23
7. Analis Semiotika
7.1 Semiologi dan Mitologi Roland Barthes
Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk
kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada
orang yang berbeda situasinya.
Roland Barthes
meneruskan pemikiran
tersebut dengan
menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan
konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan “order of signification”, mencakup denotasi
makna sebenarnya sesuai kamus dan konotasi makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal. Di sinilah titik perbedaan
Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure McQuaill , 2000
Tabel 2.3 Order of signification Roland Barthes
Sumber : McQuaill 2000
Salah satu area semiologi penting yang ditekuni Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca the reader. Konotasi,
walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang
sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem ke-dua ini oleh
Denotasi Signifier
Signified Mitos
Konotasi
24
Barthes disebut dengan konotatif, yang di dalam mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama.
Melanjutkan studi Hjelmslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja Cobley Jansz, 1999.
Sumber : Sobur, Semiotika Komunikasi 2009
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif 3 terdiri atas penanda 1 dan petanda 2. Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif 4. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika kita mengenal tanda “singa”,
barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.
a. Sistem Pemaknaan Tingkat Pertama Denotasi