PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

(1)

ABSTRAK

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

Oleh

DAPAT SYAHPUTRA

Masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model cooperative learning tipe STAD.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus di mana setiap siklusnya terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik non tes dan tes. Alat pengumpulan data menggunakan lembar panduan observasi dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model cooperative learning

tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I memperoleh kategori cukup aktif dengan nilai 64,16 dan persentase ketuntasan sebesar 63,45% (cukup aktif). Pada siklus II memperoleh kategori aktif dengan nilai 77,9 dan persentase ketuntasan sebesar 88,45% (sangat aktif). Nilai rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I adalah 67,47 (baik) dengan persentase ketuntasan 65,38% (cukup baik). Pada siklus II meningkat menjadi 74,47 (baik) dengan persentase ketuntasan sebesar 88,46% (sangat baik).


(2)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

Oleh

DAPAT SYAHPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SD ISLAM TERPADU AL MUHSIN METRO SELATAN

(Skripsi)

Oleh

DAPAT SYAHPUTRA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

x DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Skema kerangka berpikir ... 39

3.1. Siklus PTK ... 41

4.1. Grafik kinerja guru ... 136

4.2. Grafik aktivitas belajar siswa ... 137

4.3. Grafik sikap percaya diri siswa... 138

4.4. Grafik keterampilan membaca dan berdiskusi siswa... 140

4.5. Grafik tes akhir (post test) siswa ... 141


(5)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Model Pembelajaran ... 11

B. Pengertian Model Cooperative Learning ... 12

1. Tujuan Model Cooperative Learning ... 13

2. Karakteristik Model Cooperative learning ... 15

3. Jenis-jenis Model Cooperative Learning ... 15

C. Model Cooperative Learning tipe STAD ... 16

1. Pengertian Model Cooperative Learning tipe STAD ... 16

2. Tujuan Model Cooperative Learning tipe STAD ... 18

3. Persiapan-persiapan Model Cooperative Learning tipe STAD ... 19

4. Komponen Model Cooperative Learning tipe STAD ... 21

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning tipe STAD ... 24

6. Langkah-langkah Model Cooperative Learning tipe STAD ... 26

7. Kegiatan/Peranan Guru dalam Model Cooperative Learning tipeSTAD ... 27

D. Ilmu Pengetahuan Sosial ... 28

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 28

2. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 29

E. Belajar ... 30

1. Pengertian Belajar ... 30


(6)

vi

H. Kerangka Pikir ... 37

I. Hipotesis Penelitian... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Setting Penelitian... 42

1. Lokasi Penelitian ... 42

2. Waktu Penelitian ... 42

C. Subjek Penelitian... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

1. Teknik Non tes ... 42

2. Teknik Tes ... 43

E. Alat Pengumpulan Data ... 43

1. Lembar Panduan Observasi ... 43

2. Tes ... 43

F. Teknik Analisis Data ... 44

1. Analisis Kualitatif ... 44

2. Analisis Kuantitatif ... 48

G. Prosedur Penelitian ... 51

H. Urutan Penelitian Tindakan Kelas ... 52

1. Siklus I ... 52

2. Siklus II ... 56

I. Indikator Keberhasilan ... 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan ... 61

B. Prosedur Penelitian ... 63

1) Deskripsi Awal ... 63

2) Refleksi Awal ... 64

3) Persiapan Pembelajaran ... 65

C. Pelaksanaan Kegiatan dan Hasil Penelitian ... 66

1. Siklus I ... 66

a. Perencanaan ... 66

b. Pelaksanaan ... 67

c. Observasi ... 73

1) Kinerja Guru ... 73

2) Aktivitas Belajar Siswa ... 80

d. Hasil Belajar ... 86

1) Tes Akhir (Post Test) Siswa ... 86

2) Sikap Percaya Diri Siswa ... 87

3) Keterampilan Membaca dan Berdiskusi Siswa ... 92

e. Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 97

f. Refleksi ... 99

g. Saran Perbaikan untuk Siklus II ... 100


(7)

vii

1) Kinerja Guru ... 108

2) Aktivitas Belajar Siswa ... 115

d. Hasil Belajar ... 120

1) Tes Akhir (post test) Siswa ... 120

2) Sikap Percaya Diri Siswa ... 121

3) Keterampilan Membaca dan Berdiskusi Siswa ... 126

e. Rekapitulasi Hasil Belajar Siklus II ... 132

f. Refleksi ... 134

D. Rekapitulasi Hasil Penelitian Siklus I-II ... 135

1. Kinerja Guru ... 135

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 136

3. Sikap Percaya Diri Siswa ... 138

4. Keterampilan Membaca dan Berdiskusi Siswa ... 139

5. Tes Akhir (post test) Siswa ... 140

6. Hasil Belajar Siswa ... 142

E. Pembahasan ... 143

1. Kinerja Guru ... 143

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 144

3. Sikap Percaya Diri Siswa ... 144

4. Keterampilan Membaca dan Berdiskusi Siswa ... 145

5. Tes Akhir (post test) Siswa ... 146

6. Hasil Belajar Siswa ... 147

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 148

B. Saran... 149


(8)

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat-surat ... 155

1. Surat keterangan dari unila ... 156

2. Surat penelitian pendahuluan ... 157

3. Surat izin penelitian ... 158

4. Surat izin penelitian dari SD ... 159

5. Surat pernyataan dari SD... 160

6. Surat keterangan penelitian dari SD ... 161

Lampiran 2 Perangkat pembelajaran silabus dll ... 162

7. Silabus I ... 163

8. Silabus II ... 167

9. Pemetaan/analisis Sk-Kd ... 171

10. Rpp siklus I pertemuan 1 dan 2 ... 173

11. Rpp siklus II pertemuan 1 dan 2... 179

12. Soal-soal siklus I ... 186

13. Soal-soal siklus II ... 192

Lampiran 3 Siklus I ... 196

14. Daftar nama siswa kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan ... 197

15. Hasil tes awal (pre test) siswa ... 198

16. Daftar peringkat siswa siklus I ... 199

17. Daftar nama siswa kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan berdasarkan kelompok siklus I ... 200

18. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan pertama ... 201

19. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan kedua ... 203

20. Rekapitulasi kinerja guru siklus I ... 205

21. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan pertama ... 207

22. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan kedua ... 208

23. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I ... 209

24. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus I pertemuan pertama ... 210

25. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus I pertemuan kedua ... 211


(9)

xii

siklus I pertemuan kedua ... 214

29. Rekapitulasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus I ... 215

30. Lembar skor kuis siswa siklus I pertemuan pertama dan kedua ... 216

31. Lembar rangkuman tim siklus I pertemuan pertama dan kedua ... 217

32. Hasil tes akhir (post test) siswa ... 219

33. Rekapitulasi tes akhir (post test) siswa ... 220

34. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ... 221

Lampiran 4 Siklus II ... 222

35. Hasil tes awal (pre test) siswa siklus II ... 223

36. Daftar peringkat siswa siklus II ... 224

37. Daftar nama siswa kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan berdasarkan kelompok siklus II ... 225

38. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan pertama ... 226

39. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan kedua ... 228

40. Rekapitulasi kinerja guru siklus II ... 230

41. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan pertama ... 232

42. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan kedua ... 233

43. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus II... 234

44. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus II pertemuan pertama ... 235

45. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus II pertemuan kedua ... 236

46. Rekapitulasi sikap percaya diri siswa siklus II ... 237

47. Hasil observasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus II pertemuan pertama ... 238

48. Hasil observasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus II pertemuan kedua ... 239

49. Rekapitulasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus II ... 240

50. Lembar skor kuis siswa siklus II pertemuan pertama dan kedua ... 241

51. Lembar rangkuman tim siklus II pertemuan pertama dan kedua ... 242

52. Hasil tes akhir (post test) siswa ... 244

53. Rekapitulasi tes akhir (post test) siswa ... 245

54. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II... 246


(10)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Hasil Ulangan Mid Semester ... 5

2.1. Pembagian siswa ke dalam tim ... 20

2.3. Lembar rangkuman tim... 22

2.3. Lembar skor kuis ... 22

2.4. Tingkat penghargaan kelompok ... 23

2.5. Fase-fase cooperative learning tipe STAD ... 26

3.1. Kategori kinerja guru ... 44

3.2. Kategori aktivitas belajar siswa ... 45

3.3. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa secara klasikal ... 45

3.4. Kategori sikap percaya diri siswa ... 46

3.5. Kriteria persentase sikap percaya diri siswa secara klasikal ... 47

3.6. Kategori keterampilan membaca dan berdiskusi siswa ... 47

3.7. Kriteria persentase keterampilan membaca dan berdiskusi siswa secara klasikal ... 48

3.8. Kategori hasil belajar siswa ... 49

3.9. Kriteria persentase ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal ... 50

3.10. Pedoman pemberian skor perkembangan individu ... 50

4.1. Keadaan guru dan karyawan SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan... 63

4.2. Jadwal pelaksanaan penelitian ... 66

4.3. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan pertama ... 73

4.4. Hasil observasi kinerja guru siklus I pertemuan kedua ... 77

4.5. Rekapitulasi kinerja guru siklus I ... 80

4.6. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan pertama ... 80

4.7. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus I pertemuan kedua ... 83

4.8. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus I ... 85

4.9. Distribusi frekuensi hasil tes akhir (post test) siswa siklus I ... 86

4.10. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus I pertemuan pertama ... 87

4.11. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus I pertemuan kedua ... 89

4.12. Rekapitulasi sikap percaya diri siswa siklus I ... 91 4.13. Hasil observasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus 1


(11)

ix 4.15. Rekapitulasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa

siklus I ... 97

4.16. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus I ... 98

4.17. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan pertama ... 108

4.18. Hasil observasi kinerja guru siklus II pertemuan kedua ... 111

4.19. Rekapitulasi kinerja guru siklus II ... 114

4.20. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan pertama ... 115

4.21. Hasil observasi aktivitas belajar siswa siklus II pertemuan kedua ... 117

4.22. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa siklus II ... 119

4.23. Distribusi frekuensi hasil tes akhir (post test) siklus II... 120

4.24. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus II pertemuan pertama ... 122

4.25. Hasil observasi sikap percaya diri siswa siklus II pertemuan kedua ... 124

4.26. Rekapitulasi sikap percaya diri siswa siklus II ... 126

4.27. Hasil observasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus II pertemuan pertama... 127

4.28. Hasil observasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus II pertemuan kedua ... 129

4.29. Rekapitulasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa siklus II ... 131

4.30. Rekapitulasi hasil belajar siswa siklus II ... 132

4.31. Rekapitulasi kinerja guru ... 135

4.32. Rekapitulasi aktivitas belajar siswa ... 137

4.33. Rekapitulasi sikap percaya diri siswa ... 138

4.34. Rekapitulasi keterampilan membaca dan berdiskusi siswa ... 139

4.35. Rekapitulasi tes akhir (post test) siswa ... 141


(12)

(13)

(14)

MOTO

“ Sesungguhnya mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih di cintai Allah dari pada mukmin yang lemah ”

(HR. Muslim)

“ WAKTU ITU IBARAT PEDANG ”

Jika kamu tidak memotongnya, maka kamu yang akan terpotong olehnya.

(Ibnul Qoyyim)

“ Ilmu adalah alat untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat ”

“ Kuasailah dan Amalkanlah ” (HR. Muslim)


(15)

(16)

i PERSEMBAHAN

Bismillahirohmanirohim

Kupersembahkan karya sederhana ini sebagai rasa syukur kepada Allah SWT dan sang penuntun kita kejalan yang benar yakni Rasulullah SAW. Serta terimakasih kepada:

Ayahanda Baswan (alm) dan Ibunda Rohmanila, A.Ma.Pd yang telah membesarkanku dengan mencurahkan kasih

sayangnya sampai sekarang ini, beliau telah berjuang mendidik dan membiayai sejak kecil hingga sekarang serta

tidak lupa selalu mendoakan untuk keberhasilanku. Sefni Listiana, SKM Yeti Astuti, Am.Keb dan Yeni Nofita,

S.Pd.I

Yang merupakan kakak kakakku, terima kasih banyak selama ini telah mendoakan dan memberi semangat, serta

memberi nasehat untukku demi mewujudkan impian dan dapat menjadi seseorang yang mereka banggakan.

Arma Yulaini, M.Pd.I

Terima kasih banyak selama ini telah memberikan dorongan motivasi dan doa untuk keberhasilanku dalam

menyelesaikan skripsi ini.


(17)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Provinsi Sumatera Selatan pada tanggal 14 Oktober 1992, sebagai anak ke empat dari empat bersaudara pasangan Bapak Baswan. (alm) dan Ibu Rohmanila.

Pendidikan peneliti dimulai dari Taman Kanak-kanak di TK Pembina Liwa dan selesai pada tahun 1999. Peneliti melanjutkan pendidikan ke Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Liwa dan selesai pada tahun 2005. Kemudian, peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Liwa dan selesai pada tahun 2008. Setelah itu, peneliti melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Taruna Tunas Bangsa Baturaja dan lulus pada tahun 2011. Selanjutnya peneliti melanjutkan pendidikan ke Universitas Lampung pada tahun 2011 di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).


(18)

ii SANWACANA

Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayahnya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Learning tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan”. ebagai syarat meraih gelar sarjana pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Peneliti menyadari masih ada kekurangan pada skripsi ini. Penyelesaiannya ini tidak lepas dari bimbingan, dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak, di antaranya:

1. Bapak Prof. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang memberikan pengesahan terhadap skripsi ini.

2. Ibu Dr. Riswanti Rini, M. Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan persetujuan kepada peneliti untuk menyusun skripsi ini.

3. Bapak Dr. Hi. Darsono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP Universitas Lampung dan Pembimbing I yang senantiasa meluangkan


(19)

iii waktunya memberi bimbingan dan motivasi maupun saran kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Drs. Hi. Siswantoro, M. Pd., selaku Koordinator Kampus B FKIP Unila yang telah memberikan dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi.

5. Ibu Dra. Siti Rachmah Sofiani, selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi, serta saran dan motivasi terhadap peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Muncarno, M. Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan sumbang saran untuk penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Dr. Sultan Djasmi, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran, arahan dan motivasi terhadap peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak/Ibu dosen dan staf karyawan Kampus B FKIP Unila, yang telah membantu mengarahkan sampai skripsi ini selesai.

9. Bapak Aris Munandar, S.Pd.Ing., selaku kepala sekolah SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian.

10.Ibu Enik Suryani, S.Pd., selaku guru kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan yang telah bersedia menjadi teman sejawat dan membantu dalam penelitian ini.

11.Siswa-siswi kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan yang telah berpartisipasi aktif sehingga peneliti dapat menyelesaikannya dengan baik.


(20)

iv 12.Kepada teman-teman angkatan 2011 kelas B, Adi, Albertus, Bowo, Hendri, Putu, Riyan, Rois, Tri Mei, Yuli, Aldona, Antonina, Anita, Astri, Debi, Desi Ayu, Desi Resti, Dewi, Dianty, Dwi Septi, Eriya, Fitri, Fitriyani, Henny, Isnaini, Lita, Melin, Nanda, Nila, Noviana, Nur Rafiana, Oktavi, Rani, Ria, Riyani, Rohani, dan Yuyun, yang telah berjuang bersama demi masa depan yang cerah.

13.Sari Puspa Dewi (teman satu bimbingan), Ikke May Jayanti, dan Asep Kurniawan yang telah memberikan bantuan dan masukan dalam menyelesaikan skripsi.

14.Kakak Rika Sari Dewi (PGSD 2010) yang telah membantu memberikan semangat dan kenangan berharga dalam hidupku.

15.Peneliti banyak mengucapkan terima kasih kepada semua yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang belum disebutkan satu per satu.

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapatkan balasan dari Allah SWT. Dengan segala kerendahan hati, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini dimasa mendatang.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring dengan berkembangnya zaman, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Metro, 28 Oktober 2015 Peneliti


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Belajar berlangsung sepanjang hayat, berlangsung dirumah, disekolah, di unit-unit pekerjaan dan di masyarakat, baik anak, remaja maupun orang dewasa. Belajar merupakan jantungnya kemajuan individu, lembaga maupun masyarakat.

Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 3 menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut maka setiap satuan pendidikan yang berkewajiban menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu dan berkualitas guna tercapainya tujuan pendidikan.

Peningkatan pendidikan memang sangat penting dilakukan dalam pembentukan sumber daya manusia. Masalah peningkatan mutu pendidikan sangat erat dan tidak lepas dari proses pembelajaran, sehingga guru harus mampu menjadi fasilitator dan motivator sehingga tercipta proses pembelajaran yang kondusif dan efektif. Guru bertanggung jawab penuh pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, dan guru harus pandai meramu berbagai


(22)

komponen pembelajaran diantaranya memilih model pembelajaran yang tepat pada setiap materi pelajaran IPS.

Penjelasan di atas guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pelajaran dengan menggunakan model-model pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan. Sehingga proses pembelajaran siswa dapat menangkap materi dengan baik. Berkaitan dengan hal ini, Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2009: 86) menyampaikan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotoric domain).

Aspek kognitif merupakan aspek yang mudah dilihat hasilnya karena ranah ini menilai hasil belajar yang meliputi pengetahuan siswa. Hasil belajar aspek kognitif dibuktikan dengan perolehan nilai siswa setelah evaluasi pembelajaran. Menurut Sudijono (2009: 49) ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), segala yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk ranah kognitif. Sedangkan menurut Uno (2008: 139) ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Jika guru hanya melakukan penilaian ranah kognitif tanpa mempedulikan ranah afektif dan psikomotor, hal ini dapat menimbulkan ketidakseimbangan pada ketiga ranah tersebut.

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi (Sudijono, 2011: 54). Ranah afektif yang meliputi sikap percaya diri siswa


(23)

sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembelajaran. Penerapan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan bagian dari ranah afektif yang penting untuk diperhatikan, begitu juga ranah psikomotor juga tidak dapat diabaikan. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu (Sudijono, 2011: 57). Aspek ini berkenaan dengan keterampilan siswa yang meliputi keterampilan membaca dan berdiskusi. Jadi, penguasaan materi di kelas tidak hanya ditunjukkan dengan kemampuan kognitif yang menonjol, tetapi harus diseimbangkan dengan kemampuan afektif dan psikomotor.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang ada dijenjang pendidikan dasar diarahkan untuk memberi kontribusi positif dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut. Hal itu menyebabkan, dalam proses pembelajaran IPS khususnya di SD dituntut untuk lebih mengarah pada pembelajaran yang bermakna. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) memuat beberapa tujuan pokok dari pengajaran yaitu: (a) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (b) memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (c) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; (d) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.


(24)

Mata pelajaran IPS sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan untuk membekali siswa dalam mengembangkan aspek penalaran disamping aspek nilai dan moral. Pengembangannya banyak memuat materi sosial yang bersifat hapalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas pengetahuan hapalan semata. Proses belajar mengajar guru menjadi pemeran utama dalam menciptakan situasi interaktif yang edukatif, yakni interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan dengan sumber pembelajaran dalam menunjang tercapainya tujuan belajar. Untuk terwujudnya proses belajar mengajar seperti itu sudah tentu menuntut upaya guru untuk mengaktualisasikan kompetensinya secara profesional, terutama aspek metodologis. Aspek tersebut sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar dalam proses pembelajaran, terutama pembelajaran IPS di SD. Kurang tepatnya metode yang diterapkan guru dalam mengajar IPS, maka sangat sangat berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kelas V A yang peneliti lakukan pada tanggal 6 Februari 2015 di kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan. Dapat diketahui bahwa dalam pembelajaran IPS guru belum menggunakan model cooperative learning tipe STAD, guru lebih terfokus pada menerangkan dari pada mengkondisikan siswa, pembelajaran IPS masih berlangsung secara konvensional, pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa menjadi pasif, siswa kurang bertanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan tugas individu ataupun kelompok, siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi, guru kurang memberikan motivasi kepada siswa, sehingga aktivitas belajar siswa rendah.


(25)

Selanjutnya, Berdasarkan penelusuran dokumen yang peneliti lakukan pada tanggal 6 Februari 2015 dengan guru kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin, diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin rendah, terlihat dari data yang diberikan oleh guru kelas V A Tahun Pelajaran 2014/2015, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Hasil ulangan mid semester kelas V A semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015

KKM Jumlah

siswa

Jumlah siswa tuntas

Jumlah siswa tidak tuntas

Persentase ketuntasan (%)

Persentase ketidaktuntasan

(%)

66 26

(orang) 12 14 46,15 53,85

Sumber: Hasil wawancara

Dari tabel 1.1 diketahui bahwa jumlah siswa yang mencapai nilai dalam kategori baik minimal (B) hanya 12 siswa atau 46,15% dan sisanya sebanyak 14 siswa atau 53,85% belum mencapai nilai minimal. Peneliti berasumsi bahwa hasil belajar di kelas V A belum berhasil karena ketuntasan belajar siswa secara klasikal belum mancapai 75%. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Salah satu model yang dapat mendukung tercapainya pembelajaran IPS di SD adalah dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD. Model cooperative learning tipe STAD merupakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang paling sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang efektif.


(26)

Tipe STAD dicirikan oleh sebuah struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Pelaksanaan strategi belajar ini, siswa ditugaskan untuk bekerja dalam satu kumpulan yang terdiri dari empat hingga lima orang setelah guru menyampaikan bahan pelajaran dan mengharuskan semua anggota menguasai pelajaran itu. Setelah melakukan kegiatan diskusi setiap anggota kelompok akan diberi ujian atau kuis secara individu. Nilai yang diperoleh setiap anggota dikumpulkan untuk memperoleh nilai kelompok. Sehingga untuk mendapatkan penghargaan, setiap siswa dalam kelompok harus membantu kelompoknya.

Model cooperative learning tipe STAD siswa belajar dan membentuk sendiri pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerja sama setiap siswa dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan kepada mereka, pada pembelajaran ini siswa dilatih untuk bekerja sama dan bertanggung jawab terhadap tugas mereka sedangkan guru pada metode pembelajaran ini berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur dan mengawasi jalannya proses belajar.

Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu pada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Secara individu, setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis. Dalam STAD, diskusi kelompok merupakan komponen kegiatan penting karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok secara sinergis untuk mencapai hasil yang terbaik dan dalam pembimbingan antara anggota kelompok sehingga seluruh anggota sebagai satu kesatuan dapat mencapai yang terbaik.


(27)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merasa perlu melakukan ene itian tindakan ke as dengan udu “Penera an de Cooperative Learning tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, identifikasi masalah yang ada yakni sebagai berikut:

1. Guru belum menggunakan model cooperative learning tipe STAD. 2. Guru lebih terfokus pada menerangkan dari pada mengkondisikan siswa. 3. Pembelajaran IPS masih berlangsung secara konvensional.

4. Pembelajaran IPS masih berpusat pada guru (teacher centered) sehingga siswa menjadi pasif.

5. Siswa kurang bertanggung jawab dan disiplin dalam mengerjakan tugas individu maupun kelompok.

6. Siswa kurang aktif dalam kegiatan diskusi. 7. Guru kurang memberi motivasi kepada siswa.

8. Aktivitas belajar siswa rendah yaitu sebesar 61,53% atau hanya 16 siswa. 9. Hasil belajar siswa yang masih rendah yaitu sebesar 53,85% atau hanya 14

siswa yang belum mencapai KKM. C. Batasan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa permasalahan yang ditemui pada kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan. Peneliti merasa perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian ini. Dalam hal ini peneliti


(28)

membatasi permasalahan pada rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015? 2. Bagaimanakah penerapan model cooperative learning tipe STAD dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015? E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa melalui penerapan model

cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan?

2. Meningkatkan hasil belajar siswa melalui penerapan model cooperative learning tipe STAD pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan?


(29)

F. Manfaat Penelitian

Hasil pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan diharapkan bermanfaat bagi:

1. Bagi Siswa

a) Memberikan variasi pembelajaran baru dan menerapkan model

cooperative learning tipe STAD pada kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan Tahun Pelajaran 2014/2015.

b) Menumbuhkan keaktifan dan hasil belajar siswa secara optimal dalam pelaksanaan proses belajar sehingga lebih bermakna, dan mempermudah siswa dalam memahami materi IPS.

2. Bagi Guru

a) Dapat memperluas wawasan dan pengetahuan guru mengenai model

cooperative learning tipe STAD sehingga dapat digunakan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan profesional guru dalam menyelenggarakan pembelajaran di kelas.

b) Menambah wacana bagi guru tentang model pembelajaran yang efektif untuk mengajarkan IPS.

c) Dengan melakukan PTK guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya.

d) Melalui PTK guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri, tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain namun ia sendiri


(30)

adalah perancang dan pelaku perbaikan tersebut yang menghasilkan berbagai teori dalam memperbaiki pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

a) Dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan kontribusi yang berguna dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah yang bersangkutan.

b) Sebagai alternatif metode pembelajaran IPS.

c) Sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang pesat, bila para gurunya sudah mampu membuat perubahan atau berbagai perbaikan seperti; penanggulangan berbagai masalah belajar siswa, perbaikan kesalahan konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami guru.

4. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan pengetahuan dan penguasaan dalam menerapkan model cooperative learning tipe STAD pada:

a) Aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan.

b) Penerapan model cooperative learning tipe STAD.

c) Melalui penelitian ini, peneliti menjadi banyak tahu mengenai penelitian tindakan kelas dan implementasi pembelajaran di kelas, serta mampu berinovasi dalam kegiatan pembelajaran.


(31)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah acuan pembelajaran yang secara sistematis dilaksanakan berdasarkan pola-pola pembelajaran tertentu. Model pembelajaran tersusun atas beberapa komponen, yaitu fokus, sintaks, sistem sosial, dan sistem pendukung. Hanafiah dan Suhana (2009: 41) mengungkapkan bahwa model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif. Sedangkan Zubaedi (2011: 185) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru kelas. Menurut Rustaman (2010: 2.18) model pembelajaran adalah suatu rencana atau kerangka yang dapat digunakan untuk merencanakan pengajaran yang bermakna.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pendekatan yang digunakan guru pada proses pembelajaran di kelas yang memperhatikan pengetahuan awal siswa secara langsung dan suatu rencana atau kerangka yang digunakan untuk merencanakan pengajaran yang bermakna.


(32)

B. Pengertian Model Cooperative Learning

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (2005: 241) menyatakan bahwa cooperative learning adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas struktur. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa

cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.

Anita Lie (2000: 16) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning

hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota terdiri dari 4-6 orang saja.

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.


(33)

Djahiri K (2004: 19) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mampu membelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi diri siswa sekaligus memberikan pelatihan hidup senyatanya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa cooperative learning adalah kegiatan pembelajaran kelompok yang terarah, terpadu, efektif-efisien, ke arah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive).

1. Tujuan Model Cooperative Learning

Pelaksanaan model cooperative learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong menolong dalam beberapa perilaku sosial. Menurut Isjoni (2007: 21) tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.


(34)

Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum Ibrahim, et al. (2000: 27), yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Dalam cooperative learning meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, cooperative learning dapat memberikan keuntungan, baik para siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model cooperative learning adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga cooperative learning adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan

cooperative learning adalah saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang untuk mengemukakan gagasannya dan mencapai tiga tujuan pembelajaran yaitu (1) hasil belajar akademik, (2) penerimaan terhadap perbedaan individu, (3) pengembangan keterampilan sosial.


(35)

2. Karakteristik Model Cooperative Learning

Cooperative learning merupakan strategi yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang dengan tingkat kemampuan atau jenis kelamin atau latar belakang yang berbeda. Menurut Slavin (2005: 26) ada enam karakteristik yang membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu tujuan kelompok, tanggung jawab individual, kesempatan sukses yang sama, kompetisi tim, spesialisasi tugas, adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.

Menurut Isjoni (2007: 41) ada lima unsur dasar yang dapat membedakan cooperative learning dengan kerja kelompok, yaitu (1)

positive interdepence, (2) interaction face to face, (3) adanya tanggung jawab pribadi mengenai materi pelajaran dalam anggota kelompok, (4) membutuhkan keluwesan, (5) meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model

cooperative learning berbeda dengan model pembelajaran yang lain, dan di bagi atas lima karakteristik. Penekanannya pada proses kerja sama dalam kelompok.

3. Jenis-jenis Model Cooperative Learning

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) memiliki berbagai jenis, yang dibedakan berdasarkan cara kerja pembelajaran secara berkelompok. Menurut Isjoni (2007: 51) terdapat beberapa variasi dalam

cooperative learning, yaitu di antaranya: (1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (GI), (4) Rotating


(36)

Trio Exchange, dan (5) Group Resume. Berbagai model pembelajaran tersebut yang banyak di kembangkan adalah model student teams achievement division (STAD) dan jigsaw. Sementara Slavin (2005: 11) mengemukakan lima jenis cooperative learning yaitu: (1) Student Teams Achievement Division (STAD) (Pembagian Pencapaian Tim Siswa), (2)

Teams Games Tournament (TGT) (Turnamen Game Tim), dan (3) Jigsaw II (Teka-teki II). Dua yang lain adalah kurikulum komprehenshif yang di rancang untuk di gunakan dalam mata pelajaran khusus pada tingkat kelas tertentu, yaitu: (4) Cooperative Integrated Reading and Composition

(CIRC) (Mengarang dan Membaca Terintegrasi yang Kooperatif), (5)

Team Accelerated Instruction (TAI) (Percepatan Pengajaran Tim) kelima metode ini melibatkan penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti memilih pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD. Karena model pembelajaran ini dipandang sangat tepat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di kelas, agar guru dan siswa merasakan kemudahan dalam proses pembelajaran sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa meningkat.

C. Model Cooperative Learning Tipe STAD

1. Pengertian Model Cooperative Learning Tipe STAD

STAD merupakan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang didalamnya siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri dari empat sampai lima anggota yang mewakili siswa dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda. Hal ini sejalan dengan


(37)

pendapat Trianto (2009: 68) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD adalah salah satu bentuk pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tempat siswa belajar secara berkelompok, berdiskusi guna menemukan dan memahami konsep-konsep. Semua anggota kelompok berbagi tanggung jawab. Siswa secara individu diberi suatu tes yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok. Hasil belajar kelompok tersebut dibandingkan dengan kelompok lainnya guna memperoleh penghargaan.

Menurut Slavin (2005: 143) STAD adalah salah satu model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif. Slavin (dalam Nur, 2000: 26) menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.


(38)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model

cooperative learning tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang sederhana dan cocok digunakan sebagai pembelajaran bagi guru yang baru mulai menggunakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) dan menggunakan kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang secara heterogen.

2. Tujuan Model Cooperative Learning Tipe STAD

Tujuan model cooperative learning tipe STAD bisa diperoleh apabila guru melaksanakannya sesuai dengan langkah-langkah yang tepat. Menurut Isjoni (2007: 84) tujuan model cooperative learning tipe STAD adalah mengubah perilaku belajar siswa dari individualistik menjadi kerja sama tim yang mendorong siswa untuk saling membantu satu sama lain. Rusman (2012: 224) menyebutkan tujuan model cooperative learning tipe STAD adalah menumbuhkan rasa tanggung jawab baik tim maupun individu, sehingga nantinya memperolah hasil yang memuaskan untuk mendapatkan penghargaan tim.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa tujuan model cooperative learning tipe STAD adalah merubah perilaku dari individualistik menjadi berkelompok, menumbuhkan rasa tanggung jawab sehingga bisa meningkatkan rasa percaya diri dan keterampilan berbicara dan berdiskusi.


(39)

3. Persiapan-persiapan Model Cooperative Learning Tipe STAD

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan Slavin (dalam Nur, 2000: 26). Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

a. Perangkat pembelajaran

STAD dapat diterapkan dengan menggunakan perangkat pembelajaran yang khusus dirancang untuk pembelajaran tim siswa yang telah dikembangkan oleh pusat penelitian dan pengembangan, lembaga, proyek atau bahan ajar buatan guru. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran ini perlu disiapkan perangkat pembelajarannya, yang meliputi Rencana Pembelajaran (RP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) beserta lembar jawabannya dll.

b. Penempatan siswa dalam kelompok

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu kelompok dangan kelompok lainnya relatif homogen. Sebuah kelompok dalam STAD terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja yang lalu, suku, dan jenis kelamin. Kelompok (tim) empat orang terdiri dari dua orang laki-laki, dua orang perempuan, yang memiliki seorang anggota berprestasi tinggi, dan dua orang berprestasi sedang dan rendah. Bila dimungkinkan, tiga orang berasal dari suku mayoritas, satu orang berasal dari suku minoritas di kelas tersebut.

c. Langkah-langkah penyusunan kelompok (tim)

Penyusunan kelompok di tentukan oleh guru, bukan oleh siswa yang memilih anggotanya sendiri, karena siswa akan cenderung memilih anggota yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri.

Berikut ini langkah-langkah penyusunan kelompok (tim): 1. Buat salinan format lembar rangkuman tim (kelompok)

Sebelum peneliti memulai menempatkan siswa ke dalam tim, ia perlu menyiapkan sebuah format lembar rangkuman tim untuk tiap empat atau lima siswa di dalam kelasnya.

2. Merangking siswa

Pada selembar kertas, rangkinglah kinerja siswa didalam kelas, mulailah dari yang tertinggi sampai yang terendah. Peneliti menggunakan tes awal (pre test) untuk melakukan perangkingan. 3. Menetapkan jumlah anggota tim (kelompok)

Setiap tim seharusnya memiliki 4 anggota. Untuk menetapkan berapa banyak tim di kelas tersebut, bagilah jumlah siswa di dalam kelas itu dengan empat, hasil baginya merupakan jumlah tim beranggotakan empat di kelas tersebut.


(40)

4. Menempatkan siswa didalam tim

Pada saat menempatkan siswa ke dalam tim, seimbangkan tim-tim tersebut sedemikian rupa sehingga setiap tim tersusun dari prestasi rendah sampai tinggi, misalnya, jumlah siswa 26 maka bisa di bagi menjadi 6 tim, 2 tim ada yang memiliki kelompok ganjil dan 4 tim lainnya genap. 6 tim tersebut di buat huruf A sampai F. Mulailah dari yang atas tabel dengan huruf A kemudian memberi tanda huruf dalam urutan terbaik. Misalnya, apabila peneliti memberikan huruf A sampai F siswa ke enam akan di masukkan ke tim F, siswa ke lima akan dimasukkan ke tim E, dan seterusnya. Apabila sudah sampai lagi ke huruf A berhenti dan ulangi proses tersebut dari bawah ke atas, mulai lagi dan berakhir dengan huruf A.

Berikut ini merupakan tabel cara pembagian siswa ke dalam tim. Tabel 2.1 Pembagian siswa ke dalam tim

Prestasi Peringkat Nama Tim

Siswa dengan prestasi tinggi 1 2 3 4 5 6 7 8 A B C D E F G H

Siswa dengan prestasi sedang 1 2 3 4 5 6 7 8 H G F E D C B A

Siswa dengan prestasi rendah 1 2 3 4 5 6 7 8 A B C D E F G H Sumber: Slavin (2005: 152)

d. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah dari hasil tes awal (pre test). Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes, maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal.


(41)

e. Pengaturan tempat duduk

Pengaturan tempat duduk dalam kelas kooperatif perlu juga diatur dengan baik, hal ini dilakukan untuk menunjang keberhasilan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) apabila tidak ada pengaturan tempat duduk dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

f. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerja sama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa persiapan-persiapan model cooperative learning tipe STAD adalah perangkat pembelajaran, membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk, dan kerja kelompok.

4. Komponen Model Cooperative Learning Tipe STAD

Terdapat beberapa komponen dalam STAD. Menurut Slavin (2005: 143) STAD terdiri atas lima komponen utama, diantaranya sebagai berikut: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

a. Presentasi Kelas

Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audiovisual. Bedanya Presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis menentukan skor tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etsinitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khusunya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada tiap poinnya,


(42)

yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya. Berikut ini merupakan lembar rangkuman tim berdasarkan kelompok

Tabel 2.2 Lembar rangkuman tim Nama Kelompok :

Ketua Kelompok:

No Nama Siswa Kuis 1 Kuis 2 Kuis 3 Kuis 4

1 Anggi 2 Fera 3 Dila 4 Hanum

Total Skor Rata-rata tim Penghargaan tim

Sumber: Slavin (2005: 163) c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya. Berikut ini merupakan lembar skor kuis untuk menghitung poin kemajuan untuk satu kelompok siswa.

Tabel 2.3 Lembar skor kuis

Siswa

Tanggal: Tanggal:

Kuis: Kuis:

Skor Awal Skor Kuis Skor Kemajuan Skor Awal Skor Kuis Skor Kemajuan AFR AAH ASR ADP AFF ALR AMF AAP AAP DAA FNN HRI


(43)

d. Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan sk r “awa ”, ang di er eh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Rekognisi Tim

Sesegera mungkin setelah melakukan tiap kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, umumkan skor tim pada periode pertama setelah mengerjakan kuis. Ini akan membuat jelas hubungan antara melakukan tugas dengan baik dan menerima rekognisi, pada akhirnya akan meningkatkan motivasi mereka untuk melakukan yang terbaik. Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka. Berikut ini kriteria penghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata-rata.

Tabel 2.4 Tingkat penghargaan kelompok

Rata-rata kelompok Penghargaan

Kelompok dengan skor rata-rata 15 poin Kelompok Baik (Good Team)

Kelompok dengan skor rata-rata 20 poin Kelompok Hebat (Great Team)

Kelompok dengan skor rata-rata 30 poin Kelompok Super (Super Team)

Sumber: Slavin (2005: 251)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa komponen yang harus diperhatikan dalam penerapan model cooperative learning tipe STAD adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Keseluruhan komponen tersebut akan menunjang keberhasilan pembelajaran yang dilakukan.


(44)

5. Kelebihan dan Kelemahan Model Cooperative Learning Tipe STAD Berdasarkan karakteristiknya sebuah model pasti memiliki kelebihan dan kelemahan. Slavin (2005: 103 & 105) & Ahmadi (2011: 65) mengemukakan kelebihan STAD antara lain:

a. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk memberikan kontribusi yang substansial kepada kelompoknya, dan posisi anggota kelompok adalah setara Allport.

b. Menggalakkan interaksi secara aktif dan positif dan kerjasama anggota kelompok menjadi lebih baik.

c. Membantu siswa untuk memperoleh hubungan lintas rasial yang lebih banyak.

Sejalan dengan pendapat di atas Isjoni (2007: 62 & 72) mengemukakan kelebihan STAD antara lain:

a. Melatih siswa dalam mengembangkan aspek kecakapan sosial disamping kecakapan kognitif.

b. Peran guru juga menjadi lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan evaluator.

Selanjutnya Rusman (2011: 203 & 204) mengemukakan kelebihan STAD anta lain:

a. Dalam model ini, siswa memiliki dua bentuk tanggung jawab belajar. Yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar.

b. Dalam model ini, siswa saling membelajarkan sesama siswa lainnya atau pembelajaran oleh rekan sebaya (peerteaching) yang lebih efektif dari pada pembelajaran oleh guru.

Selain kelebihan yang dikemukakan oleh Slavin, Ahmadi, Isjoni dan Rusman. Peneliti mengemukakan kelebihan STAD antara lain:

a. Pengelompokkan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup.

b. Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok.

c. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi.

d. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu.


(45)

e. Adanya penghargaan dari guru, sehingga siswa lebih termotivasi untuk aktif dalam pembelajaran.

f. Anggota kelompok dengan prestasi dan hasil belajar rendah memiliki tanggung jawab besar agar nilai yang didapatkan tidak rendah supaya nilai kelompok baik.

g. Model ini dapat mengurangi sifat individualistis.

Selain berbagai kelebihan, model STAD ini juga memiliki kelemahan. Semua model pembelajaran memang diciptakan untuk memberi manfaat yang baik dan positif pada pembelajaran, tidak terkecuali model STAD ini. Namun, terkadang pada sudut pandang tertentu tidak menutup kemungkinan terbukanya sebuah kelemahan. Peneliti mengemukakan kelemahan model STAD antara lain:

a. Berdasarkan karakteristik STAD jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (yang hanya penyajian materi dari guru), pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama.

b. Dalam model STAD kemampuan kelompok harus seimbang antara siswa yang pintar dan siswa yang berkemampuan biasa-biasa saja. c. Ketergantungan terus menerus terhadap teman yang pintar.

d. Model ini memerlukan kemampuan khusus guru. Guru dituntut sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan model cooperative learning tipe STAD bisa dirasakan apabila guru bersama siswa melaksanakan model cooperative learning tipe STAD sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan. Sedangkan kelemahannya bisa diantisipasi jika guru bisa memanajemen waktu dengan baik mulai dari perencanaan hingga evaluasi serta menjadi fasilitator serta motivator yang baik.


(46)

6. Langkah-langkah Model Cooperative Learning Tipe STAD

Menurut Ibrahim (2000: 10) terdapat enam langkah utama atau tahapan dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning

tipe STAD yaitu sebagai berikut.

Tabel 2.5 Fase-fase cooperative learning tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Fase 2

Menyajikan/menyampaikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan

Fase 3

Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Fase 5

Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok

Sumber: Ibrahim, dkk. (2000: 10)

Menurut Slavin (2005: 8) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD adalah:

a. Guru menyampaikan materi pelajaran

b. Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat sampai lima orang siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda. Siswa yang terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Dalam pembentukan kelompok juga memperhatikan aspek lain seperti jenis kelamin dan latar belakang, ras, etnik.

c. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar

d. Guru memfasilitasi siswa dalam bentuk rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pelajaran yang telah dipelajari


(47)

f. Guru memberikan penghargaan kepada kelompok berdasarkan perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa langkah-langkah model cooperative learning tipe STAD dimulai dari langkah menyampaikan materi pelajaran dan memotivasi siswa, menyajikan informasi dan membentuk kelompok, mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar dan didiskusikan dalam kelompok belajar, membimbing kelompok belajar dan memfasilitasi, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pelajaran, guru memberikan tes atau kuis secara individu, mengevaluasi hasil belajar, dan memberikan penghargaan.

7. Kegiatan/Peranan Guru dalam Model Cooperative Learning Tipe STAD

Menurut Zubaedi (2011: 222) kegiatan atau peranan guru dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD yaitu sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. b. Guru menyajikan informasi kepada siswa baik dengan peragaan

(demonstrasi) atau teks.

c. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan perubahan yang efisien.

d. Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

e. Guru mengetes materi pelajaran atau kelompok menyajikan hasil-hasil pekerjaan mereka.

f. Guru memberikan cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.


(48)

D. Ilmu Pengetahuan Sosial

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial, yang sering disingkat dengan IPS, adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya di tingkat dasar dan menengah. Menurut Alma (2003: 148) mengemukakan pengertian IPS sebagai suatu program pendidikan yang merupakan suatu keseluruhan yang pada pokoknya mempersoalkan manusia dalam lingkungan alam fisik, maupun dalam lingkungan sosialnya dan yang bahannya diambil dari berbagai ilmu sosial, seperti, geografi, sejarah, ekonomi, antropologi, sosiologi, politik, dan psikologi. Kosasi Djahiri (Yaba, 2006: 5) menyatakan bahwa IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan dan didaktif untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat persekolahan. Sedangkan menurut Leonard (Kasim, 2008: 4) mengemukakan bahwa IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan dunia.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-disiplin ilmu sosial ataupun integrasi dari


(49)

berbagai cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.

2. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010: 174). Selanjutnya Trianto (2010: 176) juga mengemukakan tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat.

Sapriya (2009: 12) mengemukakan IPS tingkat Sekolah Dasar pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi/masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa IPS di SD bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, nilai, dan analisis siswa terhadap masalah sosial sehingga siswa peka dan mampu mengatasi masalah sosial yang menimpa dirinya maupun


(50)

masyarakatnya yang pada akhirnya akan menjadi seorang warga negara yang baik.

E. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan, keterampilan, maupun sikap dan nilai positif sebagai pengalaman untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari. Menurut Aunurrahman (2010: 35) belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu.

Sementara Hamalik (2003: 3) menjelaskan bahwa belajar adalah memodifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman (learning is defined as the modificator or strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan merupakan suatu hasil atau tujuan. Dengan demikian, belajar itu bukan sekedar mengingat atau menghafal saja, namun lebih luas dari itu merupakan mengalami.

Adapun pengertian belajar menurut W.S. Winkel (2002: 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai yang bersifat relatif konstan dan berbekas.


(51)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.

2. Pengertian Aktivitas Belajar

Proses belajar, siswa selalu menampakkan aktivitas. Aktivitas itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik dapat berupa membaca, menulis, mendengar, berlatih, keterampilan lainnya. Kegiatan psikis contohnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lainnya, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis lainnya (Dimyati & Mudjiono, 2009).

Menurut Sardiman (2011: 22) aktivitas belajar merupakan suatu proses interaksi antara diri manusia dengan lingkungannya yang mungkin berwujud pribadi, fakta, konsep, ataupun teori. Dapat di jelaskan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.

Aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor penting yang sangat mempengaruhi hasil


(52)

belajar siswa. Menurut Djamarah (2008: 38) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi segala sesuatu atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Menurut Kunandar (2010: 277) aktivitas siswa dalam belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang siswa dalam proses pembelajaran, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis dan menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.

3. Pengertian Hasil Belajar

Makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Menurut Thobroni (2011: 251) hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetisi dasar. Hasil belajar bisa berbentuk pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), maupun sikap (afektif).


(53)

Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai tujuan instruksional.

Menurut Sudjana (2004: 22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Anni, dkk, (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Menurut Suprijono (2011: 5) hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan pembelajaran.

Suprijono (2011: 6) membagi hasil belajar menjadi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan dan intelektual. Kemampuan psikomotor menunjukkan kemampuan fisik seperti motorik dan syaraf. Hasil pembelajaran yang akan diperoleh siswa dari pembelajaran IPS ini lebih dominan pada kemampuan yang berkaitan dengan pengetahuan dan intelektual.


(54)

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah melakukan proses belajar sehingga terjadi perubahan-perubahan pada diri siswa baik di bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.

F. Penilaian Autentik (Authentic Assesment)

Menurut Komalasari (2010: 148) penilaian autentik adalah suatu penilaian be a ar ang meru uk ada situasi atau k nteks “dunia n ata”, ang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dalam pembelajaran mencakup, penilaian autentik mengukur, memonitor, dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran di dalam ataupun di luar kelas. Muller (Nurgiyanto, 2011: 23) penilaian autentik adalah suatu bentuk tugas yang menghendaki pembelajar untuk menunjukkan kinerja di dunia nyata secara bermakna yang merupakan penerapan esensi pengetahuan dan keterampilan.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa penilaian autentik merupakan suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang menilai semua aspek hasil belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor).


(55)

G. Penelitian yang Relevan

Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari penyebab ketidakstabilan dalam pembelajaran. Pada dasarnya suatu penelitian tidak berjalan dari nol secara murni. Akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Andri Hermawan (2011) dari Universitas uhammadi ah a ang dengan udu “Penera an de Pembe a aran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS iswa e as V D egeri Bandu an 05 a ang”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) tipe STAD di kelas V SD Negeri 05 Bandulan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata hasil yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I dan siklus II, menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dan hasil belajar. Dilihat dari proses pembelajaran pada pra tindakan nilai rata-rata siswa 40,4%, pada pelaksanaan siklus I pertemuan pertama meningkat menjadi 44,5% sedangkan pelaksanaan siklus I pertemuan kedua meningkat menjadi 61,81% dan siklus II pertemuan pertama hasil belajar siswa mencapai 67,5% dan pada siklus II pertemuan kedua hasil belajar siswa meningkat menjadi 73,3%.

Penelitian juga dilakukan oleh Fitriasari (2014) dari Universitas uhammadi ah a ang dengan udu “Penera an de Pembe a aran Kooperatif tipe STAD untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPS D ad ur 2 ta a ang”. Hasil


(1)

siswa meningkat menjadi 74,47 dan persentase ketuntasan sebesar 88,46% dengan kategori sangat baik.

Kesimpulan di atas dapat menjawab hipotesis penelitian yaitu pembelajaran IPS melalui model cooperative learning tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memberikan saran dalam penerapan model cooperative learning tipe STAD pada pembelajaran IPS siswa kelas V A SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan antara lain:

1. Kepada Siswa

Siswa harus selalu aktif dan ikut berpartisipasi dalam semua kegiatan pembelajaran, sehingga dapat memahami materi pembelajaran secara lebih mudah. Kemudian dapat memberikan keaktifan siswa menyelesaikan tugas mandiri dan kelompok, baik yang berstruktur maupun yang tidak berstruktur menjadi meningkat.

2. Kepada Guru

Diharapkan guru dapat menerapkan model pembelajaran STAD dan model pembelajaran lainnya untuk memberikan inovasi baru dan menjadi salah satu model pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS maupun pada pembelajaran lainnya di SD Islam Terpadu Al Muhsin Metro Selatan.


(2)

150

3. Kepada Sekolah

Diharapkan kepada sekolah dapat memberikan dorongan yang memadai kepada guru menerapkan model pembelajaran yang beragam dan menarik bagi siswa.

4. Kepada Peneliti berikutnya

Diharapkan kepada peneliti berikutnya dalam menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat menambahkan materi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Iskandar. 2012. Panduan Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru. Bentari Buana Murni. Jakarta.

Ahmadi, I K, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu “Pengaruhnya Terhadap Konsep, Mekanisme, dan Proses Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri”. Prestasi Pustakarya. Jakarta.

Aka Andri, Kukuh. 2012. http://belajarpendidikanku/2012/11/kelebihan-dan-kelemahan-model-stad.html. Diakses pada Selasa, 11 Maret 2015 @ 21.00 WIB.

Alma, Buchari. 2003. Hakikat Studi Sosial. Alfabeta. Bandung.

Anni, Catharina Tri dkk. 2007. Psikologi Belajar. UPT MKK UNNES. Semarang. Anonim. 2013.

http://penelitiantindakankelas/2013/07karakteristik-pendekatan-ilmiah-scientific-dalam-kurikulum-2013.html. Diakses pada Selasa, 11 Maret 2015 @ 21.00 WIB.

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Yrama Widya. Bandung. Arifin, Zaenal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. Arikunto, Suharsimi. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Aditya Media.

Yogyakarta.

Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Mengajar. Rineka Putra. Jakarta. Djahiri, K. 2004. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.


(4)

152

Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah dan Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Haryadi. 2007. Budi Pekerti 5. CV Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta.

Ibrahim, M. Et, all. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya Press. Surabaya.

Isjoni. 2007. Cooperative Learning. Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Alfabeta. Bandung.

Kasim, Melany. 2008. Model Pembelajaran IPS. (Online), Http: // Wordpres. Com.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud RI. Jakarta.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Refika Aditama: Bandung.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah PTK Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2014. Penilaian Autentik. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kusumah, Wijaya, dkk. 2009. Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. UPI press Bandung.

Lie, Anita. 2000. Cooperative Learning. Alfabeta: Bandung.

Mulyadi. 2007. Budi Pekerti 6. CV Sinar Cemerlang Abadi. Jakarta.

Mulyasa. 2002. Kurikulum Satuan Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. Muncarno. 2009. Bahan Ajar Statistik Pendidikan. Bahan Ajar. Metro.

Nurgiyanto, Burhan. 2011. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.


(5)

Poerwanti, Endang, dkk. 2007. Assesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas. Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rifa’i Achmad dan Catharina Tri Anni. 2009. Psikologi Pendidikan. Semarang: UNNES Press

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

. 2012. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

Rustaman, Nuryani dkk. 2010. Materi dan Pembelajaran IPA SD. Universitas Terbuka. Jakarta.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Belajar dan Mengajar. Gramedia. Jakarta. . 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Kencana Prenada Media Group.

Jakarta.

Sapriya. 2009. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Lap-PKn UPI. Bandung. Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. CV Rajawali.

Jakarta.

Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning: Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.

Sowiyah. 2010. Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Bandung Algesindo. Bandung.

. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sudijono, Anas. 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Nusa Media. Bandung. . 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Nusa Media. Bandung.


(6)

154

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa: Bandung.

Thobroni, Muhammad Dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana Dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional. Ar-Ruzz Media. Yogyakarta.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional). 2006. Fermana. Bandung.

Uno, B Hamzah. 2008. Model Pembelajaran Menciptakan Ptoses Belajar Mengajar Yang Kreatif Dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta.

Wardhani, I. Dkk. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta. Winkel, W.S. 2002. Psikologi Pengajaran. Media Abadi. Yogyakarta.

Yaba. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Makassar. Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Kencana Prenada Media Group.


Dokumen yang terkait

Perbedaan hasil belajar siswa atara model pembelajaran NHT (numbered head together) dengan stad (student team achievment division pada konsep laju reaksi)

3 10 173

Pengaruh penerapan model cooperative learning tipe stad terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep sistem koloid (quasi eksperimen di MAN 2 Kota Bogor)

4 38 126

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 61

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS V A SDN 1 METRO UTARA

0 11 34

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 52

PENERAPAN MODEL QUANTUM TEACHING DAN SEQIP UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN

2 16 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS V SD NEGERI 4 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 5 54

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS IVB SD NEGERI 2 BUMIHARJO

2 9 80

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE PAIR CHECK UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 METRO SELATAN

0 9 68

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA

0 0 10