REKRUTMEN POLITIK CALON KEPALA DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS OLEH PARTAI GOLKAR TAHUN 2012

(1)

(2)

ABSTRACT

POLITICAL RECRUITMENT OF TANGGAMUS REGIONAL LEADER CANDIDATE BY GOLKAR PARTY IN 2012

BY

PRANDIKI EKA PRATAMA

One of the important political process for the political parties in local elections is political recruitment. The recruitment process in the political system is not formally defined, as development organizations political parties are less extensive and fragmented. So that, each political party has a different recruitment mechanisms. GOLKAR Party is one of the political parties eligible to nominate candidates for Regional Leader, certainly have certain mechanisms to recruit candidates who will be nominated.

This research aims to determine the mechanism, pattern and character of the candidate recruitment for the Regional Leader by DPD II GOLKAR Party in the Tanggamus local elections of 2012. Research type applied in this research is descriptive research with qualitative methods of data presentation. Selection technique of research applied way of purposive with number of informants 5 (five) people. Techniques of data collection using in-depth interviews and documentations.


(3)

provision decision Internal Candidates Selection , Establishment , Candidate Nomination , Selection and Designation of Candidates as well as the determination of the candidate pairs based on recommendations of DPP GOLKAR Party. Recruitment process that appears to be merely a formality also visible from the 17 stages in the recruitment carried out in a short period of 6 months .

Recruitment patterns by DPD II GOLKAR Party Tanggamus based party organization . Selection of candidates is done in accordance with the election to be held territory and decision based on the results of the elections team meeting. Character of the candidates recruitment is not openly. Patronage leadership is visible from priority candidate in research of figures, surveys and rank ordering on the stage of selecting priority to candidates who are the recommendated by DPP. The pattern of decision making in political recruitment based decision making dimensions is formal-centralized.


(4)

ABSTRAK

REKRUTMEN POLITIK CALON KEPALA DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS OLEH PARTAI GOLKAR TAHUN 2012

Oleh

PRANDIKI EKA PRATAMA

Salah satu proses politik yang penting bagi partai politik dalam pemilihan kepala daerah adalah rekrutmen politik. Proses rekrutmen dalam sistem politik tidak dirumuskan secara formal, karena perkembangan organisasi partai-partai politik kurang ekstensif dan terpecah-pecah sehingga setiap partai politik memiliki mekanisme rekrutmen yang berbeda. Partai GOLKAR merupakan salah satu partai politik yang memenuhi persyaratan untuk mengusulkan calon kepala daerah, tentunya memiliki mekanisme tertentu untuk melakukan rekrutmen pasangan calon yang akan dicalonkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mekanisme, pola dan sifat rekrutmen calon kepala daerah yang dilakukan oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Tanggamus Tahun 2012. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode penyajian data kualitatif. Teknik pemilihan subjek penelitian menggunakan cara purposive dengan jumlah informan 5 (lima) orang. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan dokumentasi.


(5)

sebagai formalitas, ketentuan keputusan mulai dari Penjaringan, Seleksi Bakal Calon Internal, Penetapan, Nominasi Bakal Calon, Pemilihan Dan Penetapan Calon serta penentuan pasangan calon berdasarkan rekomendasi dari DPP Partai GOLKAR. Proses rekrutmen yang terkesan hanya formalitas juga terlihat dari 17 tahapan dalam rekrutmen dilakukan dalam waktu singkat selama 6 bulan.

Pola rekrutmen yang dilakukan Oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus berbasis organisasi partai. seleksi kandidat dilakukan sesuai dengan wilayah yang akan diselenggarakan pilkada dan Keputusan berdasarkan hasil Rapat Tim Pilkada. Sifat Rekrutmen yang dilakukan oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus tidak terbuka . Patronase kepemimpinan partai terlihat dari calon yang diprioritaskan baik dalam penjaringan, survei dan urutan ranking pada tahap pemilihan diprioritaskan kepada calon yang merupakan rekomendasi dari DPP. Penentuan keputusan pada rekrutmen politk yang dilakukan berdasarkan dimensi pembuatan keputusan adalah formal terpusat.


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR ISI

Hal.

DAFTAR TABEL ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Kegunaan Penelitian ... 12

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Tinjauan Tentang Demokrasi ... 13

B. Tinjauan Tentang Partai Politik ... 15

1. Definisi Partai Politik ... 15

2. Fungsi Partai Politik ... 17

C. Tinjauan Rekrutmen Politik... 22

1. Definisi Rekrutmen Politik ... 22

2. Proses Rekrutmen Politik ... 24

3. Pola Penentuan keputusan ... 27

D. Syarat-Syarat Calon Bupati dan Wakil Bupati ... 28

E. Kerangka Pikir ... 33

III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Tipe Penelitian ... 36

B. Fokus Penelitian ... 37

C. Sumber Data ... 38

D. Sumber Informasi ... 38

E. Teknik Pengumpukan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 41

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 43

A. Sejarah Berdirinya Partai Golkar ... 43

B. Posisi dan Peran Partai GOLKAR pada Orde Baru ... 48

C. Perkembangan Partai GOLKAR Era Reformasi ... 50

D. Visi dan Misi Partai GOLKAR ... 52

E. Tujuan Pokok dan Fungsi Partai GOLKAR ... 53

F. Struktur Organisasi,Wewenang dan Kewajiban ... 55

1. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) ... 55

2. Dewan Pimpinan Daerah(DPD) ... 56

3. Dewan Pimpinan Daerah Kabupaten/Kota ... 57


(10)

5. Pimpinan Desa/Kelurahan ... 58

6. Badan dan Lembaga Partai GOLKAR ... 59

7. Organisasi Sayap Partai GOLKAR ... 60

8. Dewan Pertimbangan ... 61

9. Fraksi ... 61

G. Persyaratan Calon Kepala Daerah dari Partai GOLKAR ... 62

H. Gambaran Umum DPD II Partai GOLKAR Kabupaten ... Tanggamus ... 66

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Mekanisme Rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh DPD II... Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus ... 71

B. Pelaksanaan Rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh DPD II ... Partai Golkar Kabupaten Tanggamus ... 74

1. TahapPersiapan Rekrutmen Bakal Calon menjadi Calon .... 74

2. Tahap Penjaringan ... 78

3. Survei Tahap Pertama ... 82

4. Seleksi Bakal Calon Internal Partai Golkar ... 86

5. Penguatan Elektabilitas Tahap Pertama ... 91

6. Survei Tahap Kedua ... 93

7. Penguatan Elektabilitas Tahap kedua ... 96

8. Tahap Pendaftaran Calon ... 98

9. Verifikasi Bakal Calon ... 105

10. Tahap Nominasi ... 108

11. Survei Tahap Akhir ... 109

12. Tahap Pemilihan dan Penetapan ... 112

13. Tahap Penentuan Pasangan Calon ... 116

14. Tahap Pengesahan Pasangan Calon ... 121

C. Sifat Rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh DPD II ... Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus ... 124

D. Pola Rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh DPD II ... Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus ... 127

E. Demokrasi dalam Pembuatan Keputusan Pada Rekrutmen Calon Kepala Daerah Oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus ... 131

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 137

A. Kesimpulan ... 137

B. Saran ... 138 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Daftar Pasangan Calon Bupati Kabupaten Tanggamus 2012 - 2117 ... 5 2. Agen Pembuat Keputusan ... 29 3. Daftar Komposisi Personalia DPD II Partai GOLKAR Kabupaten

Tanggamus. ... 67 4. Daftar Nama Peserta Penjaringan Calon Kepala Daerah DPD II Partai


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemilihan Kepala Daerah atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pilkada secara langsung merupakan sebuah kebijakan yang diambil oleh pemerintah yang menjadi momentum politik besar untuk menuju demokratisasi. Momentum ini seiring dengan salah satu tujuan reformasi, yaitu untuk mewujudkan Indonesia yang lebih demokratis yang hanya bisa dicapai dengan mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat.

Perubahan format Pilkada setelah berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 telah mengakhiri pengaruh Pemerintah Pusat yang dominan. Pilkada langsung dilaksanakan sebagai wujud nyata pelaksanaan demokrasi dalam mengajarkan masyarakat untuk melihat dan berpikir secara objektif terhadap fenomena politik di tingkat daerah, sehingga masyarakat tidak semata-mata terfokus pada pola pikir dan perilaku politik para elite politik yang berkompetisi dalam Pilkada.

Di lain sisi, Pilkada secara langsung yang dilakukan saat ini juga memiliki sisi negatif dimana Pilkada secara langsung dianggap tidak efisien, hal ini dikemukakan oleh Hafiz Anshary yang mewacanakan agar Pilkada dipilih


(13)

oleh DPRD kembali, alasannya pemilukada secara langsung tidak efisien mengakibatkan konflik antar masyarakat, dan maraknya politik uang.1

Pilkada langsung dilaksanakan sebagai wujud nyata pelaksanaan demokrasi sesuai dengan UUD 1945 Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan bahwa :

“Gubernur, Bupati dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah propinsi, kabupaten dan kota dipilih secara demokratis”.2 Makna demokratis bisa menimbulkan makna ganda, bisa dipilih langsung oleh rakyat serta bisa juga dipilih langsung oleh anggota legislatif sebagai wakil rakyat. Adanya revisi UU No. 22 Tahun 1999 menjadi UU No. 32 Tahun 2004 maka maksud dari dipilih di sini yakni secara demokratis dipilih langsung oleh rakyat. Sehingga diharapkan terwujudnya masyarakat yang demokratis sesuai dengan tujuan reformasi di atas. Dalam konteks demokratisasi, masyarakat yang memiliki kesadaran berdemokrasi merupakan langkah awal menuju demokrasi yang benar.

Menurut Joko J. Prihatmoko Pilkada langsung merupakan mekanisme demokratis dalam rangka rekrutmen pemimpin daerah, dimana rakyat secara menyeluruh memiliki hak dan kebebasan untuk memilih calon-calon yang didukungnya, dan calon-calon bersaing dalam suatu medan permainan dengan aturan main yang sama.3

1

Fidel Ali Permana, Pilkada Demokrasi Tidak Mesti Langsung, Media Indonesia, 31 Agustus 2009

2

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 18 ayat 4

3

Joko J. Prihatmoko. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung; Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia. Pustaka Pelajar Semarang. hal. 109


(14)

3

Dalam konteks konsolidasi dan penguatan demokrasi, Pilkada langsung menjadi pilar yang memperkukuh bangunan demokrasi secara nasional. Terlaksananya Pilkada langsung menunjukkan adanya peningkatan demokrasi karena rakyat secara individu dan kelompok terlibat dalam proses melahirkan pemerintah atau pejabat negara. Pilkada sebagai demokrasi lokal adalah upaya untuk mewujudkan Local Accountability, Political Equity, dan Local Responsiveness,yang merupakan tujuan dari desentralisasi.4

Hasil Pilkada adalah tampilnya seorang pejabat publik yang dimiliki oleh rakyat tanpa membedakan dari mana asal dan usul keberadaannya karena dia telah ditempatkan sebagai pengayom bagi rakyat. Siapapun yang memenangkan pertarungan dalam Pilkada ditetapkan sebagai Kepala Daerah (local executive) yang memiliki legal authority of power (teritorial kekuasaan yang jelas), local own income and distribute them for people welfare (memiliki pendapatan daerah untuk didistribusikan bagi kesejahteraan penduduk), dan local representative as balance power for controlling local executive(lembaga perwakilan rakyat sebagai pengontrol eksekutif daerah). Hadirnya pemerintah yang dipilih dan ditentukan oleh daerah paling tidak menjadi sinyal bagi membaiknya sistem layanan publik bagi rakyat di daerah sebagai esensi dari kehadiran pemerintahan daerah yang legitimate. Partai politik dan atau gabungan partai politik menurut UU Nomor 32 tahun 2004 merupakan jalur rekrutmen politik untuk menjadi calon kepala daerah dapat dilihat pada bunyi pasal sebagai berikut :

4

Cheema, G. Shabbir and Dennis A. Rondinelli. 2007. Decentralizing Governance: Emerging Concepts and Practices.Washington, DC. hal. 236


(15)

Pasal 56 Ayat 1 : Kepala daerah dan wakil kepala daerah dipilih dalam satu pasangan calon yang dilaksanakan secara demokratis berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Pasal 56 Ayat 2: Pasangan calon sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diajukan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Pasal 59 Ayat 1: Peserta Pemilihan Kepala Daerah dan wakil kepala daerah adalah pasangan calon yang diusulkan secara berpasangan oleh partai politik atau gabungan partai politik. Pasal 59 Ayat 2 : Partai politik atau gabungan partai politik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat didaftarkan pasangan calon apabila memenuhi 15% dari jumlah kursi DPRD atau 15% dari akumulasi perolehan suara sah dalam pemilihan umum anggota DPRD di daerah yang bersangkutan.

Pasal 60 ayat 3 : Apabila pasangan calon belum memenuhi syarat atau di tolak karena tidak memenuhi syarat sebagaimana dalam pasal 58 dan/atau pasal 59, partai politik atau gabungan partai politik yang mengajukan calon diberi kesempatan untuk melengkapi dan/atau memperbaiki surat pencalonan beserta persyaratan pasangan calon atau mengajukan calon baru paling lambat 7 (tujuh) hari sejak pemberitahuan hasil penelitian persyaratan oleh KPUD.5

Partai politik memiliki fungsi sebagai saluran aspirasi dan lembaga rekrutmen politik dalam meloloskan seseorang dalam pencalonan kepala daerah. Dalam demokrasi partai merupakan representasi konstuennya. Oleh karena itu calon pemimpin dari sebuah partai harus sesuai dengan keinginan masyarakat. Pada kenyataanya harapan dan kesesuaian antara pilihan partai politik dengan konstituenya tidak sepenuhnya berjalan baik. Karena ketidak percayaan masyarakaat terhadap partai politik atau prilaku elit partai politik yang bersifat pragmatis dan oligarki.

Terbitnya putusan Mahkamah Konstitusi No. 5/PUU-V/2007 tentang Calon Perseorangan, setiap warga negara yang telah memenuhi persyaratan

5


(16)

5

memiliki hak untuk mencalonkan diri menjadi Kepala Daerah. Partai politik bukan lagi satu-satunya alat untuk rekrutmen dan menetapkan pasangan Calon Kepala Daerah. Calon perseorangan yang telah memenuhi syarat dapat ikut dalam kandidat Pilkada. Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-V/2007 tentang Calon Perseorangan tidak menghilangkan peran partai politik sebagai lembaga rekrutmen Kepala Daerah. Partai politik dalam Pilkada memiliki kesempatan untuk memperjuangkan kepentingan rakyat dalam mengisi lembaga-lembaga pemerintahan.

Pilkada merupakan reinventing demokrasi di tingkat lokal untuk menghasilkan para pemimpin daerah yang lebih akuntabel, berkualitas dan aspiratif terhadap kepentingan rakyat untuk lima tahun ke depan. Baru-baru ini Kabupaten Tanggamus melaksanakan Pilkada periode 2012 - 2017. Pada Pilkada Kabupaten Tanggamus diikuti oleh empat pasang calon dari gabungan partai politik dan dua pasang calon dari perseorangan. Keenam Pasangan Calon tersebut sebagai berikut:

Tabel 1: Daftar Pasangan Calon Bupati Kabupaten Tanggamus 2012 - 2117 Pasangan Calon Partai Pengusung

Hi. Juanto Muhazirin, SE.–M. Yahdi

Sujianto, S.Pd PERSEORANGAN

Drs. H. Fauzan Sya’ie –Diza Noviandi, ST, M.Sc.

PARTAI AMANAT NASIONAL, PARTAI DEMOKRAT, PKNU Ir. H. Indra Ismail, MM–H. Salamun,

S.Pd.I PARTAI GOLKAR


(17)

Drs. H. Astin Alimuddin–Drs. KH. Heri Iswahyudi, M.Ag

PPP, PKB, PARTAI GERINDRA, PARTAI PATRIOT;

Parpol Pendukung: PPRN, PBB, PARTAI REPUBLIKAN

H. Bambang Kurniawan, ST.–Syamsul

Hadi, S.Pd.I PDI PERJUANGAN, PKS, PARTAIHANURA, PKPB, PBR Sumber : KPU Kabupaten Tanggamus 2012

Salah satu partai yang mencalonkan diri pada Pilkada Kabupaten Tanggamus untuk periode 2012 - 2017 adalah Partai GOLKAR. Partai GOLKAR merupakan salah satu partai besar yang telah memenuhi persyaratan untuk mengusulkan Calon Kepala Daerah dengan perolehan jumlah kursi 15 (lima belas) persen di DPRD. Dengan total 45 kursi di DPRD Tanggamus, maka syarat Parpol untuk dapat mengusung Pasangan Calon Kepala Daerah minimal tujuh kursi, jumlah tersebut sama dengan jumlah kursi yang dimiliki Partai GOLKAR di DPRD Tanggamus.

Pilkada merupakan pertarungan citra para pasangan calon, partai pendukung, dan juga “the man behind the gun”6. Di tangan partai politik, semua kebijakan untuk memenangkan Pilkada ditentukan. Mereka yang menyeleksi, merekrut, memilih, memutuskan sekaligus memenangkan tokoh. Salah satu fungsi yang terpenting yang dimiliki partai politik adalah fungsi rekrutmen politik.

Rekrutmen yang dilakukan partai politik di Indonesia saat ini kebanyakan berdasarkan kelompok-kelompok tertentu seperti kekerabatan, kesukuan

6

yang dimasudthe man behind the gundisini artinya seni berpolitik akan menjadi bermanfaat baik atau buruk, tergantung dari bagaimana seorang politisi berperan.


(18)

7

maupun kedaerahan. Menurut Rush yang dikutip Fadillah bahwa di negara berkembang, tak terkecuali Indonesia, proses rekrutmen dalam sistem politik tidak dirumuskan secara formal, karena perkembangan organisasi partai-partai politik kurang ekstensif dan terpecah-pecah.7

Belum adanya aturan formal yang baku mengenai bagaimana mekanisme rekrutmen yang dilakukan oleh partai politik di Indonesia disebabkan perkembangan organisasi partai pada masing-masing partai politik masih kurang ekstensif. Setiap partai dalam perkembangan organisasinya hanya terpusat pada suatu prinsip dan ideologi masing-masing partai politik dan terpecah-pecah sehingga cukup susah untuk merumuskan aturan baku untuk mekanisme rekrutmen politik. belum adanya aturan formal yang baku dalam mekanisme rekrutmen oleh partai politik mengakibatkan setiap partai politik memiliki mekanisme rekrutmen yang berbeda-beda sesuai dengan peraturan yang dibuat dan berlaku di masing-masing partai politik.

Fokus partai politik dalam Pilkada tidak hanya bertujuan kekuasaan politik saja tetapi partai politik harus juga melaksanakan fungsinya secara sungguh-sungguh terutama fungsi rekrutmen politik. Apabila partai politik telah melaksanakan fungsinya dengan baik maka masyarakat akan memberikan kepercayaan kepada partai politik, karena kepercayaan masyarakat akan menjadi sebuah penghargaan bagi partai politik itu sendiri. Pelaksanaan fungsi partai dengan baik juga demi eksistensi partai politik itu sendiri dan

7

Fadillah Putra. 2003.Partai Politik dan Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. hal. 11


(19)

komitmen untuk nantinya dalam menjalankan pemerintahan serta memperjuangkan kepentingan rakyat.

Berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Pasal 29 Ayat 2, diamanatkan bahwa proses seleksi Calon Kepala Daerah harus dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART partai tersebut.

“Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c (bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah) dan huruf d (bakal calon Presiden dan Wakil Presiden) dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta peraturan perundang-undangan.”8

Merujuk pada Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 Pasal 29 Ayat 2 diatas, maka proses rekrutmen partai politik dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Rekrumen politik secara demokratis mempunyai makna yaitu berlandaskan nilai-nilai/prinsip demokrasi yaitu kebebasan, kesamaan/keadilan dan kedaulatan suara mayoritas. Hendra mengatakan dari prinsip umum yang tergambar dalam ragam pandangan mengenai demokrasi, secara esensial dikembalikan kepada tiga nilai utama yang mendasari teori demokrasi, yaitu kebebasan, kesamaan/keadilan dan kedaulatan suara mayoritas (rakyat).9

Keterbukan partai politik diartikan sebagai upaya partai politik untuk menerima semua golongan/kelompok masyarakat bergabung dengan partainya untuk mengikuti pembinaan dan proses kaderisasi diinternal

8

Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 tentang partai politik.Pasal 29

9


(20)

9

partai.10 Prinsip keterbukaan dalam rekrutmen politik cendrung disalah artikan oleh partai politik dengan malah mengobral posisi jabatan politik dan jabatan publik lainnya secara terbuka ke khalayak ramai. Prinsip keterbukaan partai politik yang disalah artikan ini akan semakin membuat politisi kutu loncat semakin marak. Keberadaan kutu loncat adalah efek dari sikap pragmatisme dalam berpolitik.

Sikap partai yang menghalalkan adanya politisi kutu loncat dalam tubuh partainya menjadikan iklim politik semakin tidak sehat, kader partai akan merasa dianak tirikan dan secara perlahan ia akan mengurangi totalitasnya dalam berjuang bersama partainya sendiri. Politik transaksional akan menjamur dan menghatui setiap kader partai, mereka yang tak punya sumber daya finansial yang mumpuni akan tersingkir dan jabatan-jabatan strategis didalam partai dengan mudahnya diambil alih calon eksternal yang sedang dibidik partai atau mereka-mereka yang sedang mencari kendaraan politik sebagai kutu loncat partai dengan hanya bermodalkan uang tanpa perjuangan panjang bersama partai.

Pikiran masyarakat saat ini sudah lebih terbuka dalam memilih sosok kepala daerah. masyarakat tidak melihat partai politik mana yang mengusung calon kepala daerah tersebut. Mereka melihat sosok calon yang ditawarkan oleh Partai politik maka, rekrutmen politik dalam mencari, menyeleksi serta memilih calon-calon yang akan memiliki kredibilitas dan kualitas merupakan 10

Muhammed Rivai.Partai„Terbuka‟, Kutu Loncat dan Para Penjilat. Kompasiana. 10 April


(21)

sebuah proses yang sangat penting dan menentukan kelangsungan aktivitas partai politik serta kualitas partai dikancah perpolitikan.

Pentingnya rekrutmen politik dalam mencari, menyeleksi dan memilih calon-calon yang akan memiliki kredibilitas dan kualitas sangat berpengaruh terhadap pemenangan pemiihan kepala daerah. Salah satu fenomena dalam Pilkada DKI Jakarta. Kemenangan Joko Widodo sebagai Gubernur yang diusung oleh Partai PDIP dan Gerindra itu dipilih bukan karena partainya. Melainkan sosok Jokowi yang memiliki kualitas dan integritas baik di mata masyarakat.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin meneliti tentang mekanisme, pola, sifat dan unsur-unsur demokrasi dalam rekrutmen Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah oleh Partai GOLKAR pada Pilkada Kabupaten Tanggamus tahun 2012 lalu. Sebagaimana yang sudah dipaparkan diatas betapa pentingnya proses rekrutmen Calon Kepala Daerah untuk memenangkan Pilkada.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah mekanisme rekrutmen yang dilakukan DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus dalam menentukan Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 ?”


(22)

11

1. Bagaimanakah pola rekrutmen yang digunakan DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus dalam rekrutmen politik dari Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah pada Pilkada Kabupaten Tanggamus? 2. Bagaimanakah sifat rekrutmen yang dilakukan DPD II Partai GOLKAR

Kabupeten Tanggamus dalam rekrutmen politik dari Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah pada Pilkada Kabupaten Tanggamus? 3. Bagaimana jalannya demokrasi dalam pembuatan keputusan pada

rekrutmen dari Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah yang dilakukan DPD II Partai GOLKAR Kabupeten Tanggamus ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme Partai GOLKAR dalam rekrutmen bakal calon menjadi calon kepala daerah Kabupaten Tanggamus dengan poin - poin sebagai berikut :

1. Mengetahui pola yang digunakan DPD II Partai GOLKAR Kabupeten Tanggamus dalam rekrutmen politik dari Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah pada Pilkada Kabupaten Tanggamus

2. Mengetahui sifat rekrutmen politik dari bakal calon menjadi Calon Kepala Daerah Kabupaten Tanggamus oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus.

3. Mengetahui jalannya demokrasi dalam dalam pembuatan keputusan pada rekrutmen dari Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah yang dilakukan DPD II Partai GOLKAR Kabupeten Tanggamus


(23)

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna, baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wacana bagi perkembangan ilmu politik, khususnya mengenai proses politik dalam rekrutmen partai politik.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi atau masukan kepada masyarakat tentang proses politik Partai GOLKAR dalam rekrutmen Calon Kepala Daerah.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut. Istilah demokrasi berasal dari kata Demos berarti rakyat, dan Kratein berarti memerintah (Kratiaberarti pemerintahan).11

Menurut Deliar Noer, sebagaimana dikutip oleh Mahfud MD dituliskan: Demokrasi sebagai dasar hidup bernegara memberi pengertian bahwa pada tingkat terakhir rakyat memberikan ketentuan dalam masalah-masalah pokok yang mengenai kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijaksanaan negara, oleh karena kebijaksanaan tersebut menentukan kehidupan rakyat.12

Dalam kaitan ini patut pula dikemukakan pengertian dari Henry B Mayo sebagaimana dikutip oleh Mahfud MD, memberikan pengertian demokrasi sebagai berikut:

“A democratic political system is one in which public policies are made on a majority basis, by representatifs subject to effective popular control at periodic election which are conducted on the principal of political equality and under conditions of political

11

Miriam Budiarjo.Op. Cit.hal. 50

12

Mahfud MD. 2003.Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. PT. Rineka Cipta. Jakarta. hal. 19


(25)

freedom.” Sistem politik demokratis adalah suatu sistem politik dimana kebijakan umum ditentukan berdasarkan mayoritas suara, oleh perwakilan rakyat yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam suatu pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip persamaan politik dan dalam suasana yang mendukung kebebasan politik.13

Hendra menyimpulkan demokrasi dapat diartikan sebagai semangat atau ide yang membawa nila–nilai pandangan hidup (way of life) dalam proses

pelembagaan tatanan kekuasaan yang rasional untuk dapat dikontrol oleh rakyat berdasarkan prinsip–prinsip kebebasan dan kesamaan dengan segala

derivatifnya melalui kedaulatan suara rakyat.14

Dari beberapa pengertian tentang demokrasi yang telah disebutkan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa demokrasi adalah sistim politik yang melibatkan partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan negara dilandaskan kebebasan politik, kesamaan atau keadilan dalam politik dan pada kehendak atau kemauan rakyat sebagai satu kesatuan kehendak (volonte generale) atas kesadaran kolektif individu sebagai pemilik tunggal demokrasi dalam negara.

Berdasarkan tinjauan tentang demokrasi yang dijabarkan sebelumnya, secara esensi demorasi memiliki tiga nilai utama yang menjadi prinsip eksistensial pada subtsansi inti demokrasi yang mendasari tumbuhnya teori demokrasi yaitu sebagai berikut :

1. Nilai Kebebasan.

Nilai-nilai kebebasan dalam demokrasi adalah prinsip atau standar yang

13

Ibid.

14


(26)

15

dijadikan rujukan dalam menata aktivitas dan praktek demokrasi dimana setiap rakyat diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk menyatakan dan mengeksprikan diri, mengkomunikasikan keinginan, cita-cita, gagasan dan pandangannya, serta menerima, menolak, atau berbeda pandangan dan sikap dengan orang lain.

2. Nilai Persamaan

Nilai persamaan adalah prinsip atau standar yang dijadikan rujukan dalam menata proses dan aktivitas demokrasi di mana setiap orang diperlakukan sesuai dengan kapasitasnya masing-masing secara tidak berbeda antara satu dengan yang lainnya

3. Nilai Kedaulatan Suara Mayoritas

Nilai Kedaulatan suara mayoritas adalah kedaulatan rakyat yang ditentukan pengaruh keabsahan pengambilan keputusan politiknya oleh suara mayoritas (jumlah/kuantitatif) melalui pemungutan suara yang bebas dan adil.

B. Tinjauan Tentang Partai Politik

1. Definisi Partai Politik

Partai politik menurut Max Webber yang dikutip oleh Firmanzah didefinisikan sebagai organisasi publik yang bertujuan untuk membawa pimpinanya berkuasa dan memungkinkan para pendukungnya (politisi) untuk mendapatkan keuntungan dari dukungan tersebut.15Sementara itu,

15

Firmanzah. 2007.Mengelola partai politik-komunikasi dan positioning ideologi politik di era demokrasi. Yayasan obor. Jakarta. hal. 66


(27)

Ranney dan Kendal mendefinisikan partai politik sebagai group atau kelompok masyarakat yang memiliki tingkat otonomi tinggi untuk mencalonkan dan terlibat dalam pemilu dengan harapan mendapatkan serta menjalankan kontrol atas birokrasi dan kebijakan publik.16

Menurut Sigmund Neuman yang dikutip oleh Miriam Budiarjo, partai politik adalah:

“A political party is the articulate organization of societys active politicas agents, those who are concerned with the control of governmental power and who are compete for popular support with annother group or groups holding divergent views.” (organisasi dari aktifis-aktifis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda).17

Ramlan berpendapat partai politik merupakan kelompok anggota yang terorganisir secara rapi dan stabil yang dipersatukan dan di motivasi dengan ideologi tertentu, dan yang berusaha mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam pemerintahan melalui Pemilihan Umum guna melaksanakan alternatif kebijakan umum yang mereka susun.18

Menurut Sigit definisi partai politik adalah sebuah organisasi untuk memperjuangkan nilai atau ideologi tertentu melalui suatu penugasan struktur kekuasaan dan kekuasaan itu diperoleh melalui keikut sertaannya dalam pemilihan umum.19

16

Ibid., hal. 68

17

Miriam Budiarjo,op. cit., hal. 162

18

Ramlan Surbakti,op. cit., hal. 148

19

Sigit Pamungkas.Partai Politik.Institute for Democracy and Welfarism. Yogyakarta. hal : 5


(28)

17

Menurut Undang-Undang tentang partai politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.20

Dari definisi-definisi yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan partai politik adalah suatu kelompok warga negara yang mempunyai struktur, ideologi dan tujuan yang sama, serta berusaha memperoleh dukungan rakyat untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan secara formal melalui pemilihan umum.

2. Fungsi Partai Politik

Partai politik sebagai wadah aspirasi masyarakat seperti yang telah penulis kemukakan di atas melaksanakan fungsi-fungsi partai politik. Menurut Ramlan Surbakti, fungsi-fungsi partai politik meliputi :

1. Sosialisasi politik

Yang dimaksud dengan sosialisasi politik adaalah sebuah proses pembentukan sikap dan orientasi politik para anggota masyarakat. Proses ini berlangsung seumur hidup yang diperoleh secara sengaja melalui pendidikan formal, nonformal, dan informal maupun secara tidak disengaja melalui kontak dan pengalaman sehari-hari, baik

20


(29)

dalam kehidupan keluarga dan tetangga maupun dalam kehidupan masyarakat.

2. Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintahan pada khususnya. Fungsi rekrutmen merupakan kelanjutan dari fungsi mencari dan mempertahankan kekuasaan. Selain itu, fungsi rekrutmen politik sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik akan terancam.

3. Partisipasi Politik

Partisipasi politik ialah kegiatan warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan. Kegiatan yang dimaksud, antara lain, mengajukan tuntutan, membayar pajak, melaksanakan keputusan, mengajukan kritik, dan koreksi atas pelakasanaan suatu kebijakan umum, dan mendukung atau menentang calon pemimpin tertentu, mengajukan alternatif pemimpin, dan memilih wakil rakyat dalam pemilihan umum.

4. Pemadu Kepentingan

Fungsi ini merupakan salah satu fungsi utama partai politik sebelum mencari dan mempertahankan kekuasan. Fungsi pemaduan


(30)

19

kepentingan ialah kegiatan menampung, menganalisis dan memadukan berbagai kepentingan yang berbeda bahkan bertentangan menjadi berbagai alternatif kebijakan umum, kemudian diperjuangkan dalam proses pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik.

5. Komunikasi Politik

Komunikasi politik ialah proses penyampaian informasi mengenai politik dari pemerintah kepada masyarakat dan dari masyarakat kepada pemerintah. Dalam hal ini, partai politik berfungsi sebagai komunikator politik yang tidak hanya menyampaikan segala keputusan dan penjelasan pemerintah kepada masyarakat sebagaimana diperankan oleh partai politik di negara totaliter tetapi juga menyampaikan aspirasi dan kepentingan berbagai kelompok masyarakat kepada pemerintah.

6. Pengendalian Konflik

Partai politik sebagai salah satu lembaga demokrasi berfungsi untuk mengendalikan konflik melalui cara berdialog dengan pihak-pihak yang berkonflik, menampung dan memadukan berbagai aspirasi dan kepentingan dari pihak-pihak yang berkonflik dan membawa permasalahan ke dalam musyawarah badan perwakilan rakyat untuk mendapatkan penyelesaian berupa keputusan politik.

7. Kontrol Politik

Kontrol politik ialah kegiatan untuk menunjukan kesalahan, kelemahan dan penyimpangan dalam isi suatu kebijakan atau dalam


(31)

pelaksanaan kebijakan yang dibuat serta dilaksanakan oleh pemerintah.21

Menurut Budiardjo, ada empat fungsi partai politik, yaitu komunikasi politik, sosialisasi politik, rekruitmen politik dan pengelolaan konflik. Penjabaran dari keempat fungsi tersebut, adalah sebagai berikut:

1. Sarana Komunikasi Politik

Partai politik bertugas menyalurkan beragam aspirasi masyarakat dan menekan kesimpangsiuran pendapat di masyarakat. Keberadaan partai politik menjadi wadah penggabungan aspirasi anggota masyarakat yang senada (interest aggregation) agar dapat di rumuskan secara lebih terstruktur atau teratur (interest articulation). Selanjutnya, partai politik merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu usulan kebijak(sana)an, untuk diajukan kepada pemerintah agar menjadi suatu kebijakan publik. Di sisi lain, partai politik bertugas membantu sosialisasi kebijakan pemerintah, sehingga terjadi suatu arus informasi berkesinambungan antara pemerintah dan masyarakat.

2. Sarana Sosialisasi Politik

Dalam usahanya untuk memperoleh dukungan luas masyarakat, partai politik akan berusaha menunjukkan diri sebagai pejuang kepentingan umum. Oleh karena itu, partai politik harus mendidik dan membangun orientasi pemikiran anggotanya (dan masyarakat luas) untuk sadar akan

21


(32)

21

tanggung jawabnya sebagai warga negara agar mendapatkan feedbackberupa dukungan masyarakat luas.

3. Sarana Rekruitmen Politik

Partai politik memiliki fungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk aktif berpolitik sebagai anggota partai politik tersebut (political recruitment). Hal ini merupakan suatu usaha untuk memperluas partisipasi politik. Selain itu, rekrutmen politik yang di arahkan pada generasi muda potensial menjadi sarana untuk mempersiapkan regenerasi kepemimpinan di dalam struktur partai politik.

4. Sarana Mengelola Konflik

Partai politik bertugas mengelola konflik yang ada di masyarakat sebagai suatu akibat adanya dinamika demokrasi, yang memunculkan persaingan dan perbedaan pendapat.22

Pendapat lain tentang fungsi partai politik di kemukakan oleh Sigit, diamana partai politik diklasifikasikan menjadi 3 fungsi yaitu :

1. Fungsi partai di elektorat (parties in the electorate)

Pada fungsi ini partai politik menunjuk pada penampilan partai politik dalam menghubungkan individu dalam proses demokrasi.

2. Fungsi partai sebagai organisasi (parties as organization)

Pada fungsi ini partai politik menunjuk fungsinya yang melibatkan

22


(33)

partai sebagai organisasi politik, atau proses-proses di dalam organisasi partai politik itu sendiri.

3. Fungsi partai di pemerintahan (parties in government)

Pada fungsi ini partai politik bermain dalam pengelolaan dan penstrukturan persoalan-persoalan pemerintahan.23

Adapun dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 pasal 11 ayat 1 disebutkan bahwa fungsi partai politik adalah sebagai sarana:

a. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia untuk kesejahteraan masyarakat. Penyerap, penghimpun dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

c. Partisipasi politik warga negara Indonesia Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.24

C. Tinjauan Rekrutmen Politik

1. Definisi Rekrutmen Politik

Rekrutmen politik memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan

23

Sigit Pamungkas.op. cit., hal. 14-17

24


(34)

23

fungsi-fungsi sistem politik negara itu melalui lembaga-lembaga yang ada. Ramlan Surbakti, berpendapat bahwa rekrutmen politik ialah seleksi dan pemilihan atau seleksi dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah peranan dalam sistem politik pada umumnya dan pemerintah pada khususnya.25

Menurut Almond yang dikutip oleh Mas’oed, proses rekrutmen

merupakan kesempatan rakyat untuk menyeleksi kegiatan-kegiatan politik dan jabatan pemerintahan melalui penampilan dalam media komunikasi, menjadi anggota organisasi, mencalonkan diri untuk jabatan tertentu, pendidikan dan latihan.26

Menurut Plano yang dikutip oleh Syamsudin mengartikan proses rekrutmen sebagai pemilihan orang-orang untuk mengisi peranan dalam sistem sosial sedangkan rekrutmen poltik menunjuk pada pengisian posisi-posisi formal dan legal, serta peranan-peranan yang tidak formal.27 Menurut Fadillah, rekrutmen politik adalah suatu proses seleksi atau rekrutmen anggota-anggota kelompok untuk mewakili kelompoknya dalam jabatan-jabatan administratif maupun politik. Setiap partai politik memiliki pola rekrutmen yang berbeda. Anggota kelompok yang direkrut atau yang diseleksi adalah yang memiliki kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk suatu jabatan atau fungsi politik.28

25

Ramlan Surbakti,Op. Cit., hal. 150

26

Mas’oed.2009.Perbandingan Sistem Politik.Gajah Mada University Prees. Yogyakarta. hal. 29

27

Syamsudin. 2005. Pemilu Langsung Ditengah Oligarki Partai. Gramedia. Jakarta. hal.143

28

Fadillah Putra. 2008.Partai Politik & Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. hal. 71


(35)

Dari berbagai pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rekrutmen politik adalah suatu kegiatan proses yang dilakukan oleh organisasi atau partai dalam mencari, menyeleksi dan memilih orang yang memiliki kapabilitas untuk mengisi suatu jabatan atau posisi dalam politik dan pemerintahan.

2. Proses Rekrutmen Politik

Salah satu proses politik yang penting bagi partai politik adalah rekrutmen politik. proses rekrutmen yang dilakukan partai politik merupakan titik permulaan yang harus dilakukan partai politik terutama dalam proses pengkaderan anggotanya maupun promosi elite politik baru. Setiap partai politik memiliki sistem atau prosedur rekrutmen yang berbeda. Anggota kelompok yang direkrut adalah yang memiliki suatu kemampuan atau bakat yang sangat dibutuhkan untuk suatu jabatan politik dan setiap partai juga memiliki pola rekrutmen yang berbeda. Menurut Norris yang dikutip oleh Sigit Pamungkas terdapat tiga tahapan dalam rekrutmen politk, yaitu sertifikasi, penominasian, dan tahap pemilu. Tahap sertifikasi adalah tahap pendefinisian kriteria yang dapat masuk dalam kandidasi. Tahap sertifikasi meliputi aturan-aturan pemilihan partai, dan norma-norma sosial informal. Tahap penominasian meliputi ketersediaan (supply) calon yang memenuhi syarat dan permintaan (demand)dari penyeleksi ketika siapa yang dinominasikan.


(36)

25

Tahap pemilu adalah tahap terakhir yang menentukan siapa yang memenangkan pemilu.29

Pelaksanaan tahap-tahap rekrutmen politik sangat berhubungan dengan bagaimana partai politik mengorganisasikan diri. Menurut Rahat dan Hazan yang dikutip oleh sigit terdapat empat hal penting yang dapat menunjukan bagaimana pengorganisasian partai politik dalam rekrutmen politik yaitu siapa yang dapat dinominasikan (Candidacy) ?, siapa yang menyeleksi (Selectore) ?, dimana kandidat diseleksi ?, bagaimana kandidat diputuskan ?30

Melihat empat hal penting dalam pengorganisasian partai politik melakukan rekrutmen politik maka proses rekrutmen poltik dapat terbagi menjadi 2 pola yaitu pola terbuka dan pola tertutup. Menurut Syamsudin dalam pelaksanaan rekrutmen politik terbagi dalam 2 pola yaitu:

1. Rekrutmen Terbuka

Rekrutmen terbuka artinya seluruh warganegara tanpa terkecuali mempunyai kesempatan yang sama untuk direkrut apabila yang bersangkutan telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan. 2. Rekrutmen tertutup.

Rekrutmen tertutup adalah proses rekrutmen secara terbatas, yaitu hanya individu-individu yang tertentu saja yang dapat direkrut untuk menduduki jabatan politik atau jabatan pemerintahan.31

29

Sigit Pamungkas.op. cit., hal. 93

30

Ibid

31


(37)

Tentang pembagian proses rekrutmen politik secara terbuka dan tertutup juga dikatakan oleh Czudnowski yang dikutip oleh Fadillah yaitu:

1. Rekrutmen terbuka, yang mana syarat serta prosedur untuk menampilkan seorang tokoh dapat diketahui secara luas. Partai politik dalam hal ini berfungsi sebagai alat bagi elit yang berkualitas untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Elit ini tidak harus datang dari kalangan partai sendiri.

2. Rekrutmen tertutup, berlawanan dengan cara rekrutmen terbuka. Syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas diketahui oleh umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang berasal dari dalam tubuh partai itu sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan.32

Dalam proses rekrutmen politik idealnya partai politik bersifat terbuka sesuai dengan makna dari prinsip keterbukaan yang sesungguhnya seperti yang diungkapkan oleh Rivai yaitu, partai politik menjalankan fungsi rekrutmen dengan prinsip keterbukan diartikan sebagai upaya partai politik untuk menerima semua golongan/kelompok masyarakat bergabung dengan partainya untuk mengikuti pembinaan dan proses kaderisasi diinternal partai bukan malah mengobral posisi jabatan politik dan jabatan publik lainnya secara terbuka ke khalayak ramai. sikap partai yang menyatakan diri sebagai partai

‘terbuka’ dan mengabaikan proses pembinaan dan kaderisasi perlahan-lahan

akan merusak jati diri partai dan sistem politik secara umum.33

32

Fadillah Putra. ,op. cit., hal. 259-260

33


(38)

27

3. Pola Penentuan Keputusan

Melalui rekrutmen politik seseorang mengalami proses politik dan dipersiapkan untuk dapat menduduki jabatan atau posisi dalam politik dan pemerintahan. Rekrutmen partai merupakan sebuah proses dimana pada akhir proses tersebut akan akan dicapai sebuah keputusan siapa yang menduduki jabatan atau posisi dalam partai. Pengambilan keputusan terakhir pada rekrutmen politik dilakukan secara demokratis sesuai dengan Pasal 22 yang menentukan kepengurusan partai politik di setiap tingkatan dipilih secara demokratis sesuai dengan AD dan ART. Selanjutnya, dalam Pasal 27 dan Pasal 28 ditentukan pengambilan keputusan partai politik di setiap tingkatan dilakukan secara demokratis sesuai dengan AD dan ART.

Pengambilan keputusan akhir dalam rekrutmen sebuah partai dapat dilakukan oleh pengurus, pemimipin ataupun elite-elite partai. Para pembuat keputusan ini bisa disebut dengan agen pembuat keputusan. Menurut Norris dan Lovenduski yang dikutip oleh Sigit Pamungkas, agen pembuat keputusan dalam rekrutmen politik terbagi berdasarkan dua dimensi, yaitu :

1. Dimensi bagaimana kekuasaan disebarkan, yaitu apakah kekuasaan tersentralisasi dipusat, regional atau lokal.

2. Bagaimana formalisasi keputusan dibuat, apakah dibuat secara formal atau informal34

34


(39)

Pembagian agen pembuat keputusan tersebut selanjutnya dapat terbagi lagi menjadi beberapa model yaitu:

1. Informal-Terpusat, model ini mekanismenya kemungkinan

Demokrasi konstitusional tetapi dalam praktiknya dikarakteristikan sebagai patronase kepemimpinan. Anggota partai memainkan peran sangat terbatas dalam proses. Aturan sekedar melayani fungsi simbolik.

2. Informal-Regional, pada model ini faksi pemimpin tawar-menawar dengan masing-masing yang lain untuk menempatkan kandidat atau calon favorit di posisi terbaik.

3. Informal-Terlokal, pada model ini penguasa lokal memutuskan prosedur umum yang digunakan untuk rekrutmen politik. Tanpa panduan yang mapan, sangat mungkin berubah-ubah sehingga rawan dimanipulasi oleh kelompok-kelompok kecil.

4. Formal–Terpusat, yaitu eksekutif partai pusat memiliki otoritas

konstitusional untuk memutuskan calon dan penempatanya.

5. Formal-Regional, pada model ini sama seperti formal terpusat dimana eksekutif regional memiliki otoritas konstitusional untuk memutuskan calon.

6. Formal–Terlokal, pada model ini aturan konstitusional dan panduan

nasional dimapankan untuk menstabilkan proses rekrutmen. Sistem ini memungkinkan proses yang transparan dan aturan yang adil.35

35


(40)

29

Tabel 2 :Agen Pembuat Keputusan

pusat regional Lokal

Proses informal Proses formal

Sumber: Sigit Pamungkas (2011:98)

D. Syarat–Syarat Calon Bupati dan Wakil Bupati

Dalam pencalonan Bupati dan wakil Bupati terdapat beberapa syarat yang harus di dilengkapi oleh calon dan wakil calon kepala daerah. Syarat-syarat tersebut tertera dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2005 yaitu :

a. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, dan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta Pemerintah. b. Berpendidikan sekurang-kurangnya sekolah lanjutan tingkat atas dan/atau

sederajat.

c. Berusia sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) tahun pada saat pendaftaran. d. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan

menyeluruh dari tim dokter.

e. Tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau lebih.


(41)

f. Tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

g. Mengenal daerahnya dan dikenal oleh masyarakat di daerahnya. h. Menyerahkan daftar kekayaan pribadi dan bersedia untuk diumumkan. i. Tidak sedang memiliki tanggungan utang secara perseorangan dan/atau

secara badan hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang merugikan keuangan negara.

j. Tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.

k. Tidak pernah melakukan perbuatan tercela.

l. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atau bagi yang belum mempunyai NPWP wajib mempunyai bukti pembayaran pajak.

m. Menyerahkan daftar riwayat hidup lengkap yang memuat antara lain riwayat pendidikan dan pekerjaan serta keluarga kandung, suami atau istri. n. Belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah

selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama. o. Tidak dalam status sebagai Pejabat Kepala Daerah.36

Kelengkapan persyaratan sebagaimana dimaksud diatas meliputi:

a. Surat pernyataan, yang dibuat dan ditandatangani oleh calon sendiri, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, huruf h, huruf l, dan huruf n.

b. Surat keterangan hasil pemeriksaan kemampuan secara rohani dan jasmani

36

Peraturan Pemerintah Repiblik Indonesia 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, Dan Pemberhentian Kepala Daerah. Pasal. 38.


(42)

31

dari Tim Pemeriksa yang ditetapkan oleh KPUD, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e. c. Surat keterangan bertempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia, dari Lurah/Kepala Desa yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal calon.

d. Surat tanda terima laporan kekayaan calon, dari instansi yang berwenang memeriksa laporan kekayaan penyelenggara negara, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i. e. Surat keterangan tidak sedang memiliki tanggungan utang secara

perseorangan dan/atau secara badan hukum yang menjadi tanggungjawabnya yang merugikan keuangan negara, dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf j.

f. Surat keterangan tidak sedang dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan, dari Pengadilan Niaga yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf k.

g. Surat keterangan tidak sedang dicabut hak pilihnya berdasarkan keputusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat

h. tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g.


(43)

i. Surat pernyataan tidak pernah melakukan perbuatan tercela yang dilampiri dengan hasil tes narkoba yang dilakukan oleh Tim Pemeriksa Kesehatan yang ditetapkan oleh KPUD, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf l.

j. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama calon, tanda terima penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi atas nama calon, untuk masa 5 (lima) tahun terakhir atau sejak calon menjadi wajib pajak, dan tanda bukti tidak mempunyai tunggakan pajak dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tempat calon yang bersangkutan terdaftar, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf m.

k. Daftar riwayat hidup calon, dibuat dan ditandatangani oleh calon dan ditandatangani pula oleh Pimpinan Partai Politik atau para Pimpinan Partai Politik yang bergabung, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf n.

l. Surat keterangan tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana makar berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.

m. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP).Fotokopi ijazah yang telah dilegalisir oleh pihak yang berwenang, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c.


(44)

33

n. Surat keterangan tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih dari Pengadilan Negeri yang wilayah hukumnya meliputi tempat tinggal calon, sebagai bukti pemenuhan syarat calon sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f.

o. Surat pernyataan belum pernah menjabat sebagai Kepala Daerah atau Wakil Kepala Daerah selama 2 (dua) kali masa jabatan dalam jabatan yang sama, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf o.

p. Surat pernyataan tidak dalam status sebagai Penjabat Kepala Daerah, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf p.

q. Pas foto calon ukuran 4 cm x 6 cm berwarna dan hitam putih masing-masing 4 (empat) lembar.37

E. Kerangka Pikir

Partai politik pada Pilkada merupkan alat yang formal untuk pencalonan Kepala Daerah. Partai merupakan instrumen politik yang memiliki tujuan untuk meraih kekuasaan tanpa memandang makna dan fungsi sebuah partai sebagai sarana untuk melakukan pendidikan politik, rekrutmen politik, dan sosialisasi politik sudah terlupakan.

Rekrutmen politik merupakan seleksi politik terhadap calon-calon atau kader partai yang akan diusung partai dalam Pilkada. Rekrutmen politik juga merupakan fungsi strategis dalam membesarkan partai politik ataupun

37


(45)

menghimpun suara masyarakat dalam memenangkan Pilkada. Partai politik atau gabungan partai politik berlomba-lomba dalam memenangkan calon yang di usungnya. Salah satu cara memenangkan Pilkada adalah dengan mencari, menyeleksi, memilih dan mengangkat pasangan calon yang memilki kapabilitas dan kredibilitas dengan memperhatikan pendapat dan tanggapan kader-kader partai serta masyarakat melalui mekanisme yang demokratis dan transparan.

Partai GOLKAR merupakan salah satu partai besar yang telah memenuhi persyaratan untuk mengusulkan Calon Kepala Daerah dengan perolehan jumlah kursi 15 (lima belas) persen sebagai persyaratan Pilkada Kabupaten Tanggamus 2012. Dengan total 45 kursi di DPRD Tanggamus, DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus untuk menentukan siapa yang akan dicalonkan dalam Pilkada Kabupaten Tanggamus 2012 tentu saja memiliki mekanisme dan pola tersendiri dalam perekrutan calon yang akan diusung untuk mendapatkan calon yang terbaik untuk memenangkan Pilkada.

Dalam proses rekrutmen Bakal Calon Kepala Daerah menjadi Calon Kepala Daerah Kabupaten Tanggamus oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus Tahun 2012 dapat dilihat pada gambar berikut ini:


(46)

35

Pilkada

Tanggamus

Partai Golkar

Rekrutmen

Bakal Calon

Fungsi

Partai

Tahap-tahap Rekrutmen

Pola

Rekrutmen

Seleksi

Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati


(47)

A. Tipe Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yang bertujuan untuk mencoba menggambarkan fakta-fakta dan data secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fenomena-fenomena yang berkenaan dengan obyek penelitian yang diteliti. Menurut Nazir metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.38 Tujuan dari penelitian deskriptif menurut Nazir adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.39

Penelitian deskriptif ini digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan data yang ada, dan pelaksanaanya melalui pengumpulan, penyusunan, analisis dan interperestasi data yang diteliti pada masa sekarang ini. Bogdan dan Taylor dalam Lexy Moleong menyatakan :

“Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan prilaku yang dapat diamati. Menurut mereka pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara holistik (utuh). Dalam

38

Moh.Nazir. 2009.Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. hal. 54

39


(48)

37

hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan”40

Penelitian kualitatif dalam penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dan keterangan-keterangan secara jelas dan faktual tentang proses politik Partai GOLKAR dalam rekrutmen calon pasangan Kepala Daerah Kabupaten Tanggamus.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah melalui pendekatan struktural. Dengan penekatan struktural pada penelitian ini berusaha untuk menemukan agenda-agenda politik, aturan-aturan yang menentukan aksi. Fokus dalam penelitian ini yaitu proses politik Partai GOLKAR dalam merekrut Pasangan Calon Kepala Daerah dan calon Wakil Kepala Daerah yang diusung dalam Pilkada Kabupaten Tanggamus. Aspek-aspek yang diteliti yaitu:

1. Tahap-tahap Rekrutmen bakal calon menjadi Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus Tahun 2012.

2. Fungsi Partai GOLKAR Dalam Pilkada Kabupaten Tanggamus Tahun 2012

3. Pola Rekrutmen calon yang digunakan secara tertutup atau terbuka dalam rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus.

40

Lexy J. Moleong. 2006.Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya. Bandung. hal. 3


(49)

4. Demokrasi dalam Penentuan keputusan pada rekrutmen Bakal Calon menjadi Calon Kepala Daerah oleh Partai GOLKAR

C. Sumber Data

Menurut Burhan Bungin sumber data terdiri dari :

1. Data primer, yaitu data yang langsung diperoleh dari lokasi penelitian atau objek penelitian. Pada penelitian ini data primer diperoleh dari hasil wawancara terhadap Ketua DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus, Wakil Ketua DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus, Sekretaris DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus. Ketua Harian Badan Pemenangan Pemilu DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus, Calon dan Wakil Calon Kepala Daerah terpilih dari DPD II Partai GOLKAR Tanggamus.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang dibutuhkan peneliti. Data sekunder juga diperlukan untuk melengkapi informasi. Data tersebut dapat bersumber dari dokumen-dokumen seperti petunjuk pelaksanaan dan peraturan partai, artikel-artikel online, jurnal-jurnal, media cetak dan elektronik, surat kabar online dan sumber-sumber lain yang relevan dan dapat diterima.

.

D. Sumber Informasi

Untuk memperoleh informasi yang jelas tentang rekrutmen politik Calon Kepela Daerah oleh Partai GOLKAR, peneliti menggunakan metode


(50)

39

purposive sampling yaitu pemilihan objek secara sengaja oleh peneliti berdasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu.

Menurut Sugiono sumber informasi yang dipilih secara purposive sampling adalah sebagai sampel sumber data yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti, lazimnya didasarkan atas kriteria atau pertimbangan tertentu. Penggunaan purposive sampling bertujuan untuk mengambil sampel secara subjektif, dengan anggapan bahwa sampel yang diambil itu merupakan keterwakilan (representatif) bagi peneliti, sehingga pengumpulan data yang langsung pada sumbernya dapat dilakukan secara proporsional demi keakuratan penelitian.41

Adapun sumber-sumber yang ditentukan peneliti adalah mereka yang lebih mengetahui tentang masalah yang diteliti dan mampu serta dapat memberikan informasi data-data tentang rekrutmen calon kepala daerah oleh Partai GOLKAR. Sumber informasi dalam penelitian ini adalah :

1. Aspin Tarmizi sebagai Ketua DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus

2. M. Salamun sebagai Wakil Ketua DPD DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus

3. Hendrawati sebagai Sekretaris DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus

4. Ismail Kardi sebagai Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus

41


(51)

5. Indra S. Ismail sebagai Calon Kepala Daerah dari DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Menurut Nazir, pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.42 Menurut Sanapiah metode pengumpulan data yang lazim digunakan adalah angket (questioner), wawancara (interview), observasi (observation), dokumenter (secondary sources), dan tes (test).43

Untuk memperoleh data yang diperlukan, baik primer maupun sekunderalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data yaitu:

1. Teknik Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai topik penelitian dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada informan yang telah ditentukan. Menurut Nazir, wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide(panduan wawancara).44

42

Moh.Nazir,op. cit., hal. 174

43

Sanapiah Faisal.2001. Format - Format Penelitian Sosial. Raja Grafindo Persada. Jakarta. hal. 51

44


(52)

41

2. Dokumentasi

Menurut Lexy J. Moleong dokumentasi adalah setiap bahan tertulis ataupun film. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan.45 Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah undang-undang tentang pemerintah daerah, peraturan pemerintah tentang Pilkada, referensi-referensi, buku-buku, surat kabar cetak maupun elektronik, dan sumber-sumber lainya yang menunjang untuk pengumpulan data.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis kualitatif. Artinya data yang diperoleh diolah secara sistematis, dengan cara mengumpulkan data dan fakta tentang kajian penelitian untuk kemudian digambarkan dalam bentuk penafsiran pada data yang diperoleh. Teknis analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang dikembangkan oleh Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan dituangkan ke dalam laporan atau uraian yang lengkap dan terperinci. Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak

45


(53)

perlu dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan finalnya dapat disajikan dan diverifikasi.

2. Penyajian Data

Penyajian dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa yang harus dilakukan, menganalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. 3. Penarikan Kesimpulan (verifikasi)

Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung, makna-makna yang muncul dari data yang ada diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokanya yang merupakan validitasnya, sehingga akan diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.46

46

Mettew Miles dan A. Michael Habernan. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. hal. 16-18


(54)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN

A. Sejarah Berdirinya Partai GOLKAR

Semangat kekaryaan yang terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap Golongan Karya bibitnya telah tumbuh ketika pembahasan penyusunan UUD 1945 sedang dilakukan. Namun kedudukanya secara formal belum diatur dengan tegas pada awal kemerdekaan, hingga keluarnya Maklumat Wakil Presiden. Pada tanggal 16 Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil Presiden Nomor X, yang disusul kemudian dengan Maklumat Presiden tanggal 3 November 1945, yang memberi kesempatan mendirikan partai-partai politik dengan ideologi yang beraneka ragam.

Kehidupan politik dengan sistem multi partai sejak diberlakukanya Maklumat Wakil Presiden Nomor X berlangsung sampai tahun 1957 yang dikenal dengan zaman demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Pada zaman demokrasi parlementer ini kendali percaturan politik berada di tangan partai-partai politik, namun tidak ada satupun partai politik yang cukup dominan mengendalikan parlemen maupun pemerintahan. Keadaan tersebut mengakibatkan kabinet silih berganti mengikuti pergantian partai yang berkuasa dimasa itu.

Puncak pertentangan partai-partai politik pada masa demokrasi parlementer adalah dimana terjadi kegagalan Konstituante dalam menetapkan dasar negara


(55)

adapula partai–partai politik yang menghendaki dan dan memperjuangkan

Syariat Islam sebagai dasar negara.

Untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari kekacauan dan kehancuran, maka Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959 yang memberlakukan kembali UUD 1945 dimana dalam pembukaanya menuat Pancasila yang resmi dan asli sebagai dasar negara. Setelah diberrlakukanya kembali UUD 1945 partai politik yang ada di Indonesia mulai disederhanakan dimana pada poermulaan tahun 1961 hanya diakui 10 partai.

Penyederhanaan jumlah partai peserta pemilu setelah dikeluarkanya dekrit presiden 5 juli 1959 ternyata tidak mengurangi pertentangan ideologi di dalam masyarakat. Pertentangan ideologi yang terjadi dimasyarakatr disebabkan adanya format politik NASAKOM (Nasionalis, Agama, Komunis) yang digagas oleh Presiden Soekarno. PKI yang merupakan tulang punggung NASAKOM menuntut agar semua lembaga negara dan lembaga kemasyarakatan termasuk golongan fungsional dinasakomkan.

Sebagai perlawanan terhadap tekanan-tekanan PKI dan dalam rangka pelaksanaan UUD 1945, maka golongan – golongan fungsional yang tidak

berafiliasi pada partai politik dan dengan dukungan TNI berjuang keras untuk memformalkan kehadiranya di dalam masyarakat. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 1959, diangkatlah 200 orang waki–wakil Golongan


(56)

✁✂

Karya di MPRS kemudian dengan Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1964 diakuilah wakil-wakil Golongan Karya di Front Nasional.

Dengan adanya pengakuan tentang kehadiran dan legalitas golongan fungsional di MPRS dan Front Nasional, maka atas dasar dorongan TNI dibentuklah Sekretariat Bersama Golongan Karya atau disingkat SEKBER GOLKAR pada tanggal 20 Oktober 1964. Tanggal inilah yang kemudian dijadikan hari lahirnya GOLKAR. Pada masa awal pertumbuhan SEKBER GOLKAR beranggotakan 61 organisasi fungsional, kemudian berkembang menjadi 291 organisasi fungsional karena golongan–golongan fungsional lainya sudah menyadari bahwa SEKBER

GOLKAR berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 serta tujuan dan haluanya adalah Demokrasi Pancasila untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur. Organisasi-organisasi yang terhimpun ke dalam SEKBER GOLKAR ini kemudian dikelompokkan berdasarkan kekaryaannya ke dalam 7 (tujuh) Kelompok Induk Organisasi (KINO), yaitu:

1. Koperasi Serbaguna Gotong Royong (KOSGORO) 2. Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) 3. Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) 4. Organisasi Profesi

5. Ormas Pertahanan Keamanan (HANKAM) 6. Gerakan Karya Rakyat Indonesia (GAKARI)

7. Gerakan Pembangunan untuk menghadapi Pemilu 1971

Ke-7 (tujuh) KINO yang merupakan kekuatan inti dari SEKBER GOLKAR tersebut, mengeluarkan keputusan bersama pada tanggal 4 Februari 1970 untuk


(57)

ikut menjadi peserta Pemilu melalui satu nama dan tanda gambar yaitu Golongan Karya (GOLKAR). Logo dan nama ini, sejak Pemilu 1971 tetap dipertahankan sampai sekarang. Pada Pemilu 1971 ini, Sekber GOLKAR ikut serta menjadi salah satu konsestan. Pihak parpol memandang remeh keikutsertaan GOLKAR sebagai kontestan Pemilu. Mereka meragukan kemampuan komunikasi politik GOLKAR kepada Grassroot level. NU, PNI dan Parmusi yang mewakili kebesaran dan kejayaan masa lampau sangat yakin keluar sebagai pemenang.

Mereka tidak menyadari kalau perpecahan dan kericuhan internal mereka telah membuat tokoh-tokohnya berpindah ke GOLKAR. Hasilnya di luar dugaan. GOLKAR sukses besar dan berhasil menang dengan 34.348.673 suara atau 62,79 % dari total perolehan suara. Perolehan suaranya pun cukup merata di seluruh Propinsi, berbeda dengan parpol yang berpegang kepada basis tradisional. NU hanya menang di Jawa Timur dan Kalimantan Selatan, Partai Katholik di Nusa Tenggara Timur, PNI di Jawa Tengah, Parmusi di Sumatera Barat dan Aceh. Sedangkan Murba tidak memperoleh suara signifikan sehingga tidak memperoleh kursi DPR.

Sesuai ketentuan dalam ketetapan MPRS mengenai perlunya penataan kembali kehidupan politik Indonesia, pada tanggal 17 Juli 1971 SEKBER GOLKAR mengubah dirinya menjadi GOLKAR. GOLKAR menyatakan diri bukan parpol karena terminologi ini mengandung pengertian dan pengutamaan politik dengan mengesampingkan pembangunan dan karya. September 1973, GOLKAR menyelenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) I di Surabaya. Mayjen Amir


(58)

47

Murtono terpilih sebagai Ketua Umum. Konsolidasi GOLKAR pun mulai berjalan seiring dibentuknya wadah-wadah profesi, seperti Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) dan Federasi Buruh Seluruh Indonesia (FBSI).

Setelah Peristiwa G30S maka, SEKBER GOLKAR dengan dukungan sepenuhnya dari Soeharto sebagai pimpinan militer melancarkan aksi-aksinya untuk melumpuhkan mula-mula kekuatan PKI. Pada dasarnya GOLKAR dan TNI-AD merupakan tulang punggung rezim militer Orde Baru. Semua politik Orde Baru diciptakan dan kemudian dilaksanakan oleh pimpinan militer dan GOLKAR. Selama puluhan tahun Orde Baru berkuasa jabatan-jabatan dalam struktur eksekutif, legislatif dan yudikatif, hampir semuanya diduduki oleh kader-kader GOLKAR. Keluarga besar Golongan Karya sebagai jaringan konstituen, dibina sejak awal Orde Baru melalui suatu pengaturan informal yaitu jalur A untuk lingkungan militer, jalur B untuk lingkungan birokrasi dan jalur G untuk lingkungan sipil di luar birokrasi.

Memasuki reformasi tuntutan mundur Presiden Soeharto menggema di mana-mana. Soeharto akhirnya berhasil dilengserkan oleh gerakan mahasiswa. Hal ini kemudian berimbas pada GOLKAR. Karena Soeharto adalah PENASEHAT PARTAI maka GOLKAR juga dituntut untuk dibubarkan. Saat itu GOLKAR dicerca di mana-mana. Akbar Tandjung yang terpilih sebagai ketua umum di era ini kemudian mati-matian mempertahankan partai. Dibawah kepemimpinan Akbar, GOLKAR berubah wujud menjadi Partai Golkar. Saat itu GOLKAR juga mengusung citra sebagai GOLKAR baru.


(59)

Upaya Akbar tak sia-sia, dia berhasil mempertahankan GOLKAR dari serangan eksternal dan krisis citra. Partai GOLKAR kemudian ikut dalam Pemilu 1999, berkompetisi bersama partai-partai baru di era multipartai. Pada pemilu pertama di Era Reformasi ini Partai GOLKAR mengalami penurunan suara di peringkat ke dua di bawah PDIP dengan. Namun pada pemilu berikutnya GOLKAR kembali unggul. Pada pemilu legislatif 2004 GOLKAR menjadi pemenang pemilu legislatif dengan 24.480.757 suara atau 21,58% suara sah.

B. Posisi dan Peran Partai GOLKAR di Masa Orde Baru

Memasuki Orde Baru untuk memantabkan GOLKAR maka diadakanlah Musyawarah Kerja Nasional I (MUKERNAS I) SEKBER GOLKAR dari tanggal l9 sampai dengan 11 Desember 1965, dengan tema “Konsolidasi

Organisasi dan Partisipasi Terhadap Timbulnya Orde Baru.” Pada MUKERNAS ini berhasil menyusun program konsolidasi organisasi dan program perjuangan di segala bidang dalam rangka usaha menegakan Orde Baru.

Pada masa Orde Baru ini SEKBER GOLKAR tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan ekspon-eksponen Orde Baru lainya yang mempelopori pembaharuan kehidupan politik berdasarkan konsepsi pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen serta melaksanakan pembangunan nasional di segala bidang sebagai upaya pengisian cita-cita Proklamasi.

Pada masa Orde Baru, GOLKAR memposisikan diri sebagai kekuatan sosial politik pendukung Orde Baru dimana kekuatan sosial politik sebagai pendukung Orde Baru ini tercermin dari setiap pelaksanaan MUNAS GOLKAR yang senantiasa menghasilkan keputusan yang memberikan dukungan terhadap


(60)

49

program-program pemerintah. Program organisasi selalu disinkronkan dengan program pemerintah yang mendapatkan dukungan serta legitimasi dari lembaga legislatif yang dikuasai oleh GOLKAR.

Kedudukan Ketua Dewan Pembina GOLKAR yang juga merupakan Presiden (MANDATARIS MPR) memiliki wewenang yang dominan dalam keputusan–

keputusan GOLKAR, bahkan dapat membatalkan keputusan–keputusan yang dihasilkan oleh musyawarah organisasi dan membekukan Dewan Pengurus. Kedudukan Ketua Dewan Pembina yang dominan tersebut menyebabkan berkurangnya kemandirian dimana kebijakan–kebijakan penting dan esensial GOLKAR harus terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Dewan Pembina sehingga kepengurusan terkesan telah kehilangan kreatifitas khususnya yang berkaitan dengan perkembangan demokrasi.

GOLKAR memiliki ciri khas pada masa Orde Baru dimana ciri khas tersebut terdiri dari 4 hal utama yaitu : yang pertama dikenalnya istilah”sistem tiga jalur”

(A ABRI, B Birokrasi, G GOLKAR), kedua, dominanya peranan Dewan Pembina, ketiga, pengambilan keputusan selalu dari atas (top down) dan keempat, sangat menghindari pemungutan suara (voting) untuk menentukan pimpinan organisasi disemua tingkatan atau dari ketua umum DPP sampai pada tingkatan kepengurusan terbawah.

Fenomena yang tergambarkan dari kehidupan kekuatan sosial politik terkesan terlalu kaku, struktural, institusional dan formalistik. Seluruh kekuatan sosial politik baik secara diam-diam maupun terang-terangan diarahkan untuk memberikan dukungan berupa legitimasi yang kuat kepada Pemerintahan Orde


(61)

Baru. Kondisi tersebut tercipta akibat berkembangtnya sistem politik yang menempatkan pembangunan ekonomi sebagai prioritas utama yang dikenal dengan nama pembangunanisme (developmentalisasi). Hal ini diterima luas oleh sebagian besar elit dan massa. Salah satu syarat pembangunan ekonomi itu ialah adanya stabilitas politik dengan jalan mengurangi partisipasi politik dan membatasi kebebasan politik.

Pembangunanisme melahirkan budaya politik teknokratik (mengutamakan kemampuan teknis/keahlian) dan birokratik (pengaturan dari atas dan sentralistik) hal ini menjadi apopulis dan apolitik. Dalam bingkai itulah golongan fungsional memastikan persemian yang subur untuk tumbuh dan dalam masa awal orde baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi selama 30 tahun.

C. Perkembangan Partai GOLKAR Era Reformasi

Sejak pelakssanaan MUNASLUB GOLKAR pada bulan juli 1998 GOLKAR semakin menegaskan untuk memperbaharui dirinya sesuai dengan tuntutan reformasi. Visi dan misi Partai GOLKAR baru kedepan memang tampak berbeda dengan GOLKAR lama, ada beberapa ciri yang tidak lagi melekat sebagai masa lampau, sekalipun Partai GOLKAR juga tetap mempertahankan citra sejarahnya sebagai kekuatan politik nasional yang memperjuangkan kepentingan bangsa dan negara.

Beberapa hal yang dapat dilihat sebagai perbedaan yang signifikan dengan GOLKAR masa lampau adalah pembaruan Partai GOLKAR. Struktur kepemimpinan Partai GOLKAR era reformasi tidak lagi mempunyai institusi


(62)

51

Dewan Pembina. Sebelumnya Dewan Pembina GOLKAR dipimpin oleh Presiden, sekarang ini dihapus. Partai GOLKAR menghapus institusi Dewan Pertimbangan di propinsi, Ketua Dewan Pertimbangan itu adalah Gubernur. Partai GOLKAR tidak lagi Ketua Dewan Penasehat di Kabupaten/Kota, yang semula dijabat oleh Bupati.

Secara struktural dan dalam konteks kader, Partai GOLKAR tidak lagi mempunyai hubungan politik internal dengan pemerintah. Dengan melakukan reformasi pada struktur kepemimpinan berarti proses pengambilan keputusan internal partai GOLKAR dilakukan oleh dewan pimpinan pusat sendiri. Sebagai akibat perampingan struktur kepemimpinan dalam tubuh Partai Golkar, maka pemilihan pimpinan Partai GOLKAR yang selama ini selalu berdasarkan tuntutan, arahan dan keputusan dari atas, maka pemilihan Pimpinan Partai GOLKAR justru bersumber dari hasil pelaksanaan pemilihan langsung arus aspirasi politik dalam dalam pemilihan sangat terbalik, apabila dulu diturunkan dari atas kebawah (top down) maka sekarang dipilih dari bawah (bottom up). Ketua umum DPP Partai GOLKAR terpilih berdasarkan pemilihan langsung dan berdasarkan aspirasi dari bawah.

Perubahn prinsip yang terjadi di tubuh Partai GOLKAR di era reformasi telah mngubah posisi politik dimana dahulu GOLKAR sulit dipisahkan dari pemerintah, dengan adanya jalur ABRI, Birokrasi dan GOLKAR maka sering di identikan dengan pemerintah. Partai GOLKAR baru adalah organisasi politik yang telah mengalami reformasi internal dan struktur melalui penyesuaian diri terhadap tuntutan reformasi. Paling tidak ada dua faktor penting yang amat mempengaruhi pembaharuan dalam tubuh golkar. Pertama, keinginan internal


(63)

Partai GOLKAR dan kedua, adanya desakan eksternal. Karena Partai GOLKAR berada pada lingkungan dimana perubahan– perubahan terjadi sejalan dengan tuntutan reformasi, maka desakan eksternal untuk reformasi tidak dapat dihindarkan.

D. Visi dan Misi Partai GOLKAR

Sejalan dengan cita-cita para bapak pendiri negara (the founding fathers) kita bahwa tujuan kita bernegara adalah melindungi segenap tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dan ikut menciptakan perdamaian dunia, maka Partai GOLKAR sebagai pengemban cita-cita Proklamasi menegaskan visi perjuangannya untuk menyertai perjalanan bangsa mencapai cita-citanya.

Partai GOLKAR berjuang demi terwujudnya Indonesia baru yang maju, modern, bersatu, damai, adil dan makmur dengan masyarakat yang beriman dan bertaqwa, berahlak baik, menjunjung tinggi hak asasi manusia, cinta tanah air, demokratis, dan adil dalam tatanan masyarakat madani yang mandiri, terbuka, egaliter, berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja dan semangat kekaryaan, serta disiplin yang tinggi.

Berdasarkan visi tersebut maka Partai GOLKAR hendak mewujudkan kehidupan politik nasional yang demokratis melalui pelaksanaan agenda-agenda reformasi politik yang diarahkan untuk melakukan serangkaian koreksi terencana, melembaga dan berkesinambungan terhadap seluruh bidang


(64)

53

kehidupan. Reformasi pada sejatinya adalah upaya untuk menata kembali sistim kenegaraan kita disemua bidang agar kita dapat bangkit kembali dalam suasana yang lebih terbuka dan demokratis. Bagi Partai GOLKAR upaya mewujudkan kehidupan politik yang demokratis yang bertumpu pada kedaulatan rakyat adalah cita-cita sejak kelahirannya.

Dalam rangka mengaktualisasikan doktrin dan mewujudkan visi Partai GOLKAR maka misi dari perjuangan Partai GOLKAR adalah:

1. Menegakkan, mengamalkan, dan mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan idiologi bangsa demi untuk memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia

2. Mewujudkan cita-cita Proklamasi melalui pelaksanaan pembangunan nasional di segala bidang untuk mewujudkan masyarakat yang demokratis, menegakkan supremasi hukum, mewujudkan kesejahteraan rakyat, dan hak-hak asasi manusia.

E. Tujuan Pokok dan Fungsi Partai GOLKAR

Partai GOLKAR merupakan partai yang berasaskan Pancasila dan bersifat mandiri, terbuka, demokratis, moderat, solid, mengakar, responsif, majemuk, egaliter, serta berorientasi pada karya dan kekaryaan.

1. Tujuan partai GOLKAR

Partai GOLKAR merupakan sebuah partai yang memiliki tujuan :

a. Mempertahankan dan mengamalkan Pancasila serta menegakkan UUD 1945.


(65)

b. Mewujudkan cita-cita bangsa sebagaimana dimaksud dalam pembukaan UUD 1945;

c. Menciptakan masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam rangka mengembangkan kehidupan demokrasi, yang menjunjung tinggi dan menghormati kebenaran, keadilan, hukum, dan Hak Asasi Manusia.

2. Tugas Pokok Partai GOLKAR

Untuk mencapai tujuan sebagaimana dimaksud sebelumnya diatas maka, tugas pokok Partai GOLKAR adalah memperjuangkan terwujudnya peningkatan segala aspek kehidupan yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, agama, sosial budaya, hukum, serta pertahanan dan keamanan nasional guna mewujudkan cita-cita nasional.

3. Fungsi

Partai GOLKAR yang merupakan partai politik yang berlandaskan Pancasila memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan politik yang demokrasi berlandaskan Pancasila. Fungsi–fungsi tersebut meliputi :

a. Menghimpun persamaan sikap politik dan kehendak untuk mencapai cita-cita dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur, material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

b. Mempertahankan, mengemban, mengamalkan, dan membela Pancasila serta berorientasi pada program pembangunan di segala bidang tanpa membedakan suku, agama, ras, dan golongan;


(1)

70

59 Samsul Hidayat Ketua Bagian Tenaga Kerja Koprasi dan UMKM

60 Marwan Wakil Ketua Bagian Tenaga Kerja, Koperasi dan

UMKM

61 Jarsuni Anggota Bagian Tenaga Kerja, Koperasi dan

UMKM

62 Edi Pulampas Ketua Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni 63 Rafiuddin Wakil Ketua Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni 64 Hendrik Asmaun Anggota Bagian Pemuda, Olahraga dan Seni 65 Khasadin, S.Pd Ketua Bagian Pendidikan dan Pelatihan 66 Rohmanuddin Wakil Ketua Bagianpendidikan dan Pelatihan

67 Wirazaki Anggota Bagian Pendidikan dan Pelatihan

68 Rosiyah Ketua Bagian Perempuan

69 Nurma Sari Adrila Wakil Ketua Bagian Perempuan

70 Ike Wardatul Jannah Anggota Bagian Perempuan

71 A. Helmi Hs. Ketua Bagian Keagamaan

72 Cecep Abdulhaq, S.Ag. Wakil Ketua Bagian Keagamaan

73 Qomarus Zaman Anggota Bagian Keagamaan

74 Helmi Ketua Bagian Informasi dan Komunikasi

75 Saparudin Wakil Ketua Bagian Informasi dan Komunikasi 76 Kurtubi Saiki Anggota Bagian Informasi dan Komunikasi Sumber : DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus 2013


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai Rekrutmen Calon Kepala Daerah oleh Partai GOLKAR, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Rekrutmen Calon Kepala Daerah yang dilakukan oleh Partai GOLKAR berdasarkan Juklak-13/DPP/GOLKAR/XI/2011 dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu Tahap Persiapan, Penjaringan Nama Tokoh, Survei Awal, Seleksi Bakal Calon Intenal, Penguatan Elektabilitas, Survei Kedua, Penguatan Elektabiltas Lanjutan Bakal Calon Partai GOLKAR, Pendaftaran Bakal Calon, Verifikasi Bakal Calon, Penetapan Nominasi Bakal Calon, Survei Akhir, Pemilihan dan Penetapan Calon Terpilih, Penentuan Pasangan Calon dan terakhir Pengesahan Pasangan Calon Kepala Daerah oleh DPP Partai GOLKAR.

2. Pola penentuan keputusan pada rekrutmen politik yang dilakukan oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus berdasarkan dimensi pembuatan keputusan adalah formal terpusat.

3. Sifat Rekrutmen yang dilakukan oleh DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus tidak terbuka. Partai GOLKAR membuka pendaftaran secara umum, Penentuan Bakal Calon pada Rapat Tim Pilkada Pusat hanya melibatkan perwakilan pengurus partai dan tidak terbuka bagi konstituen


(3)

☎ ✆8

DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus atau masyarakat ikut serta memilih Calon yang disukai dan penentuan calon dari Partai GOLKAR didasarkan pada hasil survei yang direkomendasikan oleh DPP.

4. Partai GOLKAR dalam rekrutmen Calon Kepala Daerah melakukan seleksi menggunakan pola pengorganisasian partai, dimana dalam pengorganisasian Partai GOLKAR melakukan seleksi kandidat sesuai demgan wilayah yang akan diselenggarakan Pilkada. Keputusan berdasarkan hasil Rapat Tim Pilkada.

B. Saran

1. Untuk memperoleh dukungan kepercayaan dan popularitas dari masyarakat,Partai GOLKAR sudah saatnya menjalankan fungsinya dengan baik, dengan mengedepankan keterbukaan, kejujuran, beritikad baik dan terus menerus berbenah diri secara internal yakni struktur, program parpol, dan transparasi.

2. Pada saat Pemilihan Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah hendaknya partai GOLKAR mengikutsertakan konstituen DPD II Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus atau masyarakat untuk memilih Calon Kepala Daerah agar lebih demokratis.

3. DPD Partai GOLKAR Kabupaten Tanggamus perlu melakukan otonominasi partai agar lebih demokratis dan mengurangi intervensi pusat.

4. Diharapkan kepada Calon Kepala Daerah dan Calon Wakil Kepala Daerah yang terpilih dari Partai GOLKAR supaya tidak hanya pada saat


(4)

✝ ✞ ✟

menjelang Pilkada saja melakukan pendekatan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka. Jakarta. Firmanzah. 2007. Mengelola partai politik-komunikasi dan positioning ideologi

politik di era demokrasi. Yayasan obor. Jakarta.

G. Shabbir. Cheema, and Dennis A. Rondinelli. 2007. Decentralizing

Governance: Emerging Concepts and Practices. Washington, DC.

Isjwara, F. 1997. Pengantar Ilmu Politik. Bina Cipta. Bandung.

J. Prihatmoko, Joko. 2005. Pemilihan Kepala Daerah Langsung; Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan di Indonesia. Pustaka Pelajar Semarang. Kartono, Kartini. 2009. Pendidikan Politik. C.V. Mandiri Maju. Bandung.

Mahfud MD. 2003. Demokrasi dan Konstitusi di Indonesia. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Marbun, B.N. 2003. Kamus Politik. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Mas’oed.2009. Perbandingan Sistem Politik.Gajah Mada University Prees.

Mettew Miles dan A. Michael Habernan. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Remaja Rosda Karya. Bandung.

Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. Nurtjahjo, Hendra. 2008. FilsafatDemokrasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Pamungkas, Sigit. 2012. Partai Politik. Institute for Democracy and Welfarism. Yogyakarta.

Putra, Fadillah. 2003. Partai Politik dan Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Sanapiah Faisal. 2001. Format-Format Penelitian Sosial. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

Sugiyono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung.

Sugono, Dendy. 2008. Kamus bahasa indonesia. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Surbakti, Ramlan. 2010. Memahami Ilmu Politik. Grasindo. Jakarta.

Syamsudin. 2005. Pemilu Langsung Ditengah Oligarki Partai. Gramedia. Jakarta. ________. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar

Lampung.

Sumber Lain:

http://id.wikipedia.org/wiki/Proses http://indrasalamun.blogspot.com http://kputanggamus.blogspot.com http://radartanggamus.co.id

JUKLAK-13/DPP/GOLKAR/XI/2011

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 6 Tahun 2005 Tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah.

Tribun Lampung.

Undang-Undang Dasar 1945

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang 2 Tahun 2008. Tentang Partai Politik.