Pekembangan Perekonomian Kota Medan Kesimpulan

39

4.3 Pekembangan Perekonomian Kota Medan

Laju pertumbuhan ekonomi Kota Medan pada tahun 2013 mengalami perlambatan jika dibandingkan pada tahun 2012. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kota Medan berada pada kisaran 4,30, kondisi penurunan pertumbuhan ekonomi Medan pada tahun 2013 salah satunya dipengaruhi oleh perpindahan bandara utama Sumatera Utara dari wilayah Kota Medan ke Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan pada tahun 2012 mampu mengalami pertumbuhan sebesar 7,63. Tabel 4.3 Pertumbuhan Ekonomi Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara dan Nasional Tahun 2011 sd 2013 persen Tahun Medan Sumatera Utara Nasional 2011 7,69 6,63 6,49 2012 7,63 6,21 6,26 2013 4,30 6,01 5,78 Sumber: BPS Kota Medan 2014 Menurut data BPS Kota Medan tahun 2014, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 9,40 sementara angkutan dan komunikasi mengalami penurunan sebesar 8,47.

4.4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.4.1 Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini, peniliti melakukan wawancara langsung kepada 60 responden yang bergerak di bidang usaha industri kreatif. Daftar pertanyaan yang disusun ditanyakan langsung kepada responden melalui kuesioner wawancara. Universitas Sumatera Utara 40

4.4.1.1 Karakteristik Responden Usaha Industri Kreatif Berdasarkan Jenis Subsektor

Berdasarkan data yang diperoleh pada 60 responden usaha industri kreatif yang berada di Kota Medan, terdapat 9 jenis subsektor usaha dari 14 jenis subsektor usaha kreatif yang dijalankan pada jenis usaha industri kreatif. Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Usaha Subsektor Industri Kreatif No. Subsektor Industri Orang Persen 1. Kerajinan 20 33,3 2. Fashion 15 25 3. Video,Film,Fotografi 7 11,6

4. Musik

5 8,3

5. Penerbitan, Percetakan

5 8,3

6. Pasar Barang Seni

4 6,6

7. Layanan Komputer

2 3,3

8. Seni pertunjukan

1 1,6

9. Permainan Interaktif

1 1,6 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah oleh penulis Dari 60 responden yang diteliti, sebanyak 20 unit 33,3 usaha yang dijalankan bergerak di bidang kerajinan industri kreatif dengan produk unggulan berupa kerajinan tangan handy craft, mebel dan rotan. Hal ini membuat industri kerajinan paling besar dalam proses distribusi sampel yang ditemui oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Selanjutnya, industri fesyen berada di urutan kedua saat ini industri fesyen tumbuh dengan sangat pesat dan dinamis dengan 15 unit usaha 25. Selanjutnya di urutan ketiga untuk industri video, film, fotografi sebanyak 7 unit usaha 11,6, dan secara berurutan industri musik dan industri Universitas Sumatera Utara 41 Penerbitan, percetakan berada di urutan keempat dan kelima dengan jumlah usaha sama-sama sebanyak 5 unit usaha 8,3. Pasar Barang Seni berada di urutan keenam dengan 4 unit usaha 6,6 setelah itu disusul dengan industri Layanan Komputer sebanyak 2 unit usaha 3,3, dan yang terakhir masing-masing untuk industri Seni Pertunjukan dan Permainan Interaktif sebanyak 1 unit usaha 1,6.

4.4.1.2 Karakteristik Responden Usaha Industri Kreatif Berdasarkan Usia

Usia responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini berkisar 19-53 tahun, hal ini ditunjukkan melalui pendistribusian sampel penelitian berikut ini. Tabel 4.5 Distribusi Sampel Berdasarkan Usia Responden No. Usia Tahun Orang Persen

1. 19-23

27 45

2. 24-28

6 10

3. 29-33

8 13,3

4. 34-38

4 6,6

5. 39-43

10 16,6 6. 44-48 2 3,3

7. 49-53

3 5 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah oleh penulis Dilihat dari segi usia responden, usia diantara 19-23 tahun paling dominan dalam penelitian ini, dengan persentase sebesar 45, cukup lebih banyak jika dibandingkan dengan usia responden pada rentan 39-43 tahun sebesar 16,6 dari total keseluruhan responden yang diteliti, kemudian 29-33 tahun dengan 8 responden sebesar 13,3, serta 24-28 tahun sebesar 10 dari total responden, dan pada rentan usia 44-48 tahun dengan 2 responden sebanyak 3,3 dan yang terakhir usia 49-53 tahun dengan jumlah 3 responden atau sebanyak 5 dari total sampel secara keseluruhan. Universitas Sumatera Utara 42

4.4.1.3 Komposisi Usaha Industri Kreatif Berdasarkan Jenis Kelamin Responden

Komposisi ini menunjukkan perbandingan sampel jenis kelamin responden penelitian terhadap subsektor industri kreatif yang berada di Kota Medan. Berikut tabel dan gambar distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Orang Persen

1. Laki-Laki

38 63,3

2. Perempuan

22 36,6 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah oleh penulis Tabel 4.6 menunjukkan distribusi sampel yang dilihat berdasarkan jenis kelamin responden, di mana sebanyak 38 responden 63,3 adalah laki-laki dan sebanyak 8 responden 36,6 adalah perempuan. Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pelaku usaha yang bergerak di bidang industri kreatif didominasi oleh jenis kelamin laki-laki.

4.4.1.4 Komposisi Usaha Industri Kreatif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan responden merupakan bagian dari penentuan sampel penelitian sebagai acuan untuk mengetahui hubungan jenis usaha yang dijalankannya dengan tigkat pendidikan terakhir yang dilalui oleh responden. Hal ini ditunjukkan melalui tabel dan gambar distribusi sampel responden berikut ini. Universitas Sumatera Utara 43 Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Orang Persen

1. Tidak Bersekolah

- -

2. SD

- -

3. SMPMts

- -

4. SMA SMK MAN

6 10

5. Akademi DII DIII

17 28,3

6. Strata S1, S2, S3

37 61,6 Jumlah 60 100 Sumber : Diolah oleh penulis Tingkat pendidikan responden dari penelitian ini paling banyak didominasi dari lulusan Strata S1, S2, S3 sebanyak 37 orang responden. Kemudian disusul dari tamatan Akademi DII DIII sebanyak 28,3 17 orang, kemudian disusul oleh tamatan SMASMKMAN sebanyak 6 orang responden dari total keseluruhan responden yang diwawancarai. 4.4.2 Potensi Pengembangan Industri Kreatif 4.4.2.1 Potensi Pengembangan Industri Kreatif dari Aspek Tenaga Kerja Ketenagakerjaan merupakan aspek yang mendasar pada keberlangsungan kegiatan unit usaha. Dalam prakteknya, tenaga kerja banyak dijadikan sebagai alat pengukur kondisi perkembangan usaha yang secara mikro akan mempengaruhi produktivitas perusahaan. Secara teori, ketenagakerjaan memiliki peranan penting sebagai salah satu faktor produksi atau dengan kata lain tenaga kerja sebagai motor penggerak produksi unit usaha yang memainkan peranan penting dalam proses kegiatan ekonomi. Perekonomian Kota Medan sejatinya mempunyai potensi yang sangat besar dari penyediaan jumlah tenaga kerja. Hal ini dapat diketahui dari jumlah populasi penduduk Kota Medan yang sangat besar serta perbandingan angkatan Universitas Sumatera Utara 44 kerja yang lebih banyak jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia. Salah satu aspek terpenting untuk mengetahui kondisi perekonomian di Kota Medan dapat dijumpai pada sektor rill serta industri yang secara umum mampu memberi sumbangsi besar terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari beberapa sektor yang terkait dengan subsektor industri kreatif di Kota Medan, secara umum menunjukkan tren yang sangat baik yang terutama berasal dari penyerapan dan penyediaan tenaga kerja baru. Hal ini ditunjukkan melalui tabel 4.8 tentang potensi pengembangan industri kreatif yang dilihat dari aspek tenaga kerja. Tabel 4.8 Distribusi Responden Menurut Jumlah Tenaga Kerja No. Banyaknya Tenaga Kerja Jumlah Usaha Unit 1. 0-5 50

2. 6-10

8

3. 11-15

4. 16-20

2 5. ≥20 Jumlah 60 Sumber: Diolah oleh penulis Tabel 4.8 menunjukkan distribusi responden menurut jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Data di atas memberikan gambaran bahwa sebanyak 50 unit usaha kreatif di Kota Medan mampu menyerap tenaga kerja pada kisaran 0-5 orang dalam setiap usaha yang dijalankan. Bahkan, pada beberapa usaha kreatif tertentu mampu menyerap sebanyak 6-10 tenaga kerja, hal ini ditemukan pada 8 reponden unit usaha yang telah diteliti. Selebihnya yaitu 2 responden unit usaha mampu menyerap sebanyak 16-20 tenaga kerja unit usaha kreatif. Sehingga berdasarkan temuan diatas, membuktikan bahwa unit usaha kreatif di Kota Medan memiliki potensi yang sangat baik untuk penyerapan tenaga kerja. Dari keseluruhan Universitas Sumatera Utara 45 responden yang diwawancarai mengungkapkan bahwa usaha yang mereka jalankan membutuhkan tenaga kerja pada kisaran tertentu sesuai dengan kondisi usaha yang mereka jalankan. Dengan demikian, usaha kreatif industri kreatif yang berada di Kota Medan dapat dijadikan sebagai sebuah alternatif untuk mengurangi lonjakkan pencari kerja pengangguran yang berada di Kota Medan. Sementara untuk subsektor usaha kreatif yang paling banyak menyerap tenaga kerja dapat dilihat pada tabel 4.9. Tabel 4.9 Banyaknya Penyerapan Tenaga Kerja Menurut Subsektor Industri No. Subsektor Industri Jumlah Tenaga Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 10 20 Jumlah Responden Total Tenaga Kerja

1. Kerajinan

2 8 4 1 3 1 0 0 0 1 20 75

2. Fashion

2 3 5 4 1 0 0 0 0 0 15 44

3. Video, Film,

Fotografi 0 0 2 3 0 1 0 1 0 0 7 32

4. Musik

0 0 0 3 1 0 0 0 1 0 5 27

5. Penerbitan,

Percetakan 0 0 2 0 0 0 1 0 2 0 5 33

6. Pasar Barang

Seni 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 4 17

7. Layanan

Komputer 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 4

8. Seni

Pertunjukan 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 20

9. Permainan

Interaktif 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 5 Jumlah 60 257 Sumber: Diolah oleh penulis Dari Tabel 4.9 dapat digambarkan bahwa subsektor industri yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah industri kreatif yang bergerak di bidang kerajinan. Hal ini ditandai dengan kemampuan usaha tersebut dalam menyediakan Universitas Sumatera Utara 46 lapangan pekerjaan yang cukup besar, hingga mampu menyerap 75 tenaga kerja dari sampel penelitian yang ditemukan dilapangan. Penyerapan tenaga kerja tersebut sangat berkesinambungan terhadap kondisi usaha kerajinan yang saat ini sedang banyak diminati oleh pasar, sehingga menimbulkan gejolak permintaan terhadap barang yang berakibat pada peningkatan produksi usaha yang tentunya membutuhkan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi utamanya. Industri kerajinan yang ditemukan dilapangan sangat mengandalkan kemampuan kreativitas dan ketrampilan manusia dalam merancang dan membuat barang, sehingga untuk memperolehnya sangat dibutuhkan manusia sebagai faktor tenaga kerja utamanya dibandingkan teknologi. Tidak jauh berbeda dengan industri kerajinan, industri kreatif yang bergerak di bidang fashion juga ikut menyumbangkan kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, di mana sebanyak 44 tenaga kerja mampu diserap dari 15 sampel yang diperoleh di bidang industri fashion tersebut. Selanjutnya disusul oleh industri Video, Film dan Fotografi yang memberi kontribusi sebanyak 32 tenaga kerja dari 7 unit responden usaha kreatif yang berada di Kota Medan. Setelah itu, industri percetakan dan penerbitan menyerap sebanyak 33 tenaga kerja dari 5 unit responden usaha kreatif, industri musik yang mampu memberi kontribusi sebanyak 27 tenaga kerja yang berasal dari 5 unit responden. Selanjutnya sebanyak 17 tenaga kerja berasal dari industri pasar barang seni dari total 4 unit respoden kemudian industri layanan komputer sebanyak 4 tenaga kerja dengan 2 unit usaha kreatif dan kemudian industri seni pertunjukan dengan total 20 tenaga kerja yang berasal dari 1 unit responden dan yang terakhir industri Universitas Sumatera Utara 47 permainan interaktif sebanyak 5 tenaga kerja yang berasal dari 1 unit usaha kreatif di Kota Medan. Namun secara keseluruhan, dari 9 sampel subsektor industri kreatif mampu memberi sumbangan terhadap penyerapan tenaga kerja sebanyak 256 tenaga kerja. Jika diperhatikan, berdasarkan data di atas maka dapat diumpamakan, setiap penambahan satu unit usaha industri kreatif di bidang manapun akan berpengaruh terhadap terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat. Dengan perkiraan sekitar 20 unit usaha industri kreatif di bidang kerajinan dari 60 responden, berarti penambahan 2 tenaga kerja dalam setiap unit tersebut akan mampu menciptakan peluang lapangan pekerjaan sebanyak 40 lapangan pekerjaan. Begitu pula dengan subsektor industri lainnya, yang bilamana ada penambahan rata-rata 4 tenaga kerja pada subsektor industri kreatif di bidang fashion, akan membuka peluang baru pencari kerja sekitar 60 lowongan pekerjaan baru. Hal ini, berlaku pula pada subsektor industri kreatif lainnya. Kondisi tersebut tentu sangat menunjukkan dampak yang sangat baik. Jika setiap unit usaha subsektor industri kreatif yang ada di Kota Medan mampu diberdayakan, bukan tidak mungkin peluang masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya akan mudah untuk diwujudkan melalui usaha kreatif yang dibangun oleh para pengusaha industri tersebut. Dilain hal, fenomena tersebut juga akan mampu untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, yang pada akhirnya akan meningkatkan konsumsi nasional. Pihak pelaku usaha juga akan dengan mudah meningkatkan produksinya sebab konsumsi yang tinggi dari dampak peningkatan kesehjatraan tersebut, sehingga pendapatan nasional akan Universitas Sumatera Utara 48 mengalami peningkatan yang dilihat dari proses pembangunan perekonomian secara keseluruhan. Sebaliknya, jika hal ini tidak dapat dimanfaatkan maka keadaan akan berubah yang berakibat pada macetnya pembangunan daerah yang disebabkan kondisi masyarakat yang masih sangat jauh dari kesehjatraan, hal ini dilihat tingkat pendapatan yang masih rendah akibat tidak adanya peluang pekerjaan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Maka, dengan itu kerjasama antara pihak pemerintah, swasta dan masyarakat sangat dibutuhkan demi keberlangsungan usaha kreatif dalam mendukung dan mengembangkan potensi yang dimilikinya .

4.4.2.2 Potensi Pengembangan Industri Kreatif dari Aspek Pendapatan Perhari

Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan biasanya diukur dari pendapatan yang diperolehnya dalam kurun waktu tertentu. Pendapatan tersebut diperoleh dari omset yang dihasilkan dari aktivitas penjualan atas barang dan jasa. Sumber pendapatan yang diperoleh oleh perusaahan biasanya berasal dari nilai transaksi yang dilakukan oleh para pelanggan terhadap barang atau jasa. Pendapatan yang diperoleh dari usaha kreatif di Kota Medan sangat dipengaruhi oleh jumlah nilai transaksi dan jenis barang atau jasa yang memiliki inovasi terbaru. Permintaan tersebut mempengaruhi pendapatan pengusaha dari jenis barang atau jasa yang disebabkan adanya inovasi yang lebih menarik dari sebelumnya, sehingga pelanggan mempunyai banyak pilihan untuk melakukan proses transaksi atas barang atau jasa yang diinginkannya. Pendapatan yang diterima oleh seorang Universitas Sumatera Utara 49 pengusaha dengan pengusaha lainnya dalam penelitian ini tidaklah sama, sangat bergantung dengan kebutuhan dan kreatifitas yang diciptakan oleh pengusaha itu sendiri. Selain itu, pengaruh penjualan yang tidak menentu dan biaya yang dikeluarkan sangat mempengaruhi kondisi penerimaan suatu unit usaha. Tabel 4.10 Distribusi Responden Menurut Jumlah Pendapatan Perhari No. Jumlah Pendapatan Rp Jumlah Usaha Unit Persen

1. 50.000,00-100.000,00

13 21,66

2. 200.000,00-500.000,00

22 36,66

3. 600.000,00-1.000.000,00

6 10

4. 1.500.000,00-2.000.000,00

7 11,66

5. 2.500.000,00-3.000.000,00

9 15

6. 3.500.000,00-4.000.000,00

2 3,33 7. 4.200.000,00-5.000.000,00 1 1,66 8. ≥5.000.000,00 Jumlah 60 100 Sumber: Diolah oleh penulis Dari data yang diperoleh oleh penulis, mengungkapkan bahwa sebesar 36,66 atau sekitar 22 unit usaha industri kreatif mampu memperoleh pendapatan pada kisaran Rp200.000,00 - Rp500.000,00, selanjutnya terdapat 21,66 unit usaha industri kreatif menghasilkan Rp50.000,00 - Rp100.000,00, selanjutnya terdapat sekitar 15 atau 9 unit mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp2.500.000,00 - Rp3.000.000,00, selanjutnya terdapat 11,66 atau 7 unit usaha mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp1.500.000,00 - Rp2.000.000,00 setiap harinya, selanjutnya terdapat 10 atau 6 unit usaha mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp600.000,00 - Rp1.000.000,00, selanjutnya terdapat 3,33 atau 2 unit usaha industri kreatif menghasilkan Rp3.500.000,00 - Rp4.000.000,00 setiap harinya. Kemudian, sekitar 1,66 atau 1 unit mampu memperoleh pendapatan sebesar Rp4.200.000,00 - Rp5.000.000,00 Universitas Sumatera Utara 50 setiap harinya. Sementara untuk mengetahui ukuran pendapatan perhari menurut bidang usaha yang dijalankan, dapat diketahui melalui tabel berikut. Tabel 4.11 Rata-rata Pendapatan Perhari Pengusaha Menurut Subsektor Industri No. Subsektor Industri Rata-rata pendapatan Rp 1. Kerajinan 150.000,00-5.000.000,00

2. Fashion

100.000,00-3.000.000,00

3. Video, Film, Fotografi

130.000,00-3.000.000,00

4. Musik

50.000,00-250.000,00

5. Penerbitan, Percetakan

250.000,00-4.000.000,00

6. Pasar Barang Seni

100.000,00-4.000.000,00

7. Layanan Komputer

500.000,00-700.000,00

8. Seni pertunjukan

500.000,00

9. Permainan Interaktif

500.000,00 Rata-rata 50.000,00-5.000.000,00 Sumber: Diolah oleh penulis Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa sektor usaha Kerajinan mampu memperoleh pendapatan dengan kisaran yang cukup besar yaitu, Rp150.000,00 - Rp5.000.000,00, yang selanjutnya disusul oleh subsektor penerbitan dan percetakan dengan kisaran pendapatan perhari sebesar Rp250.000,00 - Rp4.000.000,00, kemudian industri pasar barang seni yang keseluruhan dari total responden mampu menyerap pendapatan pada kisaran Rp100.000,00 - Rp4.000.000,00 setiap harinya. Sedangkan untuk industri video, film dan fotografi dari jumlah responden yang ditemui dilapangan menunjukkan kisaran pendapatan perhari Rp130.000,00 - Rp3.000.000,00 setiap harinya kemudian industri fashion sebesar Rp100.000,00 - Rp3.000.000,00, industri layanan komputer yang bekisar antara Rp500.000,00 - Rp700.000,00, seni pertunj dan permainan interaktif sama-sama berkisar sebesar Rp500.000,00 dan yang Universitas Sumatera Utara 51 terakhir adalah industri musik pada kisaran pendapatan Rp50.000,00 - Rp250.000,00 setiap harinya. Dengan kondisi tersebut, potensi pendapatan dari usaha industri kreatif sangat bisa diandalkan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha, namun dengan kreatifitas dan inovasi yang baik agar mampu bersaing dengan usaha-usaha lainnya. Dalam memulai industri kreatif seorang pengusaha tidak harus mengeluarkan modal yang cukup besar bilamana sumber daya manusia yang digunakan memiliki kemampuan dalam berinovasi. Kreatifitas dan inovasi adalah kunci dalam memulai usaha yang lebih bisa bersaing, sebab sesuatu hal yang baru dan unik akan dengan mudah menarik perhatian masyarakat untuk mendapatkan barang-barang tersebut. Jika ini terus berlanjut dan dikelola dengan baik maka usaha-usaha yang bergerak di bidang industri kreatif akan mampu menciptakan peluang yang sangat besar bagi penerimaan daerah disebabkan daya saing produksi yang tinggi dibandingkan dengan produk-produk lainnya. Penerimaan daerah tersebut tentu akan berdampak secara langsung bagi pertumbuhan ekonomi daerah yang ada di Kota Medan. Tingginya konsumsi tentu akan memacu produksi yang tinggi sehingga proses pembangunan dapat berjalan, dan pada akhirnya akan mampu mengurangi kemiskinan dan tujuan pembangunan nasional akan tercapai yaitu untuk mensehjatrakan rakyat.

4.4.3 Strategi Pengembangan Potensi Industri Kreatif

Dalam menentukan strategi pengembangan potensi industri kreatif di Kota Medan, dapat diketahui melalui kondisi usaha industri kreatif yang berada di Kota Universitas Sumatera Utara 52 Medan. Kondisi tersebut dapat dilihat dari gambaran usaha, potensi dan permasalahan yang saat ini menjadi tantangan dalam perkembangan industri kreatif di Kota Medan. Secara umum dari total 60 responden mengungkapkan bahwa kegiatan usaha yang mereka jalani bersumber dari modal sendiri, hal ini diutarakan oleh 24 responden atau sekitar 40 dan sebanyak 36 orang responden atau sekitar 60 mengungkapkan bahwa modal mereka dalam memulai usaha berasal dari modal pinjaman dan modal pribadi yang mereka miliki campuran. Hal ini diketahui pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Sumber Modal Pelaku Usaha No. Sumber Orang Persen

1. Sendiri

24 40

2. Campuran

36 60 Jumlah 60 100 Sumber: Diolah oleh penulis Terkait temuan tersebut, penulis juga menemukan bahwa dampak dari kemajuan usaha yang mereka miliki telah mampu membuka cabang usaha lainnya, di mana hal ini di sampaikan oleh 20 responden. Namun, jenis cabang usaha yang ada tidak semuanya bergerak pada jenis usaha yang sejenis. Sedangkan 40 orang responden dari hasil wawancara mengatakan bahwa mereka tidak memiliki cabang usaha di mana pun. Hal ini dikarenakan kondisi usaha yang masih baru dan berkembang sehingga masih sangat sulit untuk membuka cabang usaha yang baru. Selain itu, terkait kondisi usaha pengembangan industri kreatif di Kota Medan, terdapat juga beberapa kendala yang dijumpai dilapangan, hal ini dipertegas melalui hasil dari wawancara kepada 42 responden yang bergerak di Universitas Sumatera Utara 53 bidang usaha kreatif yang mengemukakan beberapa kendala dalam menjalankan usahanya, hal tersebut digambarkan oleh tabel 4.13. Tabel 4.13 Kendala yang Dihadapi Oleh Responden No. Kendala Jumlah Persen 1. Kurangnya Modal Usaha 26 43,33

2. Tingginya Harga Bahan-bahan Produksi

10 16,66

3. Kurangnya Sarana dan Prasarana

3 5 4. Kurangnya Pemasaran 10 16,66

5. Susahnya Mencari Tenaga Kerja

5 8,33

6. Kurangnya Pelatihan yang dibuat oleh Pemerintah

6 10 Jumlah 60 100 Sumber: Diolah oleh penulis Dari hasil temuan di atas, menunjukkan bahwa sebagian besar usaha industri kreatif memiliki permasalah pada kurangnya modal. Hal ini ditemukan pada 26 responden atau sekitar 43,33 yang mengatakan bahwa modal masih menjadi masalah utama dalam mengembangan usaha yang mereka miliki. Bagi 26 responden yang menjadikan modal sebagai kendala utamanya beralasan bahwa tingginya permintaan atas barang hasil produksi sehingga disatu sisi tidak mampu dipenuhi kebutuhannya atas permintaan produksi barang tersebut. Selain itu, adapula yang beranggapan modal menjadi hal terpenting dalam membuka cabang usaha yang baru yang berkaitan jenis usaha atau diluar dari usaha yang mereka jalankan. Kemudian, terdapat 10 responden mengatakan bahwa kurangnya pengetahuan atas pemasaran produk yang mereka miliki menjadikan permasalahan utama dalam menjalankan usahanya, dalam hal ini penulis menemukan bahwa keterbatasan akses informasi atas pemasaran produk yang mereka miliki menjadi alasan kurangnya pemasaran produk yang mereka produksi. Universitas Sumatera Utara 54 Sebagaian besar dari 10 responden tersebut menginginkan adanya perhatian khusus terkait pemasaran produk yang mereka miliki secara lebih luas lagi. Di samping itu adapula responden yang mengungkapkan bahwa tingginya harga bahan-bahan produksi telah menyebabkan adanya kendala utama terhadap keberlangsungan usaha. Bahan-bahan produksi yang menjadi kendala dalam berusaha lebih ditekankan oleh responden pada penyediaan bahan baku dan alat- alat produksi yang sering mengalami pergesaran harga secara tidak menentu. Setidaknya sebanyak 10 responden atau 16,66 mengatakan demikian. Selanjutnya adalah sebanyak 8,33 atau 5 orang dari total keseluruhan responden mengungkapkan bahwa kurangnya sarana dan prasarana menjadi permasalahan utama mereka dalam menjalankan usahanya. Responden yang mengungkapkan permasalahan tersebut, beralasan bahwa lemahnya proses distribusi barang yang berasal dari infrastruktur ke daerah-daerah tertentu sering menghambat perkembangan ekspansi pasar industri yang mereka jalankan. Kemudian kurangnya pelatihan dari pemerintah adalah sebanyak 10 atau 6 orang dari total keseluruhan responden mengungkapkan bahwa kurangnya keperdulian pemerintah untuk memfasilitasi pelaku industri kreatif dan memberikan motivasi dengan berbagai cara yang sederhana seperti diadakan nya workshop atau seminar dan mendampingi pelaku industri kreatif yang baru akan memulai usaha dengan mencontohkan ide-ide yang nantinya akan menjadi manfaat serta bisa lebih memajukan subsektor industri masing-masing. Selanjutnya, yang terakhir adalah sebanyak 5 atau 3 orang dari total keseluruhan responden mengungkapkan bahwa susahnya mencari tenaga kerja Universitas Sumatera Utara 55 menjadi permasalahan mereka dalam menjalankan usahanya. Responden yang mengungkapkan permasalahan tersebut, beralasan bahwa kurangnya pengetahuan teknologi para pencari kerja sehingga membuat kesulitan para pelaku industri kreatif untuk berinteraksi dengan menggunakan teknologi dan keterbatasan skill yang dimiliki oleh para pencari kerja yang ditakutkan nantinya akan membuat lamban pekerjaan sehingga tidak didapati produksi yang maksimal. Berkaitan dengan temuan tersebut, berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Nurdin Asyhari selaku Kepala Pembinaan dan Pengembangan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, mengungkapkan bahwa terdapat kebijakan-kebijakan dan strategi penting dalam mengembangkan usaha industri kreatif di Kota Medan. Adapun kebijakan dan strategi tersebut sebagai berikut: 1. Mengikutsertakan usaha-usaha ekonomi kreatif dalam bentuk pelatihan ditingkat kecamatan hingga tingkat nasional. 2. Mengikutsertkan para perajin usaha untuk mengikuti pameran atau event. 3. Mengembangkan ketersediaan informasi dan teknologi yang berkaitan dengan pelaku usaha industri kreatif. 4. Mendorong dalam pemberian fasilitas sarana dan prasarana dalam membangun usaha industri kreatif di Kota Medan. 5. Penciptaan iklim usaha yang mendukung daya saing usaha industri kreatif di Kota Medan. Kebijakan dan strategi pengembangan industri kreatif yang dihimpun dari hasil wawancara dengan bapak Nurdin Asyhari selaku Kepala Pembinaan dan Universitas Sumatera Utara 56 Pengembangan di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan menunjukkan permasalahan pelatihan dan pemasaran produk menjadi hal yang utama yang harus diperhartikan dalam melakukan pengembangan pada setiap sektor industri kreatif. Hal ini tentu berkaitan dengan tantangan yang saat ini dihadapi oleh pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Sejalan dengan hasil wawancara tersebut, dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis dapat pula dihimpun bahwa pelatihan menjadi sangat penting dalam meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Pelatihan tersebut dapat berupa program padat karya bagi masyarakat yang secara umum mampu diberdayakan melalui pelatihan disektor informal, tentu hal ini secara tidak langsung akan memberi efek yang sangat baik bagi masyarakat yang secara pendidikan formal kurang mampu bersaing, namun secara ketrampilan mampu diberdayakan melalui program pelatihan industri kreatif. Disamping itu, pemasaran juga merupakan hal yang paling mendasar dalam pengembangan sektor kreatif yang ada di Kota Medan. Kegiatan yang berupa pameran produk tentu sangat memberi manfaat yang sangat besar bagi pelaku usaha terutama untuk memperkenalkan produk-produk yang lebih berinovasi lagi. Dengan adanya kegiatan tersebut bukan tidak mungkin akan memberikan pangsa pasar yang lebih luas bagi pelaku usaha dalam menjalankan usahanya. Selain itu, adapun faktor berupa ketersediaan informasi yang baik akan memberi kemudahan bagi masayarakat dan pelaku usaha untuk mengetahui perkembangan kreativitas yang saat ini menjadi ketertarikan bagi masyarakat secara umum. Sehingga proses kreativitas dan inovasi tersebut akan mudah Universitas Sumatera Utara 57 diterima apabila memiliki pengaruh yang baik bagi masayarkat. Adapun penyediaan sarana dan prasarana tentu akan sangat membantu bagi pelaku usaha industri kreatif dalam melakukan proses distribusi barang produk hingga menuju kemasayarakat. Hal tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh pelaku usaha industri kreatif yang telah diwawancarai oleh penulis tabel 4.13 yang sebanyak 5 mengungkapkan bahwa sarana dan prasarana menjadi permasalah yang saat ini dihadapi oleh pelaku usaha. Permasalahan ini sebenarnya sudah menjadi permasalahan klasik yang ada di Indonesia, tidak hanya di Kota Medan namun berbagai daerah saat ini masih dibatasi oleh keterbatasan sarana dan prasarana yang mendukung pengembangan usaha yang mereka miliki. Solusi yang diberikan masih belum bisa dirasakan, tidak hanya bagi pelaku usaha namun bagi konsumen masayarakat yang juga masih memiliki keterbatasan dalam mendapatkan sarana dan prasarana yang baik dan aman. Dengan melihat kondisi industri kreatif di Kota Medan disamping kebijakan yang diberikan oleh pemerintah melalui Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Medan, penulis juga dapat menghimpun bahwa tidak hanya pelatihan, pemasaran, informasi, atau sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pelaku usaha namun kemudahan dalam hal pembiayaan modal, kestabilan harga barang-barang baku, dan peningkatan kuantititas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatif secara berkelanjutan harus dijadikan sebagai kebijakan dalam membangun potensi industri kreatif yang ada di Kota Medan. Universitas Sumatera Utara 58 Kemudahan dalam pemberian modal susungguhnya menjadi harapan yang sangat besar bagi pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya. Kendala dalam pembiayaan masih menjadi momok tersendiri bagi pelaku usaha dalam malakukan proses peminjaman di lembaga keuangan. Selain itu, penciptaan bahan baku yang berkualitas, beragam, dan kompetitif dari sumber daya alam yang terbarukan merupakan hal yang harus diperhatikan, sebab dengan adanya bahan baku yang terjangkau dan berkualitas akan memberi kemudahan bagi pelaku usaha dalam berinovasi. Namun, yang terpenting sesungguhnya berada pada sumber daya manusia, sebab industri kreatif yang dikenal sangat menitikberatkan pada sumber daya manusianya untuk mengembangkan usahanya. Sehingga peningkatan kuatititas dan kualitas pendidikan yang mendukung penciptaan dan penyebaran orang kreatif secara merata dan berkelanjutan harus dijadiakan sebagai kebijakan dalam membangun dan mengembangkan industri kreatif yang ada di Kota Medan. Tidak hanya pelatihan, namun pendidikan juga penting dalam menunjang proses produks yang lebih maju dan berkembang. Kebijakan pengembangan industri kreatif yang ditawarkan oleh pemerintah Kota Medan dan dari hasil temuan penulis dilapangan, dapat dijadikan sebagai barometer untuk pengembangan industri kreatif yang ada di Kota Medan. Dengan melihat potensi yang dimiliki oleh Kota Medan, bukan tidak mungkin setiap kebijakan tersebut mampu dikembangkan sehingga secara khusus akan berdampak langsung pada kondisi industri kreatif dan kondisi perekonomin di Kota Medan pada umumnya. Universitas Sumatera Utara 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penjabaran tentang kebijakan pengembangan industri kreatif di Kota Medan yang telah dianalisis secara deskriptif, maka adapun yang menjadi kesimpulan adalah sebagai berikut : 1. Potensi dari usaha yang berbasis industri kreatif a. Dilihat dari aspek tenaga kerja rata-rata mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1-20 tenaga kerja pada setiap bidang usaha. Dengan total tenaga kerja paling banyak diserap berasal dari industri kerajinan sebanyak 75. b. Dilihat dari aspek pendapatan perhari, rata-rata unit usaha mampu mengumpulkan pendapatan sebesar Rp50.000,00 - Rp5.000.000,00 setiap harinya, dengan unit usaha yang paling besar memperoleh pendapatan berasal dari kerajinan. 2. Kebijakan pengembangan industri kreatif dapat dilihat dari kondisi usaha industri kreatif yang berada di Kota Medan berupa gambaran umum, potensi dan permasalahan terkait dengan tantangan yang akan menjadi penghambat pengembangan serta harapan para pengusaha industri kreatif tersebut. Hal ini juga berhubungan dengan wawancara kepada dinas perindustrian dan perdagangan Kota Medan selaku penentu kebijakan di mana terdapat lima kebijakan dan strategi penting dalam pengembangan industri kreatif, serta hasil temuan penelitian dalam membangun strategi Universitas Sumatera Utara 60 potensi industri kreatif yang ada di Kota Medan sebagai acuan dalam pengembangan potensi yang ada.

5.2 Saran