tukar. Jika Uang dijadikan komodity sebagaimana barang,
maka hancurlah system perekonomian masyarakat Imam Al-Ghazali.
29
Tujuh ratus tahun sebelum Adam Smith menulis buku The Wealth of Nation, seorang tokoh islam bernama Abu Hamid al-Ghazali w. 1111 M, telah membahas
fungsi uang dalam perekonomian. Secara panjang lebar ia membahas fungsi uang dalam Bab Syukur dalam kitab Ihya Ulumuddin. Dalam Bab itu beliau mengatakan :
“Di antara nikmat Allah ialah berlakunya Dinar dan Dirham. Dengan dinar dan dirham kehidupan dunia bisa diatur, padahal keduanya tak lebih dari logam,
yakni barang yang pada asalnya tidak berguna apa-apa. Tetapi semua orang tertarik pada kedua mata uang itu, sebab setiap orang membutuhkan bermacam-
macam barang untuk makan, berpakaian, dan kebutuhan-kebutuhan lainnya”.
30
1 Evolusi Uang dan Fungsi Uang Imam Al-Ghazali
28
Abdu Hadi Ali al-Najjar, al-Islam wa al-Iqtisha, Kuwait Alam: al-Ma’rifah, 1983, h. 145.
29
Mohammad Hidayat, an Introduction to the Sharia Economic Jakarta: Dzikrul hakim 2010, h. 144.
30
Ibid,h. 151.
31
Pembahasan beliau tentang uang nampak cukup komprehensif, yang dimulai dari evolusi uang hingga fungsi uang. Beliau menjelaskan bagaimana uang mengatasi
permasalahan yang timbul dari suatu perdagangan barter. Dibahas juga berbagai akibat negatif dari pemalsuan dan penurunan nilai mata uang. Berikut sejumlah
pernyataan beliau tentang uang : “Kemudian disebabkan jual beli muncul kebutuhan terhadap dua mata uang.
Seseorang yang ingin membeli makanan dengan baju, dari mana dia mengetahui ukuran makanan dari nilai baju tersebut. Berapa? Jual beli terjadi pada jenis
barang yang berbeda-beda seperti dijual baju dengan makanan dan hewan dengan baju. Barang-barang ini tidak sama, maka diperlukan hakim yang adil
sebagai penengah antara kedua orang yang ingin bertransaksi dan berbuat adil satu dengan yang lain. Keadilan itu dituntut dari jenis harta. Kemudian
diperlukan jenis harta yang bertahan lama karena kebutuhan yang terus menerus. Jenis harta yang paling bertahan lama adalah barang tambang. Maka
dibuatlah uang dari emas, perak, dan logam .
31
Perdagangan barter mengandung banyak kelemahan di antaranya 1 kurang memiliki angka penyebut yang sama lack of common denominator, 2 barang yang
diperdagangkan sulit untuk dibagi-bagi indivisibility of goods, 3 keharusan adanya dua keinginan yang sama antara penjual dan pembeli double coincidence of wants.
32
Dengan berbagai keterbatasan barter tesebut, maka diperlukan suatu alat yang mampu berperan lebih baik dalam transaksi jual beli. Itulah yang menurutnya mendasari
munculnya kebutuhan akan uang di masyarakat. Dalam ekonomi barter sekalipun, uang dibutuhkan sebagai ukuran nilai suatu barang, karena transaksi barter hanya
terjadi ketika kedua belah pihak sama-sama membutuhkan barang atau jasa masing-
31
Al- Ghazali, Ihya Ulumuddin, Dar al-Khair: T.pn.,1993 Cet ke-2, h. 4.
32
Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 335.
32
masing. Uang berfungsi memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dalam pertukaran tersebut. Beliau mengisyaratkan bahwa uang sebagai unit hitungan
yang digunakan untuk mengukur nilai harga komoditas dan jasa. Kemudian uang juga sebagai alat yang berfungsi sebagai penengah antara kepentingan penjual dan
pembeli, yang membantu kelancaran proses pertukaran komoditas dan jasa. Selain itu diisyaratkan juga bahwa uang sebagai alat simpanan, karena itu dibuat dari jenis harta
yang bertahan lama karena kebutuhan akan keberlanjutan sehingga benar-benar bersifat cair mudah diuangkan kembali, dapat digunakan pada waktu yang
dibutuhkan, dan cenderung mempunyai nilai harga yang stabil. Berbagai permasalahan perdagangan barter dibahas dengan baik. Meskipun
perdagangan barter dapat dilakukan namun sangat tidak efisien, karena adanya perbedaan karakteristik barang, baik bentuk, ukuran maupun kualitasnya. Ia
menegaskan bahwa evolusi uang terjadi karena kesepakatan dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat, yakni tidak akan ada masyarakat tanpa pertukaran barang dan
tidak ada pertukaran yang efektif tanpa ekuivalensi, dan ekuivalensi demikian hanya dapat ditentukan dengan tepat bila terdapat ukuran yang sama. Hal tersebut dapat kita
simak dari paparan beliau di bawah ini: Termasuk nikmat Allah Swt. Diciptakan dirham dan dinar. Dengan keduanya
kehidupan menjadi lurus. Keduanya hanyalah dua barang tambang yang tidak ada manfaat pada bendanya, tapi makhluk perlu kepadanya sekiranya setiap
manusia membutuhkan banyak barang yang berkaitan dengan makanan, pakaian, seluruh kebutuhannya. Terkadang dia tidak mempunyai apa yang tidak ia
butuhkan. Seperti orang yang memiliki za faran misalnya, dan ia membuuhkan unta untuk tunggangannya. Dan orang yang memiliki unta dapat saja tidak
membutuhkannya dan membutuhkan za faran sehingga terjadi pertukaran antar keduanya. Dan mau tidak mau dibutuhkan suatu ukuran untuk mengukur
33
pertukaran karena pemilik unta tidak menyerahkan untanya dengan seluruh ukuran za faran. Dan tidak ada kesesuaian antara za faran dan unta sehingga
dapat dikatakan dia menyerahkan misalnya, dalam berat dan bentuk. Tidak tahu seberapa banyak za faran yang menyamai seekor unta, sehingga transaksi
mengalami kesulitan. Barang-barang yang beragam dan sangat berbeda ini membutuhkan penengah yang bertindak seperti pemutus yang adil sehingga
setiap sesuatu dapat diketahui tingkat dan nilainya. Transaksi barter seperti ini sangat sulit. Barang-barang seperti ini memerlukan media yang dapat
menentukan nilai tukarnya secara adil. Bila tempat dan kelasnya dapat diketahui dengan pasti, menjadi mungkin untuk menentukan mana barang yang memiliki
nilai yang sama dan mana yang tidak. Maka Allah ciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah di antara seluruh harta sehingga dengan keduanya
semua harta dapat diukur. Sesuatu seperti uang dapat dengan pasti dikaitkan dengan sesuatu yang lain jika sesuatu itu tidak memiliki bentuk atau fitur
khususnya sendiri contohnya cermin tidak memiliki warna tetapi dapat memantulkan semua warna.
33
Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah di antara seluruh harta sehingga seluruh harta bisa diukur dengan keduanya. Dikatakan, unta ini
menyamai 100 dinar, sekian ukuran minyak za faran ini menyamai 100. Keduanya kira-kira sama dengan satu ukuran maka keduanya bernilai sama.
Namun, dinar dan dirham itu tidak dibutuhkan semata-mata karena logamnya . Dinar dan Dirham diciptakan untuk dipertukarkan dan untuk membuat aturan
pertukaran yang adil dan untuk membeli barang-barang yang memiliki kegunaan.
34
Uang tidak mempunyai harga, namun dapat merefleksikan harga semua barang atau jasa. Semua barang dan jasa akan dapat dinilai atau diukur masing-
masing dengan uang. Ibarat cermin, semua jenis benda yang dihadapkan pada sebuah cermin, maka cermin tersebut akan dapat memantulkan gambar benda yang ada di
depannya. Demikian juga dengan uang, semua benda atau produk yang dihadapkan dengannya akan dapat dinilai berapa masing-masing harganya. Dengan demikian
uang dapat digunakan sebagai satuan unit penilai semua barang dan jasa. Namun,
33
Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. h. 335.
34
Ahmad Hasan, Mata Uang Islami,Jakarta: PT. Raja Grafindo 2005, h. 27.
34
beliau menekankan bahwa uang tidak diinginkan karena uang itu sendiri. Artinya, uang dibutuhkan masyarakat bukan karena masyarakat menginginkan mempunyai
emas dan perak yang merupakan bahan uang tersebut, tetapi kebutuhan tersebut lebih pada menggunakan uang sebagi alat tukar. Uang baru akan memiliki nilai jika
digunakan dalam suatu pertukaran. Tujuan utama dari emas dan perak adalah untuk dipergunakan sebagai uang. Uang tidak dibutuhkan untuk uang itu sendiri.
2 Menimbun dan Melebur Uang Merujuk pada al-Qur’an, beliau mengecam para penimbun uang yang
dianggapnya sebagai penjahat. Uang yang ditimbun tidak akan memberi manfaat bagi masyarakat luas. Uang yang seharusnya berputar menjadi mandek pada sekelompok
orang. Para produsen, pedagang, distributor akan kesulitan meningkatkan modal usahanya, karena uang menjadi langka akibat ditimbun atau hanya berputar pada
kalangan tertentu. Penimbunan uang akan mengurangi produktifitas dan inefisiensi usaha. Yang lebih buruk lagi adalah orang yang melebur Dinar dan Dirham menjadi
perhiasan emas dan perak. Mereka adalah orang yang tidak bersyukur kepada Sang Pencipta, dan kedudukannya lebih rendah daripada penimbun uang. Berikut petikan
pernyataan beliau tentang ini : “Jika seseorang menimbun dirham dan dinar, ia berdosa. Dinar dan dirham tidak
memiliki gunas langsung pada dirinya. Dinar dan dirham diciptakan supaya beredar dari tangan ke tangan, untuk mengatur dan memfasilitasi pertukaran
sebagai simbol untuk mengetahui nilai dan kelas barang. Siapapun yang mengubahnya menjadi peralatan-peralatan emas dan perak berarti ia tidak
bersyukur kepada penciptanya, dan lebih buruk daripada penimbun uang, karena orang yang seperti itu adalah seperti orang yang memaksa penguasa untuk
melakukan fungsi-fungsi yang tidak cocok seperti menenun kain, mengumpulkan pajak, dan lain-lain. Menimbun koin masih lebih baik dibandingkan
35
mengubahnya, karena ada logam dan material lainnya seperti tembaga, peruggu, besi, tanah liat yang dapat digunakan untuk membuat peralatan. Namun tanah liat
tidak dapat digunakan untuk mengganti fungsi yang dijalankan oleh dirham dan dinar.”
35
Kegiatan menimbun uang berarti menarik uang dari peredaran untuk sementara, artinya uang yang ditimbun tersebut masih berwujud uang dan suatu
ketika dimungkinkan masih dapat beredar kembali ke masyarakat berfungsi sebagai uang. Sedangkan melebur uang berarti menarik uang dari peredaran untuk selamanya,
karena wujud uang telah berubah bentuk, sehingga tidak lagi dapat berfungsi sebagai uang. Didasarkan pada teori moneter modern, menimbun uang akan dapat
memperlambat perputaran uang, dan sekaligus memperkecil jumlah transaksi sehingga akan membuat perekonomian menjadi lesu. Dampak selanjutnya
pertumbuhan ekonomi akan menurun, kesejahteraan masyarakat juga akhirnya menurun karena pendapatan yang menurun. Sementara itu, melebur uang sama
artinya dengan mengurangi jumlah penawaran uang sebagai alat transaksi untuk selamanya. Dengan demikian dampak negatifnya akan lebih besar dibandingkan
kalau menimbun uang.
36
3 Pemalsuan Uang Peredaran uang palsu, yaitu dengan kandungan emas atau perak yang tidak
sesuai dengan ketentuan pemerintah, beliau kecam keras. Menurutnya mencetak atau mengedarkan uang palsu lebih berbahaya daripada mencuri 1.000 Dirham. Perbuatan
35
Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam,h. 336.
36
Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kontemporer, h. 129.
36
mencuri adalah satu dosa, sedangkan mencetak dan mengedarkan uang palsu adalah dosa yang terus berlipat setiap kali uang itu dipergunakan. Dengan beredarnya uang
palsu maka tidak hanya satu pihak yang dirugikan, tetapi banyak pihak dan terus bertambah dari waktu ke waktu seiring dengan terus bergulirnya uang palsu tersebut
pindah dari satu tangan ke tangan berikutnya. Seseorang yang mendapatkan uang palsu akan mencoba untuk membelanjakan lagi uang tersebut ke orang lain dengan
sembunyi-sembunyi atau menipu, karena dia tidak mau menanggung rugi, dan begitu seterusnya. Dengan demikian nilai mudharatnya bisa jadi akan lebih besar daripada
uang senilai 1.000 Dirham. Implikasi makro beredarnya uang palsu ini juga akan dapat mendorong tingkat inflasi, karena akan menambah jumlah uang beredar di
masyarakat di luar uang resmi yang dikeluarkan pemerintah. Berikut ini kutipan pernyataan beliau :
Memalsukkan uang palsu dalam peredaran merupakan suatu kezaliman yang besar. Semua yang memegangnya dirugikan peredaran suatu dirham palsu
lebih buruk daripada mencuri seribu dirham, karena tindakan mencuri merupakan sebuah dosa, yang langsung berakhir setelah dosa itu diperbuat;
tetapi pemalsuan uang merupakan sesuatu yang berdampak pada banyak orang yang menggunakannya dalam transaksi selama jangka waktu yang lama.”
37
Selanjutnya, beliau membolehkan peredaran uang yang tidak mengandung emas dan perak, asalkan pemerintah menyatakan uang tersebut sebagai alat bayar
yang resmi. Bila terjadi penurunan nilai uang akibat dari kecurangan, maka pelakunya harus dihukum. Namun apabila pencampuran logam dalam koin merupakan tindakan
resmi pemerintah dan diketahui oleh semua penggunanya, maka hal tersebut dapat
37
Al-Ghazali, juz 2 h. 73.
37
diterima. Kemudian, secara tidak langsung beliau membolehkan kemungkinan penggunaan uang representatif token money. Hal tersebut dapat disimak dari
pernyataan beliau berikut ini : Zaif suasa, logam campuran, maksudnya adalah unit uang yang sama sekali
tidak mengandung perak; hanya polesan; atau dinar yang tidak mengandung emas. Jika sekeping koin mengandung sejumlah perak tertentu, tetapi dicampur
dengan tembaga, dan itu merupakan koin resmi dalam Negara tersebut, maka hal ini dapat diterima, baik muatan peraknya diketahui ataupun tidak. Namun, jika
koin itu tidak resmi, koin itu dapat diterima hanya jika muatan peraknya diketahui.”
38
4 Perdagangan Uang Beliau berpendapat bahwa aktifitas memperdagangkan Dinar dengan Dinar
sama halnya dengan memenjarakan uang, sehingga tidak lagi dapat berfungsi. Semakin banyak uang diperdagangkan, maka semakin sedikit yang dapat berfungsi
sebagai alat tukar. Bila semua uang dipergunakan untuk membeli uang, maka tidak ada lagi uang yang dapat berfungsi sebagai alat tukar. Uang tidak dapat menghasilkan
apa-apa. Uang hanya akan berkembang apabila diinvestasikan pada kegiatan ekonomi riil tangible economic activity. Secara lengkap pernyataan beliau dapat disimak
pada kutipan berikut : Jika seseorang memperdagangkan dinar dan dirham untuk mendapatkan dinar
dan dirham lagi, ia menjadikan dinar dan dirham sebagai tujuannya. Hal ini berlawanan dengan fungsi dinar dan dirham. Uang tidak diciptakan untuk
menghasilkan uang. Melakukan hal ini merupakan pelanggaran. Dinar dan
38
Al-Ghazali, juz 2 h. 74.
38
dirham adalah alat untuk mendapatkan barang-barang lainnya. Mereka tidak dimaksudkan bagi mereka sendiri. Dalam hubungannya dengan barang lainnya,
dinar dan dirham adalah seperti preposisi dalam kalimat digunakan untuk memberikan arti yang tepat atas kata-kata. Atau seperti cermin yang
memantulkan warna, tetapi tidak memiliki warna sendiri. Bila orang diperbolehkan untuk menjual atau mempertukarkan uang dengan uang untuk
mendapatkan laba, transaksi seperti ini akan menjadi tujunnya, sehingga uang akan tertahan dan ditimbun. Menahan penguasa atau tukang pos adalah
pelanggaran, karena dengan demikian mereka dicegah dari menjalankan fungsinya; demikian pula halnya dengan uang.
Aktifitas mencari pendapatan dari hasil berdagang uang keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual akan membuat orang menjadi malas bekerja pada
sektor riil, dan akan semakin sedikit uang yang berputar pada sektor riil, karena makin banyaknya uang diperdagangkan. Perdagangan uang yang mengandung
spekulasi itu sangat mudah dilakukan, proses untuk sampai pada hasil sangat cepat tanpa harus bekerja keras, membanting tulang sebagaimana halnya bekerja di sektor
pertanian, perdagangan, industri, peternakan, perkebunan, perikanan dan sebagainya. Dapat dibayangkan apabila kemudian lebih banyak orang yang tidak bersedia bekerja
di sektor riil karena prosesnya lama dan perlu kerja keras, dan kemudian lebih menyukai berdagang uang, maka sektor riil akan terganggu. Kemampuan sektor riil
untuk berproduksi semakin menurun karena pelakunya sedikit dan sulitnya mendapatkan tambahan modal dari investor. Jumlah produksi turun berarti pasokan
barang ke pasar akan berkurang. Akibatnya jumlah permintaan barang di satu sisi tetap atau bahkan meningkat, sementara di sisi lain terjadi penurunan penawaran
barang. Hukum permintaan dan penawaran akan berlaku di sini, yaitu harga-harga produk akan melambung ketika lebih besar permintaan daripada penawaran.
39
Harga-harga produk yang tinggi dan tidak diikuti kenaikan pendapatan masyarakat, maka kemampuan daya beli masyarakat akan turun, yang berarti tingkat
kesejahteraan masyarakat juga menurun. Daya beli masyarakat yang turun akan menyebabkan permintaan produk pada skala nasional juga akan turun. Dari kacamata
produsen di sektor riil keadaan seperti itu akan menyebabkan penurunan volume penjualan, sekaligus jumlah pendapatankeuntungan, dan ada kemungkinan untuk
menurunkan jumlah produksi dalam rangka untuk dapat mempertahankan harga jual produknya. Sektor riil akibatnya menjadi semakin tidak menarik, semakin banyak
ditinggalkan oleh pelakunya. Akhirnya akan semakin memperparah kondisi perekonomian, karena akan terjadi inflasi yang berlipat. Kondisi seperti inilah yang
sekarang ini terjadi di Indonesia, di mana jumlah uang yang masuk ke sektor riil jauh lebih kecil dibandingkan dengan jumlah uang yang ditransaksikan di pasar uang.
40
BAB III GAMBARAN UMUM SISTEM KEUANGAN KONTEMPORER
A. Pasar Uang
Pasar uang adalah suatu tempat pertemuan abstrak dimana para pemilik dana jangka pendek dapat menawarkan kepada calon pemakai yang membutuhkannya,
baik secara langsung maupun melalui perantara. Sedangkan yang dimaksud dengan dana jangka pendek adalah dana-dana yang dihimpun dari perusahaan maupun
perorangan dengan batasan waktu dari satu hari sampai satu tahun, yang dapat diperjualbelikan didalam pasar uang.Pandji Anoraga dan Piji Pakarti 2001:20.
Perwujudan dari pasar semacam ini berupa institusi dimana individu atau organisasi yang mempunyai kelebihan dana jangka pendek bertemu dengan individu
yang memerlukan dana. Pasar Uang menurut Pandji Anoraga dan Piji Pakarti 2001:19 mempunyai
ciri:jangka waktu dana yang pendek, tidak terikat pada tempat tertentu, pada umumnya supply dan demand bertemu secara langsung dan tidak perlu guarantor
underwriter. Pasar uang dan pasar modal sebetulnya merupakan sarana investasi dan moblisasi dana. Pasar uang mempunyai fungsi yaitu sebagai sarana alternatif bagi
lembaga-lembaga keuangan, perusahaan non keuangan dan peserta-peserta lainnya baik dalam memenuhi kebutuhan dana jangka pendek maupun dalam rangka
memijamkan dana atas kelebihan likuiditasnya. Pasar uang juga berfungsi sebagai sarana pengendali moneter dalam melaksanakan operasi pasar terbuka. SBI
40