bermasalah dengan hukum. Yang menjadi dasar bagi Kementerian Kehakiman untuk mendirikan Komisi Nasional untuk Hak Anak adalah
keputusan Perdana Menteri Nomor 018 tahun 2008 tanggal 4 bulan Mei tahun 2008 tentang Pelimpahan Masalah Hak Asasi Manusia
kepada Kementerian Kehakiman. Dengan demikian pada tanggal 29 September 2009 terbentuklah Komisi Nasional Hak Anak. Pembentukan
Komisi ini merupakan tindak lanjut atas keputusan Perdana Menteri tersebut, dengan tujuan dapat melindungi hak-hak anak melalui
pembentukan jaringan kerja dengan lembaga-lembaga pemerintah, pengadilan, kejaksaan, kepolisian, lembaga keagamaan dan organisasi-
organisasi non pemerintah lainnya, baik di tingkat daerah, nasional maupun internasional terutama yang bergerak dalam bidang hak-hak
anak.
3. Prinsip-Prinsip Perlindungan Anak sebagai Pelaku Tindak
Pidana
Masalah perlindungan hukum bagi anak merupakan salah satu cara untuk melindungi tunas bangsa di masa depan, karena perlindungan
hukum terhadap anak menyangkut semua aturan hukum yang berlaku sehingga perlindungan ini perlu ada pada anak, karna anak merupakan
bagian masyarakat yang mempunyai keterbatasan secara fisik dan
mentalnya
12
. Oleh karena itu, anak memerlukan perlindungan dan perawatan khusus. Maka ada dua hal penting yang harus diperhatikan
dalam perlindungan anak yaitu : a
Secara internasional pelaksanaan peradilan pidana anak berpedoman
pada
Standrad Minimun
Rules For
the Administration of Juvenile Justice
The Beijing Rules
13
, yang memuat prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Kebijakan sosial memajukan kesejahteraan remaja secara
maksimal memperkecil intervensi sistem peradilan pidana. 2.
Nondiskriminasi terhadap anak pelaku tindak pidana dalam proses peradilan pidana.
3. Penentuan batas usia pertanggunjawaban kriminal terhadap
anak. 4.
Penjatuhan pidana penjara merupakan upaya terkhir. 5.
Tindakan diversi dilakukan dengan persetujuan anak atau orang tua wali.
6. Pemenuhan hak-hak anak dalam proses peradilan pidana
anak. 7.
Perlindungan privasi anak pelaku tindak pidana.
12
Marlina, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, PT Refika Aditama, Hal 42
13
Marlina, Peradilan Pidana Anak Di Indonesia, PT Refika Aditama, Hal 11
8. Peraturan peradilan pidana anak tidak boleh bertentangan
dengan peraturan ini. b
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan anak pada Pasal 5 menetukan :
1 Sistem peradilan pidana anak wajib mengutamakan
pendekatan keadilan restroratif. 2
Sistem peradilan pidana anak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi :
a. Penyidikan dan penuntutan pidana anak yang
dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, kecuali ditentukan lain dalam
undang-undag ini. b.
Persidangan anak yang dilakukan oleh pengadilan dilingkungan peradilan umu dan,
c. Pembinan, pembimbingan, pengawasan, dan pendamping
selama proses pelaksanaan pidana atau tindakan dan setelah menjalani pidana atau tindakan.
3 Dalam sistem peradilan pidana anak sebagaimana dimaksud
pada ayat 2 huruf a dan huruf b wajib diupayakan Diversi.
Dalam penguraian mengenai kebijikan tindak pidana terhadap pelaku anak belum memberikan uraian secara jelas khususnya di
Timor-Leste pada kedudukan dan upaya perlindungan yang harus dilakukan.
Maka tindakan kejahatan yang dilakukan oleh pelaku, menurut Indriyanto Seno Adji
14
, setiap tindak pidana adalah perbuatan seseorang yang diancam pidana, perbuatan bersifat melawan hukum,
terdapat kesalahan dan bagi pelakunya dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatannya, sedangkan menurut Roeslam Saleh
15
orang baru akan pidana apabila mempunyai unsur kesalahan, sebagaimana salah
satu asas yang dikenal dalam hukum pidana yaitu tidak dipidana apabila tidak ada kesalahan. Suatu perbuatan akan menjadi
perbuatuan pidana apabila terdapat unsur yang dilarang, atau aturan pidana dan pelakunya diancam dengan pidana, tetapi pada sifat dari
perbuatan tersebut akan diketahui adanya unsur melawan hukum. Dengan demikian kebijikan hukum pidana sebagai upaya
perlindungan terhadap pelaku anak, pengajian perlunya perlindungan terhadap pelaku anak menurut Romli Atmasasmita dan Wagiati
14
Jantung,jt.blogstop.com, Chairul Anwar, 2005 : 25 – 26 Hal.
15
Jantung ,jt.blogstop.com, Roeslan Saleh, 1983 : 13
Soetodjo
16
, dilihat dari motivasi intrinsik dan ekstrinsik dari kenakalan anak :
1. Yang termasuk motivasi intrinsik dari pada kenakalan anak-
anak adalah; a.
Faktor Usia. b.
Faktor kelamin. c.
Faktor kedudukan anak dalam keluarga. d.
Faktor intelegensia. 2.
Yang termasuk motivasi ekstrinsik adalah : a.
Faktor Rumah Tangga. b.
Faktor Pendidikan dan sekolah. c.
Faktor pergaulan anak. d.
Faktor media masa. Berbagai faktor tersebut memungkinkan bagi anak untuk
melakukan kenakalan dan kegiatan kriminal yang dapat membuat mereka terpaksa berhadapan dengan hukum dan sistim peradilan
pidana, dan menurut Marc Ancel masa media dipahami berpengaruh pula terhadap perkembangan anak, keinginan atau kehendak anak
untuk melakukan kenakalan, kadangkala timbul karena pengaruh
16
Nashriana, perlindungan hukum pidana anak di Indonesia,cek 3 Jakarta 2014, Hal 36 dan Hal 44
bacaan, gambar-gambar, dan flim, maka bagi anak yang mengisi waktu sesunguhnya dengan bacaan yang buruk, maka hal itu akan
berbahaya dan dapat menghalangi mereka untuk berbuat hal – hal
yang baik, dengan demikian pula tontonan yang berupa gambar- gambar porno akan memberikan rangsangan seks terhadap anak,
karena rangsangan seks tersebut akan berpengaruh negatif terhadap perkembangan anak. Kondisinya yang desrtuktif ini dapat
berengaruh negatif terhadap perkembangan perilaku anak, dan disinilah dituntu peran orang dewasa, baik orang tua, lingkungan
sekolah dan lingkungan sosial agar menjauhkan anak dari segala sesuatu baik film atau bacaan
– bacaan yang berpengaruh terhadap perkembangan jiwa si anak.
Berdasarkan perlindungan terhadap pelaku anak, ada beberapa alasan-alasan yang memberatkan pelaku anak diperoleh dari
pengamatan watak pelaku anak, menurut Jeremy Bentham
17
adalah: 1
Semakin pihak yang dirugikan tidak mampu mempertahankan diri semakin kuat perasaan iba. Hukum kehormatan yang
menunjang naluri iba itu melunakan sifaf yang keras terhadap
17
Teori Perundang – Undang : Prinsip – Prinsip, Hukum Perdata dan Hukum Pidana,
Penerbit nuansa cendekia nusamedia.Hal 293.
pihak yang lemah dan memperlihatkan belaskasihan kepada mereka yang tidak sanggup melawan.
2 Jika kelemahan saja pasti membangkitkan belaskasihan, melihat
penderitaan seharusnya semakin menguatkan belaskasih itu. Penolakan untuk membantu orang yang tertimpah kemalangan
sendiri sudah menyiratkan watak yang kurang menyenangkan. 3
Salah satu bagian utama dari pmeliharaan kebersihan akhlak bahwa mereka yang sudah mampu membentuk kebiasaan
berefleksi yang lebih unggul, mereka yang lebih bijaksana dan berpengalaman, harus dihormati dan dihargai oleh orang-orang
yang tidak mampu mmencapai kebiasaan berefleksi dan manfaat pada tingkat pendidikan yang sama.
4 Motif-motif yang relatif ringan dan sepele sebagai penyebab
kejahatan membuktikan bahwa perasaan kehormatan dan kebijakan sedikit sekali pengaruhnya.
5 Waktu terutama mendukung perkembangan motif-motif
penuntun serangan pertama nafsu seperti terpaan badai untuk pertama kalinya perasaan kebijakan menyimpang untuk sesaat,
namun jika hati tersesat, refleksi pada saat itu juga akan mengembalikan kekuatan kebajikan dan kembali berkuasa atas
nafsu.
6 Pertanda lain keburukan akhlak adalah banyaknya anak buah,
gerombolan memerlukan pemikiran, serta perencanaan yang terus menerus berlanjut.
Dengan demikian menurut Anthoy M. Platt
18
prinsip dari perlindungan terhadap anak adalah :
1 Anak harus dipisahkan dari pengaruh kerusakan dari penjahat
dewasa. 2
Anak nakal harus dijauhkan dari lingkungannya yang kurang baik dan diberi perlindungan yang baik, karena anak harus
dijaga dengan panduan cinta dan bimbingan. 3
Perbuatan anak nakal harus diupayakan untuk tidak dihukum, kalaupun dihukum harus dengan ancaman hukuman yang
minimal dan bahkan penyelidikan tidak diperlukan karena terhdap anak harus diperbaiki bukan hukum.
4 Terhadap anak nakal tidak ditentukan hukuman baginya, karena
menjadi narapidana akan menbuat perjalan hidupnya sebagai mantan orang hukuman.
5 Hukuman terhadap anak hanya dijalankan jika tidak ada lagi
cara lain yang lebih baik dijalankan.
18
Marlina, Peradilan Pidana Anak di Indonesia pengembagan konsep Diversi, Cek 1,PT Refika Aditama, Bandung 2009, Hal 59.
6 Penjara terhadap anak dihindarkan dari bentuk penderitaan fisik
yag buruk. 7
Program perbaikan yang dilakukan lebih bersifat keagamaan, pendidikan, pekerjaan, tidak melebihi pendidikan dasar.
8 Terhadap narapidana anak diberi pengajaran yang lebih baik
menguntungkan dan terarah pada keadaan dunia luar.
1. Perlindungan Anak