perlu dan mengorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kesimpulan finalnya dapat disajikan dan diverifikasi.
2. Penyajian Data Penyajian dibatasi sebagai kumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian tersebut akan dapat dipahami apa yang terjadi dan apa
yang harus dilakukan,
menganalisis ataukah
mengambil tindakan berdasarkan pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan verifikasi Kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung, makna-makna
yang muncul dari data yang ada diuji kebenaran, kekokohan dan kecocokanya yang merupakan validitasnya, sehingga akan diperoleh
kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.
46
46
Mettew Miles dan A. Michael Habernan. 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press. Jakarta. hal. 16-18
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PERNELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Partai GOLKAR
Semangat kekaryaan yang terwujud dalam bentuk pengakuan terhadap Golongan Karya bibitnya telah tumbuh ketika pembahasan penyusunan UUD 1945 sedang
dilakukan. Namun kedudukanya secara formal belum diatur dengan tegas pada awal kemerdekaan, hingga keluarnya Maklumat Wakil Presiden. Pada tanggal 16
Oktober 1945 keluar Maklumat Wakil Presiden Nomor X, yang disusul kemudian dengan Maklumat Presiden tanggal 3 November 1945, yang memberi
kesempatan mendirikan partai-partai politik dengan ideologi yang beraneka ragam.
Kehidupan politik dengan sistem multi partai sejak diberlakukanya Maklumat Wakil Presiden Nomor X berlangsung sampai tahun 1957 yang dikenal dengan
zaman demokrasi parlementer atau demokrasi liberal. Pada zaman demokrasi parlementer ini kendali percaturan politik berada di tangan partai-partai politik,
namun tidak ada satupun partai politik yang cukup dominan mengendalikan parlemen maupun pemerintahan. Keadaan tersebut mengakibatkan kabinet silih
berganti mengikuti pergantian partai yang berkuasa dimasa itu. Puncak pertentangan partai-partai politik pada masa demokrasi parlementer
adalah dimana terjadi kegagalan Konstituante dalam menetapkan dasar negara
pada tahun 1959. Pertentangan tersebut berpusat pada adanya partai–partai politik yang gigih mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara, tetapi
adapula partai–partai politik yang menghendaki dan dan memperjuangkan Syariat Islam sebagai dasar negara.
Untuk menyelamatkan bangsa dan negara dari kekacauan dan kehancuran, maka Presiden
Soekarno mengeluarkan
Dekrit Presiden 5
Juli 1959
yang memberlakukan kembali UUD 1945 dimana dalam pembukaanya menuat
Pancasila yang resmi dan asli sebagai dasar negara. Setelah diberrlakukanya kembali UUD 1945 partai politik yang ada di Indonesia mulai disederhanakan
dimana pada poermulaan tahun 1961 hanya diakui 10 partai. Penyederhanaan jumlah partai peserta pemilu setelah dikeluarkanya dekrit
presiden 5 juli 1959 ternyata tidak mengurangi pertentangan ideologi di dalam masyarakat. Pertentangan ideologi yang terjadi dimasyarakatr disebabkan
adanya format politik NASAKOM Nasionalis, Agama, Komunis yang digagas oleh Presiden Soekarno. PKI yang merupakan tulang punggung NASAKOM
menuntut agar semua lembaga negara dan lembaga kemasyarakatan termasuk golongan fungsional dinasakomkan.
Sebagai perlawanan
terhadap tekanan-tekanan
PKI dan dalam
rangka pelaksanaan UUD 1945, maka golongan – golongan fungsional yang tidak
berafiliasi pada partai politik dan dengan dukungan TNI berjuang keras untuk memformalkan kehadiranya di dalam masyarakat. Berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 12 Tahun 1959, diangkatlah 200 orang waki–wakil Golongan