PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH (Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Negeri 1 Kalianda Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015)
ABSTRAK
PENGARUH MODELDISCOVERY LEARNINGTERHADAP
KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH
(Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Negeri 1 Kalianda Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
Mufidah Estu Kinasih
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan modelDiscovery Learningterhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa. Penelitian dilakukan di SMAN 1 Kalianda pada siswa kelas XI tahun pelajaran 2014/2015, merupakan studi eksperimen dengan desaingroup pretest-posttest non equivalen. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIA3dan XI MIA4,yang
dipilih dengan teknikpurposive sampling. Data penelitian ini berupa data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa data keterampilan berpikir kritis siswa yang diperoleh dari nilaiN-gainyang didapatkan dari nilaipretestdan posttestyang dianalisis menggunakan Uji t dan U pada taraf kepercayaan 5%. Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa dan tanggapan siswa yang diperoleh melalui lembar observasi aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa mengenai keterampilan berpikir kritis dalam penerapan modelDiscovery Learningyang kemudian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase.
(2)
iii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rataN-gainsiswa kelas eksperimen lebih tinggi (44,76%) dan berbeda signifikan dengan kelas kontrol (27,61%). Tidak hanya itu, analisis rata-rata nilaiN-gainper indikator keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen juga mengalami peningkatan yang lebih besar dibandingkan pada kelas kontrol yaitu pada indikator“mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin”(67,82%),“keterampilan memberikan alasan”(40,04%) dan”menggeneralisasi”(60,18%).
Pada kelas eksperimen rata-rata keseluruhan dari aktivitas belajar yang diamati tergolongtinggi(75,00%) sedangkan pada kelas kontrol tergolongsedang
(59,49%). Tanggapan positif terhadap penerapan modelDiscovery Learningyaitu
“dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari materi sistem pertahanan tubuh”(100%), dengan demikian siswa termotivasi untuk belajar dan melakukan kegiatan belajar secara aktif sehingga hal tersebut menyebabkan“siswa mudah dalam memahami materi sistem pertahanan tubuh”(100%). Dengan demikian, pembelajaran menggunakan modelDiscovery Learningdapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Kata kunci : aktivitas belajar,discovery learning,keterampilan berpikir kritis dan sistem pertahanan tubuh
(3)
PENGARUH MODELDISCOVERY LEARNINGTERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA
MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH
(Kuasi Eksperimen pada Siswa SMA Negeri 1 Kalianda Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015)
Oleh
MUFIDAH ESTU KINASIH Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda, Lampung Selatan pada 14 Juli 1993, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Edi Wahyudi dengan Suyatmi, S.E. Alamat penulis yaitu Ragom Mufakat II Blok A nomor 6, Kelurahan Way Urang, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Nomor HP penulis 081377781793.
Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK Negeri Pembina Kalianda (1996-1998), SD Negeri 1 Way Urang (1999-2005), SMP Negeri 1 Kalianda (2005-2008), SMA Negeri 1 Kalianda (2008-20011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur ujian masuk tertulis (SNMPTN).
Penulis pernah aktif di organisasi sebagai anggota HIMASAKTA divisi penelitian dan pengembangan Unila (Tahun 2011). Penulis melaksanakan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Bangkunat Belimbing dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Pesisir Barat (Tahun 2014), dan penelitian pendidikan di SMA Negeri 1 Kalianda untuk meraih gelar sarjana pendidikan/S.Pd. (Tahun 2015).
(8)
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Segala puji hanya milik Allah SWT, atas rahmat dan nikmat yang tercurah. Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, semoga kita
senantiasa melaksanakan sunah-sunah beliau.
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Ayah dan Ibu yang telah mendidik dan membesarkanku dengan segala doa terbaik mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku, mendukung segala langkah ku
menuju kesuksesan dan kebahagiaan.
Adikku Kartika Permata Insani yang selalu memberikan bantuannya ketika aku dalam kesulitan, memotivasiku dan menyayangiku; serta keluarga besarku di Kalianda yang selalu
kurindukan.
Guru, dosen, dan murobbi atas ilmu, nasihat, dan arahan yang telah diberikan.
(9)
MOTO
Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali
setiap kali kita jatuh (Konfusius)
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa
dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah (Thomas Alfa Edison)
Nasib bukanlah kebetulan. Nasib adalah pilihan (William Jennings Bryan)
Tidak ada yang tidak mungkin dan tidak ada yang mudah selama kita yakin dan terus
berusaha, semuanya akan menjadi mungkin
Genius sejati yang tanpa hati tak ada gunanya karena bukan hanya pemahaman yang hebat,
bukan hanya kecerdasan, bukan pula keduanya yang menjadikan seorang genius. Cinta!
Cinta! Cinta!. Itulah jiwa seorang genius (Nikolaus Joseph Van Jacquin)
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku, dan matiku, hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam
(Qs. Al-an aam: 162)
(10)
“Jenius = 1% inspirasi dan 99% keringat.Tidak ada yang dapat
mengalahkan kerja keras. Keberuntungan hanya akan terjadi
ketika kesempatan bertemu dengan kesiapan diri” (Thomas Alva
Edison)
“Live As If You Were To Die Tommorow And Learn As If You
Were To Live Forever” (Mahatma Gandhi)
“Tujuan besar dari pendidikan bukan pengetahuan, tapi tindakan
(aksi)” (Herbert Spencer)
“Satu ons aksi lebih berharga daripada satu ons teori” (Friedrich
Engels)
“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati”
( Q.S. Al Furqan ayat 63 )
(11)
“You Only Live Once, But If You Do It Right, Once is Enough”.
Anda hanya hidup sekali, tetapi jika anda melakukannya dengan
benar, sekali sudahlah cukup (Mae West)
Bertahan hidup artinya selalu siap untuk berubah; karena perubahan adalah jalan menuju kedewasaan, dan kedewasaan adalah sikap untuk selalu
(12)
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul“PENGARUH MODELDISCOVERY
LEARNINGTERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI SISTEM PERTAHANAN TUBUH (Kuasi Eksperimen Pada Siswa SMA Negeri 1 Kalianda Kelas XI Tahun Pelajaran 2014/2015)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
(13)
xii
5. Drs. Arwin Achmad M.Si, selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
6. Muhammad Nurdin S. Pd, selaku Kepala SMA Negeri 1 Kalianda dan Ibu Eka Setiawati M. Pd, selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang sangat berharga;
7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI MIA3dan XI MIA4SMA
Negeri 1 Kalianda atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung; 8. Sahabat-sahabatku Sudaryanti, Nurhidayah, Yogi Fitriyani, dan Vifty, serta seluruh teman pendidikan biologi 2011 terutama untuk kelas A terimakasih atas semangat kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin hingga saat ini serta motivasi dan bantuannya;
9. Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan syukur yang sebesarnya karena telah
menyelesaikan penyusunan skripsi ini semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, September 2015 Penulis
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir ... 7
G. Hipotesis... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) ... 11
B. Berpikir Kritis ... 18
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24
B. Populasi dan Sampel ... 24
C. Desain Penelitian ... 24
D. Prosedur penelitian... 25
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 35
F. Teknik Analisis Data ... 37
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
(15)
xiv V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ... 59
B. Saran ... 59
DAFTAR PUSTAKA ... 60
LAMPIRAN 1. Silabus ... 64
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 77
3. Lembar Kerja Peserta Didik ... 99
4. Kunci Jawaban Lembar Kerja Peserta Didik ... 165
5. Rubrik Penilaian Lembar Kerja Peserta Didik ... 174
6. Soal Pretes dan Postes... 175
7. Kisi-Kisi Soal Pretes dan Postes ... 184
8. Rubrik Penilaian Soal Pretes dan Postes ... 198
9. Angket Tanggapan Siswa ... 199
10. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 200
11. Rubrik Penilaian Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 201
12. Data-Data Hasil Penelitian ... 202
13. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 224
(16)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Indikator keterampilan berpikir kritis... 21
2. Jenis–jenis data penelitian... 35
3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa... 41
4. Rubrik penilaian lembar observasi aktivitas belajar siswa ... 42
5. Klasifikasi persentase aktivitas belajar siswa ... 43
6. Pernyataan angket tanggapan siswa mengenai keterampilan berpikir kritis ... 43
7. Hubungan persentase dengan tafsiran berdasarkan kriteria ... 45
8. Hasil uji normalitas, homogenitas dan uji t untuk nilaipretest, posttest, danN-gainpada kelas eksperimen dan kontrol ... 46
9. Hasil analisis rata-rataN-gainsetiap indikator keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan kontrol ... 47
10. Persentase aktivitas belajar siswa pada kelas eksperimen dan kontrol 49 11. Persentase dan kriteria tanggapan siswa terhadap penerapan model discovery learningdan metode diskusi ... 50
12. Nilaipretest,posttest, danN-gainkelas eksperimen ... 202
13. Nilaipretest,posttest, danN-gainkelas kontrol ... 203
14. Analisispretestkelas eksperimen per indikator... 204
15. Analisisposttestkelas eksperimen per indikator ... 206
(17)
xvi
17. Analisispretestkelas kontrol per indikator ... 210
18. Analisisposttestkelas kontrol per indikator ... 212
19. AnalisisN-gainkelas kontrol per indikator ... 214
20. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen... 216
21. Data hasil observasi aktivitas belajar siswa kelas kontrol ... 218
22. Data hasil observasi angket tanggapan siswa kelas eksperimen ... 220
23. Data hasil observasi angket tanggapan siswa kelas kontrol... 222
24. Hasil uji normalitaspretestkelas eksperimen dan kontrol... 224
25. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-ratapretest kelas eksperimen dan kontrol... 224
26. Hasil uji normalitasposttestkelas eksperimen dan kontrol ... 225
27. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rataposttest kelas eksperimen dan kontrol... 226
28. Hasil uji perbedaan dua rata-rataposttestkelas eksperimen dan kontrol ... 227
29. Hasil uji normalitasN-gainkelas eksperimen dan kontrol ... 227
30. Hasil uji kesamaan dua varians dan kesamaan dua rata-rataN-gain kelas eksperimen dan kontrol... 228
31. Hasil uji perbedaan dua rata-rataN-gainkelas eksperimen dan kontrol ... 229
32. Hasil uji normalitasN-gainindikator A kelas eksperimen dan kontrol 229 33. Hasil uji Mann-Whitney U dataN-gainindikator A kelas eksperimen dan kontrol ... 230
34. Hasil uji normalitasN-gainindikator B kelas eksperimen dan kontrol 231 35. Hasil uji Mann-Whitney U dataN-gainindikator B kelas eksperimen dan kontrol ... 232
36. Hasil uji normalitasN-gainindikator C kelas eksperimen dan kontrol 232 37. Hasil uji Mann-Whitney U dataN-gainindikator C kelas eksperimen dan kontrol ... 233
(18)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9
2. Desain penelitian... 25
3. Foto Pelaksanaan Penelitian Pada Kelas Kontrol... 234
(19)
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tantangan global menuntut dunia pendidikan untuk selalu berkembang dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah di beberapa negara mengajukan salah satu cara untuk menyiapkan peserta didik yang siap bersaing dengan mengajarkan sains sebagaimana sains tersebut terjadi di dunia nyata. Dengan kata lain peserta didik harus belajar menyelesaikan permasalahan nyata di lingkungan dan menerapkan pengetahuan dengan cara yang kreatif dan inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan dengan cara yang kreatif membutuhkan keterampilan berpikir kritis (Quitadamo, 2008: 327).
Pentingnya keterampilan berpikir kritis bagi peserta didik juga terdapat dalam Permendikbud No. 81 Tahun 2013 tentang kebutuhan kompetisi masa depan yang diperlukan oleh peserta didik yaitu kemampuan berkomunikasi, kreatif, dan berpikir kritis (Kemendikbud, 2013: 10). Hal tersebut didukung oleh Hamruni (2012: 104) yang menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi khususnya berpikir kritis sangat penting diajarkan di sekolah, karena keterampilan ini sangat diperlukan oleh siswa untuk sukses dalam
(20)
2
kehidupannya. Sejalan dengan hal tersebut hal yang sama juga diungkapkan oleh Facione (2015: 25) bahwa berpikir kritis merupakan kunci keberhasilan pendidikan di seluruh dunia.
Selain itu menurut Thyer (2013: 1) berpikir kritis merupakan keterampilan yang penting bagi lulusan apapun yang akan diperlukan dalam dunia kerja. Selain hal tersebut menurut Roekel (2010: 8) berpikir kritis tidak hanya memberikan kontribusi untuk keberhasilan karir, tetapi juga sukses dalam pendidikan tinggi. Selanjutnya menurut Amri dan Ahmadi (2010: 62)
keterampilan berpikir kritis diperlukan agar setiap individu dapat memperoleh, memilih dan mengolah informasi dengan baik dan bijak.
Namun kenyataan menunjukkan bahwa keterampilan berpikir kritis para pelajar Indonesia khususnya siswa SMA masih rendah. Hal ini terlihat dari rendahnya siswa menjawab benar dalam Program For International Student Assessment(PISA) 2012 dan menempati urutan 64 dari 65 negara. Dalam studi PISA (2012), siswa Indonesia lemah dalam menyelesaikan soal-soal yang membutuhkanHigher Order Thinking Skill(HOTS) seperti soal yang berhubungan dalam penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata.
Permasalahan tersebut berkaitan dengan hasil observasi yang telah diperoleh melalui wawancara dengan guru biologi kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Kalianda yaitu bahwa belum dilatihnya siswa untuk mengerjakan soal-soal yang membutuhkanHigher Order Thinking Skill(HOTS) seperti soal yang berhubungan dalam penyelesaian masalah yang berkaitan dengan kehidupan
(21)
3
nyata menunjukkan bahwa belum dikembangkannya keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa yang juga secara tidak langsung mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa pada materi sistem pertahanan tubuh pada tahun sebelumnya yaitu sebanyak ± 30% siswa yang tuntas dengan nilai KKM yaitu sebesar 75. Selain permasalahan tersebut, proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode diskusi yang belum sepenuhnya efektif dalam pelaksanaannya, dalam hal ini proses pembelajaran yang dilakukan tersebut masih lebih banyak berpusat pada guru (teacher centered) sehingga dalam proses pembelajaran siswa belum terlibat secara aktif, baik fisik maupun mental untuk mencari hubungan antar konsep dalam pembelajaran Biologi.
Proses pembelajaran yang masih berpusat pada guru tersebut menyebabkan siswa cenderung menerima apa adanya informasi yang disampaikan dan pasif dalam mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan, serta
mengemukakan ide ataupun gagasan penyelesaian masalah, sehingga dalam hal ini keterampilan memberikan alasan dan mengaplikasikan konsep dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata tidak terlatih, terutama pada materi sistem pertahanan tubuh yang juga memiliki beberapa keterkaitan dengan berbagai permasalahan yang ada dalam kehidupan nyata. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa permasalahan yang menyebabkan
keterampilan berpikir kritis siswa belum dikembangkan adalah kurang tepatnya penggunaan model dalam melakukan proses pembelajaran sehingga aktivitas berpikir yang akan melatih keterampilan berpikir kritis siswa tidak terlatih dan berkembang.
(22)
4
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa diperlukan adanya suatu upaya untuk memperbaiki keterampilan berpikir kritis siswa. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan keterampilan berpikir kritis siswa dapat menjadi lebih baik yaitu melalui model pembelajaran penemuan (Discovery Learning). Pada proses pembelajaran menggunakan model ini, terdapat
langkah-langkah yang dapat mendukung siswa dan memungkinkan siswa untuk berpikir kritis dalam bidang sains. Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pembelajaran penemuan memiliki kelebihan-kelebihan membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan dan proses kognitif (Ilahi, 2012: 30). Selain itu, menurut Kosasih (2014: 84),Discovery Learning dapat mendorong siswa untuk berperan kreatif dan kritis.
Penelitian sebelumnya yang telah berhasil dilakukan oleh peneliti lain dengan menggunakan model pembelajaran yang sama yaitu modelDiscovery Learning terhadap hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
bioteknologi oleh Batubara (2014: 84). Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Bawotong (2014: 1) yaitu terhadap hasil belajar dan aktivitas siswa pada pembelajaran konsep jaringan tumbuhan.
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian mengenai keterampilan berpikir kritis siswa melalui modelDiscovery Learning
dengan judul “Pengaruh ModelDiscovery LearningTerhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Sistem Pertahanan Tubuh” (Kuasi
eksperimen pada siswa kelas XI SMA Negeri 1 Kalianda Tahun Pelajaran 2014/2015).
(23)
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penerapan modelDiscovery Learningberpengaruh signifikan terhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh?
2. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model Discovery Learningpada materi sistem pertahanan tubuh?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penerapan modelDiscovery Learningterhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh. 2. Bagaimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan modelDiscovery
Learningpada materi sistem pertahanan tubuh.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian melalui penerapan melalui modelDiscovery Learningini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap pendidikan biologi. Manfaat tersebut antara lain:
1. Bagi peneliti, memberikan manfaat berupa pengalaman untuk menjadi calon guru, sebagai aplikasi ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
(24)
6
2. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna, aktif dan menyenangkan serta dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada diri siswa.
3. Bagi guru, dapat menambah wawasan dalam penggunaan modelDiscovery Learningdan memberikan alternatif pembelajaran Biologi yang efektif dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
4. Bagi sekolah, memberikan sumbangan pemikiran untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah khususnya pembelajaran Biologi.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan tentang ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran dengan modelDiscovery Learningdi kelas menurut Syah (2004: 244), langkah-langkah dalam pembelajaran, yaitu 1)
stimulation(stimulasi/pemberian rangsangan); 2)problem statement (mengidentifikasi masalah); 3)data collection(pengumpulan data); 4) data processing(pengolahan data); 5)verification(menafsirkan data); dan 6)generalization(menarik kesimpulan).
2. Indikator keterampilan berpikir kritis yang diamati pada penelitian ini merupakan indikator berpikir kritis menurut Ennis (dalam Costa, 1985: 54), yaitu 1) mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin; 2) keterampilan memberikan alasan; dan 3)
(25)
7
3. Materi pelajaran yang diteliti adalah sistem pertahanan tubuh yang terdapat pada KD 3.14 mengaplikasikan pemahaman tentang prinsip-prinsip sistem imun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dengan kekebalan yang dimilikinya melalui program immunisasi sehingga dapat terjaga proses fisiologis di dalam tubuh.
4. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan tahun pelajaran 2014/2015 dengan subjek penelitian siswa, yaitu kelas XI MIA3dengan jumlah sebanyak 36
siswa sebagai kelas kontrol dan XI MIA4dengan jumlah sebanyak 36
siswa sebagai kelas eksperimen.
5. Aktivitas belajar yang diamati pada penelitian ini yaitu 1) menanggapi pernyataan atau pertanyaan dari guru ketika apresepsi; 2) keterampilan mengajukan pertanyaan ketika apresepsi; 3) keterampilan mencari
informasi yang dibutuhkan; 4) kemampuan bekerjasama dalam kelompok ketika berdiskusi; 5) keterampilan memberikan alasan ketika presentasi; 6) keterampilan membuat kesimpulan pada kegiatan akhir pembelajaran.
F. Kerangka Pikir
Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Berpikir kritis merupakan suatu keharusan dalam memecahkan suatu masalah, pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan penemuan-penemuan ilmiah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh setiap manusia.
(26)
8
Rendahnya keterampilan berpikir kritis, secara tidak langsung dapat berdampak bagi kelangsungan hidup seseorang dalam menangani masalah yang dialaminya dalam kehidupan sehari-hari terutama oleh siswa-siswi di sekolah dalam mengerjakan soal evaluasi pelajaran yang berkaitan dengan permasalahan dalam kehidupan nyata.
Berdasarkan masalah tersebut peneliti berusaha memberikan solusi yang mungkin dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan penerapan modelDiscovery Learning.Karena dalam penerapan model pembelajaran ini memberikan peluang kepada siswa untuk belajar mengembangkan potensi intelektualnya dalam jalinan kegiatan untuk
menemukan sesuatu sebagai jawaban yang meyakinkan tentang permasalahan yang dihadapkan kepadanya melalui proses pelacakan data dan informasi serta pemikiran yang logis, kritis dan sistematis.Selain itu modelDiscovery
Learningdapat menciptakan pembelajaran yang aktif, sehingga konsep-konsep yang ada pada materi dapat dikuasai dengan baik.
Dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning), pembelajaran tersebut melibatkan proses mental siswa dalam mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Sehingga dalam teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, yang secara tidak langsung melalui proses mental yang dilakukan tersebut diharapkan dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan
(27)
9
sebagainya. Proses mental tersebut merupakan bagian yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran penemuan (Discovery Learning) dengan langkah-langkah, yaitu pada kegiatanstimulation(stimulasi/pemberian rangsangan) siswa dapat terampil dalam memberikan alasan,problem statement
(mengidentifikasi masalah) siswa dapat siswa dapat mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin,data collection
(pengumpulan data) siswa dapat mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin dari sumber informasi yang didapatkannya, data processing(pengolahan data) siswa dapat terampil dalam memberikan alasan mengenai materi pelajaran yang diterimanya dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari,verification(menafsirkan data) siswa dapat mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin dengan menggunakan fakta-fakta yang telah didapatkannya dalam
membuktikan permasalahan yang ditemuinya, dangeneralization(menarik kesimpulan) siswa dapat menarik kesimpulan secara umum atas permasalahan yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas (variabel X) dan variabel terikat (variabel Y). Hubungan antara variabel tersebut
ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Keterangan :
X = Variabel bebas (pembelajaran melalui modeldiscovery learning) Y = Variabel terikat (keterampilan berpikir kritis siswa)
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
(28)
10
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
H0= Tidak ada pengaruh yang signifikan antara penerapan modelDiscovery
Learningterhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh.
H1= Ada pengaruh yang signifikan antara penerapan modelDiscovery
Learningterhadap peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh.
(29)
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)
Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual/operasional, yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam
merencanakan, dan melaksanakan aktivitas pembelajaran (Hosnan, 2014: 337).
Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Komponen tersebut meliputi tujuan, materi, metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan media, metode, strategi, dan pendekatan apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Hosnan, 2014: 18).
(30)
12
Discovery Learningadalah pembelajaran dimana siswa membuat pemahaman sendiri, sehingga siswa harus mempelajari segalanya sendiri (Santrock, 2011: 171). SelanjutnyaDiscovery Learningmenurut Safavi (dalam Gholamian, 2013: 3) adalah suatu proses dimana siswa menentukan masalah yang diinginkan, mempertimbangkan kemungkinan solusi, mencoba solusi sesuai dengan bukti yang ada, mendapatkan hasil berdasarkan percobaan,
menerapkan hasil dalam situasi baru dan akhirnya mencapai kesimpulan secara umum.
Selain itu menurut Budiningsih (2005: 43)Discovery Learningadalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan. Selanjutnya menurut Roestiah (2008: 20) modelDiscovery Learningadalah proses mental siswa dalam mengasimilasi suatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Selain itu menurut Roestiah (2008: 21-22) bahwaDiscovery Learningdapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.
Dalam pembelajaran penemuan (Discovery Learning) menurut Kosasih (2014: 84) peranan guru tidak lagi sebagai penyuplai ilmu pengetahuan. Guru lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan kognitif dan
kreativitas siswa. Dalam hal inilah peran guru sebagai motivator, fasilitator, dan manajer pembelajaran sangat diharapkan.
(31)
13
1. Motivator, yakni mendorong siswa untuk mau berpikir dan bekerja keras untuk bisa belajar dengan baik. Mereka tampil percaya diri bahwa mereka pun mampu menemukan sesuatu yang penting dan bermanfaat.
2. Fasilitator, yakni penyedia sumber belajar yang diperlukan para siswa di dalam mewujudkan penemuan-penemuannya. Sumber-sumber belajar yang dimaksud dapat berupa berbagai bahan referensi ataupun lingkungan belajar yang sesuai dengan konteks pembelajaran.
3. Manajer pembelajaran, yakni menata hubungan antarsiswa dan rencana pembelajaran yang akan mereka lakoni, misalnya dengan berpasang-pasangan, diskusi kelompok, dan mengunjungi tempat-tempat tertentu sehingga kegiatan mereka berlangsung efektif.
PelaksanaanDiscovery Learningdi kelas menurut Syah (2004: 244) ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum, yaitu:
a. Stimulation(stimulasi/pemberian rangsangan)
Pertama-tama pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Dalam hal ini, Bruner memberikan stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya, yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan siswa pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. b. Problem statement(pernyataan/identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulasi, langkah selanjutnya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak
(32)
14
mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah).
c. Data collection(pengumpulan data)
Ketika eksplorasi berlangsung, guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis. Pada tahap ini, berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidak hipotesis, dengan demikian siswa diberi kesempatan untuk
mengumpulkan (collection) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
d. Data processing(pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi dan sebagainya. Selanjutnya ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.Data processing
disebut juga dengan pengkodean (coding)/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut
(33)
15
peserta didik akan mendapat pengetahuan baru tentang alternatif jawaban atau penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
e. Verification(pembuktian)
Pada tahap ini, peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan
temuan alternatif, dihubungkan dengan hasildata processing.Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak. Pembuktian menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan
konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya.
f. Generalization(menarik kesimpulan/ generalisasi)
Tahap generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, maka dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
(34)
16
Terdapat beberapa kelebihan dari penerapanDiscovery Learning menurut Hosnan (2014: 287-288) yaitu:
1. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
2. Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah (problem solving).
3. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
4. Strategi ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
6. Strategi ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7. Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif
mengeluarkan gagasan-gagasan.
8. Membantu peserta didik menghilangkanskeptisme(keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9. Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.
(35)
17
12. Mendorong peserta didik berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
13. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 14. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.
15. Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
16. Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.
17. Mendorong keterlibatan keaktifan siswa.
18. Menimbulkan rasa puas bagi siswa. Kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi sehingga minat belajarnya meningkat.
19. Siswa akan dapat mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks. 20. Dapat meningkatkan motivasi.
21. Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik.
22. Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
23. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. 24. Melatih siswa belajar mandiri.
25. Siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sebab ia berpikir dan menggunakan kemampuan untuk menemukan hasil akhir.
Selain memiliki kelebihan menurut Hosnan (2014: 288-289) model ini memiliki beberapa kelemahan dalam penerapannya yaitu:
1. Guru merasa gagal mendeteksi masalah dan adanya kesalahpahaman antara guru dengan siswa.
(36)
18
2. Menyita waktu banyak. 3. Menyita pekerjaan guru.
4. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan. 5. Tidak berlaku untuk semua topik.
B. Berpikir Kritis
Peter Reason (1981) dalam Sanjaya (2009: 230) menjelaskan bahwa berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending). Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya.
Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.
Proses atau jalannya berpikir menurut (Suryabrata, 2012: 55-58) ada tiga langkah yaitu: (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan (3) penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan. Pembentukan pengertian melalui tiga tingkat yaitu: (a) menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis, (b) membanding-bandingkan ciri-ciri tersebut untuk diketemukan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada dan yang tidak selalu ada, mana yang hakiki dan mana yang tidak hakiki, dan (c) mengabstraksikan, yaitu menyisihkan, membuang, ciri-cirinya yang tidak hakiki, menangkap ciri-ciri yang hakiki. Selanjutnya pembentukan pendapat menjadi tiga macam yaitu: (a) pendapat afirmatif atau positif, (b) pendapat negatif, dan (c) pendapat modalitas atau kebarangkalian. Sedangkan
(37)
19
pembentukan keputusan terdiri dari tiga macam keputusan yaitu: (a) keputusan induktif, (b) keputusan deduktif, dan (c) keputusan analogis.
Keahlian berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking) menurut Gunawan (2004: 177) meliputi aspek berpikir kritis, berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpikir pada level yang kompleks dan menggunakan proses analisis dan evaluasi.
Selanjutnya Johnson (2007: 183) menyatakan bahwa berpikir kritis memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banyaknya kejadian dan informasi dalam kehidupan sehari-hari.
Berpikir kritis menurut Paul (2012: 119-120) adalah kemampuan dan kecenderungan untuk membuat penilaian terhadap kesimpulan berdasarkan bukti. Selanjutnya Glaser ( dalam Custer 2011: 81-82) mendefinisikan berpikir kritis sebagai suatu sikap mau berpikir secara mendalam tentang masalah-masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan seseorang; pengetahuan tentang metode-metode pemeriksanaan dan penalaran yang logis; dan semacam suatu keterampilan untuk menerapkan metode-metode tersebut.
Berpikir kritis menurut Gunawan (2004: 177) melibatkan keahlian berpikir induktif seperti mengenali hubungan, menganalisis masalah yang bersifat terbuka (dengan banyak kemungkinan penyelesaian), menentukan sebab akibat, membuat kesimpulan dan memperhitungkan data yang relevan.
(38)
20
Selain itu, menurut Thompson (2011: 1) berpikir kritis adalah keterampilan yang paling berharga yang diberikan oleh sekolah. Pembelajaran untuk berpikir kritis selalu menjadi tujuan bagi para guru dihadapan semua bidang ilmu dan berbagai tingkatan.
Berkaitan dengan hal tersebut terdapat enam argumen lain yang menjadi alasan pentingnya keterampilan berpikir kritis dikuasai siswa menurut Zamroni dan Mahfudz (2009: 23-29) yaitu sebagai berikut.
1. Pertama, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat akan menyebabkan informasi yang diterima siswa semakin banyak
ragamnya, baik sumber maupun esensi informasinya. Oleh karena itu siswa dituntut memiliki kemampuan memilih dan memilah informasi yang baik dan benar sehingga dapat memperkaya khazanah pemikirannya. 2. Kedua, siswa merupakan salah satu kekuatan yang berdaya tekan tinggi
(people power), oleh karena itu agar kekuatan itu dapat terarahkan ke arah yang semestinya (selain komitmen yang tinggi terhadap moral), maka mereka perlu dibekali dengan kemampuan berpikir yang memadai (deduktif, induktif, reflektif, kritis dan kreatif) agar kelak mampu berkiprah dalam mengembangkan bidang ilmu yang ditekuninya. 3. Ketiga, siswa adalah warga masyarakat yang kini maupun kelak akan
menjalani kehidupan yang semakin kompleks. Hal ini menuntut mereka memiliki keterampilan berpikir kritis dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya secara kritis.
(39)
21
4. Keempat, berpikir kritis adalah kunci menuju berkembangnya kreativitas, dimana kreativitas muncul karena melihat fenomena-fenomena atau permasalahan yang kemudian akan menuntut kita untuk berpikir kreatif. 5. Kelima, banyak lapangan pekerjaan baik langsung maupun tidak,
membutuhkan keterampilan berpikir kritis, misalnya sebagai pengacara atau sebagai guru maka berpikir kritis adalah kunci keberhasilannya. 6. Keenam, setiap saat manusia selalu dihadapkan pada pengambilan
keputusan, mau ataupun tidak, sengaja atau tidak, dicari ataupun tidak akan memerlukan keterampilan untuk berpikir kritis.
Beberapa keterampilan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis menurut Dressel (dalam Amri, 2010: 63) adalah keterampilan-keterampilan untuk memahami masalah, menyeleksi informasi yang penting untuk menyelesaikan masalah, memahami asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan, serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan
kevalidan dari kesimpulan-kesimpulan.
Keterampilan dan indikator berpikir kritis menurut Ennis (dalam Costa, 1985: 54) diuraikan pada tabel berikut ini:
Tabel 1. Indikator keterampilan berpikir kritis Keterampilan Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek 1. Memberikan Penjelasan Dasar 1). Memfokuskan pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau memformulasikan suatu pertanyaan
b. Mengidentifikasi atau memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin
c. Menjaga pikiran terhadap situasi yang sedang dihadapi
2). Menganalisis argumen
a. Mengidentifikasi kesimpulan
b. Mengidentifikasi alasan yang dinyatakan c. Mengidentifikasi alasan yang tidak dinyatakan
(40)
22 Keterampilan Berpikir Kritis Sub Keterampilan Berpikir Kritis Aspek d. Mencari persamaan dan perbedaan
e. Mengidentifikasi dan menangani ketidakrelevanan f. Mencari struktur dari sebuah pendapat atau
argumen g. Meringkas 3). Bertanya dan
menjawab pertanyaan klarifikasi dan pertanyaan yang menantang.
a. Mengapa ?
b. Apa yang menjadi alasan utama ? c. Apa yang kamu maksud dengan ? d. Apa yang menjadi contoh ? e. Apa yang bukan contoh ?
f. Bagaimana mengaplikasikan kasus tersebut ? g. Apa yang menjadikan perbedaannya ? h. Apa faktanya ?
i. Apakah ini yang kamu katakan ?
j. Apalagi yang akan kamu katakan tentang itu ? 2. Membangun Keterampilan Dasar 1).Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak. a. Keahlian
b. Mengurangi konflik interest c. Kesepakatan antar sumber d. Reputasi
e. Menggunakan prosedur yang ada f. Mengetahui resiko
g. Keterampilan memberikan alasan h. Kebiasaan berhati-hati
2). Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi.
a. Mengurangi praduga/menyangka
b. Mempersingkat waktu antara observasi dengan laporan
c. Laporan dilakukan oleh pengamat sendiri d. Mencatat hal-hal yang sangat diperlukan e.Penguatan
f. Kemungkinan dalam penguatan g.Kondisi akses yang baik
h.Kompeten dalam menggunakan teknologi i. Kepuasan pengamat atas kredibilitas kriteria 3. Menyimpulkan 1). Mendeduksi dan
mempertimbangkan hasil deduksi.
a. Kelas logika
b. Mengkondisikan logika c. Menginterpretasikan pernyataan 2). Menginduksi dan
mempertimbangkan hasil induksi.
a. Menggeneralisasi b. Berhipotesis 3). Membuat dan
mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan.
a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi
c. Mengaplikasikan konsep (prinsip-prinsip, hukum dan asas)
d. Mempertimbangkan alternatif
e. Menyeimbangkan, menimbang dan memutuskan 4. Membuat Penjelasan Lebih Lanjut 1). Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi.
Ada 3 dimensi :
a. Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang, ekspresi yang sama, operasional, contoh dan non contoh b. Strategi defnisi
c. Konten (isi) 2). Mengidentifikasi
asumsi
a. Alasan yang tidak dinyatakan b.Asumsi yang diperlukan :
(41)
23
Keterampilan Berpikir Kritis
Sub Keterampilan Berpikir Kritis
Aspek 5. Strategi dan Taktik 1). Memutuskan suatu
tindakan.
a. Mendefinisikan masalah
b. Memilih kriteria yang mungkin sebagai solusi permasalahan
c. Merumuskan alternatif-alternatif untuk solusi d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan e. Mereview
f. Memonitor implementasi 2). Berinteraksi dengan
orang lain.
a. Memberi label b. Strategi logis c. Strategi retorik
d. Mempresentasikan suatu posisi, baik lisan atau tulisan.
(42)
24
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kalianda yang terletak di Jalan Kolonel Makmun Rasyid No. 149 Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Mei 2015.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI MIA di SMA Negeri 1 Kalianda pada semester genap tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknikpurposive sampling, kelas XI MIA3sebagai kelas kontrol dan kelas XI MIA4sebagai kelas eksperimen
dengan jumlah siswa sebanyak 36 orang tiap kelasnya.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desaingroup pretest posttest non equivalen(Riyanto, 2001: 43). Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel bebas (X) adalah pengaruh modelDiscovery Learningsedangkan variabel terikatnya (Y) adalah keterampilan berpikir kritis siswa. Kelas eksperimen diberi perlakuan yakni menggunakan model
(43)
25
pembelajaranDiscovery Learning, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode diskusi. Desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
I1 O1 X O2
I2 O1 C O2
Keterangan : I1= kelas eksperimen (XI MIA4) , I2= kelas kontrol (XI MIA3),
O1=pretest, O2=posttest, X= modeldiscovery learning(eksperimen), C=
metode diskusi (kontrol) Gambar 2. Desain penelitian
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut:
a. Membuat surat pengantar izin penelitian pendahuluan ke sekolah tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas dan kondisi awal nilai siswa.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Pembagian kelompok belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu sebanyak 6 kelompok untuk setiap kelasdengan jumlah 6 orang per kelompok belajar yang telah ditentukan dengan cara acak.
(44)
26
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) untuk setiap pertemuan.
f. Membuat instrumen evaluasi yaitu soal tes awal dan tes akhir hasil keterampilan berpikir kritis siswa, lembar observasi untuk pengamatan aktivitas belajar siswa serta angket tanggapan siswa mengenai
keterampilan berpikir kritis.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model Discovery Learninguntuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol di SMA Negeri 1 Kalianda. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah - langkah pembelajaran sebagai berikut:
Langkah-langkah pembelajaran:
a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan modelDiscovery Learning)
Pertemuan I a. Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam dari guru.
2. Siswa memperhatikan dan menjawab apresepsi yang diberikan olehguru, “Berkaitan dengan materi yang telah kita pelajari sebelumnya, salah satu penyakit yang dapat terjadi pada alat reproduksi adalah AIDS/HIV yang kemungkinan besar terjadi
(45)
27
itu? bagaimana kondisi tubuh seseorang yang terkena AIDS/HIV? mengapa hal tersebut dapat terjadi?
3. Siswa mendengarkan motivasi dari guru, “Dengan adanya kompleksitas dan keteraturan kerja sistem yang terdapat di dalam tubuh kita, dengan adanya proses perlawanan tubuh terhadap bibit penyakit yang secara tidak langsung melindungi tubuh kita dari penyakit, kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakannya dengan cara menjaga kesehatan dan merawat tubuh kita dengan baik dan kita harus mematuhi perintahnya dan menjauhi segala larangannya, karena apa yang telah diperintahkannnya merupakan hal yang terbaik untuk diri kita jika kita melakukannya dan apa yang dilarangnya
merupakan sesuatu hal yang tidak baik untuk diri kita, maka hendaknya kita dapat mempercayai hal tersebut .
4. Siswa mendengarkan tujuan dan manfaat mempelajari sistem pertahanan tubuh pada manusia yang disampaikan oleh guru. 5. Siswa mendengarkan proses pembelajaran yang akan dilakukan
selanjutnya, yang disampaikan oleh guru.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing dan menerima Lembar Kerja Peserta Didik. Siswa membaca kasus pada
wacana yang terdapat pada Lembar Kerja Peserta Didik dan menuliskan hipotesis.
(46)
28
2. Masing-masing dari anggota kelompok membaca literatur yang telah disediakan oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada Lembar Kerja Peserta Didik.
3. Siswa bersama kelmpoknya mengumpulkan dan mencari informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kasus yang terdapat pada wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik dari berbagai literatur yang telah disediakan oleh guru.
4. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dalam mengolah dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan materi sistem pertahanan tubuh yang telah didapatkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kasus yang terdapat pada wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik.
5. Siswa bersama kelompoknya membuat kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah didapatkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya pada Lembar Kerja Peserta Didik. 6. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya menggunakan poster.
c. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran. 2. Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk
penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik.
(47)
29
3. Siswa mendengarkan informasi tentang materi yang akan dipelajari untuk pertemuan yang akan datang (pertemuan II yaitu tentang mekanisme pertahanan tubuh spesifik dan jenis-jenis kekebalan tubuh).
4. Siswa menjawab salam dari guru.
Pertemuan II a. Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam dari guru.
2. Siswa memperhatikan dan menjawab apresepsi yang diberikan
oleh guru, “saat kalian masih kecil, pernahkah kalian
diimunisasi? Menurut kalian, apakah imunisasi berkaitan dengan materi yang kita pelajari sebelumnya? Apakah imunisasi itu penting bagi tubuh kita? mengapa imunisasi penting bagi tubuh kita?
3. Siswa mendengarkan motivasi dari guru,“Dengan adanya kompleksitas dan keteraturan kerja sistem yang terdapat didalam tubuh kita, dengan adanya proses perlawanan tubuh terhadap bibit penyakit yang secara tidak langsung melindungi tubuh kita dari penyakit, kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakannya dengan cara menjaga kesehatan dan merawat tubuh kita dengan baik, hal tersebut salah satunya bisa kita lakukan dengan cara imunisasi .
(48)
30
4. Siswa mendengarkan tujuan dan manfaat mempelajari sistem pertahanan tubuh pada manusia yang berkaitan dengan imunisasi yang disampaikan oleh guru.
5. Siswa mendengarkan proses pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya, yang disampaikan oleh guru.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing dan menerima Lembar Kerja Peserta Didik. Siswa membaca kasus pada
wacana yang terdapat pada Lembar Kerja Peserta Didik dan menuliskan hipotesis.
2. Masing-masing dari anggota kelompok membaca literatur yang telah disediakan oleh guru untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada Lembar Kerja Peserta Didik.
3. Siswa bersama kelmpoknya mengumpulkan dan mencari informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kasus yang terdapat pada wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik dari berbagai literatur yang telah disediakan oleh guru.
4. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya dalam mengolah dan menganalisis informasi yang berkaitan dengan materi sistem pertahanan tubuh yang telah didapatkan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kasus yang terdapat pada wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik.
(49)
31
5. Siswa bersama kelompoknya membuat kesimpulan berdasarkan fakta-fakta yang telah didapatkan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat sebelumnya pada Lembar Kerja Peserta Didik. 6. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya menggunakan poster.
c. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran. 2. Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk
penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik.
3. Siswa menjawab salam dari guru.
b. Kelas kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) Pertemuan I
a. Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam dari guru.
2. Siswa memperhatikan dan menjawab apresepsi yang diberikan
oleh guru, “Berkaitan dengan materi yang telah kita pelajari sebelumnya, salah satu penyakit yang dapat terjadi pada alat reproduksi adalah AIDS/HIV yang kemungkinan besar terjadi
akibat dari pergaulan bebas“. Menurut kalian apa AIDS/HIV itu? bagaimana kondisi tubuh seseorang yang terkena
(50)
32
3. Siswa mendengarkan motivasi dari guru, “Dengan adanya kompleksitas dan keteraturan kerja sistem yang terdapat di dalam tubuh kita, dengan adanya proses perlawanan tubuh terhadap bibit penyakit yang secara tidak langsung melindungi tubuh kita dari penyakit, kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakannya dengan cara menjaga kesehatan dan merawat tubuh kita dengan baik dan kita harus mematuhi perintahnya dan menjauhi segala larangannya, karena apa yang telah diperintahkannnya merupakan hal yang terbaik untuk diri kita jika kita melakukannya dan apa yang dilarangnya
merupakan sesuatu hal yang tidak baik untuk diri kita, maka hendaknya kita dapat mempercayai hal tersebut .
4. Siswa mendengarkan tujuan dan manfaat mempelajari sistem pertahanan tubuh pada manusia yang disampaikan oleh guru. 5. Siswa mendengarkan proses pembelajaran yang akan dilakukan
selanjutnya, yang disampaikan oleh guru.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing dan membaca kasus pada Lembar Kerja Peserta Didik.
2. Masing-masing anggota kelompok mulai mencari referensi jawaban dari buku untuk menjawab pertanyaan pada Lembar Kerja Peserta Didik.
3. Siswa bersama kelompoknya mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang berkaitan
(51)
33
dengan kasus yang terdapat pada wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik.
4. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kasus yang terdapat dalam wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik. 5. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
c. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran. 2. Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau
bentukpenghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik.
3. Siswa mendengarkan informasi tentang materi yang akan dipelajari untuk pertemuan yang akan datang (pertemuan II yaitu tentang mekanisme pertahanan tubuh spesifik dan jenis-jenis kekebalan tubuh).
4. Siswa menjawab salam dari guru.
Pertemuan II a. Kegiatan Awal
1. Siswa menjawab salam dari guru.
2. Siswa memperhatikan dan menjawab apresepsi yang diberikan olehguru, “saat kalian masih kecil, pernahkah kalian
(52)
34
materi yang kita pelajari sebelumnya? Apakah imunisasi itu penting bagi tubuh kita? mengapa imunisasi penting bagi tubuh kita?
3. Siswa mendengarkan motivasi dari guru, “Dengan adanya kompleksitas dan keteraturan kerja sistem yang terdapat di dalam tubuh kita, dengan adanya proses perlawanan tubuh terhadap bibit penyakit yang secara tidak langsung melindungi tubuh kita dari penyakit, kita patut bersyukur kepada Tuhan yang telah menciptakannya dengan cara menjaga kesehatan dan merawat tubuh kita dengan baik, hal tersebut salah satunya bisa kita lakukan dengan cara imunisasi .
4. Siswa mendengarkan tujuan dan manfaat mempelajari sistem pertahanan tubuh pada manusia yang berkaitan dengan imunisasi yang disampaikan oleh guru.
5. Siswa mendengarkan proses pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya, yang disampaikan oleh guru.
b. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompoknya masing-masing dan membaca kasus pada Lembar Kerja Peserta Didik.
2. Masing-masing anggota kelompok mulai mencari referensi jawaban dari buku untuk menjawab pertanyaan pada Lembar Kerja Peserta Didik.
3. Siswa bersama kelompoknya mengumpulkan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang berkaitan
(53)
35
dengan kasus yang terdapat pada wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik.
4. Siswa berdiskusi bersama kelompoknya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan kasus yang terdapat dalam wacana pada Lembar Kerja Peserta Didik. 5. Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil diskusi kelompoknya.
c. Kegiatan Akhir
1. Siswa dan guru mereview hasil kegiatan pembelajaran. 2. Guru memberikan penghargaan (misalnya pujian atau bentuk
penghargaan lain yang relevan) kepada kelompok yang berkinerja baik.
3. Siswa menjawab salam dari guru.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah:
1. Jenis Data
Jenis data pada penelitian ini terdiri dari dua jenis data berdasarkan data yang diperoleh yaitu dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2. Jenis- jenis data penelitian
No Jenis Data Data
1. Kuantitatif Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
2. Kualitatif Aktivitas Belajar Siswa dan Tanggapan Siswa Mengenai Keterampilan Berpikir Kritis
(54)
36
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan lembar pengumpulan data berbentuk tabel yang diperoleh dari skorpretestdan posttestuntuk setiap hasil tes keterampilan berpikir kritis yang diambil pada saat sebelum dan setelah proses pembelajaran. Sedangkan
pengumpulan data kualitatif diperoleh dengan cara menggunakan lembar observasi aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran yang diambil pada setiap pertemuan dan data tanggapan siswa mengenai keterampilan berpikir kritis yang diperoleh dengan menggunakan angket tanggapan siswa mengenai keterampilan berpikir kritis. Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. PretestdanPosttest
Data hasil tes keterampilan berpikir kritis berupa nilaipretestdan posttestdiambil pada awal pertemuan pertama dan dilakukan pada kelas eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilaiposttestdiambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua. Soalpretestdan soalposttestyang diberikan pada kelas eksperimen maupun kontrol mempunyai bentuk dan jumlah soal yang sama, yaitu dalam bentuk pilihan jamak dengan jumlah 12 butir soal.
b. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa
Lembar observasi aktivitas belajar siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Poin kegiatan yang dilakukan siswa yang diamati yaitu menanggapi pernyataan atau
(55)
37
pertanyaan dari guru ketika apresepsi, keterampilan mengajukan pertanyaan ketika apresepsi, keterampilan mencari informasi yang dibutuhkan, kemampuan bekerjasama dalam kelompok ketika berdiskusi, keterampilan memberikan alasan ketika presentasi dan keterampilan membuat kesimpulan pada kegiatan akhir pembelajaran. Data aktivitas belajar siswa ini diperoleh dari aktivitas belajar siswa pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua yang diamati pada saat proses pembelajaran.
c. Angket Tanggapan Siswa Mengenai Keterampilan Berpikir Kritis Angket tanggapan siswa berisi tentang keterampilan berpikir kritis yang telah diperoleh oleh siswa. Data angket ini diperoleh dari hasil
pengisian jawaban oleh siswa dan diambil pada saat sebelum dan setelah proses pembelajaran berakhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Angket tersebut berisi delapan pernyataan dengan dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak.
F. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini dilakukan pada dua jenis data, yaitu sebagai berikut.
1. Analisis Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari hasil nilaipretest, posttest,danN-gain pada kelas eksperimen dan kontrol serta hasil nilai yang diperoleh dari Lembar Kerja Peserta Didik(LKPD), untuk
(56)
38
menghitung nilaipretest,posttest,danN-gain pada kelas eksperimen dan kontrol yaitu dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut.
a. Teknik penskoran nilai tes awal dan tes akhir yaitu:
=
× 100
Keterangan :
S = Nilai yang diharapkan (dicari)
R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2006: 112).
b. Skor Gain
Untuk mendapatkanN-gainpada setiap pertemuan dihitung menggunakan formula Hake (1999: 2) sebagai berikut:
Skor Gain
=
X - YZ - Y
×100 %
x 100Keterangan : X = Nilaiposttest Y = Nilaipretest Z = Skor maksimum
Kemudian nilaipretest,posttest,danN-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
c. Uji Normalitas Data
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji dilakukan sebagai pra syarat uji perbedaan
(57)
39
rata secara statistik. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnovmelalui SPSS versi 17, dengan kriteria berikut: 1). Hipotesis
H0= Sampel berdistribusi normal
H1= Sampel tidak berdistribusi normal
2). Kriteria Pengujian
Jika Lhitung< Ltabelataup-value> 0,05 maka H0 diterima
Jika Lhitung>Ltabelataup-value< 0,05 maka H0 ditolak
(Pratisto, 2004 : 75).
d. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)
Apabila data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji kesamaan dua varians (uji homogenitas) dengan menggunakan ujiLevenemelalui SPSS versi 17, dengan kriteria berikut:
1). Hipotesis
H0= Kedua sampel mempunyaivarianssama
H1= Kedua sampel mempunyaivariansberbeda
2). Kriteria Pengujian
Jika Fhitung< Ftabelataup-value> 0,05 maka H0diterima
Jika Fhitung> Ftabelataup-value< 0,05 maka H0ditolak
(Pratisto, 2004: 81).
(58)
40
Setelah data dinyatakan normal dan homogen, maka data dilakukan pengujian hipotesis. Untuk pengujian hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata. Sedangkan uji Mann-WhitneyU digunakan apabila sampel berdistribusi tidak normal. 1). Uji Kesamaan Dua Rata-rata
a). Hipotesis
H0= Rata-rataN-gainkedua sampel sama
H1= Rata-rataN-gainkedua sampel tidak sama
b). Kriteria Uji
Jika–ttabel< thitung< ttabel ataup-value> 0,05 maka H0diterima
Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel ataup-value< 0,05 maka H0
ditolak (Pratisto, 2004: 93).
2). Uji Perbedaan Dua Rata-rata a). Hipotesis
H0= Rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen sama dengan
kelompok kontrol.
H1= Rata-rataN-gainpada kelompok eksperimen lebih tinggi
dari kelompok kontrol. b). Kriteria Uji
Jika–ttabel< thitung< ttabel ataup-value> 0,05 maka H0diterima
Jika thitung< -ttabelatau thitung> ttabel ataup-value< 0,05 maka H0
ditolak (Pratisto, 2004: 99).
3). UjiMann-WhitneyU
Uji U dilakukan saat menganalisis data rata-rataN-gainpada indikator berpikir kritis siswa yang tidak berdistribusi normal, dengan kriteria berikut:
(59)
41
a) Hipotesis
H0= Rata-rata nilai kedua sampel tidak berbeda signifikan
H1= Rata-rata nilai kedua sampel berbeda secara signifikan
b) Kriteria Uji
Jikap-value> 0,05 maka H0diterima
Jikap-value< 0,05 maka H0ditolak (Nazir, 2009: 404).
2. Analisis Data Kualitatif
Data kualitatif dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data aktivitas siswa dan data tanggapan siswa.
a. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas belajar siswa diperoleh melalui hasil analisis dalam bentuk presentase pada kelas eksperimen dan kontrol, sesuai dengan klasifikasi yang telah ditentukan yang kemudian pada akhirnya data tersebut dapat ditafsirkan dan dideskripsikan. Sehingga dalam pengolahan data tersebut perlu dilakukan beberapa langkah yaitu sebagai berikut.
1) Mengisi tabel observasi aktivitas siswa selama pembelajaran, yaitu pada pertemuan I dan pertemuan II.
Tabel 3. Lembar observasi aktivitas belajar siswa
No Nama Siswa
Aspek yang diamati
∑ Xi X Kategori
A B C D E F
0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 0 1 2 1.
2. dst. Jumlah
Keterangan:
(60)
42
A. Menanggapi pernyataan atau pertanyaan dari guru ketika apresepsi B. Keterampilan mengajukan pertanyaan ketika apresepsi
C. Keterampilan mencari informasi yang dibutuhkan
D. Kemampuan bekerjasama dalam kelompok ketika berdiskusi E. Keterampilan memberikan alasan ketika presentasi
F. Keterampilan membuat kesimpulan pada kegiatan akhir pembelajaran
Tabel 4. Rubrik penilaian lembar observasi aktivitas belajar siswa Aspek yang diamati Skor Karakteristik A Menanggapi pernyataan
atau pertanyaan dari guru ketika apresepsi
2 Menanggapi pernyataan atau menjawab pertanyaan dari guru sesuai dengan permasalahan yang dibahas. 1
Menanggapi pernyataan atau menjawab pertanyaan dari guru namun tidak sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
0 Tidak menanggapi pernyataan atau menjawab pertanyaan dari guru.
B Keterampilan mengajukan pertanyaan ketika apresepsi
2 Mengajukan pertanyaan sesuai dengan permasalahan yang dibahas
1 Mengajukan pertanyaan namun tidak sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
0 Tidak mengajukan pertanyaan C Keterampilan mencari
informasi yang dibutuhkan 2
Mencari informasi yang dibutuhkan sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
1 Mencari informasi namun tidak sesuai dengan permasalahan yang dibahas.
0 Tidak mencari informasi. D Kemampuan bekerjasama
dalam kelompok ketika berdiskusi
2 Bekerjasama dengan semua anggota kelompok. 1 Bekerja sendiri tanpa melibatkan teman. 0 Tidak melaksanakan tugas apa pun. E Keterampilan memberikan
alasan ketika presentasi
2 Memberikan alasan sesuai dengan data yang diperoleh. 1 Memberikan alasan namun tidak sesuai dengan data yang
diperoleh.
0 Tidak memberikan alasan F Keterampilan membuat
kesimpulan pada kegiatan akhir pembelajaran
2 Membuat kesimpulan sesuai dengan data yang diperoleh. 1 Membuat kesimpulan namun tidak sesuai dengan data yang
diperoleh.
0 Tidak membuat kesimpulan.
Setelah mengisi lembar observasi, data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks aktivitas siswa yaitu dengan cara sebagai berikut.
(61)
43
NP = R
SM× 100
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap (Purwanto, 2006: 102).
3) Menafsirkan atau menentukan kategori aktivitas belajar siswa sesuai dengan klasifikasi persentase pada tabel di bawah ini:
Tabel 5. Klasifikasi persentase aktivitas siswa Interval Kriteria 0,00–29,99 Sangat Rendah
30,00–54,99 Rendah
55,00–74,99 Sedang
75,00–89,99 Tinggi
90,00–100,00 Sangat Tinggi
Sumber: Hake (dalam Colleta dan Phillips, 2005: 32).
b. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa
Data angket tanggapan siswa diperoleh dalam bentuk presentase dan disesuaikan dengan kriteria yang telah ditentukan, sehingga data tersebut dideskripsikan, dengan langkah–langkah sebagai berikut.
1) Membuat pernyataan angket tanggapan siswa sebagai berikut. Tabel 6. Pernyataan angket tanggapan siswa mengenai keterampilan
berpikir kritis
No. Pernyataan-pernyataan Ya Tidak
1 Melalui pembelajaran yang telah dilakukan saya dapat memformulasikan kriteria jawaban yang mungkin pada materi sistem pertahanan tubuh 2 Melalui pembelajaran yang telah dilakukan saya dapat terampil dalam
memberikan alasan yang sesuai pada kasus yang berkaitan dengan sistem pertahanan tubuh
3 Melalui pembelajaran yang telah dilakukan saya dapat menyimpulkan permasalahan yang terdapat pada soal mengenai sistem pertahanan tubuh 4 Melalui pembelajaran yang telah dilakukan membuat saya mampu untuk
(62)
44
No. Pernyataan-pernyataan Ya Tidak
5 Melalui pembelajaran yang telah dilakukan membuat saya lebih mudah dalam memahami materi sistem pertahanan tubuh
6 Melalui pembelajaran yang telah dilakukan membuat saya tertarik untuk mempelajari materi sistem pertahanan tubuh
7 Melalui pembelajaran yang telah dilakukan membuat saya mampu bekerjasama untuk menemukan konsep sistem pertahanan tubuh.
2) Mengolah skor jawaban siswa yang diperoleh melalui angket. Adapun analisis data angket dilakukan dengan cara berikut:
a. Memberikan skor untuk setiap nomor sesuai kriteria berikut ini:
1. Pilihan jawaban “Ya” diberi skor 1
2. Pilihan jawaban “Tidak” diberi skor 0
b. Menjumlahkan skor yang diperoleh dari jawaban seluruh siswa pada setiap pertanyaan.
c. Menentukan presentase jawaban dari skor yang didapat pada setiap pertanyaan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
NP = R
SM× 100
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan R = Skor mentah
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = Bilangan tetap (Purwanto, 2006: 102).
3) Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai keterampilan berpikir kritis melalui modelDiscovery Learningberdasarkan kriteria pada tabel di bawah ini:
(63)
45
Tabel 7. Hubungan peresentase dengan tafsiran berdasarkan kriteria
Sumber: Koentjaraningrat (1990: 76).
Persentase Kriteria
0 Tidak ada
1 - 25 Sebagian kecil
26 - 49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51 - 75 Sebagian besar 76 - 99 Hampir seluruhnya
(64)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan modelDiscovery Learningberpengaruh signifikan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh.
2. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan modelDiscovery Learning lebih aktif dibandingkan aktivitas belajar siswa yang menggunakan metode diskusi.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya rancangan penelitian tidak dibatasi oleh 2 pertemuan saja. Agar siswa memiliki pengalaman berdiscoveryyang lebih optimal.
(65)
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010.Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.Prestasi Pustakarya. Jakarta. 186 hlm.
Batubara, A. E. 2014.Pengaruh Strategi Pembelajaran Inquiri dan Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Topik Bioteknologi di MA N 1 Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2013/2014.Tesis. Universitas Negeri Medan. (Online). (http://digilib. unimed. ac. id, diakses pada 12 Desember 2014; 08.30 WIB). 11 hlm. Bawotong, J. J. 2014.Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning Pada
Pembelajaran Konsep Jaringan Tumbuhan Terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Peserta Didik di SMA N 1 Langowan Tahun Pelajaran 2013/2014. Skrpsi. Universitas Negeri Manado. Volume 2 (12).(Online).
(http://ejournal. unima. ac.id/index. php/jsme/issue/view/5575, diakses pada 12 Desember 2014; 09.00 WIB). 11 hlm.
Budiningsih, C.A. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 128 hlm.
Coletta, V. P and J. A. Phillips. 2005. Interpreting FCI Scores:Normalize Gain, Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability.American association of Physics Teachers.Volume 73 (12): 1172-1182. (Online). (http://www.physics.utoronto.ca/~key/PHY1600/PER%20Papers/FCI%20 Pre%20and%20post%20scores%20-%20ColettaPhillips.pdf, diakses pada 25 Maret 2015; 13.45 WIB). 11 hlm.
Custer, H.H. 2011. Prepared for AVID for Higher Education: Inquiry Based Teaching.AVID's Educational Journal. Volume 15 (3): 81-86. (Online). (http://avid.org/dl/hed/hed reviewofliterature.pdf, diakses pada 12
Desember 2014; 10.00 WIB). 121 hlm.
Ennis, R. H. 1985.Goals for A Critical Thinking Curriculum. Costa, A. L. (Ed). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking.Alexandra,
(66)
Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).
Facione, P.A. 2015.Critical Thinking : What It Is and Why It Count.(Online). (https://insightassessment.com, diakses pada 12 Desember 2014; 10.00 WIB). 30 hlm.
Gholamian, A. 2013. Studying the Effect of Guided Discovery Learning on Reinforcing the Creative Thinking of Sixth Grade Girl Students in Qom during 2012-2013 Academic Year .Journal of Applied Science and
Agriculture.Volume 8 (5): 576-584. (Online). (http://www.aensiweb.com/ old/jasa/rjfh/2013/576-584.pdf, diakses pada 12 Desember 2014; 11.00 WIB). 9 hlm.
Gunawan, A.W. 2004.Genius Learning Strategy:Petunjuk praktis untuk
menerapkan accelerated learning. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 325 hlm.
Hake, R. 1999.Assessment of Student Learning in Introductory Science Courses. (Online). (http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf, diakses pada 24 Januari 2015; 10.00 WIB). 24 hlm.
Hamruni. 2012.Strategi Pembelajaran.Insan Madani. Yogyakarta. 190 hlm. Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 454 hlm.
Ilahi, T. M. 2012.Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Diva Press. Yogyakarta. 229 hlm.
Johnson, E.B. 2007.Contextual Teaching and Learning. MLC. Bandung. Kemendikbud. 2013.Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013
SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Alam.Kemendikbud. Jakarta. 381 hlm. Koentjaraningrat. 1990.Metode - Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 420 hlm.
Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Yrama Widya. Bandung. 170 hlm.
(67)
Paul, E dan K. Don. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir) Edisi Keenam. Indeks. Jakarta. 525 hlm.
PISA. 2012.Education at a Glance 2012: OECD Indicators (OECD, 2012). (Online). (http://gpseducation.oecd.org, diakses pada 24 Desember 2014; 19:58 WIB).
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Elex Media Komputindo. Jakarta. 283 hlm. Purwanto, M. N. 2006.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.
Quitadamo I.J, C. L. Faiola, J. E. Johnson, dan M.J. Kurtz. 2008. Community-based inquiry improves critical thinking in general education biology. CBE-LSE. Volume 7: 327-337. (Online).
(http://www.lifescied.org/content/7/3/ 327.full.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 08.30 WIB). 11 hlm.
Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian Pendidikan.SIC. Surabaya. 121 hlm.
Roekel, D. V. 2010.Preparing 21st Century Students for a Global Society, An
Educator’s Guide to the “Four Cs”: The Importance of Critical Thinking.
(Online). (http://www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-Four-Cs.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 08.00 WIB). 38 hlm.
Roestiah, N. K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. 169 hlm. Sanjaya,W. 2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Prenada Media Group. Jakarta. 308 hlm.
Santrock, J. W. 2011.Psikologi Pendidikan.Salemba Humaniaka. Jakarta. 458 hlm.
Suryabrata, S. 2012.Psikologi Pendidikan.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 354 hlm.
Syah, M. 2004.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung. 268 hlm.
(68)
Thompson, C. 2011. Critical Thinking Across The Curriculum : Process Over Output.International Journal of Humanities and Social Science. Volume 1 (9): 1-7. (Online). (http://www.ijhssnet.com/journals/Vol._1_No._9
Special_Issue_July_2011/1.pdf, diakses pada 24 Desember 2014; 19:58 WIB). 7 hlm.
Thyer, E. 2013. Critical Thinking: Why Is Teaching Critical Thinking Important. Deakin University, Critical Thinking. (Online).
(http://www.deakin.edu.au/data /assets/ pdf_file/0012/51222/critical thinking.pdf, diakses pada 24 Desember 2014; 20:58 WIB). 10 hlm.
Zamroni dan Mahfudz. 2009.Panduan Teknis Pembelajaran yang Mengembangkan Critical Thinking. Depdiknas. Jakarta. 95 hl
(1)
45
Tabel 7. Hubungan peresentase dengan tafsiran berdasarkan kriteria
Sumber: Koentjaraningrat (1990: 76).
Persentase Kriteria
0 Tidak ada
1 - 25 Sebagian kecil
26 - 49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51 - 75 Sebagian besar
76 - 99 Hampir seluruhnya
(2)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penerapan modelDiscovery Learningberpengaruh signifikan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada materi sistem pertahanan tubuh.
2. Aktivitas belajar siswa yang menggunakan modelDiscovery Learning lebih aktif dibandingkan aktivitas belajar siswa yang menggunakan metode diskusi.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut: Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya rancangan penelitian tidak dibatasi oleh 2 pertemuan saja. Agar siswa memiliki pengalaman berdiscoveryyang lebih optimal.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Amri, S. dan Ahmadi, I. K. 2010.Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.Prestasi Pustakarya. Jakarta. 186 hlm.
Batubara, A. E. 2014.Pengaruh Strategi Pembelajaran Inquiri dan Discovery Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Siswa Pada Topik Bioteknologi di MA N 1 Padangsidimpuan Tahun Pelajaran 2013/2014.Tesis. Universitas Negeri Medan. (Online). (http://digilib. unimed. ac. id, diakses pada 12 Desember 2014; 08.30 WIB). 11 hlm. Bawotong, J. J. 2014.Pengaruh Penerapan Model Discovery Learning Pada
Pembelajaran Konsep Jaringan Tumbuhan Terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Peserta Didik di SMA N 1 Langowan Tahun Pelajaran 2013/2014. Skrpsi. Universitas Negeri Manado. Volume 2 (12).(Online).
(http://ejournal. unima. ac.id/index. php/jsme/issue/view/5575, diakses pada 12 Desember 2014; 09.00 WIB). 11 hlm.
Budiningsih, C.A. 2005.Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 128 hlm.
Coletta, V. P and J. A. Phillips. 2005. Interpreting FCI Scores:Normalize Gain, Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability.American association of Physics Teachers.Volume 73 (12): 1172-1182. (Online). (http://www.physics.utoronto.ca/~key/PHY1600/PER%20Papers/FCI%20 Pre%20and%20post%20scores%20-%20ColettaPhillips.pdf, diakses pada 25 Maret 2015; 13.45 WIB). 11 hlm.
Custer, H.H. 2011. Prepared for AVID for Higher Education: Inquiry Based Teaching.AVID's Educational Journal. Volume 15 (3): 81-86. (Online). (http://avid.org/dl/hed/hed reviewofliterature.pdf, diakses pada 12
Desember 2014; 10.00 WIB). 121 hlm.
Ennis, R. H. 1985.Goals for A Critical Thinking Curriculum. Costa, A. L. (Ed). Developing Minds A Resource Book for Teaching Thinking.Alexandra,
(4)
Virginia: Assosiation for Supervisions and Curriculum Development (ASCD).
Facione, P.A. 2015.Critical Thinking : What It Is and Why It Count.(Online). (https://insightassessment.com, diakses pada 12 Desember 2014; 10.00 WIB). 30 hlm.
Gholamian, A. 2013. Studying the Effect of Guided Discovery Learning on Reinforcing the Creative Thinking of Sixth Grade Girl Students in Qom during 2012-2013 Academic Year .Journal of Applied Science and
Agriculture.Volume 8 (5): 576-584. (Online). (http://www.aensiweb.com/ old/jasa/rjfh/2013/576-584.pdf, diakses pada 12 Desember 2014; 11.00 WIB). 9 hlm.
Gunawan, A.W. 2004.Genius Learning Strategy:Petunjuk praktis untuk
menerapkan accelerated learning. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 325 hlm.
Hake, R. 1999.Assessment of Student Learning in Introductory Science Courses. (Online). (http://www.physics.indiana.edu/~sdi/Analyzing Change-Gain.pdf, diakses pada 24 Januari 2015; 10.00 WIB). 24 hlm.
Hamruni. 2012.Strategi Pembelajaran.Insan Madani. Yogyakarta. 190 hlm. Hosnan, M. 2014.Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran
Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 454 hlm.
Ilahi, T. M. 2012.Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational Skill. Diva Press. Yogyakarta. 229 hlm.
Johnson, E.B. 2007.Contextual Teaching and Learning. MLC. Bandung. Kemendikbud. 2013.Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum 2013
SMP/MTs Ilmu Pengetahuan Alam.Kemendikbud. Jakarta. 381 hlm. Koentjaraningrat. 1990.Metode - Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta. 420 hlm.
Kosasih, E. 2014.Strategi Belajar dan Pembelajaran Implementasi Kurikulum 2013. Yrama Widya. Bandung. 170 hlm.
(5)
Paul, E dan K. Don. 2012.Strategi dan Model Pembelajaran (Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir) Edisi Keenam. Indeks. Jakarta. 525 hlm.
PISA. 2012.Education at a Glance 2012: OECD Indicators (OECD, 2012). (Online). (http://gpseducation.oecd.org, diakses pada 24 Desember 2014; 19:58 WIB).
Pratisto, A. 2004.Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Elex Media Komputindo. Jakarta. 283 hlm. Purwanto, M. N. 2006.Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja
Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.
Quitadamo I.J, C. L. Faiola, J. E. Johnson, dan M.J. Kurtz. 2008. Community-based inquiry improves critical thinking in general education biology. CBE-LSE. Volume 7: 327-337. (Online).
(http://www.lifescied.org/content/7/3/ 327.full.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 08.30 WIB). 11 hlm.
Riyanto, Y. 2001.Metodologi Penelitian Pendidikan.SIC. Surabaya. 121 hlm. Roekel, D. V. 2010.Preparing 21st Century Students for a Global Society, An
Educator’s Guide to the “Four Cs”: The Importance of Critical Thinking. (Online). (http://www.nea.org/assets/docs/A-Guide-to-Four-Cs.pdf, diakses pada 3 Maret 2015; 08.00 WIB). 38 hlm.
Roestiah, N. K. 2008.Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta. 169 hlm. Sanjaya,W. 2009.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan.Prenada Media Group. Jakarta. 308 hlm.
Santrock, J. W. 2011.Psikologi Pendidikan.Salemba Humaniaka. Jakarta. 458 hlm.
Suryabrata, S. 2012.Psikologi Pendidikan.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 354 hlm.
Syah, M. 2004.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung. 268 hlm.
(6)
Thompson, C. 2011. Critical Thinking Across The Curriculum : Process Over Output.International Journal of Humanities and Social Science. Volume 1 (9): 1-7. (Online). (http://www.ijhssnet.com/journals/Vol._1_No._9
Special_Issue_July_2011/1.pdf, diakses pada 24 Desember 2014; 19:58 WIB). 7 hlm.
Thyer, E. 2013. Critical Thinking: Why Is Teaching Critical Thinking Important. Deakin University, Critical Thinking. (Online).
(http://www.deakin.edu.au/data /assets/ pdf_file/0012/51222/critical thinking.pdf, diakses pada 24 Desember 2014; 20:58 WIB). 10 hlm. Zamroni dan Mahfudz. 2009.Panduan Teknis Pembelajaran yang