38
Dalam kehidupan Anda sehari-hari terdapat banyak hal yang tidak selalu bisa Anda selesaikann dengan hanya mengandalkan kemampuan intelektual semata. Ada hal-
hal yang memerlukan kemampuan spiritual atau kebijaksanaan. Orang bijaksana akan lebih mampu memberikan pertimbangan yang mengatasi berbagai
pertimbangan lain. Anda akan dapat melihat sesuatu dari sudut pandang lain, yang
kiranya dapat menjawab persoalan dengan lebih tepat dan benar. Demikian juga dalam
kehidupan sehar-hari, orang yang bijaksana akan lebih mampu menempatkan dirinya di
tengah-tengah orang lain. Orang bijaksana akan lebih tahu apa yang terutama
diharapkan dari dirinya serta sebaliknya ia dapat bertindak atau melakukan apa dalam
situasi dan kondisi tertentu. Sang putri dalam kasus yang disampaikan di
atas mendapatkan tahkta yang sudah disiapkan oleh orang tuanya sebagai
warisan berharga karena ia mampu bertindak bijaksana. Penulis Kitab Amsal mengungkapkan hal ini: “Berbahagialah
orang yang mendapat hikmat dan memperoleh kebijaksanaan. Sebab lebih baik mendapat kebijaksanaan daripada mempeoleh perak dan emas murni. Lebih
berbahagialah hikmat daripada permata, dan lebih mahal dari pada harta benda. Apa pun juga yang dapat diinginkan hati tak mungkin mengimbangi kebijaksanaan”
Amsal 3: 13 – 15.
“Makna paling luhur martabat manusia terletak pada panggilannya untuk memamsuki persekutuan dengan Allah. Sudah sejak asal mulanya manusia
diundang untuk berwawancara dengan Allah. Sebab manusia hanyalah hidup, karena ia diciptakan oleh Allah dalam cinta kasih-Nya, dan lestari
hidup berkat cinta kasih-Nya. Dan manusia tidak sepenuhnya hidup menurut kebenaran, bila ia tidak dengan sukarela mengakui cinta kasih itu, serta
menyerahkan diri kepada pencipta-Nya” GS 19, 1.
Dan sejak dahulu kala manusia membangun relasi dengan dirinya, sesama, lingkungan, dan Tuhan, dan menyatakan melalui pandangan iman dan pola tingkah
laku religius seperti doa, kurban, upacara dan meditasi atas berbagai cara usaha manusia menemukan Tuhan. Semua agama di dunia berusaha menjawab kerinduan
“Seorang murid bertanya kepada gurunya, “Apakah
perbedaan antara pengetahuan dan ilham ? “ Sang guru
menjawab, “Bila engkau memiliki pengetahuan , engkau
membutuhkan terang untuk bisa mengenal jalan. Tetapi, bilan
engkau diterangi dan mempunyai ilham, engkau
sendiri menjadi cahaya”, ATS.
39
hati manusia dengan cara beraneka ragam, yaitu dalam mengemukakan jalan yang terdiri dari kaidah-kaidah kelakuan dan upacara suci, ajaran. Agama bukan
merupakan tujuan terakhir dari kecenderungan rohani manusia, melainkan jalan ke tujuan hidup manusia, yaitu Tuhan.
F. Tugas Proyek
1. Anda diminta menganalisis faktor penyebab rusaknya relasi manusia dengan diri sendiri, sesama, lingkungan, dan Tuhan. Bagaimana usaha serta komitmen Anda
untuk memulihkan kembali relasi tersebut sesuai dengan panggilan, tugas dan perutusan Anda sebagai Citra Allah.
2. Anda diminta untuk menata dan membuat suatu profil cita-cita hidup Anda dengan belajar dan bercermin pada pribadi Yesus.
40
BAB III
AGAMA DAN IMAN DIHIDUPI DALAM PLURALITAS
Sumber: https:upload.wikimedia.org Gambar 3.1. Kegiatan keagamaan.
Pengantar
Pada bab I, Anda telah mempelajari tema tentang siapakah manusia itu. Anda telah menemukan jawabannya bukan? Pada bab III ini Anda akan mendalami tema tentang
Agama. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Hal ini dapat dilihat pada Pancasila sebagai dasar negara, yang sila pertamanya Ketuhanan yang Maha Esa
ditempatkan. Sila tersebut menjiawai keempat sila berikutnya. Para pendiri negara atau founding fathers kita sejak awal memang menyadari
keanekaragaman agama, keyakinan, suku, budaya yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan demikian, mereka bertekad bulat meletakan dasar negara
Pancasila sebagai perekat hidup bangsa Indonesia. Sebagai bangsa religius, sejatinya masyarakat Indonesia hidup dalam harmoni,
sebagai konsekuensi perwujudan ajaran agama yang dianutinya. Semua agama mengajarkan nilai-nilai hidup universal tentang persaudaraan, cinta kasih, saling
menolong, gotong royong, toleransi dalam hidup bersama. Dalam kenyataannya kita melihat banyak kejadian atau peristiwa gesekan-gesekan, pertikaian antarumat
41
beragama, yang tentu saja menjadi paradox dengan ajaran agama itu sendiri. Kita mungkin sudah beragama, namun belum beriman sesungguhnya.
Untuk semakin memahami makna agama itu, pada bab III ini Anda akan mempelajari tentang pluralitas agama, dan kerukunan antarumat beragama. Selesai mempelajari
bab ini, Anda diharapan dapat menganalisis ajaran agama Katolik dan mampu bekerja sama dengan umat beragama lain untuk menanggapi masalah- masalah aktual
dewasa ini. Secara khusus sesudah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan arti dan macam-macam pengalaman religius; 2. menganalisis pandangan Gereja Katolik terhadap agama lain Dokumen Konsili
Vatikan II Nostrae Aetate: di luar Gereja ada Kebenaran dan keselamatan 3. menjelaskan upaya kerja sama antarumat beragama untuk membangun
persaudaraan sejati. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua kompetensi dasar dari kegiatan
pembelajaran ini, yang akan dibahas. 1. Pluralitas Agama. Berkaitan dengan topik pembahasan tentang pluralitas agama
ini, Anda akan menggumuli pemahaman tentang, pengalaman religius, makna agama, iman dan wahyu.
2. Kerukunan antarumat beragama. Dalam pembelajaran tentang kerukunan antarumat beragama ini, Anda akan menggumuli topik pembahasan tentang
dialog antarumat beragama menurut ajaran Gereja Katolik, dan kerja sama antarumat beragama untuk membangun persaudaraan sejati di Indonesia.
A. Pluralitas Agama
1. Pengalaman Religius a. Menelusuri Pemahaman tentang Pengalaman Religius
Bacalah cerita berikut ini Ada seorang ahli dari Eropa yang atheis tidak percaya kepada Tuhan akan
mengadakan penelitian di padang gurun Sahara Afrika. Ia menggunakan seorang penduduk asli untuk menjadi penunjuk jalan baginya di padang gurun
itu. Dalam perjalanan mereka, setiap kali si ahli yang tidak percaya kepada Tuhan itu melihat penunjuk jalan berdoa pada pagi, siang, dan malam hari.