tanggungan  seperti  istri,  anak,  orang  tua,  atau  bahkan  saudara.  Hal tersebut  menjadi  salah  satu  motivasi  untuk  mengusulkan  proposal
PEW ke Pemkot Yogyakarta.
2. Karakteristik Usaha Responden
Berdasarkan hasil penelitian, lebih dari 50 usaha yang dijalankan oleh responden merupakan usaha yang bergerak di bidang pengolahan
pangan.  Usaha  di  bidang  pengolahan  pangan  merupakan  usaha  yang mudah  dijalankan  dan  merupakan  usaha  dimana  produk  yang
dihasilkan  akan  lebih  cepat  habis  dibandingkan  dengan  usaha  non pengolahan  pangan  yaitu  sektor  sandang  dan  kulit;  kerajinan  dan
umum; kimia dan bahan bangunan; serta logam dan elektronika. Mayoritas  responden  baru  menjalankan  usahanya  dalam  kurun
waktu   kurang  dari  8  tahun.  Hal  ini  karena  mayoritas  penerima  PEW mendirikan  usahanya  ketika  akan  mengajukan  proposal  pengajuan
penguatan  modal  usaha  PEW.  Bahkan  ada  beberapa  responden  yang mendirikan usaha ketika dana penguatan modal usaha PEW diterima.
Berdasarkan  data  primer  yang  diperoleh,  masih  ada  responden yang  menjalankan  usaha  lebih  dari  22  tahun  akan  tetapi  menerima
PEW.  Hal  ini  mengindikasikan  bahwa  usaha  yang  dijalankan  lama belum  bisa  berkembang  ke  usaha  menengah.  Meskipun  responden
telah  menjalankan  usaha  dalam  kurun  waktu  lebih  dari  22  tahun, kemungkinan  responden  tetap  masih  kekurangan  modal  usaha.
Sehingga,  responden  tersebut  mengajukan  proposal  penguatan  modal usaha PEW.
3. Informasi Mengenai Penguatan Modal Usaha PEW
Berdasarkan  hasil  penelitian  ditemukan  bahwa  jumlah  dana  PEW yang  diterima  oleh  masing-masing  kelompok  usaha  PEW  adalah
sebesar  Rp10.000.000,-  untuk  kelompok  baru  dan  Rp20.000.000,- untuk kelompok rewards. Pinjaman yang diterima oleh masing-masing
responden pada awalnya berjumlah Rp1.000.000,- dan boleh bervariasi setelah berjalan selama 1 periode. Pinjaman yang diberikan dinyatakan
oleh  para  responden  cukup  besar  dan  jumlahnya  sesuai  dengan  yang mereka  butuhkan  untuk  melakukan  kegiatan  usaha.  Oleh  karena  itu
dengan pinjaman modal PEW diharapkan para pelaku usaha mikro dan
kecil akan bisa meningkatkan kinerja dan perkembangan usahanya.
Pinjaman  yang  telah  diterima  responden  penerima  PEW dikembalikan ke kelompok masing-masing dengan mengangsur setiap
minggu  atau  setiap  bulan  sesuai  kebijakan  yang  diterapkan  masing- masing  kelompok  PEW.  Hasil  temuan  menunjukkan  bahwa  sebagian
besar responden menyatakan mampu membayar angsuran tepat waktu dengan
jumlah yang  sesuai  kemampuan
mereka.  Hal ini
mengindikasikan  bahwa  kegiatan  usaha  yang  dijalankan  responden berlangsung dengan baik sehingga dari hasil produksi dan keuntungan
yang diperoleh, bisa disisihkan untuk membayar angsuran pinjaman.
Beberapa kelompok usaha PEW bahkan memberikan apresiasi atas kepatuhan  anggota  mereka  dalam  membayar  angsuran  pinjaman
bergulir  tepat  waktu  kepada  kelompok.  Apresiasi  tersebut  diberikan guna  mempertahankan  anggota  yang  memang  benar-benar  rajin  dan
dapat  dipercaya  membayar  angsuran  tepat  waktu.  Bentuk  apresiasi tersebut  antara  lain  adalah  penambahan  modal  atau  pinjaman  yang
lebih  besar  pada  periode  berikutnya,  bingkisan  atau  hadiah  baik  pada masa angsuran atau pada masa tutup buku, bingkisan di hari raya, dan
prioritas  untuk  mengikuti  pelatihan  yang  diadakan  oleh  Pemkot Yogyakarta maupun pihak lain.
Meskipun responden pelaku usaha mikro dan kecil penerima PEW merupakan  anggota  peminjam  yang  disiplin,  namun  juga  ditemukan
bahwa  ada  saat  PEW  yang  diterima  digunakan  bukan  untuk  kegiatan produktif. Kegiatan non produktif tersebut antara lain biaya konsumsi,
biaya berobat, biaya sosial.
4. Pendapat Responden mengenai PEW