41
beragama, yang tentu saja menjadi paradox dengan ajaran agama itu sendiri. Kita mungkin sudah beragama, namun belum beriman sesungguhnya.
Untuk semakin memahami makna agama itu, pada bab III ini Anda akan mempelajari tentang pluralitas agama, dan kerukunan antarumat beragama. Selesai mempelajari
bab ini, Anda diharapan dapat menganalisis ajaran agama Katolik dan mampu bekerja sama dengan umat beragama lain untuk menanggapi masalah- masalah aktual
dewasa ini. Secara khusus sesudah mempelajari bab ini Anda diharapkan dapat:
1. menjelaskan arti dan macam-macam pengalaman religius; 2. menganalisis pandangan Gereja Katolik terhadap agama lain Dokumen Konsili
Vatikan II Nostrae Aetate: di luar Gereja ada Kebenaran dan keselamatan 3. menjelaskan upaya kerja sama antarumat beragama untuk membangun
persaudaraan sejati. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada dua kompetensi dasar dari kegiatan
pembelajaran ini, yang akan dibahas. 1. Pluralitas Agama. Berkaitan dengan topik pembahasan tentang pluralitas agama
ini, Anda akan menggumuli pemahaman tentang, pengalaman religius, makna agama, iman dan wahyu.
2. Kerukunan antarumat beragama. Dalam pembelajaran tentang kerukunan antarumat beragama ini, Anda akan menggumuli topik pembahasan tentang
dialog antarumat beragama menurut ajaran Gereja Katolik, dan kerja sama antarumat beragama untuk membangun persaudaraan sejati di Indonesia.
A. Pluralitas Agama
1. Pengalaman Religius a. Menelusuri Pemahaman tentang Pengalaman Religius
Bacalah cerita berikut ini Ada seorang ahli dari Eropa yang atheis tidak percaya kepada Tuhan akan
mengadakan penelitian di padang gurun Sahara Afrika. Ia menggunakan seorang penduduk asli untuk menjadi penunjuk jalan baginya di padang gurun
itu. Dalam perjalanan mereka, setiap kali si ahli yang tidak percaya kepada Tuhan itu melihat penunjuk jalan berdoa pada pagi, siang, dan malam hari.
42
Menyaksikan hal itu, si ahli berkata kepada si penunjuk jalan bahwa Allah itu tidak ada. Penunjuk jalan itu diam saja.
Pada suatu hari, ketika pagi-pagi mereka keluar dari kemah, mereka melihat jejak kaki untta di depan kemah mereka. Si ahli itu berkata kepada penunjuk
jalan, “tadi malam, ada orang yang lewat di depan kemah kita ini”. Kata penunjuk jalan, “saya tidak percaya” Si Ahli itu berkata lagi,”mengapa engkau
tidak percaya? Jejak-jejak ini menunjukkan bahwa ada orang semalam lewat di depan kemah kita.
Semua orang yang melihat jejak ini akan percaya bahwa ada orang yang meninggalkan jejak ini”. Penunjuk jalan itu berkata, “bagaimana Tuan dapat
percaya kepada manusia hanya karena jejak-jejak yang ditinggalkan, yang mudah terhapus, tetapi tuan tidak percaya kepada Allah yang meninggalkan
jejak-Nya di langit, dan di seluruh alam ini pada segala musim?” Si ahli pun terdiam.
Kemudian, mereka meneruskan perjalalannya. Pada suatu ketika, mereka kehilangan arah dan kehabisan bekal. Merekapun kelaparan dan kehausan.
Pada saat itu si penunjuk jalan masih menyimpan sedikit air di kantung airnya, namun ia tak menyentuhnya. Ternyata ia menyimpan air itu hanya untuk
tuannya yang atheis itu. Akhirnya pada suatu hari tenaganya habis. Tampaknya ia akan mati. Beberapa saat lagi. Sebelum mati, ia menyerahkan
persediaan air yang terakhir kepada si ahli yang atheis itu. Ketika saat-saat menjelang kematiannya, si ahli itu memeluknya dan berkata, “sekarang saya
percaya kepada Allah yang engkau percaya, yang meninggalkan jejak-Nya di seluruh alam ini, terlebih yang ada di dalam dirimu”
Disadur dari cerita W.Hoffsuemmer, dalam Lalu, 2006
Gambar : 3.2. Jejak unta di padang gurun Sumber: www.keyword-suggestions.com
43 b. Menanya tentang Pengalaman Religius
Cerita sufi di atas menggambarkan pengakuan seorang atheis atas keberadaan Allah melalui seorang penunjuk jalan di padang Sahara. Allah Maha Pengasih yang diimani
mungkin tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, melainkan dengan perbuatan nyata sebagaimana yang ditunjukkan oleh penunjuk jalan di gurun Sahara itu. Apa
lagi, dia hanyalah orang yang biasa-biasa saja dibanding si peneliti yang berprofesi sebagai seorang ilmuwan.
Sekarang cobalah cermati kembali kisah tersebut, kemudian cobalah Anda merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk berdiskusi dalam kelompok
Pertanyaan- pertanyaan hendaknya berkaitan dengan topik pembelajaran ini yaitu tentang pengalaman religius. Selanjutnya, Anda dapat membandingkan dengan
pengalaman iman satu dengan yang lain.
c. Menggali Ajaran Gereja tentang Pengalaman Religius 1 Makna Pengalaman Religius
Menurut buku Iman Katolik, KWI, 1996, pengalaman religius pada hakikatnya berarti bahwa manusia mengakui hidupnya sendiri sebagai pemberian dari Allah. Dengan
mengakui hidup sebagai pemberian, ia mengakui Allah sebagai “Pemberi Hidup”. Pengalaman ini terjadi dalam kehidupan manusia di tengah-tengah dunia. Dalam
pengalaman ini manusia mengalami dirinya sebagai makhluk yang sangat terbatas, yang tidak berdaya, bahkan bukan apa-apa di hadapan Yang Ilahi, Allah, yang
menyentuhnya. Allah itulah segala-galanya, dasar dan sumber hidupnya, seluruh keberadaannya.
Gambar : 3.3. Saat teduh dalam doa Sumber: kevinmd.com