Proses Menelusuri Relasi Manusia dengan Diri Sendiri, Sesama dan Tuhan

25 Gambar 2.1. Seorang Pemuda yang sedang merenungkan siapa dirinya. Sumber: www.plus.google.com Manusia berusaha mengenal dirinya dan mengenal alam semesta. Ia ingin lebih tahu siapa dirinya dan bagaimana alam semesta. Disinilah letak persoalan mendasar hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Manusia yang tidak mengenal dirinya dengan baik mengakibatkan ketidakmampuannya untuk menerima dirinya apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya. Pengenalan dan penerimaan diri yang baik akan menentukan sikap dan tindakannya baik terhadap sesama, Tuhan maupun lingkungannya. Segala sesuatu yang diciptakan Tuhan di muka bumi ini mempunyai kaitan, hubungan dan saling ketergantungan. Barang siapa mengenal dirinya, sungguh dia akan mengenal Tuhannya, sebab dengan pengenalan itu, manusia mengetahui bahwa selain Tuhan, tidak ada makhluk lain yang bisa menciptakan dirinya dan alam semesta ini menuju kesempurnaan. 2. Hubungan Manusia dengan Sesamanya Manusia berperan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajibannya. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena manusia merupakan bagian dari masyarakat. Hubungan manusia sebagai individu dengan masyarakatnya terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu, harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebahagiaan bersama. Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas timbal balik antarindividu dalam suatu pergaulan hidup bersama. Interaksi yang dimaksud berproses sesuai dengan perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Dengan demikian, tidak setiap 26 kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain hubungan antarstatus, persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan. Sebagai makhluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang Pencipta antara lain sifat rukun dengan sesama manusia. Gambar 2.2. Beberapa orang anak remaja memanjat pohon Pinang Waktu HUT Kemerdekaan R.I. 17 Agustus, menunjukkan kerjasama. Sumber: http:www.muudu.com Sebagai pribadi sosial, hidup dalam kebersamaan memang tidak mudah, karena seringkali terjadi konflik kepentingan antara satu dengan yang lain karena masing- masing saling berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, dibutuhkan sikap untuk saling pengertian, saling menghormati, dan saling kerjasama menuju suatu tatanan hidup bersama yang baik. Ciri utama sikap yang menekankan semangat sebagai pribadi sosial adalah solidaritas dan subsidiaritas. Dalam hal ini, kita perlu waspada pada mentalitas egosentrisme, yang mengutamakan bertindak dan mengukur segalanya dengan ke-AKU-an yang kelewat batas kewajaran egois. Dalam kisah penciptaan, krisiskehilangan identitas manusia sebagai ciptaan Allah bermuara pada rusaknya hubungan relasional yang utuh dan benar dengan Allah. Hal ini mengakibatkan rusaknya hubungan yang utuh dan benar dengan sesamanya manusia. Keseimbangan dan kesetaraan antarmanusia yang menjadi warna paling jelas dalam relasi manusia dengan sesamanya di Taman Eden telah rusak oleh keinginan manusia untuk menjadi superior dari yang lain. Sifat-sifat semacam ini melahirkan suatu kehidupan yang berorientasi pada supremasi diri, golongan suku, agama dan