PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK FOTOSINTESIS (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA PADA MATERI POKOK FOTOSINTESIS (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII

Semester Genap SMP Negeri 2 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

Oleh

AYU WINDARWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan lembar kerja siswa (LKS) Inkuiri Terbimbing terhadap keterampilan proses sains (KPS) pada materi pokok fotosintesis di SMP Negeri 2 Gadingrejo. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa adalah kelas VII. G dan VII. H di SMP Negeri 2 Gadingrejo yang ditentukan secara acakdengan teknik sampling yakni purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata pretest, post test dan N-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji-u. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data keterampilan proses sains dan data tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing yang dianalisis secara deskriptif.


(2)

Ayu Windarwati

iii

Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing

berpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan proses sains (KPS) siswa yang dibuktikan dengan ̅ pretes eksperimen = 11,32 ± 8,38 ; ̅ postes eksperimen = 78,06 ± 12,26 ; ̅ N-gain = 0,75 ± 0,14. Masing-masing indikator KPS mengalami peningkatan Namun tidak semua indikator mengalami peningkatan berbeda secara signifikan. Indikator KPS yang mengalami peningkatan berbeda secara signifikan yaitu pada aspek menghipotesis rata-rata N-gain 0,73 ± 0,4, pada aspek

menginterpretasi 0,61 ± 0,32, aspek menginferensi 0,66 ± 0,23,dan pada aspek memprediksi 0,79 ± 0,36. Sedangkan pada aspek mengkomunikasikan 0,92 ± 0,22, aspek mengklasifikasi 0,76 ± 0,43, dan aspek mengamati 0,80 ± 0,24 mengalami peningkatan tidak berbeda signifikan. Berdasarkan observasi rata-rata keterampilan proses sains (KPS) siswa dalam semua aspek yang diamati pada kelas eksperimen yaitu 81% dengan kriteria tinggi. Selain itu, sebagian besar siswa (89,92%) memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing.

Dengan demikian, pembelajaran menggunakan LKS Inkuiri Terbimbing berpengaruh signifikan dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi pokok fotosintesis.

Kata kunci : Fotosintesis, Keterampilan Proses Sains (KPS), LKS Inkuiri Terbimbing


(3)

(4)

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

SISWA PADA MATERI POKOK FOTOSINTESIS (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII

Semester Genap SMP Negeri 2 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

(Skripsi)

Oleh Ayu Windarwati

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(5)

(6)

(7)

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 7 2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen ... 29 3. Presentase tanggapan siswa terhadap LKS Inkuiri Terbimbing ... 50 4. Contoh jawaban indikator menghipotesis (LKS 1 inkuiri terbimbing) 53 5. Contoh jawaban indikator menginterpretasi (LKS 1 inkuiri

terbimbing) ... 54 6. Contoh jawaban indikator menginferensi (LKS 1 inkuiri terbimbing) 55 7. Contoh jawaban indikator memprediksi (LKS 2 inkuiri terbimbing) .. 55 8. Contoh data percobaan dan jawaban siswa indikator

mengkomunikasikan (LKS 1 diskusi) ... 56 9. Contoh data percobaan dan jawaban siswa indikator

mengkomunikasikan (LKS 1 inkuiri terbimbing) ... 57 10.Contoh jawaban siswa indikator mengklasifikasi (LKS 2 diskusi) .... 57 11.Contoh jawaban siswa indikator mengklasifikasi (LKS 2 inkuiri

terbimbing) ... 57 12.Contoh jawaban siswa indikator mengamati (LKS 2 diskusi) ... 58 13.Contoh jawaban siswa indikator mengamati (LKS 2 inkuiri

terbimbing) ... 58 14.Siswa kelas eksperimen melakukan percobaan ingenhousz ... 194 15.Siswa kelas kontrol mendiskusikan pertanyaan dalam LKS diskusi .. 194 16.Siswa kelas eksperimen melakukan percobaaan Sach ... 195 17.Siswa kelas eksperimen melakukan percobaaan Sach ... 195 18.Siswa kelas kontrol mendiskusikan pertanyaan dalam LKS diskusi .. 196


(9)

xix

19.Siswa kelas eksperimen mempresentasikan hasil pengamatan dan

diskusi ... 196 20.Siswa kelas kontrol mempresentasikan hasil diskusi ... 197


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 5

F. Kerangka Pikir ... 6

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar ... 9

B. Lembar kerja Siswa ... 10

C. Inkuiri Terbimbing ... 13

D. Keterampilan Proses Sains ... 18

E. Aktivitas Belajar... 26

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel ... 28

C. Desain Penelitian ... 28

D. Prosedur penelitian ... 29

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Teknik Analisis Data ... 40

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan ... 50

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 64


(11)

xv

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN 1. Silabus ... 69

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 73

3. Lembar Kerja Kelompok (LKS) ... 109

4. Rubrik Penilaian LKS Inkuiri Terbimbing ... 141

5. Kisi-kisi soal Pretest dan Posttest ... 145

6. Soal Pretest dan Posttest ... 154

7. Rubrik Penilaian Soal Pretest dan Posttest ... 161

8. Lembar observasi KPS siswa ... 162

9. Angket Tanggapan Siswa ... 164

10.Data Hasil Penelitian ... 165

11. Analisis Uji Statistik Data Penelitian ... 180


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria N-gain ... 36

2. Lembar observasi keterampilan proses sains siswa ... 37

3. Item pernyataan angket ... 39

4. Variabel, sub variabel, instrumen, jenis data dan alat ukur data ... 40

5. Kriteria persentase keterampilan proses sains siswa... 43

6. Skor perjawaban angket ... 44

7. Data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing ... 45

8. Kriteria persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing ... 45

9. Hasil uji statistik nilai pretest, posttest dan N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 46

10.Hasil uji statistik N-gain indikator KPS siswa ... 47

11.Kriteria peningkatan indikator KPS siswa ... 48

12.Hasil observasi KPS siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 49

13.Nilai pretest, posttest dan N-gain kelas eksperimen ... 165

14.Nilai pretest, posttest dan N-gain kelas kontrol ... 166

15.Analisis butir soal pretest dan posttest kelas eksperimen ... 167

16.Analisis butir soal pretest dan posttest kelas kontrol ... 169

17.Analisis Perindikator KPS pretest dan posttest kelas eksperimen ... 171

18.Analisis Perindikator KPS pretest dan posttest kelas kontrol ... 173


(13)

xvi

20.Analisis observasi KPS kelas kontrol ... 176

21.Analisis tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing ... 179

22.Uji normalitas pretest kelas eksperimen dan kontrol ... 180

23.Uji Mann-withney pretest kelas eksperimen dan kontrol ... 180

24.Uji normalitas posttest kelas eksperimen dan kontrol ... 181

25.Ujihomogenitas posttest kelas eksperimen dan kontrol ... 182

26.Uji perbedaan dua rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kontrol ... 183

27.Ujinormalitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 183

28.Uji homogenitas N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 184

29.Uji perbedaan dua rata-rata N-gain kelas eksperimen dan kontrol ... 185

30.Uji normalitas N-gain indikator menghipotesis ... 185

31.Uji Mann-withney indikator menghipotesis ... 186

32.Uji normalitas N-gain indikator mengkomunikasikan ... 187

33.Uji Mann-withney indikator mengkomunikasikan ... 187

34.Uji normalitas N-gain indikator menginterpretasi ... 188

35.Uji Mann-withney indikator menginterpretasi ... 188

36.Uji normalitas N-gain indikator menginferensi ... 189

37.Uji Mann-withney indikator menginferensi ... 190

38.Uji normalitas N-gain indikator mengklasifikasi ... 190

39.Uji Mann-withney indikator mengklasifikasi ... 191

40.Uji normalitas N-gain indikator memprediksi ... 191

41.Uji Mann-withney indikator memprediksi ... 192

42.Uji normalitas N-gain indikator mengamati ... 192


(14)

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga karya ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu dicurahkan

kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Teriring doa , rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini

untuk orang-orang tercinta sepanjang hidupku:

Yang tercinta ibu Wismania dan bapakku Mingan , yang telah mendidik dan

membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, memberikan limpahan cinta dan kasih

sayang yang tak terbatas, selalu menguatkanku, mengingatkanku ketika alpa, dan

senantiasa mendukung segala langkahku menuju kebahagian dunia dan akhirat.

Adikku tercinta Laras Wati, yang selalu memberikan kekuatan, motivasi, senantiasa

menyayangiku dan membantuku ketika banyak kesulitan yang aku hadapi.

Sahabat dan teman-teman seperjuangan

Para Pendidik dan Dosen tercinta

Almamater tercinta Universitas Lampung.


(15)

MOTO

(Maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai

sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya

kebaikan yang banyak.

(QS. An-nisa 19)

Rasulullah bersabda:

“Shadaqah

yang paling utama ialah seseorang Islam yang

belajar

suatu ilmu pengetahuan kemudian ia mengajarkannya kepada

Saudaranya (temannya) muslim”.

(HR. Ibnu Majah)

"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan

orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka menyerah."

(Thomas Alva Edison)

Ketika kesuksesan tak menghampirimu maka jemputlah

kesuksesan itu.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang 26 Juni 1992, yang

merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Mingan dan Ibu Wismania. Alamat penulis adalah Desa Serigeni Dusun IV No.708 RT.011 RW.005 Kecamatan Kayu Agung Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) Palembang. Nomor handphone penulis yaitu 081957057218.

Pendidikan yang ditempuh penulis adalah SD Negeri 1 Depokrejo(1998-1999), SD Negeri 1 Serigeni Baru (1999-2003), SD Negeri 1 Depokrejo (2003-2004), SMP Negeri 4 Kayu Agung (2004-2007), dan SMA Negeri 1 KayuAgung (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

Penulis pernah mengikuti organisasi mahasiswa unila seperti Himpunan Mahasiswa Eksakta (Himasakta) tahun 2010. Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) tahun 2013 di desa Muara Jaya Kecamatan Kebun Tebu Kabupaten Lampung Barat dan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Kebun Tebu.


(17)

SANWACANA

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) INKUIRI TERBIMBING TERHADAP

KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK FOTOSINTESIS”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi; 4. Dr. Tri Jalmo, M. Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing I

dan Berti Yolida, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini;

5. Drs. Darlen Sikumbang, M. Biomed., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;

6. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan;


(18)

xii

7. Timbul Suseno, S.E,, selaku Kepala SMP Negeri 2 Gadingrejo dan ibu Suswati, S.Pd., yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;

8. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VII G dan VII H SMP Negeri 2 Gadingrejo atas kerjasamanya selama penelitian berlangsung;

9. Observer dalam penelitian ini Masayu Olba D.A, Eliyana Putri, dan Sri Wahyuningsih, Hamadin atas semua waktu dan tenaga selama penelitian berlangsung.

10.Sahabat-sahabatku tercinta Masayu Olba D.A, Hamadin, Novalia Ariska, Annisa Shintadevi, Eliyana Putri, serta semua sahabat di Pendidikan Biologi 2010 atas motivasi, doa dan bantuannya, semangat kebersamaan dan

kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini.

11. Semua kakak tingkat dan adik tingkat di Pendidikan Biologi, terimakasih atas dukungan yang diberikan.

12.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin

Bandar Lampung, Oktober 2014 Penulis


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah (Trianto, 2012: 153). Merancang pengalaman belajar IPA terkait erat dengan pengembangan keterampilan proses sains (KPS) karena rancangan belajar IPA harus sesuai dengan hakikat IPA sebagai produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah (Rustaman, 2007: 15). Pembelajaran IPA lebih menekankan pada penerapan keterampilan proses seperti yang diisyaratkan dalam

kurikulum 2013dengan pendekatan scientific (Kemendikbud, 2013: 214-215). Oleh karena itu, untuk mendukung guru dalam merancang pembelajaran yang dapat mengembangkan KPS siswa maka diperlukan LKS yang tepat sesuai dengan standar kurikulum dan dapat memunculkan hakikat IPA secara seimbang.

Berdasarkan analisis kurikulum 2013 suatu bahan ajar khususnya Lembar kerja Siswa (LKS) yang digunakan harus sesuai tahapan pendekatan


(20)

2

keseimbangan tugas individu dan kelompok, kelengkapan materi, adanya soal latihan untuk pendalaman konsep, dapat menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dan keaktifan siswa (menemukan) dan untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan adanya kesesuaian antar komponen dalam suatu sajian pembelajaran dalam LKS yang dipadukan dengan suatu model pembelajaran yang sesuai (Kurinasih, 2014: 141-155). Keberadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai bahan ajar memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan misalnya syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik. LKS merupakan salah satu bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran dan dapat digunakan bersama dengan media belajar lainnya misalnya laboratorium. Cara penyajian materi pelajaran dalam LKS meliputi penyampaian materi secara ringkas, kegiatan yang melibatkan siswa secara aktif misalnya latihan soal, diskusi dan percobaan sederhana. Selain itu, penyusunan LKS yang tepat dapat digunakan untuk mengembangkan KPS siswa (Widjajanti, 2008: 2).

Berdasarkan hasil analisis terhadap LKS yang digunakan di SMP N 2 Gadingrejo dalam proses belajar mengajar belum menuntun peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung agar dapat mengembangkan

keterampilam proses sains yang dimiliki peserta didik sebelumnya. Hal ini

disebabkan kebanyakan LKS yang ada hanya menyajikan ringkasan materi dan soal latihan sehingga belum melibatkan siswa secara aktif. Seharusnya LKS yang digunakan peserta didik dapat memandu peserta didik melakukan sebuah pengalaman secara langsung dengan memanfaatkan fasilitas yang dimiliki


(21)

3

sekolah misalnya laboratorium. Namun dalam kenyataanya guru belum memiliki LKS yang dapat mendukung siswa untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang dimilikinya melalui pengalaman secara langsung dengan suatu proses penemuan.

Berdasarkan kondisi tersebut salah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu penyelenggaraan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan adanya LKS yang disusun dengan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing. Sehingga siswa dapat

menggunakan LKS ini untuk mengembangkan KPS seperti mengamati, hipotesis, melakukan percobaan, interpretasi, meramalkan, mengelompokan mengajukan pertanyaan, menkomunikasikan dan menggunakan alat,

inferensi. Hal ini juga didukung oleh penelitian sebelummnya oleh Arfianty (2013: 102) penelitian pengembangan LKS berbasis inkuiri dapat

meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Dari pemaparan latar belakang diatas maka peneliti menganggap perlu dilakukan penelitian yang

berjudul “Pengaruh Penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing Terhadap

Keterampilan Proses Sains Pada Materi Fotosintesis (Studi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Gadingrejo Tahun Ajaran 2013/2014) B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.


(22)

4

1. Apakah penggunaan LKS inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan KPS siswa pada materi pokok fotosintesis?

2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing pada meteri pokok fotosintesis?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:

1. Pengaruh penggunaan LKS inkuiri terbimbing dalam meningkatkan KPS siswa.

2. Tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing. D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian melalui LKS inkuiri terbiimbing ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak. Manfaat tersebut sebagai berikut.

1. Bagi peneliti, dapat meningkatkan pengalaman sebagai calon guru biologi, terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan LKS inkuiri terbimbing.

2. Bagi guru/calon guru, dapat memberikan wawasan mengenai LKS berbasis inkuri terbimbing sehingga dapat dijadikan alternatif dalam membuat dan mengembangkan LKS serta merancang pembelajaran yang aktif dan inovatif serta menyenangkan.


(23)

5

3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang aktif sehingga diharapkan mampu mengembangkan KPS siswa.

4. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran guna meningkatkan mutu pendidikan dan menjadi solusi masalah pembelajaran di sekolah melalui penggunaan LKS inkuiri terbimbing.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari penafsiran yang salah dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan masalah sebagai berikut.

1. LKS inkuri terbimbing adalah LKS yang berisikan tugas dan langkah-langkah berdasarkan model inkuiri terbimbing yang dirancang oleh guru sehingga siswa mendapat pengalaman penelitian sebagai seorang ilmuan. 2. KPS yang dikembangkan dan diukur dalam penelitian ini yaitu: (1)

mengamati, (2) menghipotesis, (3) melakukan percobaan, (4) menginterpretasi data, (5) memprediksi, (6) mengklasifikasikan (7) mengajukan pertanyaan, (8) menkomunikasikan (9) menggunakan alat (10) menginferensi, diukur dengan postes dan pretes, serta lembar obesevasi KPS siswa.

3. Materi pokok yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah fotosintesis sesuai dengan KI dan KD kurikulum 2013 pada Kelas VII semester 2 yaitu

a. KD 3.6 Mengenal konsep energi dari berbagai sumber energi, energi dari makanan, transformasi energi, respirasi, system pencernaan makanan, dan fotosintesis.


(24)

6

b. KD 4.8 Melakukan pengamatan atau percobaan sederhana untuk menyelidiki proses fotosintesis pada tumbuhan hijau.

4. Metode dalam penelitian ini adalah praktikum, dengan angkah-langkah sebagai berikut (1) percobaan, (2) pengamatan, (3) hipotesis (4) verifikasi, (5) pemahaman konsep, (6) evaluasi.

5. Subjek penelitian ini adalah kelas VII G dan VII H SMP Negeri 2 Gadingrejo tahun pelajaran 2012/2013.

F. Kerangka Pikir

Bahan ajar yang kurang kreatif dan inovatif serta belum memenuhi standar kompetensi kurikulum akan menyebabkan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu bahan ajar yang lebih mengacu pada hakikat IPA sebagai produk cenderung mengajarkan siswa untuk menghafal konsep faktual tanpa disertai dengan pemahaman terhadap konsep tersebut sehingga pembelajaran IPA tidak akan memberikan pengalaman pembelajaran secara utuh dan kurang mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Padahal hakikat IPA adalah proses, produk dan sikap sehingga pembelajaran IPA diharapkan dapat memunculkan ketiga unsur tersebut. Dengan demikian, produk yang terwujud dari proses ilmiah dan sikap ilmiah akan berpengaruh positif terhadap kehidupan dan lingkungan sehari-hari siswa.

Salah satu bahan ajar yang disusun berdasarkan langkah-langkah model inkuiri terbimbing diharapkan dapat mengasah kemampuan siswa dalam mengamati, hipotesis, melakukan percobaan, interpretasi, meramalkan, mengelompokan, mengajukan pertanyaan, mengkomunikasikan, dan


(25)

7

Y X

menggunakan alat, menginferensi sehingga dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa. LKS inkuiri terbimbing merupakan LKS panduan bagi siswa dalam memahami keterampilan proses dan konsep-konsep materi yang sedang dan akan dipelajari. LKS ini berisikan tugas dan langkah-langkah sebagai petunjuk praktikum yang mengacu pada sintak model inkuiri terbimbing yakni mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan. Petunjuk yang diberikan oleh guru dalam LKS berupa

pertanyaan yang membimbing siswa untuk memecahkan masalah pada topik yang telah ditentukan oleh guru. Melalui LKS inkuiri terbimbing siswa dibiasakan memperoleh konsep dan pemahaman secara mandiri serta bekerja secara ilmiah. Dengan deminkian, keterampilan proses sains siswa akan meningkat.

Penelitian ini mengenai pengaruh penggunaan LKS inkuiri terbimbing terhadap KPS siswa. Variabel bebas pada penelitian ini adalah penggunaan LKS inkuiri terbimbing dan variabel terikatnya adalah KPS siswa. Hubungan antara kedua variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.

Keterangan :

X : Penggunaan LKS inkuiri terbimbing Y: KPS siswa


(26)

8

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. H1 = Penggunaan LKS inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan

dalam meningkatkan KPS.

2. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah bahan atau material atau sumber belajar yang mengandung substansi kemampuan tertentu yang akan dicapai oleh siswa. Secara garis besar bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional material)mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipelajari siswa (Dikmentum dalam Trianto, 2012: 188). Adapun menurut Majid (2007: 174) bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/ instruktor dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis (National Center for Vocational Education Reserch Ltd/ National Center for Competency Based Training).

Penggunaan bahan ajar, memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara runtut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja, dan evaluasi. Bahan ajar dapat dikemas dalam bentuk cetakan, non cetak dan dapat bersifat visual auditif ataupun visual auditif (Majid, 2007: 174). Bahan ajar yang disusun dalam buku ajar pendidik dapat berbentuk buku teks, modul, handout, LKS


(28)

10

dapat juga dikemas dalam bentuk lainnya (Soegiranto dalam Altasari, 2013: 84). Beberapa keuntungan menggunakan bahan ajar cetak seperti LKS. Menurut Steffen Peter Ballstaedt (dalam Majid, 2007: 175) antara lain: biaya pengadaan relatif cukup murah, bahan tertulis cepat digunakandan dapat dengan mudah dipindah-pindahkan, menawarkan kemudahan secara luas dan kreatifitas individu, bahan ajar yang baik dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa, bahan tertulis dapat dinikamati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar, pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri.

Dalam proses pembelajaran bahan ajar yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi paling tidak empat kelompok bentuk bahan ajar menurut Majid (2007: 174) sebagai berikut.

1. Bahan cetak (printed) antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.

2. Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam dan

compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film.

4. Bahan ajar interaktif (interactive teaching materials) seperti compact disk interaktif.

B. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa (student work sheet) merupakan lembaran-lembaran yang berisi kegiatan berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang harus dikerjakan oleh siswa (Majid, 2007: 176). Adapun LKS menurut Trianto (2012: 111) merupakan panduan siswa yang digunakan untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah.


(29)

11

Selanjutnya Sriyono (1992: 87) mengemukakan bahwa LKS adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus terselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

Suatu tugas dalam LKS harus jelas kompentensi dasar yang harus dicapai. Lembaran kegiatan dapat digunakan untuk matapelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuat lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau refrensi lain yang terkait dengan tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa tugas teoritis dan atau tugas-tugas praktis (Majid, 2007: 176-177). LKS dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan semua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS memuat sekumpulan kegitan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang ditempuh (Trianto, 2012: 111).

LKS yang biasa digunakan dalam pembelajaran dapat berupa LKS

eksperimen dan LKS non Eksperimen. LKS eksperimen merupakan suatu media pembelajaran yang tersusun secara kronologis yang berisi prosedur kerja, hasil pengamatan, soal-soal yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang dapat membantu siswa dalam menemukan konsep, serta kesimpulan akhir dari praktikum yang dilakukan pada materi pokok yang bersangkutan.


(30)

12

Sedangkan LKS non eksperimen digunakan untuk membantu siswa

mengkontruksi konsep pada submateri pokok yang tidak dilakukan praktikum (Sriyono, 1992: 87). Proses penyusunan LKS harus memenuhi beberapa syarat yakni (1) syarat- syarat didaktik yaitu mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk

menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan syarat, (2) syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat,kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS, (3) syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS (Widjajanti, 2008: 2-3).

Pengaturan awal (advance organizer) dalam LKS eksperimen yang

digunakan pada penelitian ini ialah dari pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan melalui penyediaan belajar pada setiap kegiatan eksperimen sehingga situasi belajar menjadi lebih bermakna, dan dapat terkesan dengan baik pada pemanahaman siswa . Komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang materi, alat dan bahan, prosedur

eksperimen, data pengamatan, serta pertanyaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi (Trianto,2012:112).

LKS memiliki peran penting bagi peserta didik dan guru. Peran LKS dalam proses pembelajaran menurut (Dhari dan Dharyono, 1988) adalah sebagai alat


(31)

13

untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa.

Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal, memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah.

Melalui LKS guru dapat memberikan motivasi dan memancing siswa aktif dalam diskusi, praktikum atau kegiatan pada proses pembelajaran. Sedangkan bagi siswa membantu siswa dapat memperhatikan materi secara sistematis . Adapun manfaat yang diperoleh dari penggunaan LKS menurut Sunyono (2008: 2) adalah

“(a). Mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar; (b). Membantu siswa dalam mengembangkan konsep; (c) melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan proses belajar mengajar; (d) membantu guru dalam menyusun pembelajaran; (e) sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran; (f)

membantu siswa memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran dan (g) membantu siswa untuk

menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis”.

C. Inkuri Terbimbing

Inkuri berasal dari bahasa inggris Inquiry berarti pertanyaan, pemeriksaan, atau penyelidikan. Inkuri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari tahu jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan bertanya dan mencari tahu (Suyanti, 2010: 43). Pengajaran berdasarkan inkuiri dibentuk atas dasar diskoveri (Hamalik, 2004: 219). Inkuri digunakan sebagai metode mengajar bertujuan mengetahui bagaimana para ilmuwan mengembangkan, memahami dan menerapkan


(32)

14

pengetahuan dan ide baru melalui pertanyaan yang sistematis, hipotesa dan bereksperimen yang melibatkan proses penemuan dari pada verifikasi fakta yaitu lebih menekankan pada proses mencari bukan berorientasi pada produk (Jacinta Agbarachi Opara and Nkasiobi Silas Oguzor, 2011: 188) sehingga

penggunaan metode inkuiri dalam pembelajaran didasarkan pada keyakinan bahwa mempelajari sains lebih dari sekedar menghafal fakta-fakta dan informasi ilmiah saja, tapi lebih kepada memahami konsep-konsep dan mengaplikasikan metode-metode ilmiah yang nantinya akan diperoleh siswa sebagai suatu produk keterampilan, berupa keterampilan proses sains

(methodological knowledge). Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk

pengembangan emosional. Pelaksanaan pembelajaran inkuiri menurut Gulo (dalam Trianto, 2007: 137-138) sebagai berikut.

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan model pembelajaran inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru membimbing siswa menentukan hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Guru memberikan kesempatan dan membimbing siswa untuk menentukan langkah-langkah pengumpulan data yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel atau grafik. d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran ’benar’ atau ’salah’. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.


(33)

15

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Sasaran utama dari kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto, 2007: 166). ).

Selain itu, Sanjaya (2009: 197) mengungkapkan bahwa tujuan penggunaan inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Siswa tak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yag dimilikinya. Keunggulan metode inkuiri ini ialah metode ini dianggap membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan

keterampilan dan proses kognitif siswa (Suyanti, 2010: 50).

Memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajar mereka dan dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar moderen. Selain kelebihan metode inkuiri ini memiliki kelemahan sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa, sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur dengan kebiasaan belajar siswa, dalam mengimplementasikannya memerlukan waktu yang panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang telah ditentukan, selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa menguasai materi pelajaran, maka inkuiri akan sulit diimplementasikan oleh setiap guru (Sanjaya, 2009: 208-209).


(34)

16

Inkuiri bila ditinjau dari tingkat kompleksitasnya pembelajaran dengan inkuiri dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat pertama adalah pembelajaran penemuan (discovery), dalam pembelajaran ini siswa diajak melakukan pencarian konsep melalui kegiatan yang melibatkan pertanyaan, inferensi, prediksi, berkomunikasi, interpretasi dan menyimpulkan. Tingkatan kedua pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inkuiry), dalam pembelajaran ini Masalah dimunculkan oleh pembimbing atau guru. Tingkat paling kompleks adalah inkuiri terbuka atau bebas (open inkuiry), yakni masalah berasal dari siswa dengan bantuan arahan dari guru sampai menemukan apa yang dipertanyakan dan mungkin berakhir dengan pertanyaan atau masalah baru yang perlu ditindak lanjuti dalam kegiatan pembelajaran berikutnya. Kesamaan ketiga pembelajaran tersebut adalah ketiganya melibatkan

keterampilan proses sains atau kemampuan dasar bekerja ilmiah (Rustaman, 2005: 9-10). Esensi dari pembelajaran inkuiri terbimbing adalah pertanyaan-pertanyaan tidak hanya membantu guru dalam menentukan apa yang sudah diketahui siswa tetapi juga mendorong siswa lebih banyak belajar. Pertanyaan merupakan dasar bagi pembelajaran inkuiri terbimbing atau pembelajaran Kontruktivis (Carin dalam Tangkas, 2012: 13).

Inkuri terbimbing (guided inquiry) merupakan kegiatan inkuri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber dari buku teks kemudian siswa menemukan jawaban terhadap permasalahan tersebut dibawah

bimbingan yang intensif dari guru. Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan luaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal, inkuiri jenis ini cocok untuk diterapkan dalam


(35)

17

pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu. Dalam pembelajaran inkuri terbimbing ini siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam

menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitaor (Suyanti, 2010: 48-49). Pelaksanaan inkuiri terbimbing (guide inkuiri ) yang digunakan oleh guru saat ini dalam pembelajaran pada siswa sekolah dasar dan menengah yakni ada 8 langkah (Zehra ÖZDİLEK dan Nermin BULUNUZ, 2009: 29) sebagai berikut:

1. Apa yang harus ditemukan oleh peserta didik, peserta diharapkan untuk menginterpretasikan hasil dari setiap kegiatan hands-on (praktikum) dengan menggunakan pengetahuan teoritis dan data yang mereka kumpulkan.

2. Proses ilmiah yang ingin dicapai. Pada awal pembelajaran dikelas guru menjelaskan teori mengenai keterampilan proses sains yang dilakukan oleh ilmuan secara detail. Keterampilan proses sains tersebut mengamati, mengukur, menyimpulkan, meramalkan, berkomunikasi, mendefinisikan secara operasional, mengidentifikasi dan mengontrol variabel,

merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, dan bereksperimen. 3. Deskripsi kegiatan pengantar, sebelum melakukan kegiatan praktikum

guru memberikan informasi mengenai aturan keselamatan secara detail


(36)

18

5. Informasi lengkap tentang kegiatan prosedural: beberapa rincian yang menjelaskan, seperti apa para peserta akan berlatih, bagaimana mereka akan mengumpulkan data, mengatur data, menggambar grafik, dan menafsirkan grafik

6. Pertanyaan-pertanyaan diskusi: setiap kelompok siswa ditanya pertanyaan untuk merangsang pemikiran mereka terhadap tujuan kegiatan. Sebagai contoh, apa yang akan mempengaruhi waktu terbang helikopter kertas? 7. Aplikasi untuk situasi kehidupan nyata: Pertanyaan yang akan membantu

mereka menerapkan ilmu yang mereka dapatkan dengan situasi kehidupan nyata. Sebagai contoh, selama aktivitas mengamati ragi di bawah

mikroskop pertanyaan yang diajukan "mengapa anda berpikir adonan roti naik ketika Anda menambahkan gula dan air hangat ke dalam ragi

kering?"

8. Membuat Kesimpulan: peserta didik melaporkan interpretasi dan

kesimpulan ketika kegiatan praktikum dalam lembaran laporan kegiatan dengan menggunakan latar belakang pengetahuan teoritis yang

dikumpulkan di awal pembelajaran. D. Keterampilan Proses Sains

Keterampilan proses sains merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk menemukan konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan (indrawati dalam Trianto, 2012: 144). Sejumlah proses IPA


(37)

19

yang dikembangkan para ilmuan dalam mencari pengetahuan dan kebenaran ilmiah itulah yang disebut keterampilan proses Sains/IPA (Haryono, 2013: 45). Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 138).

Keterampilan proses yang terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skill) dan keterampilan-keterampilan terintegrasi (integrated skill).

Keterampilan dasar meliputi mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri dari mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar-variabel, mengumpulkan dan mengolah data, manganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen (Funk dalam Dimyati dan

Mudjiono, 2009: 140).

Kegiatan keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 141-144) sebagai berikut:

1. Mengamati/mengobservasi, merupakan tanggapan terhadap berbagai objek dan peristiwa alam dengan pancaindra. Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan. Mengamati memiliki dua sifat utama, yakni sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila


(38)

20

dalam pelaksanaannya hanya menggunakan pancaindera untuk memperoleh informasi. Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanannya selain menggunakan pancaindera, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan tepat.

2. Mengklasifikasikan, merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Dengan keterampilan mengklasifikasikan siswa dapat menentukan golongan dengan mengamati persamaan, perbedaan, dan hubungan serta pengelompokkan objek berdasarkan kesesuaian dengan berbagai tujuan.

3. Mengkomunikasikan, dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Contoh-contoh kegiatan

mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta, dan kegiatan lain yang sejenis.

4. Mengukur, yaitu membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya.

5. Memprediksi, suatu prediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang berdasarkan perkiraan pada hubungan antara fakta, konsep, dan prinsip dalam ilmu pengetahuan.


(39)

21

6. Menyimpulkan, dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui.

Enam keterampilan di atas merupakan keterampilan-keterampilan dasar dalam keterampilan proses, yang menjadi landasan untuk keterampilan proses integrasi yang lebih kompleks (Dimyati dan Mudjiono 2009: 145). Keterampilan proses yang terintegrasi merupakan

keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Sepuluh keterampilan terintegrasi tersebut adalah:

1. Mengenali Variabel

Variabel dapat diartikan sebagai konsep yang mempunyai variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat berubah atau berganti dalam satu situasi, secara umum dibedakan menjadi variabel termanipulasi dan variabel terikat. Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan

keterampilan mengenal variabel di antaranya adalah menentukan variabel yang ada dalam suatu pernyataan, membedakan suatu pernyataan sebagai variabel bebas atau terikat, dan memberikan contoh variabel.

2. Membuat Tabel Data

Setelah data dikumpulkan, seorang siswa harus dibelajarkan untuk membuat tabel data karena fungsinya yang penting untuk menyajikan data yang diperlukan penelitian. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan membuat tabel data di antaranya adalah membuat tabel frekuensi, melidi data, dan membuat tabel silang.


(40)

22

3. Membuat Grafik

Untuk mempermudah dan lebih meningkatkan daya tarik penyajian data, seringkali data divisualisasikan dalam bentuk grafik. Karena adanya aturan tertentu dalam pembuatan grafik, maka keterampilan membuat grafik perlu dimiliki oleh siswa. Keterampilan membuat grafik adalah keterampilan mengolah data untuk disajikan dalam bentuk visualisasi garis atau bidang datar dengan variabel termanipulasi selalu pada sumbu datar dan variabel hasil selalu ditulis sepanjang sumbu vertikal. Kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan membuat grafik di antaranya adalah membaca data dalam tabel, membuat grafik garis, membuat grafik balok, dan membuat grafik bidang lain.

4. Menggambarkan Hubungan antar Variabel

Keterampilan mendeskripsikan hubungan antar variabel merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap peneliti. Keterampilan menggambarkan hubungan antar variabel dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan hubungan antara variabel termanipulasi dengan variabel hasil/hubungan antara variabel-variabel yang sama. 5. Mengumpulkan dan Mengolah Data

Keterampilan mengumpulkan dan mengolah data adalah kemampuan memperoleh informasi/data dari orang atau sumber informasi lain dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan mengkajinya lebih lanjut secara kuantitatif atau kualitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau

penyimpulan. Untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan mengolah data dapat melalui kegiatan yang di antaranya adalah membuat


(41)

23

instrumen pengumpulan data, mentabulasi data, menghitung nilai chi kuadrat, menentukan tingkat signifikansi hasil perhitungan, dan kegiatan lain yang sejenis.

6. Menganalisis Penelitian

Keterampilan menganalisis penelitian merupakan kemampuan menelaah laporan penelitian orang lain untuk meningkatkan pengenalan terhadap unsur-unsur penelitian. Kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menganalisis di antaranya adalah

mengenali variabel, mengenali rumusan hipotesis, dan kegiatan lain yang sejenis. Keterampilan ini juga disebut sebagai keterampilan

menginferensi (Carin dalam Subiantoro, 2010: 4-5), selain berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip, kesimpulan juga dapat diambil dari suatu penalaran yang logis untuk menjelaskan pengamatan.

7. Menyusun Hipotesis

Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatukan dugaan yang dianggap benar mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Keterampilan menyusun hipotesis menghasilkan rumusan dalam bentuk kalimat pernyataan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan menyusun hipotesis di antaranya adalah menyusun hipotesis kerja, menyusun hipotesis nol, memperbaiki rumusan suatu hipotesis, atau kegiatan sejenis lainnya.


(42)

24

8. Mendefinisikan Variabel

Keterampilan mendefinisikan variabel secara operasional dapat diartikan sebagai kemampuan mendeskripsikan variabel beserta segala atribut sehingga tidak menimbulkan penafsiran ganda. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilaksanakan untuk mengembangkan keterampilan mendefinisikan variabel di antaranya adalah mengenal atribut variabel bebas,

mendefinisikan variabel bebas, membatasi lingkup variabel terikat, dan kegiatan lain yang sejenis.

9. Merancang Penelitian

Merancang penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspons dalam penelitian secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Contoh kegiatan yang tercakup dalam

keterampilan merancang penelitian adalah mengenali, menentukan, dan merumuskan masalah yang akan diteliti, merumuskan satu atau lebih dugaan yang dianggap benar dalam rangka menjawab masalah. 10.Bereksperimen

Bereksperimen dapat diartikan sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan sehingga dapat diperoleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu. Contoh-contoh yang menampakkan keterampilan bereksperimen antara lain: menguji kebenaran pernyataan bahwa semua zat memuai bila terkena panas, menanam tanaman yang


(43)

25

terkena sinar matahari langsung dan yang tidak langsung terkena sinar matahari, dll.

Pengembangan keterampilan proses sains memiliki peran bagi siswa yakni jika siswa terlibat aktif dalam keterampilan proses sains maka mereka dapat mengakui bahwa pengetahuan sains adalah dasar dari eksperimen yang berarti bahwa data dapat berubah dan teori tidak mutlak. Pengetahuan terdiri dari metode eksperimen dan norma-norma dan praktik dari komunikasi ilmiah seperti belajar mengenal fakta dan memperbaiki teori didalamnya (Roselyn Chebii, et al, 2012: 1291)sehingga keterampilan proses sains perlu

dikembangkan.

Melatih keterampilan proses pada pembelajaran IPA diharapkan peserta didik dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa, karena dalam melatih ini siswa dipacu untuk berpartisifasi aktif dan efisien dalam belajar, dapat menuntaskan hasil belajar siswa secara serentak, baik keterampilan produk, proses, maupun keterampilan kinerjanya, menemukan dan membangun sendiri konsepsi serta dapat mendefinisikan secara benar untuk mencegah terjadinya miskonsepsi, dan untuk lebih memperdalam konsep, pengertian, fakta yang dipelajarinya karena dengan latihan keterampilan proses, siswa sendiri yang berusaha mencari dan menemukan konsep itu, mengembangkan pengetahuan teori atau konsep dengan kenyataan dalam kehidupan

bermasyarakat, Sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup dalam masyarakat, karena siswa telah dilatih keterampilan dan berpikir


(44)

26

logis dalam memecahkan berbagai masalah dalam kehidupan (Trianto, 2012:150)

E. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan pembelajaran kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus saling berkait. Kaitan antara keduanya akan membuahkan aktivitas belajar yang optimal (Sardiman, 2007: 100). Pengajaran yang efektif menurut Hamalik (2004: 171) adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Anak (siswa) belajar sambil bekerja.

Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir dan berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa itu sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja tetapi dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda. Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, intisari pelajaran yang disajikan oleh guru (Slameto 2010: 36), mempelajari ide-ide serta konsep-konsep baru dan menantang,

memecahkan masalah (problem solving), belajar mengatur waktu dengan baik melakukan kegiatan/ praktikum dengan belajar berkelompok, melakukan kegiatan pembelajaran secara sendiri atau berkelompok (belajar menerima


(45)

27

pendapat orang lain), mengaplikasikan hasil pembelajaran lewat tidakan atau

action, sertamelakukan interaksi sosial (melakukan wawancara, survey, terjun ke lapangan, mendengarkan gues speker) (Suyanti, 2010: 19). Dalam belajar seseorang tidak akan dapat menghindarkan diri dari suatu situasi. Situasi akan menentukan aktivitas apa yang akan dilakukan dalam rangka belajar. Bahkan situasi itulah yang mempengaruhi dan menentukan aktivitas belajar yang akan dilakukan seperti siswa mendengarkan,

memandang, meraba, membau dan mencicipi/ mengecap, menulis dan mencatat, menulis dan mencatat, membuat ikhtisar atau ringkasan dan menggarisbawahi, mengamati tabel-tabel, diangram-diagram dan bagan-bagan, menyusun paper atau kertas kerja, menyusun paper atau kertas kerja, mengingat, berpikir, latihan atau praktek (Djamarah, 2008: 38-45). Macam-macam kegiatan siswa menurut Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 101) tersebut dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca, memerhatikan gambar demonstran, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberikan

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan interupsi.

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, angket dan menyalin.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

5. Drawing activites, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6. Motor activities, yang temasuk antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, berternak. 7. Mental activites, sebagai contoh menanggapi, mengingat, memecahkan

soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emotional activities, sepeti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.


(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMP Negeri 2 Gadingrejo semester genap tahun pelajaran 2013-2014.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas VII SMP Negeri 2 Gadingrejo pada tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas sembilan kelas. Sample pada penelitian ini adalah kelas VII. G sebagai kelas eksperimen dan VII. H sebagai kelas kontrol yang ditentukan secara acak. Jumlah siswa masing-masing kelas adalah 31 siswa dan 33 siswa. Pengambilan ke-dua kelas tersebut menggunakan teknik sampling yakni purposive sampling. C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu dengan desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Dalam penelitian ini kelas kontrol dan eksperimen diberi soal/tes berupa soal essay untuk mengukur KPS siswa (pretest).

Kemudian kelas eksperimen VII G diberi perlakuan dengan penggunaan LKS Inkuri Terbimbing sedangkan kelas VII H sebagai kelas kontrol diberi LKS


(47)

29

diskusi. Setelah kedua kelas diberi perlakuan berbeda selanjutnya kedua kelas tersebut diberi soal/tes untuk mengukur KPS berupa soal yang sama dengan soal diawal kegiatan pembelajaran (posttest).

Struktur Penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan: I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest;

O2 = Posttest; X = Perlakuan dengn penggunaan LKS Inkuiri

Terbimbing, C = Perlakuan dengan penggunaan LKS diskusi (dimodifikasi dari Sukardi, 2007: 186).

Gambar 2. Desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen. D. Prosedur penelitian

Pada Penelitian ini terdiri dua tahap yang dilaksanakan yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun tahap-tahap tersebut adalah:

Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian ini adalah sebagai berukut: a. Membuat surat izin observasi penelitian ke sekolah tempat diadakannya

penelitian.

b. Melakukan observasi ke sekolah tempat diadakan penelitian guna mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru selama proses belajar mengajar saat ini, mengetahui proses pembelajaran di sekolah,

mengetahui sampel dan populasi yang diteliti.

c. Menentukan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kontrol. I O1 X O2


(48)

30

d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar observasi

KPS siswa, dan angket tanggapan siswa.

f. Membuat kelompok sebanyak 8 kelompok belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol. Satu kelompok paling banyak 4-5 siswa.

Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan pembelajaran pada penelitian ini dilaksanakan dengan Menerapan LKS Inkuiri Terbimbing dan metode praktikum untuk kelas eksperimen sedangkan untuk kelas kontrol diberi LKS diskusi dan metode diskusi. Pembentukan kelompok, Postes dan pretes dilakukan di luar jam pelajaran. Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

2. 1 Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan LKS Inkuiri Terbimbing dan metode praktikum)

Kegiatan Deskripsi kegiatan

Guru Siswa

1. Pendahuluan pertemuan 1 :

 guru meminta siswa untuk mengamati tumbuhan di sekitar sekolah

 guru memberikan

pertanyaan kepada siswa tentang

 Anak-anak menurut kalian apakah

tumbuhan itu makan?

 bagaimana cara tumbuhan membuat makanannya sendiri?

 siswa mengamati tumbuhan di sekitar sekolah


(49)

31

Pertemuan 2:

 guru memberikan tugas untuk mengamati daun singkong yang telah ditutupi aluminium foil yang telah dilakukan siswa 1 hari sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran pada pertemuan ke 2.

 guru memberikan pertanyaan tentang

pembelajaran minggu yang lalu:

 kita telah mempelajari hasil dari fotosintesis minggu kemarin, apakah hasil fotosintesis hanya O2 saja?

 Adakah perbedaan warna daun yang ditutupi aluminum foil dan yang tidak ditutup?

 guru memberikan pertanyaan motivasi

 Apakah kalian ingin tahu?

 guru mengelompokkan siswa menjadi 6 kelompok anggota 6-7 siswa (telah dilakukan sebelumnya)

 guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari fotosintesis

 siswa mengamati daun singkong tersebut.

 siswa menjawab pertanyaan

 siswa menjawab pertanyaan.

 siswa

memperhatikan penjelasan guru.

2. Kegiatan inti guru membagikan LKS

Inkuri Terbimbing

 guru memberikan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan.

 Guru meminta siswa untuk memahami kegiatan dalam

 siswa menerima LKS Inkuiri Terbimbing sesuai dengan jumlah anggota kelompok  siswa mendengarkan informasi yang disampaikan  siswa mendiskusikan


(50)

32

LKS

 Guru meminta siswa untuk memulai percobaan dan mengambil alat dan bahan yang diperlukaan

 Guru membimbing siswa dalam pemecahan masalah yang ditemui ketika melakukan percobaan

 Guru meminta siswa mencatat data hasil percobaan ke dalam tabel

 Guru meminta 2 kelompok siswa untuk

mempresentasikan hasil percobaan secara bergantian

 Guru memberikan informasi mengenai masalah-masalah dalam percobaan yang ditemukan siswa

LKS Inkuri Terbimbing

 Siswa mengambil alat-alat yang diperlukan untuk percobaan

 Siswa melakukan percobaan fotosintesis sesuai dengan LKS inkuiri terbimbing  Siswa mengamati, mencatat, data pengamatan pada kolom yang tersedia pada LKS  siswa mempresentasi kan hasil percobaan

 siswa membahas masalah-masalah dalam percobaan yang ditemukan.

3. Penutup Guru membimbing siswa

mengulang hasil kegiatan pembelajaran

 Guru menggiring siswa dalam menarik kesimpulan dengan pertanyaan dari kegiatan percobaan

 Guru memberikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran minggu selanjutnya.

 Siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran

 Bersama guru siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran tentang fotosintesis  Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai kegiatan pembelajaran


(51)

33

2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan LKS Diskusi)

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Guru Siswa

1. Pendahuluan Pertemuan 1:

 guru meminta siswa untuk mengamati tumbuhan disekitas sekolah

 guru memberikan

pertanyaan kepada siswa tentang

 Anak-anak menurut kalian apakah

tumbuhan itu makan?

 bagaimana cara tumbuhan membuat makanannya sendiri? Pertemuan 2:

 Guru meminta siswa untuk mengamati gambar daun yang ditutupi oleh aluminium foil

 guru memberikan pertanyaan tentang

pembelajaran minggu yang lalu:

 Kita telah mempelajari hasil dari fotosintesis minggu kemarin, apakah hasil

fotosintesis hanya O2 saja?

 Adakah perbedaan warna daun yang ditutupi aluminum foil dan yang tidak ditutup?

 guru memberikan pertanyaan motivasi

 apakah kalian ingin tahu?

 guru mengelompokkan siswa menjasi 6 kelompok (telah dilakukan sebelumnya)  siswa mengamati tumbuhan di sekitar sekolah

 siswa menjawab pertanyaan guru  Siswa mengamati gambar daun yang ditutupi oleh aluminium foil

 siswa menjawab pertanyaan

 siswa menjawab pertanyaan.


(52)

34

 guru menyampaikan tujuan dan manfaat mempelajari fotosintesis

 siswa duduk berkelompok

 siswa

memperhatikan penjelasan guru.

2. Kegiatan Inti guru membagikan LKS

Diskusi

 guru memberikan informasi mengenai kegiatan yang dilakukan.

 Guru meminta siswa untuk memahami kegiatan dalam LKS Diskusi

 Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang

permasalahan dan

menjawab pertanyaan yang ada pada LKS

 Guru meminta 2 kelompok siswa untuk

mempresentasikan hasil percobaan secara bergilir

 Guru membimbing siswa dalam diskusi

 Guru memberikan informasi mengenai masalah-masalah yang ditemukan siswa

 siswa menerima LKS Diskusi sesuai dengan jumlah anggota kelompok  siswa mendengarkan informasi yang disampaikan  siswa mendiskusikan LKS Diskusi  Siswa memahami permasalah yang ada dan

menjawab pertanyaaan dalam LKS.  siswa mempresentasi kan hasil percobaan

 Siswa berdiskusi tentang

fotosintesis berdasarkan hasil diskusi

 siswa membahas

masalah-masalah yang ada di dalam LKS yang ditemukan oleh siswa

3. Penutup Guru membimbing siswa

mengulang hasil kegiatan pembelajaran

 Guru menggiring siswa dalam menarik kesimpulan dengan pertanyaan

 Siswa mengulang hasil kegiatan pembelajaran

 Bersama guru siswa menarik kesimpulan dari pembelajaran


(53)

35

 Guru memberikan informasi mengenai kegiatan

pembelajaran minggu selanjutnya.

tentang fotosintesis

 Siswa

memperhatikan penjelasan guru mengenai kegiatan pembelajaran E.Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Jenis data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah keterampilan proses sains siswa yang diperoleh dari nilai pretest dan post test. Nilai selisih tersebut disebut sebagai skor gain, lalu dianalisis secara statistik. KPS siswa ditinjau berdasarkan perbandingan nilai gain yang dinormalisasi (N-gain), antara nilai tes awal dan tes akhir. Gain

yang dinormalisasi (N-gain) antara nilai tes awal dan tes akhir.

Gain yang dinormalisasi (N-gain) dapat dihitung dengan formula Hake (1999: 1)

Keterangan:

N-gain = average normalized gain = rata-rata N-gain Spost = postscore class averages = rata-rataskor postes Spre = prescore class averages = rata-rataskor pretes Smax = maximum score = skor maksimum

N-gain=


(54)

36

Tabel 1. Kriteria N-gain.

N-gain Kriteria

g > 0,7 0,7 > g > 0,3

g < 0,3

Tinggi Sedang Rendah

b. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data keterampilan proses sains siswa dalam proses pembelajaran dan data tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a) Pretest dan Posttest

Data KPS adalah nilai pretes dan postes. Nilai pretes dan postes diambil pada pertemuan di luar jam belajar untuk setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol. Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

Teknik penskoran nilai tes awaldantes akhir yaitu:

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

100

N

R

S


(55)

37

b) Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains siswa

Lembar observasi keterampilan proses sains berisi aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran di kedua kelas. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan skor kriteria keterampilan proses sains yang telah ditentukan.

Tabel 2. Lembar observasi keterampilan proses sains siswa No Nama Aspek yang diamati

A B C D Dst..

0 1 2 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 dst

̅

Kriteria

Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai dengan skor kriteria penilaian keterampilan proses sains siswa dibawah ini (dimodifikasi dari Arikunto, 2008:183).

Keterangan skor kriteria penilaian keterampilan proses sains siswa: A. Mengamati

1. Mencari informasi dengan mengamati hanya menggunakan satu indera saja yaitu melihat

2. Mencari informasi dengan mengamati menggunakan lebih dari satu indera saja

3. Mencari informasi dengan mengamati menggunakan lebih dari satu indera dan alat lain

B. Menghipotesis

1. Merusmuskan hipotesis berdasarkan data/informasi yang dikumpulkan namun tidak tepat.

2. Merumuskan hipotesis berdasarkan data/informasi yang dikumpulkan namun kurang tepat.

3. Merumuskan hipotesis berdasarkan data/informasi yang dikumpulkan dengan tepat.


(56)

38

C. Melakukan percobaan

1. Melakukan percobaan tidak sesuai dengan langkah dalam LKS/hanya mengamati percobaan melalui ilustrasi percobaan 2. Melakukan percobaan kurang sesuai dengan langkah dalam

LKS

3. Melakukan percobaan sesuai dengan langkah dalam LKS D. Menginterpretasi

1. Menjelaskan data yang telah dikumpulkan dari tabel pengamatan dan grafik namun tidak sistematis. 2. Menjelaskan data yang telah dikumpulkan dari tabel

pengamatan dan grafik namun kurang sistematis. 3. Menjelaskan data yang telah dikumpulkan dari tabel

pengamatan dan grafik secara sistematis. E. Memprediksi

1. penafsiran generalisasi yang tidak tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi didasari pada pengamatan dan inferensi sebelumnya

2. penafsiran generalisasi yang kurang tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi didasari pada pengamatan dan inferensi sebelumnya

3. penafsiran generalisasi yang tepat tentang pola-pola peristiwa yang akan terjadi didasari pada pengamatan dan inferensi sebelumnya

F. Mengklasifikasi/ mengelompokan 1. Mengelompokkan data.

2. Menjelaskan data

3. Mengelompokkan dan Menjelaskan data G. Mengajukan pertanyaan

1. Mengajukan pertanyaan tetapi tidak mengarah pada pembahasan materi fotosintesis

2. Mengajukan pertanyaan tetapi kurang mengarah pada pembahasan materi fotosintesis

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan pembahasan materi fotosintesis

H. Mengkomunikasikan

1. Mengkomunikasikan data hasil percobaan dalam tabel dan grafik namun tidak tepat.

2. Mengkomunikasikan data hasil percobaan dalam tabel dan grafik namun kurang tepat.

3. Mengkomunikasikan data hasil percobaan dalam tabel dan grafik dengan tepat


(57)

39

I. Menggunakan alat

1. Menggunakan alat namun tidak sesuai dengan fungsinya namun kurang hati-hati/hanya mengamati penggunaan alat melalui ilustrsi percobaan

2. Menggunakan alat dengan benar sesuai dengan fungsinya namun kurang hati-hati

3. Menggunakan alat dengan benar sesuai dengan fungsinya dengan hati-hati

J. Menginferensi

1. Menjelaskan data yang telah dikumpulkan dari tabel pengamatan dan grafik namun tidak sistematis. 2. Menjelaskan data yang telah dikumpulkan dari tabel

pengamatan dan grafik namun kurang sistematis. 3. Menjelaskan data yang telah dikumpulkan dari tabel

pengamatan dan grafik secara sistematis. c) Angket Tanggapan Siswa

Angket ini berisi pendapat siswa tentang LKS Inkuiri Terbimbingyang telah diterapkan dalam pembelajaran. Angket ini berupa delapan pernyataan, terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki dua pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Item pernyataan pada angket

No. Pernyataan- Pernyataan S TS

1

Saya senang mempelajari materi pokok fotosintesis dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

2

Saya senang mempelajari materi pokok fotosintesis dengan menggunakan LKS yang diberikan oleh guru

3

Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

4

Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan LKS yang diberikan oleh guru

5

Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri selama metode pembelajaran yang diberikan oleh guru.

6

LKS yang digunakan tidak mampu mengembangkan kemampuan saya dalam memahami proses sains.


(58)

40

7 Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung. 8 Saya merasa sulit mengerjakan LKS dengan

metode yang dibuat oleh guru.

Sumber: dimodifikasi dari Majid (2007: 216).

Tabel 4. Variabel, sub variabel, instrumen, jenis data dan alat ukur data. Variabel Instrumen Jenis Data dan

Alat Ukur Analisis Data Keterampilan proses sains Tes tertulis Keterampilan proses sains siswa

Nominal dan tes tertulis

Uji t dan persentase Lembar observasi

KPS siswa

Interval Persentase Tanggapan siswa

terhadap LKS inkuiri terbimbing

Angket tanggapan siswa

Interval Persentase

2. Teknik Analisis Data

a. Data Kuantitatif

Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan kesamaan dua varians (homogenitas) data:

1. Uji Normalitas Data Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors

dengan program SPSS versi 17. a. Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal


(59)

41

b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho

untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005: 467). 2. Kesamaan Dua Varian

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varian dengan dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Hipotesis

Ho : Kedua sampel mempunyai varians sama H1 : Kedua sampel mempunyai varians berbeda

b. Kriteria Uji

- Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho

diterima

- Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho

ditolak (Sudjana, 2005: 249). 3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama


(60)

42

b. Kriteria Uji

Jika –ttabel < thitung < ttabel, maka Ho diterima

Jika thitung < -ttabel atau thitung > ttabel maka Ho ditolak

(Sudjana, 2005: 239-240).

Uji Perbedaan Dua Rata-rata a. Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama

dengan kelompok kontrol

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih

tinggi dari kelompok kontrol. b. Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 10).

Uji U (Uji Mann-Whitney U)

Data yang tidak berdistribusi normal dilanjutkan dengan Uji U atau Uji Mann-Whitney U.

1. Hipotesis

Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol

H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata yang signifikan

antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol 2. Kriteria Uji

Jika p-value > 0,05 maka terima Ho


(61)

43

b. Data Kualitatif

a. Keterampilan Proses Sains (KPS) Siswa

Data keterampilan proses sains siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi, pretest dan posttest indikator KPS. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase KPS siswa. Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut.

1) Menghitung persentase KPS dengan menggunakan rumus: Persentase = x 100%

2) Menghitung peningkatan indikator KPS dengan menggunakan rumus :

3) Menafsirkan atau menentukan persentase KPS siswa sesuai kriteria pada Tabel 5.

Tabel 5 Kriteria peningkatan keterampilan proses sains siswa Kategori indeks KPS

siswa (%) Interprestasi 0,00-29,99 Sangat Rendah

30,00-54,99 Rendah

55,00-74,49 Sedang

75,00-89,99 Tinggi

90,00-100,00 Sangat Tinggi

Sumber: dimodifikasi dari Hake (dalam Colleta dan Philips 2005: 5).

Skor perolehan Skor maksimum


(62)

44

c. Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan LKS Inkuiri Terbimbing

Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan berisi delapan pernyataan yang terdiri dari lima pernyataan positif dan tiga pernyataan negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:

1) Skor angket

Tabel 6 . Skor perjawaban angket

Keterangan:

S = setuju; TS = tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29).

2) Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;

S = Jumlah skor jawaban; Smaks = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2005: 6)

3) Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran

Sifat Pernyataan

Jawaban

S TS

Positif 1 0

Negatif 0 1

% 100

 

maks in

S S X


(63)

45

frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 7. Data angket tanggapan siswa terhadap LKS Inkuiri Terbimbing

No Nama

Pernyataan

1 2 dst

S TS S TS

1 2 dst Presentase

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31).

4) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing sesuai pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing

Sumber: Hendro (dalam Hastriani, 2006: 45) Persentase

(%) Kriteria

100 Semuanya

76 – 99 Sebagian besar 51 – 75 Pada umumnya

50 Setengahnya

26 – 49 Hampir setengahnya 1 – 25 Sebagian kecil


(64)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan LKS inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi pokok fotosintesis.

2. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan LKS inkuri terbimbing pada materi pokok fotosintesis.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan LKS inkuiri terbimbing dapat digunakan guru biologi sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan KPS siswa pada materi pokok fotosintesis

2. Perlu adanya kajian LKS lebih lanjut dalam mengembangkan indikator keterampilan proses sains siswa yang lain pada LKS inkuiri terbimbing 3. Pembelajaran dengan menggunakan LKS inkuiri terbimbing dengan

metode praktikum perlu dibiasakan agar siswa mampu mengembangkan dan meningkatkan KPS nya secara optimal.


(1)

45

frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.

Tabel 7. Data angket tanggapan siswa terhadap LKS Inkuiri Terbimbing

No Nama

Pernyataan

1 2 dst

S TS S TS

1 2 dst

Presentase

Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31).

4) Menafsirkan atau menentukan persentase tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing sesuai pada Tabel 8.

Tabel 8. Kriteria tanggapan siswa terhadap penggunaan LKS inkuiri terbimbing

Sumber: Hendro (dalam Hastriani, 2006: 45) Persentase

(%) Kriteria

100 Semuanya

76 – 99 Sebagian besar 51 – 75 Pada umumnya

50 Setengahnya

26 – 49 Hampir

setengahnya 1 – 25 Sebagian kecil


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan LKS inkuiri terbimbing berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) siswa pada materi pokok fotosintesis.

2. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan LKS inkuri terbimbing pada materi pokok fotosintesis.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Pembelajaran dengan LKS inkuiri terbimbing dapat digunakan guru biologi sebagai salah satu alternatif bahan ajar yang dapat meningkatkan KPS siswa pada materi pokok fotosintesis

2. Perlu adanya kajian LKS lebih lanjut dalam mengembangkan indikator keterampilan proses sains siswa yang lain pada LKS inkuiri terbimbing 3. Pembelajaran dengan menggunakan LKS inkuiri terbimbing dengan

metode praktikum perlu dibiasakan agar siswa mampu mengembangkan dan meningkatkan KPS nya secara optimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Altasari, Oni, dkk. 2013. Pengembangan Bahan Ajar IPA Terpadu Berbasis Salingtemas dengan Tema Biomasa Alternatif Terabarukan. Jurnal Pendidikan Fisika (2013) Vol.1 No.1: 81-89.

A. M, Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Grafindo Persada. Jakarta.

Andriani, N, dkk. 2013. Prosiding Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan Sains 2011 (SNIPS 2011) Efektifitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri

Terbimbing (Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. 22-23 Juni 2011. Diakses 26 januari 2013. http://www.prosiding.papsi.org /index.php/SFN/ article/ viewFile/510/522

Arfianty, Hermie. 2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Konsep Koloid Siswa. (Tesis) tidak dipublikasikan. UPI. Bandung.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Astuti, Y dan Setiawan,B. 2013. Pengemabangan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dalam Pembelajaran Kooperatif pada Materi Kalor. Jurnal Pendidikan IPA. JPII 2 (1): 88-92.

Chebii, Roselyn, et al. 2012. Effects of Science Process Skills Mastery Learning Approach on Students’ Acquisition of Selected Chemistry Practical Skills in School. Journal of Department of Curriculum Instruction and Educational Management, Egerton University, Njoro, Kenya Vol.3, No.8: 1291-1296. Colleta, V. P. dan J.A. Phillips. 2005. Interpreting FCI Scores: Normalized Gain,

Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability. Department of Physics, Loyola Marymount University. California.

Dhari, HM. dan Dharyono, AP. 1988. Perangkat Pembelajaran. Depdikbud. Malang.

Dharman, S. 2008. Strategi Pembelajaran MIPA. Direktorat Tenaga Kependidikan dan Ditjen PMPTK Departemen Pendidikan. Jakarta.


(4)

66

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djamarah, S. B. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses 26 januari 2014 http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Haryono, 2013.Pembelajaran IPA yang Menarik dan Mengasyikkan: Teori dan Aplikasi PAIKEM. Penerbit Kapel Press.Yogyakarta.

Hastriani, A. 2006. “Penerapan Model Pembelajaran Pencapaian Konsep dalam

Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP”. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Kemendikbud. 2013. Diklat Guru. Mat Diklat:2.Analisis Materi Ajar Jenjang: SD/SMP/SMA Mata Pelajaran: Konsep Pendekatan Science. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Ilmu Pengetahua Alam. Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Kemendikbud. Jakarta.

Kurinasih, Idan Sani, B. 2014. Implementasi Kurikulum 2013. Konsep dan Penerapan. Kata Pena. Surabaya.

Majid, A. 2007. Perencanaan Pembelajaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2013.

Permendikbud No.65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Kemendikbud. Jakarta.

ÖZDİLEK, Zehra dan BULUNUZ, Nermin. 2009. The Effect of a Guided Inquiry

Method on Pre-service Teachers’ Science Teaching Self-Efficacy Beliefs. Uludağ University, Faculty of Education, Dept. of Primary Education, Bursa -Turkey. Journal of Turkish Science Education. Volume 6, Issue 2.pp 24-42 Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar


(5)

67

Lampung.

Roestiyah, N K. 2008 Strategi Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Rustaman, N.Y. 2005. Makalah Seminar Nasional. Perkembangan Penelitian

Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidikan Sains. FMIPA UPI. Bandung. diakses 10 maret 2013. http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI. PENDIDIKAN_IPA/195012311979032NURYANI_RUSTAMAN/PenPemIn kuiri.pdf

Rustaman, N.Y. 2007. Keterampilan Proses Sains. Pendidikan Pasca Sarjana. UPI.Bandung. diakses 10 maret 2013. http://file.upi.edu/Direktori/ SPS/ PRODI.PENDIDIKAN_IPA/195012311979032-NURYANI_RUSTAMAN/ KPS vs KG.pdf

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Fator yang mempengaruhi. Rineka cipta. Jakarta.

Sriyono. 1992. Proses Belajar Mengajar dan Strategi. Rineka Cipta. Jakarta. Sugiyono . 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Alfabeta. Bandung.

Subiantoro, A. W. 2010. Pentingnya Praktikum Dalam Pembelajaran IPA. Makalah. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta.

Sunyono.2008. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Lingkungan pada Mata Pelajaran IPA SMP Kelas VII semester I. (Jurnal). Diakses 7 Agustus 2009. http://pustakailmiah.unila.ac.id /wpcontent/upload/2009/07/ Sunyono-PENGEMBANGAN-LEMBAR-KERJA1.pdf

Suryosubroto.2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah.Rineka Cipta. Jakarta Suwandi, T. 2012.Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended

Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Suyanti, R. D. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu.Yogyakarta. Tangkas, I Made. 2012. Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri


(6)

68

Terbimbing terhadap Kemampuan pemahaman konsep dan Keterampilan proses sains siswa kelas X SMAN 3 Amlapura.(Tesis). Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. Bali.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Prestasi Pustaka. Jakarta.

Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Bumi Aksara. Jakarta.

Widjajanti, E. 2008. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Makalah Pelatihan

Penyusunan LKS Mata Pelajaran Kimia Berdasarkan KTSP. FMIPA. UNY. Yogyakarta.

Zahara, Rita.2013. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS)Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Subpokok Materi Hubungan Hasil Kali Kelautan Dan Pengendapan.(Skripsi). UPI. Bandung.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PRAKTIKUM DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Metro Semester Genap Tahun Pelajar

0 17 61

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK FOTOSINTESIS (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 2 Gadingrejo Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 12 68

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 11 57

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA MATERI POKOK KERAGAMAN SISTEM ORGANISASI KEHIDUPAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandar

3 29 131

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Batu Ketulis Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 57

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS MASALAH TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 21 Bandar Lampung Tahun

0 11 67

PENGARUH LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN PROSES SAINS (KPS) SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN DAMPAKNYA BAGI MAKHLUK HIDUP (Studi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri Di Kecamatan Pagela

3 16 66

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) IPA SMP BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap di SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Ajaran 2014/2015 pada Materi Pokok Penye

0 7 72

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Mataram Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 27 50