Tugas Proyek 5. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

41 beragama, yang tentu saja menjadi paradox dengan ajaran agama itu sendiri. Kita mungkin sudah beragama, namun belum beriman sesungguhnya. Untuk semakin memahami makna agama itu, pada bab III ini Anda akan mempelajari tentang pluralitas agama, dan kerukunan antarumat beragama. Selesai mempelajari bab ini, Anda diharapan dapat menganalisis ajaran agama Katolik dan mampu bekerja sama dengan umat beragama lain untuk menanggapi masalah- masalah aktual dewasa ini. Secara khusus sesudah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat: 1. menjelaskan arti dan macam-macam pengalaman religius; 2. menganalisis pandangan Gereja Katolik terhadap agama lain Dokumen Konsili Vatikan II Nostrae Aetate: di luar Gereja ada Kebenaran dan keselamatan 3. menjelaskan upaya kerja sama antarumat beragama untuk membangun persaudaraan sejati. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua kompetensi dasar dari kegiatan pembelajaran ini, yang akan dibahas. 1. Pluralitas Agama. Berkaitan dengan topik pembahasan tentang pluralitas agama ini, Anda akan menggumuli pemahaman tentang, pengalaman religius, makna agama, iman dan wahyu. 2. Kerukunan antarumat beragama. Dalam pembelajaran tentang kerukunan antarumat beragama ini, Anda akan menggumuli topik pembahasan tentang dialog antarumat beragama menurut ajaran Gereja Katolik, dan kerja sama antarumat beragama untuk membangun persaudaraan sejati di Indonesia.

A. Pluralitas Agama

1. Pengalaman Religius a. Menelusuri Pemahaman tentang Pengalaman Religius Bacalah cerita berikut ini Ada seorang ahli dari Eropa yang atheis tidak percaya kepada Tuhan akan mengadakan penelitian di padang gurun Sahara Afrika. Ia menggunakan seorang penduduk asli untuk menjadi penunjuk jalan baginya di padang gurun itu. Dalam perjalanan mereka, setiap kali si ahli yang tidak percaya kepada Tuhan itu melihat penunjuk jalan berdoa pada pagi, siang, dan malam hari. 42 Menyaksikan hal itu, si ahli berkata kepada si penunjuk jalan bahwa Allah itu tidak ada. Penunjuk jalan itu diam saja. Pada suatu hari, ketika pagi-pagi mereka keluar dari kemah, mereka melihat jejak kaki untta di depan kemah mereka. Si ahli itu berkata kepada penunjuk jalan, “tadi malam, ada orang yang lewat di depan kemah kita ini”. Kata penunjuk jalan, “saya tidak percaya” Si Ahli itu berkata lagi,”mengapa engkau tidak percaya? Jejak-jejak ini menunjukkan bahwa ada orang semalam lewat di depan kemah kita. Semua orang yang melihat jejak ini akan percaya bahwa ada orang yang meninggalkan jejak ini”. Penunjuk jalan itu berkata, “bagaimana Tuan dapat percaya kepada manusia hanya karena jejak-jejak yang ditinggalkan, yang mudah terhapus, tetapi tuan tidak percaya kepada Allah yang meninggalkan jejak-Nya di langit, dan di seluruh alam ini pada segala musim?” Si ahli pun terdiam. Kemudian, mereka meneruskan perjalalannya. Pada suatu ketika, mereka kehilangan arah dan kehabisan bekal. Merekapun kelaparan dan kehausan. Pada saat itu si penunjuk jalan masih menyimpan sedikit air di kantung airnya, namun ia tak menyentuhnya. Ternyata ia menyimpan air itu hanya untuk tuannya yang atheis itu. Akhirnya pada suatu hari tenaganya habis. Tampaknya ia akan mati. Beberapa saat lagi. Sebelum mati, ia menyerahkan persediaan air yang terakhir kepada si ahli yang atheis itu. Ketika saat-saat menjelang kematiannya, si ahli itu memeluknya dan berkata, “sekarang saya percaya kepada Allah yang engkau percaya, yang meninggalkan jejak-Nya di seluruh alam ini, terlebih yang ada di dalam dirimu” Disadur dari cerita W.Hoffsuemmer, dalam Lalu, 2006 Gambar : 3.2. Jejak unta di padang gurun Sumber: www.keyword-suggestions.com 43 b. Menanya tentang Pengalaman Religius Cerita sufi di atas menggambarkan pengakuan seorang atheis atas keberadaan Allah melalui seorang penunjuk jalan di padang Sahara. Allah Maha Pengasih yang diimani mungkin tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan nyata sebagaimana yang ditunjukkan oleh penunjuk jalan di gurun Sahara itu. Apa lagi, dia hanyalah orang yang biasa-biasa saja dibanding si peneliti yang berprofesi sebagai seorang ilmuwan. Sekarang cobalah cermati kembali kisah tersebut, kemudian cobalah Anda merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi dalam kelompok Pertanyaan- pertanyaan hendaknya berkaitan dengan topik pembelajaran ini yaitu tentang pengalaman religius. Selanjutnya, Anda dapat membandingkan dengan pengalaman iman satu dengan yang lain. c. Menggali Ajaran Gereja tentang Pengalaman Religius 1 Makna Pengalaman Religius Menurut buku Iman Katolik, KWI, 1996, pengalaman religius pada hakikatnya berarti bahwa manusia mengakui hidupnya sendiri sebagai pemberian dari Allah. Dengan mengakui hidup sebagai pemberian, ia mengakui Allah sebagai “Pemberi Hidup”. Pengalaman ini terjadi dalam kehidupan manusia di tengah-tengah dunia. Dalam pengalaman ini manusia mengalami dirinya sebagai makhluk yang sangat terbatas, yang tidak berdaya, bahkan bukan apa-apa di hadapan Yang Ilahi, Allah, yang menyentuhnya. Allah itulah segala-galanya, dasar dan sumber hidupnya, seluruh keberadaannya. Gambar : 3.3. Saat teduh dalam doa Sumber: kevinmd.com