21
22
BAB II
RELASI MANUSIA DENGAN DIRI SENDIRI, SESAMA, LINGKUNGAN, DAN TUHAN
Pengantar
Apakah Anda sadar bahwa manusia zaman ini seringkali mengalami kehilangan orientasi hidup dan pandangan yang menyeluruh tentang kehidupan. Mungkin Anda
juga paham bahwa usaha mewujudkan panggilan dan perutusan manusia sebagai citra Allah tidak semudah membalikkan telapak tangan. Manusia mengalami
pergumulan, persoalan dasar khususnya dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan.
Persoalan dasar manusia dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan kerapkali dipengaruhi cara pandang Anda dalam menanggapi
sebuah masalah. Seperti apa yang dikatakan oleh seorang Filsuf bernama Efifectus; “bukan masalah itu yang mengganggu Anda tetapi bagaimana Anda memandang
masalah itu”. Menyadari bahwa manusia dari kodratnya adalah makhluk sosial tidak bisa hidup sendiri, manusia hanya dapat tumbuh dan berkembang ketika ia mampu
membangun relasinya yang baik dengan dirinya sendiri, dengan sesama, dengan lingkungan, dan dengan Tuhan.
Anda diharapkan setelah mengikuti proses pembelajaran ini dapat menghayati diri sebagai citra Allah dalam menjalani pergumulan hidup dalam relasi dengn diri sendiri,
dengan sesama, dengan lingkungan, dan dengan Tuhan. Anda semakin menghayati panggilan dan perutusan manusia sebagai citra Allah yang bermartabat luhur dan
23
terbuka, jujur dalam membangun relasi dengan diri sendiri, sesama, lingkungan dan Tuhan.
A. Proses Menelusuri Relasi Manusia dengan Diri Sendiri, Sesama dan Tuhan
Kehidupan Yang Berkualitas
Seorang profesor diundang untuk berbicara di sebuah basis militer pada tanggal 1 Desember. Di sana ia berjumpa dengan seorang prajurit yang tidak
mungkin dilupakannya, bernama Ralph. Ralph dikirim untuk menjemput sang profesor di bandara. Setelah saling memperkenalkan diri, mereka menuju ke
tempat pengambilan koper. Ketika berjalan keluar, Ralph sering menghilang. Banyak hal yang dilakukannya. Ia membantu seorang wanita tua yang
kopernya jatuh dan terbuka. Kemudian mengangkat dua anak kecil agar mereka dapat melihat sinterklas. Ia juga menolong orang yang tersesat dengan
menunjukkan arah yang benar. Setiap kali ia kembali ke sisi profesor itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. “Dari mana Anda belajar
melakukan hal-hal seperti itu?” tanya sang profesor. “Melakukan apa ?”, kata
Ralph. “Dari mana Anda belajar untuk hidup seperti itu?”, tanya sang profesor. “Oh”, kata Ralph, “Selama perang, saya kira”. Lalu ia menuturkan kisah
perjalan tugasnya di Vietnam. Juga tentang tugasnya saat membersihkan ladang ranjau, dan bagaimana ia harus menyaksikan satu per satu temannya
tewas terkena ledakan ranjau di depan matanya. “Saya belajar untuk hidup di antara pijakan setiap langkah”, katanya. “Saya tidak pernah tahu apakah
langkah berikutnya merupakan pijakan yang terakhir, sehingga saya belajar untuk melakukan segala sesuatu yang sanggup saya lakukan tatkala
mengangkat dan memijakkan kaki. Setiap langkah yang saya ayunkan merupakan sebuah dunia baru, dan saya kira sejak saat itulah saya
Bagaimanakah Anda memaknai kehidupan?
Setiap waktu Anda alami secara unik Sekali untuk selamanya
24
B. Persoalan Dasar dalam Membangun Relasi dengan Diri Sendiri, Sesama, Lingkungan, dan Tuhan
Apakah ada masalah dengan diri Anda ? Atau Anda merasa hidup Anda baik-baik saja, dan Anda sudah hidup secara berkualitas. Anda diminta mendiskusikan pertanyaan di
bawah ini setelah Anda menyimak kisah sang prajurit Ralf dalam kisah di atas. 1. Pertanyaan apa yang bisa Anda ajukan terhadap pengalaman Ralph sehingga ia
dapat membangun hidup yang berkualitas? 2. Menurut Anda mengapa Ralph berhasil membangun hidup yang berkualitas
melalui pengalaman hidupnya sebagai seorang tentara? Bagaimana ia memaknai relasinya dengan dirinya, sesama, lingkungan yang ia jumpai dan Tuhan?
3. Anda diminta mengidentifikasi persoalan dasar apa yang Anda hadapi dalam membangun relasi dengan diri sendiri. Jelaskan mengapa persoalan dasar
tersebut muncul
C. Menggali Sumber dan Argumentasi Relasi Manusia dengan Diri Sendiri, Sesama, Lingkungan dan Tuhan
1. Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri
Manusia ketika diciptakan sudah dilengkapi dengan segala daya kemampuan akal budi, hati nurani dan kebebasan. Allah menganugerahkannya agar manusia mampu
mengembangkan hidupnya demi kebahagiaan manusia. Dalam perjalanan hidupnya manusia kerapkali lupa diri akan kodratnya sebagai manusia ciptaan Tuhan yang
memiliki keterbatasan dan ketergantungan dengan Sang Penciptanya. Kesombongan manusia mengakibatkan hubungan dengan dirinya sendiri menjadi terganggu yaitu
keterasingan diri manusia itu sendiri, menjadikan manusia asing terhadap dirinya sendiri. Dalam kitab Kejadian dikisahkan bagaimana manusia setelah didapati
melanggar tatanan surgawi, manusia malu dan telanjang kej. 3: 7, ini pertanda bahwa ketika manusia menjadi asing dihadapan Allah, manusia menjadi asing bagi
dirinya sendiri. Manusia kehilangan hakikatnya sebagai gambar Allah, ia kehilangan gambar yang hendak diwujudkannya, ia malu dan telanjang.
25
Gambar 2.1. Seorang Pemuda yang sedang merenungkan siapa dirinya. Sumber: www.plus.google.com
Manusia berusaha mengenal dirinya dan mengenal alam semesta. Ia ingin lebih tahu siapa dirinya dan bagaimana alam semesta. Disinilah letak persoalan mendasar
hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Manusia yang tidak mengenal dirinya dengan baik mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menerima dirinya apa
adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Pengenalan dan penerimaan diri yang baik akan menentukan sikap dan tindakannya baik terhadap
sesama, Tuhan maupun lingkungannya. Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini mempunyai kaitan, hubungan dan saling ketergantungan. Barang
siapa mengenal dirinya, sungguh dia akan mengenal Tuhannya, sebab dengan pengenalan itu, manusia mengetahui bahwa selain Tuhan, tidak ada makhluk lain
yang bisa menciptakan dirinya dan alam semesta ini menuju kesempurnaan.
2. Hubungan Manusia dengan Sesamanya
Manusia berperan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena
manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.
Oleh karena itu, harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan bersama. Masyarakat merupakan wadah bagi para individu
untuk mengadakan interaksi sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu pergaulan hidup bersama. Interaksi
yang dimaksud berproses sesuai dengan perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Dengan demikian, tidak setiap